Sejarah Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik
perhatian para peneliti baik dari kalangan sarjana Muslim maupun non Muslim,
karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat
Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus
peringatan agar berhati-hati (Nata, 2003)
Sementara itu, bagi para peneliti barat, mempelajari sejarah Islam selain ditujukan
untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari
kelemahan dan kekurangan umat islam agar dapat dijajah dan sebagainya. Disadari
atau tidak, bahwa selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari
hasil penelitian para sarjan Barat. Hal ini terjadi, selain karena masyarakat Barat
memiliki etos keilmuan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik
yang kuat dari para pemimpin-pemimpinnya. Sementara dari kalangan para peneliti
Muslim Nampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh
keahlian di bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari
pemerintah yang kondusif (Nata, 2003).
Dari keadaan itulah, maka banyak masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan
produk-produk hukum yang dipelajari di berbagai lembaga pendidikan dengan tidak
disertai oleh pengetahuan yang cukup. Menyadari persoalan tersebut, maka di
berbagai lembaga pendidikan Islam yang ada hingga sekarang, bidang studi sejarah
Islam sangat penting untuk dipelajari, diantaranya untuk mengetahui Islam dan misi
peradaban, definisi peradaban dan kebudayaan Islam, ruang lingkup sejarah Islam,
metode studi peradaban Islam, dan model studi sejarah peradaban Islam. Oleh karena
itu, pada makalah ini akan diuaraikan hal tersebut.
PEMBAHASAN
A. Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam
Bila kita telusuri, baik pada ajaran-ajaran al Qur’an maupun pada sejarah
hidup Nabi Muhammad, maka islam menciita-citakan suatu massyarakat yang
percaya pada Tuhan, bermoral yang tinggi, tegaknya hukum, dan terdapat
keadilan sosial, demi terwujud kesejahteraan manusia yang sebenar-benarnya.
Dalam pandangan Islam apa yang disebut peradaban merupakan sarana untuk
mencapai citta-cita tersebut. Maka peradaban dalam konteks ini merupakan
bagian penting dari misi agama Islam dalam pentas sejarah (Nurhakim, 2015)
c. Cara, aturan, dan jalan hidup, serta cita-cita, nilai dan kelakuan.
a. Periode klasik
Periode ini berlangsung sejak tahun (650-1250 M) yang dimulai dari masa
Rasulullah hingga jatuhnya pemerintah Bani Abbas di Baghdad. Periode
ini ditandai dengan upaya perintisan, perkembangan, dan kemajuan
puncak yang pertama peradaban Islam (650-1000 M). Berikutnya masa
disintegrasi pada tahun (1000-1250 M), periode ini diwakili oleh
kekhilafanhan Nabi Muhammad di Makkah dan Madinah, Khulafa’
al-Rasyidin di Madinah, Dinasti Bani Umayyah di Damaskus, dan
kemudian Dinasti Abbas di Baghdad (Nurhakim, 2014)
b. Periode pertengahan
Periode ini berlangsung dari tahun (1250-1800 M), dimulai dari dari
jatuhnya Bani Abbas hingga datangnya pengaruh modernisasi di eropa ke
dalam dunia Ialam. Periode ini ditandai masa kemunduran Islam hingga
lahirnya tiga kerajaan besar;Safawi di Persia, Mughal di India, dan
Usmani di Turki sekitar tahun 1500-an. Berikutnya sejak tahun
(1500-1700 M) ketiga kerajaan ini berhasil memperoleh kemajuan.
Namun, ditahun (1700-1800 M) mengalami kemunduran dikarenakan
datangnya budaya modern Eropa mulai merasuki dunia Islam dan lahir
kekuatan-kekuatan colonial, sedangkan kondisi Islam sendiri mengalami
kemunduran.
c. Periode modern
e. Belajar sejarah masa lampau harus tunduk pada pola dan logika
zaman di mana peristiwa sejarah terjadi, bukan memaksakan diri agar
sejarah mengikuti pola dan logika zaman sekarang di mana seseorang
melakukan studi. Misalnya mempelajari sejarah khalifah Usman bin Affan
yang banyak melibatkan keluarga dekat dalam pemerintahannya. Maka,
seorang yang tidak memahami kultur masyarakat Arab pada saat itu
dengan baik, serta motivasi Usman dalam melakukan hal demikian,
apalagi dian menggunakan teori-teori modern tentang pemerintahan yang
bersih, boleh jadi akan lahir kesimpulan bahwa usman nepotis. Jelas ini
tidak objektif, karena seorang telah memaksakan cara pandang baru untuk
memandang masa lampau secra tidak tepat.
g. Hakikat sejarah yaitu peristiwa masa lalu. Dan tujuan akhir studi
sejarah peradaban Islam bukan untuk mempelajari masa lalunya, tetapi
untuk mempelajari pola, system, hikmah, dan teori yang ada sebagai
pengalaman masa lalu yang digunakan untuk memecahkan masalah
kontemporer. Dengan mempelajari sejarah ada kaitannya dengan peristiwa
yang dihadapi saat ini yang membutuhkan suatu pemecahan. Misalnya
mempelajari sebab-sebab umat Islam di Indonesia yang mengalami
ketertinggalan, seseorang dapat menghubungkan dengan penjajahan
Belanda selama 300 tahun di masa lalu yang memiliki pengaruh.
Salah satu model yang digunakan dalam studi ini dapat menggunakan
pendekatan komprehenship yaitu pendekatan yang secara menyeluruh, dengan
memperhatikan keterkaitan dari berbagai aspek, bukan hanya satu aspek saja
seperti melihat dari aspek politik. Tetapi dengan aspek lain, sperti sains,
intelektual, dakwah, pemerintahan, ekonomi, seni, budaya, bahasa, dan
kemasyarakatan.
B. Kesimpulan
Nata, A. (2003). Metodologi Studi Islam (1st ed.). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.