Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan

Dosen Pengampu : Drs. Muhyidin, M.M.Pd

Disusun Oleh :
Ahmad Furkon (20122349)
Dede Zamaluddin (20122409)
Imas Nurhasanah (20122321)
Imas Sholihah (20122322)
Neng Windi Nurfitriani (20122340)
Rika Nurfitria Dewi (20122349)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AT-TAQWA

CIPARAY BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul
“PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM” pada mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta
tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad ‫ ﷺ‬atas petunjuk dan
risalah-Nya, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah memberikan
semangat sehingga selesai pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih
baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Kelompok 5

Bandung, 26 Maret 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma Pendidikan Islam .......................................................... 5


B. Tantangan Pendidikan Islam di Masa Global ................................................... 8
C. Paradigma Pendidikan Pendidikan Islam di Masa Global ................................ 10
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dalam islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia


menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental, maupun moral, untuk menjalankan
fungsi kemanusiaan yang diemban, sebagai seorang hamba di hadapan Khaliq-nya dan
sebagai khalifah pada semesta (Tafsir, 1994). Maka fungsi utamanya pendidikan adalah
mempersiapkan peserta didik sebagai generasi penerus dengan kemampuan dan keahlian
yang diperlukan supaya memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke masyarakat,
sebagai tujuan akhir dari pendidikan.

Tujuan akhir dari pendidikan dalam islam, sebagai proses pembentukan diri peserta
didik agar sesuai dengan fitrah keberadaannya (al-attas, 1984). Pada masa kejayaan Islam,
pendidikan mampu menjalankan peran sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun
ketika mengalami kemunduran di dunia islam, dunia pendidikan pun ikut mengalami
kemunduran. Dalam paradigmanya terjadilah pergeseran dari paradigma aktif-progresif
menjadi pasid-defensif. Sehingga akibatnya pendidikan islam mengalami proses yang
namanya isolasi diri dan termaginalkan dari lingkungan dimana ia berada.

Dalam sejarah peradaban Islam, majunya pendidikan islam pada masa kejayaan karena
adanya suatu paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik. Saat itu kemajuan
peradaban dan kebudayaan Islam berhasil menguasai jazirah Arab, Asia Barat dan Eropa
Timur, hal ini tentunya tidak terlepas dari paradigma pendidikan yang dilakukan pada masa
tersebut. Dan hal ini patut dijadikan contoh untuk menerapkan pada pendidikan Islam masa
sekarang.

Pada masa kini kita memerluka suatu perubahan paradigma dari pendidikan untuk
menghadapi proses globalisasi dan menata kembali kehidupan masyarakat Indonesia. Cita-
cita di era reformasi sekarang adalah membangun suatu masyarakat madani Indonesia
(Tilaar, 1999:168). Oleh karena itu, arah perubahan paradigma baru pendidikan Islam
diarahkan untuk mewujudkan terbentuknya masyarakat madani Indonesia.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian paradigma pendidikan islam?
2. Bagaimana tantangan pendidikan islam di masa global?
3. Bagaimana paradigma baru pendidikan islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian paradigma pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui tantangan pendidikan islam di masa global.
3. Untuk mengetahui paradigma baru pendidikan islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma Pendidikan Islam

Ada banyak terminologi yang telah diungkapkan oleh para ahli tentang pendidikan Islam.
Setidaknya ada tiga istilah yang sering dipergunakan dalam pendidikan Islam, yakni at-
tarbiyah, al-ta’lim dan al-ta’dib dengan masing-masing makna yang menyertainya.1 Ahmad
Tafsir memaknai pendidikan Islam sebagai bentuk bimbingan kepada seseorang supaya
tumbuh menjadi maksimal sesuai dengan ajaran Islam.2 Berbeda halnya dengan sebelumnya,
Muhaimin memaknai pendidikan Islam merupakan suatu sistem pendidikan yang di dalamnya
menghamparkan semangat atau spirit Islam—baik dalam aktivitasnya; meliputi proses,
lembaga, pendidik atau guru dan peserta didiknya, maupun dalam menciptakan konteks atau
lingkungan.3

Mengacu pada hal tersebut, maka pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai bentuk
bimbingan secara personalitas untuk memperoleh kesempurnaan (insan kamil). Selain itu,
pendidikan Islam merupakan sebuah sistem pendidikan yang saling berkaitan dengan landasan
spirit atau nilai-nilai Islam.

Paradigma pendidikan merupakan pandangan menyeluruh yang mendasari rancangan


bangun suatu sistem pendidikan. 4ketika memahami paradigma pendidikan Islam, maka yang
tersirat adalah pendidikan yang bercirikan khas Islam sehingga mengindikasikan konsep
pendidikan yang secara akurat bersumber pada ajaran Islam.

Ilmu pendidikan Islam didasarkan pada konsep dan teori yang dikembangkan dari nilai-
nilai Islam: al-Qur’an, as-Sunnah dan ijtihad. 5Selain itu, hakikat pendidikan islam adalah suatu
proses untuk mencapai tujuan bahwa manusia di dunia ini adalah menjalankan amanah Allah
SWT dalam arti beribadah kepadaNya. Hal tersebut sejalan dengan firman Allah dalam surat
Q.S. Adz-Dzariyat berikut:

1
Andi Hidayat, “Metode Pendidikan Islam untuk Generasi Millenial,” FENOMENA 10, No. 1 (June 1, 2018):
h. 63, https://doi.org?10.21093/fj.v10i1.1184.
2
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Cet 10 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h.32.
3
Muhaimin, Pemikiran Dan aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 40.
4
Hamam Nasrudin, Humanisme Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam (Tinjauan Filosofis atas
pemikiran Abdurrahman Mas’ud), (Semarang: IAIN Walisongo2008), h. 38.
5
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Paradigma Pendidikan Integratif, (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2009), h. 40.

5
ِ ‫اْلِ َّن واإلنْس إِال لِي عب ُد‬
‫ون‬ ُْ َ َ َ ْ ‫ت‬ ُ ‫َوَما َخلَ ْق‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku” (Q.S: adz-Dzariyat,56)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah untuk
”mengabdi” kepada Allah SWT. Tujuan pendidikan Islam yang utama adalah terbentuk
insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini. Ibadah dalam pandangan ilmu fiqih
ada dua yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah
yang telah ditentukan oleh Allah kadar atau waktunya seperti shalat, puasa dan haji. Ghoiru
mahdhah adalah segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari
Allah SWT.

Dalam penciptaannya manusia diciptakan oleh Allah dengan dua fungsi yaitu sebagai
khalifah dimuka bumi dan sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk
menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut dijelaskan dalam. Q.S. Al-Baqoroh ayat 30:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”. (Q.S. Al-Baqoroh. 30).

Dari keterangan diatas jelas bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk
manusia sebagai khalifah fi al-ardhi, hamba Allah yang taat beribadah, pembentukan insan
kamil dan tujuan pembentukan manusia yang bertakwa, beriman dan berakhlak mulia.

Untuk menuju tujuan pendidikan Islam itu, masih jauh dari kata tercapai. Hal itu
disebabkan saat ini pendidikan Islam masih terjerembak dalam sistem dikotomi, padahal al-
Qur’an sebagai acuan utama tidak membenarkan adanya suatu dikotomi. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Abdurrahman Mas’ud bahwa sistem dikotomik dalam pendidikan Islam
bukanlah monopoli lembaga pendidikan. Akan tetapi bagaikan sebuah wabah simtom (wabah
penyakit), dikotomi menyerang ke seluruh kehidupan umat Islam, dari pribadi ke komunitas

6
Islam, dari raja sampai ke rakyat jelata, dari luar lembaga ke dalam lembaga pendidikan, dan
seterusnya.6

Jika ditarik ke alur sejarah terjadinya pemisahan agama dari ilmu pengetahuan
sebagaimana tersebut diatas, maka hal tersebut pernah terjadi pada abad pertengahan, yakni
pada saat umat Islam kurang memperdulikan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Pada masa itu, pengaruh dominasi dalam masyarakat Islam adalah ulama tarikat dan ulama
fiqih.

Selain itu, doktrin penananaman paham taklid dan membatasi kajian agama hanya dalam
bidang yang sampai sekarang masih dikenal sebagai istilah ilmu-ilmu agama seperti tafsir,
fiqih, dan tauhid. 7 Keadaan tersebut diperparah dengan adanya pengaruh kolonialisme dan
sekularisme yang meluas pada negara-negara Muslim. Sistem pendidikan modern yang
diimpor dari Barat benar-benar dianut dan didukung oleh pemerintahan negara-negara
Muslim. Sementara itu, sistem pendidikan tradisional lebih berkutat pada pengajaran ilmu-
ilmu keagamaan dan mengabaikan perkembangan yang datang dari Barat.8

Problem dikotomi pendidikan melahirkan konsep dan ide-ide untuk dijadikan jalan keluar
seperti pendidikan nondikotomi, pendidikan dualisme dan pendidikan disintegrasi. Salah satu
ide yang paling diperdebatkan untuk mengatasi kemunduran umat Islam dan revitalisasi
potensi umat Islam adalah ide Islamisasi pengetahuan yang dilancarkan oleh almarhum
Profesor Raji al-Faruqi (Temple University, USA) sejak tahun 1970-an. Konkritnya, krisis
tersebut disebabkan oleh: 1) Kemunduran umat (the backwardness of the ummah); 2)
Kelemahan umat (the weakness of the ummah); 3) Stagnasi pemikiran umat (the intellectual
stagnation of the ummah); 4) Absennya ijtihad umat (the absence of ijtihad in the ummah); 5)
Absennya kemajuan cultural umat (the absence of cultural progess in the ummah); dan 6)
Tercabutnya umat dari norma-norma dasar peradaban Islam (the ummah’s losing touch with
the basic norms of Islamic civilization).9

Sementara itu, Umiarso dan Haris Fathoni Makmur berpendapat bahwa Perubahan yang
perlu dilakukan pendidikan Islam adalah: a) Membangun sistem pendidikan Islam yang
mampu mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu mengantisipasi

6
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format non Dikotomik, (Yogyakarta: Gama Media. 2002), h. 99.
7
Umiarso & Haris Fathoni Makmur, Pendidikan Islam dan Krisis Morisme Masyarakat Modern, (Yogyakarta;
IRCiSod. 2010), h. 2020.
8
Zainuddin, Paradigma Pendidikan Terpadu: Menyiapkan Generasi UlulAlbab, (Malang: UIN Malang Press,
2011), h. 26
9
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format non Dikotomik, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 4.

7
kemajuan IPTEK untuk menghadapi tantangan dunia global menuju masyarakat Indonesia
baru yang dilandasi dengan nilai-nilai illahiyah, kemanusiaan (insaniyyah), dan masyarakat,
serta budaya; b) Menata manajemen pendidikan Islam dengan berorientasi pada manajemen
berbasis sekolah agar mampu menyerap aspirasi masyarakat, dapat mendayagunakan potensi
masyarakat, dan daerah (otonomi daerah) dalam rangka penyelenggaraan pendidikan Islam
yang berkualitas; dan c) Meningkatkan demokrasi penyelenggaraan pendidikan Islam secara
berkelanjutan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat menggali serta
mendayagunakan potensi masyarakat.10

B. Tantangan Pendidikan Islam di Masa Global

Yaumi C.A. Achir mengatakan bahwa bergesernya struktur masyarakat dari yang
tradisional ke yang modern, dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, maka terbuka
pula berbagai job baru yang memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian. Untuk
menghadapi semua ini, tentu saja kurikulum di setiap lembaga pendidikan harus disesuaikan
dengan perkembangan zaman.11

Dalam hal tersebut di atas, Yaumi lebih lanjut mengatakan bahwa untuk menghadapi
tuntutan masa depan diperlukan curriculum reform untuk jenjang pendidikan menengah
umum maupun kejuruan. Perlu diingat bahwa perubahan-perubahan yang akan terjadi di
dunia kerja harus diperhitungkan oleh para perencana pendidikan, bukan hanya diarahkan
kepada segi bobot materi, tetapi juga dari segi moral.12

Diakui atau tidak, sistem pendidikan di Indonesia kini adalah sistem sekuler materialistik.
Hal ini dapat dibuktikan antara lain pada UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bab VI
tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi,
“Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi,
keagamaan, dan khusus”.13

Pada pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan
pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan

10
Umiarso & Haris Fathoni Makmur, Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern, (Yogyakarta:
IRCiSod. 2010), h. 220.
11
Achir, Yaumi C.A.. Reformasi Pendidikan Sebagai Upaya Memaksimalkan Hasil Pendidikan dalam Dawam
Rahardjo (ed). Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional. Cet. 1; Jakarta: PT. Intermasa, 1997, h. 120.
12
Achir, Yaumi C.A.. Reformasi Pendidikan Sebagai Upaya Memaksimalkan Hasil Pendidikan dalam Dawam
Rahardjo (ed). Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional. Cet. 1; Jakarta: PT. Intermasa, 1997, h. 121.
13
Bryan S. Truner, Weber and Islam, h. 316.

8
manusia yang berkepribadian luhur dan saleh, sekaligus mampu menjawab tantangan
perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi di era globalisasi saat ini.

Dampak yang ditimbulkan sistem pendidikan sekuler-materialistik ini memang bisa


melahirkan orang pandai yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan umum yang
diikutinya, akan tetapi terbukti gagal dalam membentuk kepribadian muslim dan tidak sedikit
menjadi koruptor kelas kakap. Demikian halnya mereka yang belajar di lingkungan agama
memang menguasai tsaqāfah Islam dan secara relatif sisi kepribadiannya tergarap baik, akan
tetapi di sisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains dan teknologi.

Selanjutnya, khusus lembaga pendidikan Islam pada kondisi sekarang sangat ketinggalan
dengan lembaga pendidikan lainnya sebagaimana dikemukakan oleh Azyumardi Azra bahwa
paling tidak ada lima penyebab utamanya: Pertama pendidikan Islam sering terlambat
merumuskan diri untuk merespons perubahan dan kecenderungan masyarakat sekarang dan
akan datang. Kedua Sistem pendidikan Islam kebanyakan masih cenderung mengorientasikan
diri di bidang-bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial. Ketiga usaha pembaharuan pendidikan
Islam sering bersifat sepotong-sepotong dan tidak komprehensif sehingga tidak terjadi
perubahan yang esensial. Keempat pendidikan Islam tetap berorientasi pada masa silam
ketimbang berorientasi kepada masa depan, atau kurang ver-sifat future oriented. Kelima
sebagian pendidikan Islam belum dikelola secara professional, baik dalam tenaga pengajar,
kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya.14

Terkait dengan ketertinggalan pendidikan Islam, dalam buku Pemikiran Pendidikan


Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Muhaimin dan Abd. Mujib
mengatakan bahwa terjadinya krisis pendidikan Islam di Indonesia dikarenakan penyempitan
terhadap pemahaman pendidikan Islam. Pendidikan Islam dimaknai hanya berkisar pada
aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dari kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani
yang terpisah dari kehidupan jasmani.15

Guru atau pendidik bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi
pembelajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi sebagai cermin kualitas.
Tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi

14
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos 1999, h.
85.
15
Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya, 1993, h. 83.

9
tanggung jawabnya. Kualitas guru atau pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih
rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

C. Paradigma Baru Pendidikan Islam Di Masa Global

Ketika pendidikan Islam harus berjibakudengan dunia global. Ketika bersinggungan


dengan dunia global ada beberapa problematika yang sudah menghadang di depan dunia
pendidikan Islam, yaitu; (a) pendidikan yang berorientasikan pada kebutuhan pragmatis,
kebutuhan pasar, peluang kerja, sehingga ruh pendidikan Islam sebagai pondasi budaya, moral
dan gerakan sosial (social movement) terabaikan atau bahkan hilang 16 ; (b) munculnya
kurikulum yang sarat akan muatan, sehingga peserta didik banyak terbebani mata pelajaran17;
dan (c) masih banyak guru dan tenaga kependidikan yang unqualified, underqualified dan
mismatch, sehingga kondisi ini berdampak pada kekurangmampuanguru dan tenaga
pendidikan dalam menyajikan dan menyelenggarakan yang benar-benar berkualitas.

Islam memiliki prinsip “tidak alergi” terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan serta teknologi. Oleh sebab itu, berbenahnya pendidikan Islam merupakan
keniscayaan yang harus di jalankan. Tantangan persaingan global harus dijawab dan
disongsong dengan menyusun berbagai strategi. Adapun untuk mengonstruksi kiat atau strategi
dalam mengantisipasi dan menjawab beragam tantangan yang muncul, maka perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini, yaitu;

1. Diupayakan Pendidikan Islam lebih berorientasi atau “lebih menekankan pada upaya
proses pembelajaran (learning) daripada mengajar (teaching)”.
2. Mengorganisir struktur Pendidikan Islam yang lebih fleksibel”.
3. Pendidikan Islam dapat “memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki
karakteristik khusus dan mandiri”, dan
4. Pendidikan Islam “merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa
berinteraksi dengan lingkungan”.18

Empat hal yang dikemukakan Zamroni tersebut merupakan salah satu katagori paradigma
pendidikan “sistematik-organik”. Adapun harapan dari adanya paradigma ini adalah adanya

16
Musthafa Rembangy, Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan Di Tengah
Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2010). h. 20-21
17
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2004), h. 205-208.
18
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000), h.9.

10
pendidikan yang bersifat double tracks, maksudnya suatu proses pendidikan yang tidak dapat
dinafikan dari dinamika perkembangan masyarakat yang ada.

Dibutuhkannya suatu arah baru atau paradigma pendidikan Islam, juga dilatarbelakangi
oleh adanya akselerasi aliran ilmu pengetahuan yang mendobrak sistem pendidikan jadul (baca;
jaman dulu) ataupun konvensional. Diantara hal itu adalah ilmu pengetahuan tidak lagi
bersumber dan terpusat pada lembaga atau institusi pendidikan yang bersifat formal (seperti;
SD, SMP, SMU, PT)—yang konvensional. Namun, sumber ilmu pengetahuan terseut akan
tersebar dari dan dimana-mana, dan setiap orang akan mudah mengakses atau mendapatkan
pegetahuan itu tanpa harus kerja keras dan kesulitan. Kondisi yang demikian ini acapkali
dikenal dengan sebutan proses distributed intelligence atau distributed knowledge.19

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, setidaknya pendidikan Islam harus


dikembangkan dan direformulasi kembali sesuai dengan paradigmanya yang berorientasi pada:

1. Filsafat teocentris dan antropocentris dapat dijadikan salah satu dasar paradigma baru
pendidikan Islam. Titik tekan dari paradigma ini adalah mengembangkan pendidikan
yang terintegrasi, yaitu menghilangkan dikhotomi antara ilmu dengan agama; ilmu
tidak lagi bebas nilai, namun ilmu itu bebas dinilai. Kemudian, agama diajarkan dengan
bahasa ilmu pengetahuan; tidak hanya sisi tradisional yang diajarkan, namun
includedengan sisi rasionalnya.20
2. Pendidikan Islam diarahkan pada pembangunan keilmuan yang terintegrasi, yaitu
antara nilai spiritual, moral dan meterial menjadi satu kesatuan yang maju bagi
kehidupan umat manusia.
3. Dalam mempersiapkan kehidupan yang kebih baik, pendidikan Islam diarahkan pada
pembangunan manusia yang kompetitif, demokratis, inovatif, berlandaskan pada nilai-
nilai Islam.
4. Kontruksi pendidikan Islam didasarkan pada situasi, kondisi dan lingkungan
masyarakat; sekarang dan akan datang. Perubahan situasi dan kondisi menjadi sebuah
tantangan dan peluang yang harus direspon secara cepat dan tepat. Pada sisi lain,
munculnya perubahan mendorong juga pada pengembangan konstruks pendidikan
Islam yang berorientasi pada lingkungan. Pendekatan masa lalu, hanya cocok dan

19
Onno W. Purbo, Tantangan Bagi Pendidikan Indonesia, From:
http://www.detik.com/net/onno/jurnal/20004/aplikasi/pendidikan/p-19.shtml.2000
20
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam: Strategi Budaya Menuju Masyarakat Akademik, (jakarta:
Logos, 1999), h.15.

11
sesuai dengan masanya, dan akan tidak kompetibel jika diterapkan pada kondisi
berbeda, bahkan sering kali menimbulkan problem dan troubel yang membuat mundur
dunia pendidikan.
5. Pemberdayaan potensi umat yang sesuai dengan kebutuhan kehidupan masyarakat
madani menjadi proyeksi lanjutan dari pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam
hendaknya dikembangkan sesuai dengan karakteristik masyarakat yangdemokratis,
memiliki tingkat partisipasi sosial, taat dan menghargai supremasi hukum, menghargai
HAM, menghormati dan menghargai perbedaan (pluralisme), memiliki skill yang
kompetitif dan inovatif.

Perubahan orientasi Pendidikan Islam, dari yang sentralistik kepada pendidikan


demokratis. Tata kelola dan manajemen penyusunan kurikulum di selaraskan dengan tuntutan
pendidikan yang demokratis lagi desentralistik. Pada posisi ini pendidikan Islam mestinya
dapat berpartisipasi pada dunia kerja dengan mengembangkan sikap dan inovasi serta
meningkatkan kualitas manusianya.

Pada proses pembelajaran, orientasi pendidikan Islam lebih dititiktekankan pada upaya-
upaya mengorganisir struktur yang lebih fleksibel atau luwes, menumbuhkan sikap salimg
menghargai dan memberlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki potensi untuk
berkembang dan senantiasamengupayakan proses yang berkisinambungan dan berinteraksi
dengan lingkungannya.

Pendidikan Islam harus di arahkan pada dua dimensi, yaitu “Pertama, dimensi dialektika
(horizontal) yaitu pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya dan manusia harus
mampu mengatasi tantangan dunia sekitarnya melalui pengembangan iptek, dan Kedua,
dimensi ketundukan vertikal, yaitu pendidikan selain sarana untuk memantapkan, memelihara
sumber daya alam (SDA) dan lingkungannya, juga memahami hubungannya dengan Sang
Maha Pencipta, yaitu Allah Swt”.21

Pendidikan Islam lebih diorientasikan pada upaya “pendidikan sebagai proses pembebasan,
pendidikan sebagai proses pencerdasan, pendidikan menjunjung tinggi hak-hak
anak,pendidikan menghasilkan tindakan perdamaian, pendidikan sebagai proses
pemberdayaan potensi manusia, pendidikan menjadikan anak berwawasan integratif,

21
Hujair AH Sanaky, “Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern”, “Jurnal Pendidikan Islam, Konsep dan
Implementas” Vol. V. No. IV (August 1999): h. 11

12
pendidikan sebagai wahana membangun watak persatuan, pendidikan menghasilkan manusia
demokratik, pendidikan menghasilkan manusia perduli terhadap lingkungan”, dan harus
dibangun suatu pandangan bahwa “sekolah bukan satu-satunya instrumen pendidikan”22

Karena pada era informasi sekarang ini, informasi ilmu pengetahuan dapat diperoleh dari
berbagai media elektronik dan media massa, seperti: internet dengan peran web, homepage,
cd-rom, diskusi di internet, dan televisi, radio, surat kabar, majalahya erupakan alat bantu yang
akan sangat mempercepat proses distributed knowledge.

Era global dan millenial pada dasarnya dapat menghadirkan peluang besar bagi pendidikan
Islam yang ada di negara ini. Diantara peluang yang dapat dipetik adalah terbukanya segala
bentuk akses informasi bagi masyarakat luas yang berkaitan dengan pendidikan serta program-
programnya. Kesempatan ini juga membuka peluang untuk berkiprah secara totalitas dan
optimal dalam berbagai bidang, serta saling terbukanya akses kesempatan untuk melakukan
atau bahkan meningkatkan kerja sama yang lintas instansi.

Mastuhu lebih mempertegas bahwa paradigma baru pendidikan Islam yang dimaksud di
sini adalah pemikiran yang terus-menerus harus dikembangkan melalui pendidikan untuk
merebut kembali kepemimpinan iptek, sebagaimana zaman dulu. Pencarian paradigma baru
dalam pendidikan Islam dimulai dari konsep manusia menurut Islam, pandangan Islam
terhadap iptek, dan setelah itu baru merumuskan konsep atau sistem pendidikan Islam secara
utuh.23

Sementara itu, Hujair berpandangan bahwa pendidikan Islam harus diarahkan kepada dua
dimensi: dimensi dialektika (horizontal), yaitu pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya dan
manusia harus mampu mengatasi tantangan dunia sekitarnya melalui pengembangan iptek; dan
dimensi ketundukan vertikal, yaitu pendidikan selain sarana untuk memantapkan, memelihara
sumber daya alam dan lingkungannya, juga memahami hubungannya dengan Sang Maha
Pencipta, yaitu Allah swt.24

22
Djohar, “Soal Reformasi Pendidikan Omong Kosong, Tanpa Mengubah UU No. 2/89,” Kedaulatan Rakyat,
May 4, 1999.
23
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam: Strategi Budaya Menuju Masyarakat Akademik, (Jakarta:
Logos, 1999), h. 15.
24
Hujair AH Sanaky, “Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern”, “Jurnal Pendidikan Islam, Konsep dan
Implementasi Vol. V. No. IV (August 1999): h. 11

13
Dari beberapa analisis di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam yang diinginkan
untuk dikembangkan adalah pendidikan yang menghilangkan atau tidak ada dikotomi antara
ilmu dan agama, serta ilmu tidak bebas nilai tetapi bebas dinilai. Selain itu, agama diajarkan
dengan bahasa ilmu pengetahuan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam sebagai bentuk bimbingan secara personalitas untuk memperoleh


kesempurnaan (insan kamil). Selain itu, pendidikan Islam merupakan sebuah sistem
pendidikan yang saling berkaitan dengan landasan spirit atau nilai-nilai Islam. Paradigma
pendidikan merupakan pandangan menyeluruh yang mendasari rancangan bangun suatu sistem
pendidikan. Ketika memahami paradigma pendidikan Islam, maka yang tersirat adalah
pendidikan yang bercirikan khas Islam sehingga mengindikasikan konsep pendidikan yang
secara akurat bersumber pada ajaran Islam.

Tantangan Pendidikan Islam di masa global dengan bergesernya struktur masyarakat dari
yang tradisional ke yang modern, dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, maka terbuka
pula berbagai job baru yang memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian. Untuk
menghadapi semua ini, tentu saja kurikulum di setiap lembaga pendidikan harus disesuaikan
dengan perkembangan zaman.

Tantangan persaingan global harus dijawab dan disongsong dengan menyusun berbagai
strategi. Adapun strateginya yaitu;

1. Diupayakan Pendidikan Islam lebih berorientasi atau “lebih menekankan pada upaya
proses pembelajaran (learning) daripada mengajar (teaching)
2. Mengorganisir struktur Pendidikan Islam yang lebih fleksibel”.
3. Pendidikan Islam dapat “memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki
karakteristik khusus dan mandiri”, dan
4. Pendidikan Islam “merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa
berinteraksi dengan lingkungan”.
B. Saran
Makalah merupakan sebuah karya tulis untuk mengetahui paradigma baru pendidikan
islam. Secara teknis penulisan, makalah dibuat secara tersistematis dan memperhatikan
kaidah penulisan makalah. Dari segi pengumpulan materi pun memperhatikan kajian
literatur. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih ada
kekurangan , Adapun kritik dan saran yang di sampaikan pembaca akan kami terima
sebagai bahan evaluasi makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Muhammad Al-Nauquib Al-Attas, 1984, Konsep Pendidikan dalam Islam, Suatu Rangka pikir
Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Mizan, Bandung.

H.A.R Tilaar, 1999, “Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional”, Bandung: Remaja Rosdakarya Cipta.

Andi Hidayat, “Metode Pendidikan Islam untuk Generasi Millenial,” FENOMENA 10, No. 1
(June 1, 2018): h. 63, https://doi.org?10.21093/fj.v10i1.1184.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Cet 10 (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011).

Muhaimin, Pemikiran Dan aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali


Pers, 2012).

Hamam Nasrudin, Humanisme Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam (Tinjauan


Filosofis atas pemikiran Abdurrahman Mas’ud), (Semarang: IAIN Walisongo2008).

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Paradigma Pendidikan Integratif,


(Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2009).

Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format non Dikotomik, (Yogyakarta: Gama Media. 2002)

Umiarso & Haris Fathoni Makmur, Pendidikan Islam dan Krisis Morisme Masyarakat
Modern, (Yogyakarta; IRCiSod. 2010).

Zainuddin, Paradigma Pendidikan Terpadu: Menyiapkan Generasi UlulAlbab, (Malang: UIN


Malang Press, 2011).

Umiarso & Haris Fathoni Makmur, Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat
Modern, (Yogyakarta: IRCiSod. 2010).

Achir, Yaumi C.A.. Reformasi Pendidikan Sebagai Upaya Memaksimalkan Hasil Pendidikan
dalam Dawam Rahardjo (ed). Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional. Cet. 1; Jakarta: PT.
Intermasa, 1997.

Bryan S. Truner, Weber and Islam.

16
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta:
Logos 1999.

Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya, 1993.

Musthafa Rembangy, Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan


Di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2010).

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004).

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000)

Onno W. Purbo, Tantangan Bagi Pendidikan Indonesia, From:


http://www.detik.com/net/onno/jurnal/20004/aplikasi/pendidikan/p-19.shtml.2000

Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam: Strategi Budaya Menuju Masyarakat


Akademik, (jakarta: Logos, 1999).

Hujair AH Sanaky, “Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern”, “Jurnal Pendidikan Islam,
Konsep dan Implementas” Vol. V. No. IV (August 1999).

Djohar, “Soal Reformasi Pendidikan Omong Kosong, Tanpa Mengubah UU No. 2/89,”
Kedaulatan Rakyat, May 4, 1999.

17

Anda mungkin juga menyukai