Anda di halaman 1dari 16

FILOSOFI KEPEMIMPINAN DAN KEPRIBADIAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan orang dalam memanfaatkan kekuasaannya
untuk mempengaruhi orang lain agar melaksanakan aktivitas tertentu, yang diarahkan pada tujuan yang telah
ditetapkan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu,tetapi dilaksanakan oleh orang lain. Orang
yang dipimpin adalah orang yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal
ataupun non formal.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi dari pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh
tersebut ada yang dibentuk oleh persyaratan formal dan ada yang merupakan pembawaan jiwanya. Pembentukan
pengaruh kepemimpinan bersifat natural, tidak diciptakan, dan merupakan bakat bawaan yang melekat dengan
sendirinya. Ada pula yang dibentuk secara struktural karena berdasarkan permainan politik yang diatur oleh
landasan legal formal atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, presiden yang dipilih oleh rakyat
melalui pemilihan umum. Pemimpin yang formal ataupun non formal, yang natural ataupun structural, harus
memiliki 1 sifat mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan
mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari mikrotik itu?
2. Bagaimana cara menginstal mikrotik pada virtual box
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari mikrotik?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian dan sejarah mikrotik
2. Dapat menyebutkan jenis-jenis mikrotik
3. Menjelaskan tentang cara install mikrotik

D. Manfaat Penulisan
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Filosofi kepemipina dan Kepribadian

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep kepemimpinan
Banyak pakar mendefinisikan kepemimpinan dalam berbagai perspektif. Stogdill menyatakan bahwa “adanya
bermacam-macam definisi kepemimpinan tampaknya merupakan suatu bukti kurang adanya penyesuaian mengenai
arti konsep kepemimpinan.” Dengan demikian, definisi berbagai kepemimpinan hanya dapat dipergunakan sebagai
penampung berbagai maksud kepemimpinan.
Lebih lanjut, melakukan pendekatan terhadap masalah definisi kepemimpinan dari asumsi dasar bahwa
kesamaan definisi itu adalah menyiapkan skema kategorisasi kepemimpinan secara garis besar, yaitu sebagai :
1. Fokus proses kelompok;
2. kepribadian dan pengaruhnya;
3. seni meningkatkan kepatuhan;
4. usaha meningkatkan pengaruh;
5. tindakan atau perilaku;
6. bentuk persuasi;
7. instrumen pencapaian tujuan;
8. pengaruh dari interaksi;
9. definisi peran;
10. inisiasi dan struktur.

Pemimpin atau leader adalah orang yang mempunyai bawahan atau orang yang mengendalikan jalannya
organisasi. Pemimpin adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam kepemimpinan, yaitu adanya
kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang tanggung jawab utama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
bawahannya. Meskipun tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara timbal balik dan
fungsional kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan. 2
Superioritas seorang pemimpin akan menentukan terbentuknya sikap taat dari seluruh bawahannya. Jika
seorang pemimpin kurang beribawa, kurang tegas, dan kurang ditunjang oleh pengetahuan tentang kepemimpinan,
bawahan akan meremehkan semua intruksinya dan menyepelekan kebijakan yang ditetapkan. Oleh karena itu,
kepemimpinan memerlukan keterampilan dan keahlian menggerakan orang lain.
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan orang dalam memanfaatkan kekuasaannya
untuk mempengaruhi orang lain agar melaksanakan aktivitas tertentu, yang diarahkan pada tujuan yang telah
ditetapkan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu,tetapi dilaksanakan oleh orang lain. Orang
yang dipimpin adalah orang yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal
ataupun non formal.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi dari pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh
tersebut ada yang dibentuk oleh persyaratan formal dan ada yang merupakan pembawaan jiwanya. Pembentukan
pengaruh kepemimpinan bersifat natural, tidak diciptakan, dan merupakan bakat bawaan yang melekat dengan
sendirinya. Ada pula yang dibentuk secara struktural karena berdasarkan permainan politik yang diatur oleh
landasan legal formal atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, presiden yang dipilih oleh rakyat
melalui pemilihan umum. Pemimpin yang formal ataupun non formal, yang natural ataupun structural, harus
memiliki 1 sifat mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan
mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.
Wahjosumidjo3 mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang
menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya
untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang positif, ia memberikan sumbangsih
nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, setiap kepemimpinan mencakup tiga unsur berikut:
1. Seorang pemimpin yang memimpin, mempengaruhi, dan memberikan bimbingan;
2. Anggota (bawahan) yang dikendalikan;
3. Tujuan yang diperjuangkan melalui serangkaian kegiatan.
Dengan konsep kepemimpinan tersebut arti kepemimpinan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Prajudi Atmosudirjo dalam ngalim purwanto mengatakan bahwa Kepemimpinan Adalah
kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang untuk men contohnya atau
mengikutinya, atau yang memancarkan pengaruh tertentu, kekuatan atau wibawa, sedemikian rupa sehingga
membuat sekelompok orang bersedia melakukan apa yang dihendaki-nya.
2. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari berbagai kegiatan, proses, atau kesediaan untuk
mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) dari kelompok orang, baik dalam hubungan organisasi formal
maupun informal.
3. Kepemimpinan adalah suatu seni, kesanggupan (ability), atau teknik untuk membuat sekelompok bawahan dalam
organisasi formal, atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal, mengikuti atau menaati segala apa
yang dikehendakinya, memiliki antusiasme dan bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan berkorban untuknya.
4. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang tertentu
biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa rasa takut, mereka bersedia bekerjasama
dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai tujuan organisasi.
5. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu sarana, instrumen atau alat, untuk membuat sekelompok orang
bersedia bekerja sama dan berdaya upaya menaati segala peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditentukan. Dalam hal ini kepemimpinan dipandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat orang-orang
bergerak, bergiat, berdaya upaya secara “kesatuan organisasi” untuk mencapai tujuan organisasi.4

Amitai Etzioni mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kekuatan karena adanya tabiat pemimpin yang
berwatak Penguasa dan memerintah dengan dasar kekuatan yang absolut. Fred E. Fiedler mengatakan bahwa
pemimpin adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas-tugas pengarahan dan pengordinasian yang
relevan dengan kegiatan kegiatan kelompok.
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa ciri fungsional yang melekat pada seorang pemimpin yaitu:
1. Watak dan kewibawaan;
2. Kekuasaan dalam pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya;
3. Hierarki kekuasaan structural;
4. Sikap ketegasan pengambilan keputusan;
5. Kecerdasan menganalisis persoalan yang menyangkut kepentingan umum;
6. Masa-masa ke berakhiran struktur kepemimpinan.

Seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki keahlian manajerial, tetapi juga harus memahami hal-hal yang
sifatnya teknis, meskipun seorang pemimpin yang berada pada organisasi yang besar tidak terlalu membutuhkan
keahlian teknis. Technical skill dibutuhkan oleh pemimpin organisasi yang skopnya kecil, seperti kepala teknik
perbengkelan, sehingga ia dapat memberikan saran yang aplikatif bagi anak buahnya. Akan tetapi, bagi seorang
kepala desa tidak perlu ahli pertanian meskipun masyarakatnya mayoritas petani.
Kelebihan lainnya yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah keterampilan berkomunikasi dengan orang lain,
memiliki kepiawaian berinteraksi, membangun relasi dan bersosialisasi sehingga kepemimpinannya dapat dirasakan
oleh masyarakat atau oleh seluruh anak buahnya. Pengaruh yang dimiliki pemimpin baru dirasakan ketika ia
menerapkan dalam hubungan dengan orang lain. Jadi pemimpin harus memiliki human relation skill keahlian
Membangun hubungan dengan orang lain. Pemimpin adalah seorang yang ahli membangun relasi dan ahli
berinteraksi dengan seluruh anak buahnya, bahkan dengan lingkungan sekitarnya yang lebih luas. 6
Dalam menjelaskan mengenai pemimpin dan kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Kekuasaan dan kewenangan yaitu kemampuan untuk bertindak bagi seorang pemimpin untuk menggerakan para
bawahannya agar mengikuti kehendak Nya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya;
2. Kewibawaan yaitu berbagai keunggulan yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga membedakan dengan yang
dipimpinnya dengan keunggulan tersebut orang lain patuh dan bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang
dikehendakinya;
3. Kemampuan yaitu keseluruhan daya baik berupa keterampilan sosial maupun keterampilan teknis yang melebihi
orang lain. 7

Kepemimpinan bertujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Tujuan kepemimpinan lebih merupakan kerangka ideal yang akan memberikan pedoman bagi setiap
kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Untuk memungkinkan tercapainya tujuan
tersebut, seorang pemimpin harus melakukan berbagai fungsi kepemimpinannya.
Ada 6 fungsi kepemimpinan yaitu:
1. Menentukan tujuan;
2. Menjelaskan kegiatan;
3. Melaksanakan kegiatan;
4. memilih cara yang tepat;
5. Memberikan penjelasan dan memutuskan;
6. Merangsang para anggota untuk bekerja.

Ngalim purwanto8 menyebutkan bahwa fungsi Kepemimpinan Adalah memandu, menuntun, membimbing,
memberi atau membangun motivasi motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan
komunikasi yang baik, memberikan supervisi yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada yang ingin
dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Burhanuddin,9 secara operasional mengklarifikasikan tiga fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
1. Fungsi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai artinya, pemimpin berusaha membantu kelompok untuk
merumuskan tujuan yang memenuhi syarat agar dapat dijadikan pedoman dalam menentukan kegiatan-kegiatan
organisasi.
2. Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Artinya,
pemimpin mampu menggerakkan bawahan agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
3. Teknik yang digunakan meliputi actuating, leading, directing, motivating dan staffing.
Fenomena kepemimpinan dapat dijelaskan melalui konsep-konsep dasar berikut:
1. Kepemimpinan adalah suatu daya yang mengalir dengan cara yang tidak diketahui antara pemimpin dan
pengikutnya, mendorong para pengikut untuk mengerahkan tenaga secara teratur menuju sasaran yang dirumuskan
bersama. Bekerja menuju sasaran dan pencapaiannya memberikan kepuasan bagi pemimpin dan pengikutnya.
2. Kepemimpinan juga mewarnai dan diwarnai oleh media lingkungan dan iklim tempat dia bekerja. Kepemimpinan
tidak bekerja dalam ruangan hampa, tetapi dalam suasana yang diciptakan oleh berbagai unsure. Tekanan terhadap
tata tertib bertujuan agar manusia dapat hidup dengan aman, tentram, dan damai. Hidup supel, sopan, selalu
mendahulukan kepentingan orang lain merupakan kebijaksanaan yang menggambarkan adanya pengendalian diri,
kepekaan terhadap pendapat orang lain, kesediaan untuk tidak menonjolkan diri atau bahkan merendahkan diri. 10
3. Kepemimpinan harus dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku, yang Dalam terma Jawa disebut dengan model
kepemimpinan yang sepi ing pamrih rame ing gawe memayu hayuning bawono, dan politik “rasa” dengan kultur
Jawa yang lebih mementingkan hidup manunggaling kawula Gusti, sebagai upaya untuk memberikan nuansa baru
kepemimpinan yang berkarakter.
4. Kepemimpinan bekerja menurut prinsip, alat, dan metode yang pasti dan tetap. Ada aturan main yang harus ditaati
oleh seorang pemimpin, yaitu protokoler yang mengikat bagi pemimpin.

Tanda-tanda seorang pemimpin yang berakal budi dan selalu bertindak berdasarkan pertimbangan rasionya,
menurut Bukhari al-Jauhari, antara lain sebagai berikut;
1. Bersikap baik terhadap orang yang berbuat jahat, berusaha menggembirakan hatinya, dan mengampuni bila benar-
benar bertobat.
2. Rendah hati kepada orang yang berkedudukan lebih rendah dan hormat kepada orang yang martabat, kepandaian
dan ilmunya lebih tinggi, menjaga Tata kosmik lingkungan dan sosialnya. Sebab, tata tertib kosmik tersebut
merupakan upaya manusia untuk menjadi lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Mulder, bahwa dalam batinnya
masyarakat Jawa membawa suatu percikan hakikat “kehidupan” yang menjiwai alam raya dan bumi. Secara mistis
ia merupakan suatu mikrokosmos yang berhubungan dengan makrokosmos, yaitu Sang Hidup. Dengan menguasai
eksistensi lahiriah, ia membebaskan daya kekuatannya guna mengembangkan hakikat batiniahnya dan melatih
rasanya, agar ia lebih serasi dengan kebenaran yang lebih tinggi (“suara dalam keheningan hakikat”).
3. Mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan cekatan pekerjaan yang baik dan perbuatan terpuji
4. Membenci pekerjaan yang keji perbuatan yang jahat, segala bentuk fitnah dan berita yang belum tentu
kebenarannya.
5. Mengatakan apa yang benar-benar dilihat dan diketahui, sesuai tempat dan waktu, yaitu arif menyampaikan suatu
berita, tidak bersekongkol atau melakukan kejahatan.
6. Dalam kesukaran selalu bergantung pada ajaran agama dan yakin bahwa Tuhan dapat memudahkan segala sukar,
apabila mau berikhtiar dan banyak berdoa.

Tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama. Jiwa kepemimpinan dapat merupakan bakat
alami, dan tentu bukan pemimpin yang baik, jika tidak memiliki keterampilan memengaruhi orang lain agar
mengerjakan semua rencananya.
Secara historis, ada tiga konsep kepemimpinan yang sudah umum diuraikan dalam kajian kepemimpinan,
sebagaimana ngalim Purwanto12 menjelaskan tiga konsep kepemimpinan yaitu sebagai berikut;
1. Suatu konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang
dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut konsep ini kepemimpinan diartikan sebagai traits
within individual leader. Seorang dapat menjadi pemimpin karena ia memang dilahirkan sebagai pemimpin dan
bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leaders were borned and not made). Konsep ini merupakan konsep
kepemimpinan yang paling tua dan paling lama dianut orang. Bahkan, dalam kehidupan masyarakat kita hingga saat
ini, konsep tersebut masih dapat dilihat dengan jelas. Masih banyak pandangan orang-orang, terutama dalam
masyarakat agraris feodal, bahwa seseorang dianggap sebagai pemimpin karena ia memiliki sifat-sifat yang baik
atau setidak-tidaknya memiliki potensi yang merupakan pembawaan atau bahkan keturunan, yang diharapkan dapat
menjadi suri teladan bagi orang-orang yang akan dipimpinnya. Sebagai contoh konkret adalah pemilihan calon
kepala desa di daerah daerah negeri kita.
2. Konsep bahwa kepemimpinan memiliki fungsi kelompok (function of the group). Menurut konsep ini, setidak-
tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang,
tetapi justru lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Setiap
kelompok memiliki sifat dan ciri yang berlainan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda-
beda.
3. Konsep yang tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi
dan politis. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai fungsi dari situasi (function of the
situation). Disamping sifat-sifat individu pemimpin dan fungsi-fungsi kelompok seperti pada konsep pertama dan
kedua, kondisi dan situasi tempat kelompok itu berada mendapat penganalisisan Pula dalam masalah kepemimpinan.
Konsep ini menunjukkan bahwa Betapapun seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik
dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan
pula oleh situasi yang selalu berubah yang memengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang
dipimpinnya. Kita mengetahui bahwa adat istiadat, kebudayaan mobilitas dan struktur social, politik pemerintahan
suatu masyarakat, selalu akan mengalami perkembangan kearah kemajuan. Demikian pula, organisasi-organisasi
dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat dan negara. Adanya perubahan dan perkembangan tersebut menurut
adanya perubahan dan perkembangan dalam sifat-sifat, kemampuan, dan gaya kepemimpinan yang diperlukan.
Seorang gubernur yang pernah sukses dalam memimpin suatu daerah pada masa yang lalu, belum bias dipastikan
bahwa ia akan sukses pula jika ia diangkat lagi dalam jabatan yang sama pada waktu sekaranng.

Tiga pandangan yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto, dapat dipahamio bahwa lahirnya pemimpin
memiliki dua kemungkinan, yaitu sebagai berikut;
1. Pemimpin yang hadir secara alami, yaitu manusia-manusia yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk menjadi pemimpin,
misalnya pemimpin dalam Negara yang berbentuk kerajaan absolute. Kepemimpinan tidak dibentuk atau
direncanakan, tetapi didasarkan pada keturunan.
2. Kepemimpinan yang dibentuk oleh kelompok tertentu dan dibesarkan oleh situasi politik yang memberi peluang
kesempatan untuk menjadi pemimpin. Seseorang diuji secara demokratis dalam pertarungan politik dan pelatihan
dalam karir politiknya sehingga ia terpilih menjadi seorang pemimpin. Keberlakuan kepemimpinan model ini sangat
kondisional dan situasional karena dalam waktu yang sudah direncanakan, kariernya akan berakhir, seperti seoranng
presiden yang kepemimpinannya diatur oleh Undang Undang 1945 bahwa ia hanya berhak menjadi presiden untuk
dua periode, itu pun harus melalui pemilihan umum.
B. Teori-teori Kepemimpinan
Teori-teori kepemimpinan yang berkembang adalah sebagai berikut
1. Teori genetic, yaitu kepemimpinan yang diartikan sebagai traits within the individual leader:
seseorang yang dapat menjadi pemimpin karena memang dilahirkan sebagai pemimpin dan
bukan kerena dibuat atau di didik untuk itu (leaders werer borned and not made).13 Teori ini
banyak ditantang oleh para ahli karena bakat seseorang sangat tipis jika berkaitan dengan
kepemimpina. Menurut C. Bird, bakat kepeninpinan hanya berkisar 5% sebab yang paling
menetukan adalah pendidikan dan pelatihan.
2. Teori social, teori yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (finction of the
group). Menurut teori ini sukses tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh
kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi yang lebih penting adalah
dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Setiap kelompok memiliki
sifat dan ciri yang berlainan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda
beda. Dalam teori ini, peranan masyarakat sangat penting sangat penting dalam menciptakan
seorang pemimpin. Misalnya, seorang tokoh agama yang kepemimpinannya dibentuk oleh
kesepakatan social dan kehendak masyarakat yang merasa telah memperoleh manfaat dari
aktivitas keagamaan tokoh agama tersebut. Setiap aktivitas seseorang dalam suatu kelompok
tertentu, dan orang tersebut dipandang memiliki kelebihan dari yang lainnya, kolompoknya akan
menjadikan ia sebagai pemimpin. Dengan teori ini, pemimpin bukan dilahirkan, melainkan
sengaja diciptakan dan dibuat didasarkan pada kesepakan social yang selalu hidup dalam
kelompok tertentu. Seorang persiden adalah pemimpin yang dibuay melalui pemilu , bukan
dilahirkan.
3. Teori situasional, yaitu kepmiminan yang sangat bergantung pada situasinya. Seorang kiai dapat
menjadi pemimpin yang berpengaruh bagi santrinya yang diasuh di pondok pesantren yang di
pimpinnya.akan tetapi, ketika kiai itu menjadi kepala desa diwilayahnya, masayarakat yang
dipimpinnya banyak yang menentang, karena mereka bukan santri, dan semua kalangan meminta
agar kiai tu kembali ke pondok pesantren yang dipimpinnya. Teori ini tidak hanya melihat
kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas
ekonomi dan politik. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari
situasi (function of the situation). Disamping sifat sifat individu pemimpin dan fungsi-fungsi
kelompok, seperti pada konsep pertama dan kedua, kondisi dan situasi tempat kelimpok itu
berada menentukan lahirnya kepemimpian. Hal ini karena betapapun seseorang pemimpin telah
memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota
kelompok, sukses tidaknya kepemimpinan ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah,
yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang dipimpinnya.
4. Teori ekologis, suatu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan penggabungan
antara bakat alami yang sudah ada dan sejak dilahirkan dengan pendidikan dan pelatihan yang
intensif. Teori ini tidak menolak adanya sumber natural kepemimpinan, tetapi sumber struktural
pun sangat membantu terbentuknya seorang pemimpin yang fungsional dan berpengaruh.
5. Teori sosio-behabioristik,14 yaitu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan dilahirkan hal-
hal berikut:
a. Bakat, keturunan, dan kecerdasan alamiah;
b. Pengalaman dalam kepemimpinan;
c. Pembentukan formal dalam organisasi;
d. Situasi lingkungan;
e. Pendidikan dan pelatihan;
f. Kesepakatan social dan kontrak politik.
Teori behaviorisme berasal dari psikologi terus diadopsi oleh berbagai cabang ilmu dalam
ilmu-ilmu social, tidak terkecuali manajemen dan administrasi. Dalam konteks kepemimpinan ,
teori perilaku merupakan teori yang paling menonjol karena teori ini memadukan seluruh
pandangan teori yang sudah ada, baik dari pijakan sosiologis, psikologis, politis, sini, tradisi
maupun dilihat dari pendekatan manajemen.
Tampaknya, teori ini lebih komprehensif dalam memandang kenyataan manusia dilihat dari
psroses pembentukan perilaku kepemimpinannya. Pada awalnya, bakat alami sudah ada dalam
diri manusia, minimal dalam memipin dirinya sendiri berkaitan dengan proses survivalnya,
kemudian manusia mengembangkan perilakunya melalui imitasi perilaku terhadap orang
terdekatnya. Manusia pun berkembang dengan pengalaman eksternal yang lebih luas, yang
menjadi stimulus utama perkembangan kepemimpinannya.
James Owens15 dalam The Leadership Game, mengemukakan dua teori dan satu matriks,
yaitu, trait theory dan Behavior theory, serta matriks of leadership style. Adapun Robert
Tannembaum dan Fred Massarik dalam Leadership a. Frame of Reference, mengemukakan
beberapa pendekatan , diantaranya trait appoarch, situatonal appoarch, dan follower-oriented
appoarch.16 Ada enam teori kepemimpinan yang dikembangkan yaitu: 1. Teori sifat (trait
theory), 2. Teori lingkungan (environment theory), 3. Teori pribadi dan situasi (personal-
situational theory), 4. Teori interaksi dan harapan (interaction-expectation theory), 5. Teori
humanistic (humanistic theory), 6. Teori pertukaran (exchange theory).17
Dari berbagai teori itu dapat didefentifikasikan bahwa pada dasarnya teori kepemimpinan itu
ada tiga macam, yaitu;
1. Teori sifat
2. Teori perilaku
3. Teori lingkungan
Teori pribadi dan situasi merupakan gabungan dari teori sifat dan lingkungan, sedangkan teori
interaksi dan harapan merupakan gabungan dari teori teori perilaku dan lingkungan.18
Pertama, teori sifat sering disebut juga teori genetis karena seorrang pemimpin dianggap
memiliki sifat-sifat yang dibawa semenjak lahirsebagai sesuatu yang diwariskan.19 Disamping
itu,teori ini sering juga disebut teori bakat karena ia menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan
bukan dibentuk.20
Kedua, teori perilaku yang memiliki dasar pemikiran bahwa kepemimpina harus dipandang
sebagai hubungan antara orang-orang, bukan sebagai sifat atau cirri-ciri seorang individu. Oleh
karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin itu
sendiri dengan anggotanya. Dengan kata lain, teori ini sangat memperhatikan perilaku pemimpin
(sebagai aksi) dan respon kelompok yang dipimpinnya (sebagai reaksi). Teori perilaku, yang
disebut juga teori humanistic lebih menekankan pada model atau gaya kepemimpinan yang
dijalankan oleh seorang pemimpin. Model dan gaya kepemimpinan ini dijabarkan oleh James
Owens dalam suatu matriks tentang gaya gaya kepemimpinan dalam bentuk model analitis yang
versinya dapat dipandang sebagai model-model baku.
Pendekatan sifat-sifat dan pendekatan perilaku tidak melahirkan konsepsi baru mengenai
kepemiompinan karena titik tolak perumusannya tetap sama, yaitu karekteristik mengenai
seseorang pemimpin. Pendekatan perilaku berdasarka pemikiran bahwa keberhasilan atau
kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan.
Pendekatan kontingensi berasumsi bahwa teknik manajeman yang baik akan memberikan
bantuan terhadap pencapaian sasaran organisasi yang mungkin bervariasi dalam situasi yang
berbeda, sehingga sering disebut dengan pendekatan situasional.
Ketiga, teori lingkungan yaitu munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari
waktu, tempat dan keadaan. Situasi dan kondisi tertentu yang berbeda menyebabkan kualitas
kepemimpinan yang berbeda pula. Seorang pemimpin yang berhasil pada situasi dan kondisi
tertentu belum menjami akan berhasil pada situasi dan kindisi yang lain. Dalam teori ini muncul
peryataan: leaders are made not born (pemimpin-pemimpin dibentuk bukan dilahirkan).
Lahirnya seorang pemimpin adalah melalui evolusi social dengan cara memanfaatkan
kemampuannya untuk berkarya dan bertindak mengatasi masalah-masalah yang timbul pada
situasi dan kondisi tertentu.22
Teori lingkungan pernah dikembangkan oleh V.H Vroom dan Philip Yellow (1973) dengan
mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha memberikan model normative. Mereka
berasumsi bahwa kepemimpinan akan berhasil apabila pemimpin mampu bersifat fleksibel
untuk mengubah gayanya agar cocok dengan situasi dan kondisi. Jadi, situasi dan kondisi yang
berubah menghendaki gaya dan model kepemipinan pun ikut berubah. Jika tidak demikian,
kepemimpina itu tidak akan berhasil secara maksimal. Akan tetapi, pada kenyataanya, studi
terhadap tiga teori menunjukan keberhasilannya masih diragukan. Alvin W. Gouldner misalnya,
setelah melakukan peneltian menyimpulkan bahwa pada saat ini tidak ada bukti yang dapat
diandalkan mengenai keberadaan sifat-sifat kepemimpinan yang universal. Diantara kelemahan
yang dimiliki teori sifat adalah 1. Diantara pendukungnya tidak ada penyesuaian atau kesamaan
mengenai perincian sifat dimaksud; 2. Terlalu sulit untuk menetapkan sifat yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin; 3. Sejarah membuktikan bahwa situasi dan kondisi tertentu memerlukan
sifar pemimpin yang tertentu pula.23

C. Gaya dan Model Kepemipinan


Ada beberapa gaya kepemipinan, yaitu;

a. Kepemimpinan yang autokratis


Dalam kepemimpinan yang autokratis, pemimpin bertidak sebagai dictator terhadap
anggota-anggota kelompoknya. Pemimpin autokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang
dari suatu sumber (misalnya, karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau keuasaan untuk
memberikan penghargaan ataupun menghukum. Ia menggunakan otoritasnya sebagai pegangan
atau hanya sebagai alat atau metode agar segala sesuatunya dapat dijalankan serta diselesaikan.
Hal yang dilakukan oleh pemimpin dengan gaya ini hanyalah memberitahukan tugas orang serta
menuntut kepatuhan secara patuh.27
Seorang pemimpin yang autokratis ialah seorang pemimpin yang memiliki cirri-ciri
sebagai berikut:
1. Menganggap organisasi milik pribadi
2. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
4. Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat;
5. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya;
6. Dalam tindakannya sering mepergunakan appoarch yang mengandung unsure-unsur paksaan dan
punitive (bersifat menghukum).
Dalam sifat-sifat tersebut diatas, jelas bahwa gaya kepemimpinan ini tidak tepat untuk suatu
organisasi modern yang mengangkat hak-hak asasi manusia detempat yang sederajat secara
manusiawi.28

b. Tipe militeristis
Seorang pemimpun yang bertipe milteristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
1. Dalam menggerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah;
2. Dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;
3. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
4. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
5. Sukar menerima kritik dari bawahannya;
6. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

c. Gaya paternalistic
Ciri-ciri gaya paternalistic ialah:
1. Seseoarang yang menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
2. Bersikap terlalu melindungi (overly protective)
3. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil
keputusan;
4. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya;
5. Sering bersikap mahatahu.

d. Gaya atau model kontingensi


Gaya kepemimpinan ini dikembangkan oleh fred E. Fielder. Dia berpendapat bahwa
keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang
diterapkannya. Dengan kata lain, tidak ada seorang pemimpin yang dapat berhasil hanya dengan
menerapkan satu macam gaya untuk semua situasi. Seorang pemimpin akan berhasil
menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan untuk
menghadapi situasi yang berbeda. Menrut pendekatan ini, ada tiga variable yang menentukan
efektif-tidaknya kepemimpinan, yaitu; 1. Hunungan antara pemimpin dengan yang dipimpin; 2.
Derajat struktur tugas, dan; 3. Kedudukan keuasaan pimpinan.29
Gaya kepemimpinan kontingensi Fielder memandang bahwa keberhasilan kepemimpinan
dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh:
1. Hubungan interaksional yang harmonis antara atasan dan bawahan;
2. Pembagian tugas dankewajiban diikuti oleh wewewnang dan tanggung jawab yang jelas;
3. Pemimpin yang kuat secara legal formal.

e. Gaya atau model kepemimpinan tiga dimensi


Gaya kepemimpinan ini dikemukakan oleh Willian J. Reddin (1970). Model ini
dinamakan three-dimesional-model karena pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya
kepemimpinan, yang disebut gaya dasar, gaya efektif, dan gaya tak efektif menjadi satu
kesatuan. Berdasarkan dua perilaku kepemimpinan, yaitu berorientasi pada orang (people
oriented) dan berorientasi pada tugas (task oriented).30

f. Gaya kepemimpinan laissez faire


Gaya ini disebut juga gaya kepemimpinan bebas berkehendak. Organisasi dibentuk tanpa
kejelasan aturan dan para anggota bebas mengungkapkan keinginannya masing-masing. Gaya ini
seolah olah tidak mengenal hierarki structural, atasan bawahan, pembagian tugas yang kabur,
dan tidak terjadi proses kepemimpinan fungsional ataupun structural.

g. Kepemimpinan yang demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan moderenis dan
partisipatif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua anggota diajak berpartisipasi
menyumbangkan pikiran dan tenaganya utnuk mencapai tujuan organisasi. Gaya demokratis
adalah kebalikan dari gaya autokratis.
Pemimpin yang bertipe demokratis memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mengembangkan kreativitas anak buah;
2. Memberikan kesempatan kepada anak buah untuk mengambil keputusan;
3. Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama;
4. Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi;
5. Mendahulukan kepentingan darurat demi keselamatan jiwa anak buahnya dan keselamatan
organisasi yang dipimpinnya;
6. Mengembangkan regenerasi kepemimpinan;
7. Perluasan kaderisasi agar anak buahnya lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan;
8. Memandang semua masahah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.33

D. Tugas dan Fungsi Kepemimpinan


Hasil penelitian Stogdill menyimpilkan bahwa kepemimpinan ditandai dengan bermacam macam
sifat yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. Capacity, meliputi;
a. Kecerdasan;
b. Kewaspadaan;
c. Kemampuan bicara;
d. Keaslian;
e. Kemampuan nilai.
2. Achievment, , meliputi;
a. Gelar kesarjanaan;
b. Pengetahuan;
c. Keberhasilan;
d. Olahraga.
3. Responsibility, meliputi;
a. Mandiri berinisiatif;
b. Tekun;
c. Agresif;
d. Percaya diri;
e. Berkeinginan untuk maju.
4. Participation, meliputi:
a. Aktif;
b. Kemampuan bergaul;
c. Kerja sama;
d. Mudah menyesuaikan diri;
e. Humoris.
5. Status, meliputi:
a. Kedudukan social ekonomi;
b. Ketenaran.
6. Situation, meliputi:
a. Mental yang baik;
b. Status yang baik;
c. Mempunyai keahlian;
d. Berkeinginan untuk maju;
e. Berdaya kepengikutan;
f. Berorientasi pada tujuan.
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Adil, yang meletakkan segala sesuatu secara proporsional, tertib, dan disiplin. Ia tidak berat
sebelah, tidak pilih-pilih bulu, dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
b. Amanah, artinya jujur, bertanggung jawab, dan mempertanggung jawabkann seluruh titipan
aspirasi masyarakat atau bawahannya. Tidak melakukan pengkhianatan kepada masyarakatnya.
c. Fathanah, artinya memiliki kecerdasan.
d. Tablig, artinya menyampaikan segala hal dengan benar, tidak ada yang ditutup tutupi, terbuka,
dan menerima saran atau kritik dari bawahannya.
e. Shidiq, artinya benar, sebagai cirri dari perilaku pemimpin yang adil, apa yang dikatakan sama
dengan apa yang dilakukan.
f. Qana’ah, artinya menerima apa adanya, tidak serakah, dan pandai berterimakasih kepada Tuhan.
Pemimpin yang qana’ah adalah pemimpin yang tidak akan melakukan korupsi dan merugikan
uang Negara, mengambing hitamkan masyarakat dan anak buahnya.
g. Siyasah, artinya pemimpin yang pandai mengatur strategi guna memperoleh kemaslahatan bagi
masyarakat atau anak buahnya.
h. Sabar, artinya pandai mengendalikan hawa nafsu dan menyalurkan seluruh tenaga serta
pikirannya dengan kecerdasan yang optiomal.
Pemimpin memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu,
dalam limgkungan keluarga,masyarakat maupun dalam kehidupan bernegara.
Diantaranya peran-peran yang penting dari pemimpin adalah sebagai berikut:
1. Pelaku pertama yang memberikan contoh dalam melaksanakan berbagai tugas atau program
yang telah direncanakan dan disepakati bersama.
2. Merencanakan berbagai program dan membicarakannya dengan semua staffnya.
3. Representasi dari semua bawahannya.. citra sebuah organisasi, keluarga, bangsa dan Negara,
termasuk lembaga pendidikan berada ditangan pemimpinnya.
4. Pengontrol dan pengawas semua aktivitas bawahannya.
5. Tegas dan konsekuen dengan janji-janjinya sehingga bawahannya semakin menaruh
kepercayaan yang besar.

Tugas dan fungsi pemimpin sangat strategis terutama dalam hal-hal berikut:
1. Penyelenggara atau pelaksana organisasi, artinya berfungsi sebagai eksekutif manajemen.
2. Penanggung jawab kemajuan dan kemunduran organisasi.
3. Pengelola organisasi.
4. Penguasa yang berwenang mendelegasikan tugas-tugasnya kepada bawahannya.
5. Perencana kegiatan.
6. Pengambil keputusan.
7. Konseptor.
8. Penenti kesejahteraan bawahannya.
9. Pemberi reward dan imbalan.
10. Representasi kelompoknya.
11. Pemegang utama harmonisasi antar pegawai.
12. Pembentuk kerjasama antar pegawai.
13. Suri teladan.

E. Tujuan Kepemimpinan dalam Organisasi


Kepemimpinan yang efektif, yaitu suatu proses untuk menciptakan wawasan,
mengembangkan suatu strategi, membangun kerja sama, dan mendorong tindakan untuk lebih
maju. Pemimpin yang efektif memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka
panjang kelompok yang terlibat;
2. Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju arah wawasan tersebut;
3. Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan yang bekerja sama, persetujuan, kerelaan atau
kelompok kerjanya dibutuhkan untuk menghasilkan pergerakan itu;
4. Member motivasi yang kuat kepada kelompok inti yang tindakannya merupakan penentu untuk
melaksanakan strategi.

Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja
dan tingkat prestasi organisasi. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan
merupakan factor penting bagi efektivitas seorang pemimpin. Apabila organisasi dapr
mengidentifikasikan yang behubungan dengan kepemimpinan , kemampuan untuk menyeleksi
pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat. Apabila organisasi dapat mengidentifikasikan
perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan secara efektif, organisasi tersebut akan menjadi besar
dan sukses.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua orang
atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan
bersama.
Setiap pemimpin harus mempu menganalisis situasi social kelompok atau organisasinya
yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dan
bantuan orang-orang yang dipimpinnya. Hill dan Caroll menyatakan dua dimensi kepemimpinan,
yaitu:
1. Dimensi kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang
terlihat pada tanggpan orang-orang yang dipimpinnya;
2. Dimensi dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan
tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui
keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.

Kepemimpinan merupakan konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadang-kadang,


kepemimpinan mengarah pada seni, tetapi sering pula berkaitan dengan ilmu. Pada
kenyataannya, kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu.
Pada prinsipnya, kepemimpinan adalah proses pengaruh social yang mengupayakan
partisipasi suka rela para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran organisasi
Secara umum, seorang pemimpin yang baik harus memliki beberapa karakteristik berikut.38
1. Tanggung jawab yang seimbang
Keseimbangan disini adalah tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung
jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut.
2. Model peranan yang positif
Peranan adalah tanggung jawab, perilaku atau prestasi yang diharapkan dari seeorang yang
memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang baik harus dapat
dijadikan panutan dan contoh bawahannya.
3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik
Pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan
cara yang tepat.
4. Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh
tersebut untuk hal-hal yang positif.
5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan
pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap sudut pandangnya serta mengarahkan
mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut.

Kepemiminan bukanlah fungsi dari kharisma. Oleh karena itu, tidak bias hanya dengan
mengandalkan kharisma yang ia miliki dalam usaha memimpin suatu kelompok tertentu. Apabila
seorang pemimpin mencoba menggunakan citra dan charisma semata untuk memimpin suatu
organisasi, ia bukanlah pemimpin melainkan misleader.
Dari perspektif yang dikemukakan,
Dari semua aspek yang perlu dimiliki oleh seorang mpemimpin, aspek penting lainnya
dari keterampilan manusiawi seorang pemimpin terletak pada keterampilan manajerial personel.
Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-
hubungan penting dalam mencapai tujuan, perincian, dan keterampilan seorang pemimpin.
Untuk mewujudkan tugas-tugas diatas, peranan seorang pemimpin dalam melakukan
hubungan kemanusiaan didukung pula oleh kemampuan manajemen. Miftah Thoha berpendapat
bahwa,41 manajeman adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi melalui orang lain,
sedangkan kepemimpinan dapat terjadi setiap saat dan dimana pun asalkan ada orang yang
berusaha untuk memengaruhi perilaku orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk
alasannya.
Dari penjelasan tersebut, peran seorang pemimpin sebagai organisator akan berjalan
secara efektif manakaladitunjang oleh keterampilan hubungan kemanusiaan sebagaimana
dijelaskan diatas.
Suatu pengkajian yang dilakukan olehPerhimpunan Manejer di AS menyatakan bahwa
sebagian besar dari 200 orang manajer yang diteliti sepakat mengenai keterampilan yang paling
pentig bagi seorang manajer. Keterampilan tersebut adalah kemampuan untuk bekerja sama
dengan orang lain.41 Keterampilan ini dinilai lebih penting dari kecerdasan, pengetahuan, dan
keterampilan jabatan. Adapun conceptionalskill berkenaan dengan kemampuan untuk
memikirkan cara meningkatkan efektifitas organisasi melalui penciptaan ide-ide kreatif dan
inovatif yang dapat dilaksanakan bagi perkembangan organisasi, baik dimasa kini maupun
dimasa yang akan dating.
Proporsi tiap-tiap keterampilan yang perlu dimiliki itu berbeda pada setiap level
pimpinan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa definisi kepemimpinan menggambarkan ‘asumsi’ bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang, baik individu maupun kelompok. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan
bersama.Karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip belajar seumur hidup, berorientasi pada
pelayanan dan membawa energi positif.Tujuan manajemen dapat tercapai bila organisasi memiliki memiliki
pemimpin yang handal.

Anda mungkin juga menyukai