Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STANDAR KOMPETENSI KONSELOR DAN PENYELENGGARAAN


PENDIDIKAN PROFESIONAL KONSELOR

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Rofiqah, M.Pd

Oleh:

Faisol (19410043)
M. Khalifah Paskhal S (19410098)
M. Ilham Akbar (19410172)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SW. Berkat limpahan rahmat
dan kerunianya yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling.
Kami tentu menyadari bahwa makalah kami tidak sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik serta saran untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Malang, 4 Oktober 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling


Pada lingkungan masyarakat tumbuh kebutuhannya yang meningkat akan
adanya tenaga bimbingan konseling, atau tenaga yang mampu
mengembangkan ketrampilan, dan hubungan antar orang pada umumnya.
Tenaga konselor ini diperlukan di berbagai lingkungan, seperti di sekolah,
di lingkungan industri, dan lain-lain. ketrampilan konselor ini dapat
dimanfaatkan di berbagai wilayah kerja yang berbeda tersebut. Memang
cukup luas cakupan dari tugas seorang konselor. Konselor harus memiliki
pengalaman yang luas dan lebih tanggap dengan situasi apapun. Problem
yang tidak diinginkan dari seorang konselor adalah problem dari diri
sendiri yakni kurang adanya pengalaman, kurang informasi, apalagi sikap
yang tertutup , cuek, menganggap dirinya paling hebat, baik dalam bidang
ilmu maupun kedudukan. Tentu semua hal tersebut akan mengganggu, dan
menambah masalah dari pihak klien dan masyarakat sekitar

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Standar Kompetensi Konselor ?
2. Bagaimana Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Konselor
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Standar Kompetensi Konselor
2. Untuk mengetahui Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Konselor

BAB II

PEMBAHASAN
A. Standar Kompetensi Konselor
1. Kerangka Pikir Dasar
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan
sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitataor, dan instruktur (UU
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti
bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks tugas dan
ekspektasi kinerja. Demikian juga konselor memiliki keunikan konteks
tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak persis sama dengan guru. Hal ini
mengandung implikasi bahwa untuk masing-masing kualifikasi pendidik,
termasuk konselor, perlu disusun standar kualifikasi akademik dan
kompetensi berdasar kepada konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing-
masing.
Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta pemikiran
yang telah dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayanan ahli bimbingan dan
konseling yang diampu oleh Konselor berada dalam konteks tugas
“kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikan individu dalam
menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang
pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih,
meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang
produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli
kemaslahatan umum melalui pendidikan”.
Sedangkan ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan
bimbingan dan konseling selalu digerakkan oleh motif altruistik dalam arti
selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman,
serta mengedepankan kemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan
dengan selalu mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari
tindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga
pengampu pelayanan profesional itu juga dinamakan “the reflective
practitioner”.  
1. Sosok Utuh Kompetensi Konselor
Sebagaimana lazimnya dalam suatu profesi, sosok utuh kompetensi
konselor terdiri atas 2 komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam
praksis sehingga tidak bisa dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan
kompetensi profesional.
a. Kompetensi Akademik Konselor 
Sebagaimana layanan ahli pada bidang lain seperti akuntansi,
notariat dan layanan medik, kompetensi akademik konselor yang utuh
diperoleh melalui Program S-1 Pendidikan Profesional Konselor
Terintegrasi (Engels, D.W dan J.D. Dameron, (Eds.)1, 1990). Ini
berarti, untuk menjadi pengampu pelayanan di bidang bimbingan dan
konseling, tidak dikenal adanya pendidikan profesional konsekutif
sebagaimana yang berlaku di bidang pendidikan profesional guru.
Kompetensi akademik seorang Konselor Profesional terdiri atas
kemampuan:
1. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani. Sosok
kepribadian serta dunia konseli yang perlu didalami oleh konselor
meliputi bukan saja kemampuan akademik yang selama ini dikenal
sebagai Inteligensi yang hanya mencakup kemampuan kebahasaan
dan kemampuan numerikal-matematik yang lazim dinyatakan
sebagai IQ yang mengedepankan kemampuan berpikir analitik,
melainkan juga seyogyanya melebar ke segenap spektrum
kemampuan intelektual manusia sebagaimana dipaparkan dalam
gagasan inteligensi multipel (Gardner, 1993) selain juga
menghormati keberadaan kemampuan berpikir sintetik dan
kemampuan berpikir praktikal di samping kemampuan berpikir
analitik yang telah dikenal luas selama ini (Sternberg, 2003),
motivasi dan keuletannya dalam belajar dan/atau bekerja
(perseverance, Marzano, 1992) yang diharapkan akan menerus
sebagai keuletan dalam bekerja, kreativitas yang disandingkan
dengan kearifan (a.l. Sternberg, 2003) serta kepemimpinan, yang
dibingkai dengan kerangka pikir yang memperhadapkan
karakteristik konseli yang telah bertumbuh dalam latar belakang
keluarga dan lingkungan budaya tertentu sebagai rujukan normatif
beserta berbagai permasalahan serta solusi yang harus dipilihnya,
dalam rangka memetakan lintasan perkembangan kepribadian
(developmental trajectory) konseli dari keadaannya sekarang ke
arah yang dikehendaki. Selain itu, sesuai dengan panggilan
hidupnya sebagai pekerja di bidang profesi perbantuan atau
pemfasilitasian (helping professions), dalam upayanya mengenal
secara mendalam konseli yang dilayaninya itu, konselor selalu
menggunakan penyikapan yang empatik, mengormati keragaman,
serta mengedepankan kemaslahatan konseli dalam pelaksanaan
layanan ahlinya.
2. Menguasai khasanah teoretik dan prosedural termasuk teknologi
dalam bimbingan dan konseling. Penguasaan khasanah teoretik dan
prosedural serta teknologik dalam bimbingan dan konseling (Van
Zandt, Z dan J. Hayslip, 2001) mencakup kemampuan:
 Merancang kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
 Mengimplementasikan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling.
 Menilai proses dan hasil kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling serta melakukan penyesuaian-penyesuaian sambil
jalan (mid-course adjustments) berdasarkan keputusan
transaksional selama rentang proses bimbingan dan konseling
dalam rangka memandirikan konseli (mind competence).
 Mengembangkan profesionalitas sebagai konselor secara
berkelanjutan.
a. Kompetensi Profesional Konselor 
Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui
latihan dalam menerapkan Kompetensi Akademik dalam bidang
bimbingan dan konseling yang telah dikuasai itu dalam konteks otentik
di sekolah atau arena terapan layanan ahli lain yang relevan melalui
Program Pendidikan Profesi Konselor berupa Program Pengalaman
Lapangan (PPL) yang sistematis dan sungguh-sungguh (rigorous),
yang terentang mulai dari observasi dalam rangka pengenalan
lapangan, latihan keterampilan dasar penyelenggaraan konseling,
latihan terbimbing (supervised practice) yang kemudian terus
meningkat menjadi latihan melalui penugasan terstruktur (self-
managed practice) sampai dengan latihan mandiri (self-initiated
practice) dalam program pemagangan, kesemuanya di bawah
pengawasan Dosen Pembimbing dan Konselor Pamong3 (Faiver,
Eisengart, dan Colonna, 2004). 
Sesuai dengan misinya untuk menumbuhkan kemampuan
profesional konselor, maka kriteria utama keberhasilan dalam
keterlibatan mahasiswa dalam Program Pendidikan Profesi Konselor
berupa Program Pengalaman Lapangan itu adalah pertumbuhan
kemampuan calon konselor dalam meng-gunakan rentetan panjang
keputusan-keputusan kecil (minute if-then decisions atau tacit
knowledge) yang dibingkai kearifan dalam mengorkestrasikan
optimasi pemanfaatan dampak layanannya demi ketercapaian
kemandirian konseli dalam konteks tujuan utuh pendidikan. Oleh
karena itu, pertumbuhan kemampuan mahasiswa calon konselor
sebagaimana digambarkan di atas, mencerminkan lintasan dalam per-
tumbuhan penguasaan kiat profesional dalam penyeleng-garaan
pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berdampak menumbuhkan
sosok utuh profesional konselor sebagai praktisi yang aman buat
konseli (safe practitioner (lihat kembali, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi,
2003; Schone, 1983; Corey, 2001; Hogan-Garcia, 2003; Sternberg,
2003).

1. Rincian Kompetensi Konselor 


a. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

No Kompetensi Subkompetensi
1. Menghargai dan 1. Mengaplikasikan pandangan
menjunjung tinggi nilai- positif dan dinamis tentang
nilai kemanusiaan, manusia sebagai makhluk
individualitas, kebebasan spiritual, bermoral, sosial,
memilih, dan individual, dan berpotensi.
mengedepankan 2. Menghargai dan
kemaslahatan konseli mengembangkan potensi
dalam konteks positif individu pada umumnya
kemaslahatan umum dan konseli pada khususnya.
3. Peduli terhadap kemaslahatan
manusia pada umumnya dan
konseli pada khususnya.
4. Menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sesuai
dengan hak asasinya.
5. Toleran terhadap permasalahan
konseli.
2. Mengaplikasikan 1. Mengaplikasikan kaidah-
perkembangan fisiologis kaidah perilaku manusia,
dan psikologis serta perkembangan fisik dan
perilaku konseli psikologis individu terhadap
sasaran layanan bimbingan dan
konseling dalam upaya
Pendidikan.
2. Mengaplikasikan kaidah-
kaidah kepribadian,
individulaitas dan perbedaan
konseli terhadap sasaran
layanan bimbingan dan
konseling dalam upaya
Pendidikan.
3. Mengaplikasikan kaidah-
kaidah belajar terhadap sasaran
layanan bimbingan dan
konseling dalam upaya
Pendidikan.
4. Mengaplikasikan kaidah-
kaidah keberbakatan terhadap
sasaran layanan bimbingan dan
konseling dalam upaya
Pendidikan.
5. Mengaplikasikan kaidah-
kaidah kesehatan mental
terhadap sasaran layanan dan
bimbingan konseling dalm
ranah pendidikan.

a. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling

No Kompetensi Sub kompetensi

1. Menguasai teori dan 1. Menguasai ilmu pendidikan dan


praksis pendidikan landasan keilmuannya.
2. Mengimplementasikan prinsip-
prinsip pendidikan dan proses
pembelajaran.
Menguasai landasan budaya dalam
praksis pendidikan

2. Menguasai esensi 1. Menguasai esensi bimbingan


pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur
dan konseling dalam pendidikan formal, nonformal
jalur, jenjang, dan jenis dan informal.
satuan pendidikan 2. Menguasai esensi bimbingan
dan konseling pada satuan jenis
pendidikan umum, kejuruan,
keagamaan, dan khusus.
3. Menguasai esensi bimbingan
dan konseling pada satuan
jenjang pendidikan usia dini,
dasar dan menengah
3. Menguasai konsep dan 1. Memahami berbagai jenis dan
praksis penelitian dalam metode penelitian.
bimbingan dan konseling 2.  Mampu merancang penelitian
bimbingan dan konseling.
3. Melaksaanakan penelitian
bimbingan dan konseling.
4. Memanfaatkan hasil penelitian
dalam bimbingan dan konseling
dengan mengakses jurnal
pendidikan dan bimbingan dan
konseling
4.. Menguasai kerangka 1. Mengaplikasikan hakikat
teoretik dan praksis pelayanan bimbingan dan
bimbingan dan konseling konseling.
2. Mengaplikasikan arah profesi
bimbingan dan konseling.
3. Mengaplikasikan dasar-dasar
pelayanan bimbingan dan
konseling.
4. Mengaplikasikan pelayanan
bimbingan dan konseling sesuai
kondisi dan tuntutan wilayah
kerja.
5. Mengaplikasikan
pendekatan /model/jenis
layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan
konseling.
6. Mengaplikasikan dalam praktik
format pelayanan bimbingan
dan konseling. 
a. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan

No Kompetensi Sub Kompetensi

1. Merancang program 1. Menganalisis kebutuhan


Bimbingan dan konseli.
Konseling 2. Menyusun program bimbingan
dan konseling yang
berkelanjutan berdasar
kebutuhan peserta didik secara
komprehensif dengan
pendekatan perkembangan.
3. Menyusun rencana pelaksanaan
program bimbingan dan
konseling.
4. Merencanakan sarana dan biaya
penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling
2. Mengimplementasikan 1. Melaksanakan program
program Bimbingan dan bimbingan dan konseling. 
Konseling yang 2. Melaksanakan pendekatan
komprehensif kolaboratif dalam layanan
bimbingan dan konseling.
3. Memfasilitasi perkembangan
akademik, karier, personal, dan
sosial konseli.
4. Mengelola sarana dan biaya
program bimbingan dan
konseling.
3. Menilai proses dan hasil 1. Melakukan evaluasi hasil,
kegiatan Bimbingan dan proses, dan program bimbingan
Konseling dan konseling.
2. Melakukan penyesuaian proses
layanan bimbingan dan
konseling.
3. Menginformasikan hasil
pelaksanaan evaluasi layanan
bimbingan dan konseling
kepada pihak terkait.
4. Menggunakan hasil
pelaksanaan evaluasi untuk
merevisi dan mengembangkan
program bimbingan dan
konseling
4. Menguasai konsep dan 1. Menguasai hakikat asesmen.
praksis asesmen untuk 2. Memilih teknik asesmen, sesuai
memahami kondisi, dengan kebutuhan layanan
kebutuhan, dan masalah bimbingan dan konseling.
konseli 3. Menyusun dan
mengembangkan instrumen
asesmen untuk keperluan
bimbingan dan konseling.
4. Mengadministrasikan asesmen
untuk mengungkapkan
masalah-masalah konseli. 

a. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan

No Kompetensi Sub Kompetensi

1. Beriman dan bertakwa 1. Menampilkan kepribadian yang


kepada Tuhan Yang beriman dan bertakwa kepada
Maha Esa Tuhan Yang Maha Esa.
2. Konsisten dalam menjalankan
kehidupan beragama dan
toleran terhadap pemeluk
agama lain.
3. Berakhlak mulia dan berbudi
pekerti luhur
2. Menunjukkan integritas 1. Menampilkan kepribadian dan
dan stabilitas kepribadian perilaku yang terpuji (seperti
yang kuat berwibawa, jujur, sabar, ramah,
dan konsisten).
2. Menampilkan emosi yang
stabil.
3. Peka, bersikap empati, serta
menghormati keragaman dan
perubahan.
4. Menampilkan toleransi tinggi
terhadap konseli yang
menghadapi stres dan frustasi.
5. Menampilkan tindakan yang
cerdas, kreatif, inovatif, dan
produktif.
6. Bersemangat, berdisiplin, dan
mandiri.
7. Berpenampilan menarik dan
menyenangkan.Berkomunikasi
secara efektif
3. Memiliki kesadaran dan 1. Memahami dan mengelola
komitmen terhadap etika kekuatan dan keterbatasan
profesional pribadi dan profesional. 
2. Menyelenggarakan layanan
sesuai dengan kewenangan dan
kode etik profesional konselor.
3. Mempertahankan objektivitas
dan menjaga agar tidak larut
dengan masalah konseli. 
4. Melaksanakan referal sesuai
dengan keperluan 
5. Peduli terhadap identitas
profesional dan pengembangan
profesi.
6. Mendahulukan kepentingan
konseli daripada kepentingan
pribadi konselor
4. Mengimplementasikan 1. Memahami dasar, tujuan,
kolaborasi intern di organisasi, dan peran pihak-
tempat bekerja pihak lain (guru, wali kelas,
pimpinan sekolah/madrasah,
komite sekolah/madrasah) di
tempat bekerja.
2. Mengkomunikasikan dasar,
tujuan, dan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling
kepada pihak-pihak lain di
tempat bekerja.
3. Bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait di dalam tempat
bekerja (seperti guru, orang tua,
tenaga administrasi)
5. Berperan dalam 1. Memahami dasar, tujuan, dan
organisasi dan kegiatan AD/ART organisasi profesi
profesi bimbingan dan bimbingan dan konseling untuk
konseling pengembangan diri dan profesi.
2.  Menaati Kode Etik profesi
bimbingan dan konseling.
Aktif dalam organisasi profesi
bimbingan dan konseling untuk
pengembangan diri dan profesi

6. Mengimplementasikan 1. Mengkomunikasikan aspek-


kolaborasi antarprofesi aspek profesional bimbingan
dan konseling kepada
organisasi profesi lain.
2. Memahami peran organisasi
profesi lain dan
memanfaatkannya untuk
suksesnya pelayanan
bimbingan dan konseling.
3. Bekerja dalam tim bersama
tenaga paraprofesional dan
profesional profesi lain. 
4. Melaksanakan referal kepada
ahli profesi lain sesuai dengan
keperluan
B. Lembaga Penyelenggara Pendidikan Profesional Konselor
Persyaratan dan prosedur yang perlu dipenuhi oleh lembaga yang
bermaksud untuk menyelenggarakan Program S-1 Pendidikan
Profesional Konselor terdiri atas (1) Persyaratan Lembaga
Penyelenggara, dan (2) Mekanisme Perizinan.
1) Persyaratan Lembaga Penyelenggara
Program Pendidikan Profesional Konselor dapat diselenggarakan
dengan memenuhi syarat-syarat kelembagaan sebagai berkut.
a. Penyelenggara adalah perguruan tinggi yang mengemban
mandat kependidikan dengan perwadahan kelembagaan yang
tepat, serta dengan visi dan misi yang mengayomi Pendidikan
Profesional Konselor
b. Program Pendidikan Profesional Konselor diselenggarakan
oleh Jurusan atau Program Studi Bimbingan dan Konseling.
c. Penyelenggaraan program S-1 Pendidikan Profesional
Konselor merupakan bagian integral dalam kegiatan fakultas
dan universitas
d. Sumber-sumber pendanaan S-1 Pendidikan Profesional
Konselor pada jenjang fakultas dan universitas harus jelas dan
berimbang dengan program S-1 lainnya, di samping sumber-
sumber dana yang diupayakan sendiri oleh jurusan/program
studi.
e. Bagi lembaga yang pernah menyelenggarakan program
Pendidikan Profesional Konselor (program studi Bimbingan
dan Konseling) yang di-phasing out, dengan memperhatikan
kebutuhan akan lulusan, diizinkan menyelenggarakan program
S-1 Pendidikan Profesional Konselor kembali, jika
berdasarkan laporan studi kelayakan dinilai memiliki
kapasitas, terutama Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
menyelenggarakan program S-1 Pendidikan Profesional
Konselor.
2) Mekanisme Perizinan
Izin bagi penyelenggaraan Program S-1 Pendidikan Profesional
Konselor diberikan atas dilaksanakannya mekanisme sebagai
berikut.
a. Rekrutmen calon mahasiswa program S-1 Pendidikan
Profesional Konselor wajib mengindahkan ketentuan-
ketentuan mengenai kerjasama dengan pengguna lulusan.
b. Lembaga penyelenggara yang sekarang tengah aktif
menyelenggarakan program S-1 Pendidikan Profesional
Konselor wajib memperbaharui izin penyelenggaraan secara
periodik setiap 5 (lima) tahun dan apabila tidak
memperbaharui ijin maka dinyatakan ditutup.
c.   Lembaga yang mengajukan permohonan pembukaan kembali,
atau yang baru untuk pertama kalinya mengajukan
permohonan izin penyelenggaraan program S-1 Pendidikan
Profesional Konselor wajib melengkapi usulannya dengan
studi kelayakan untuk menyelenggarakan program S-1
Pendidikan Profesional Konselor.
d. Data pendukung bagi usulan terdiri dari (1) hasil studi
kelayakan, (2) adanya wadah kelembagaan bagi pemeliharaan
dan pengelolaan sumber daya termasuk SDM bidang
Bimbingan dan Konseling, (3) sarana-prasarana dan SDM
bidang Bimbingan dan Konseling dan SDM dengan keahlian
pendukung sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan
untuk penyeleng-garaan program, (4) kesepahaman formal
dengan pengguna lulusan termasuk proyeksi kebutuhan
ketenagaan kabupaten/kota setempat minimal untuk kurun
waktu 5 (lima) tahun kedepan, dan (5) mendapatkan
rekomendasi dari Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN).
e. Demi peningkatan akses terhadap pelayanan pendidikan yang
bermutu, izin penyelenggaraan program S-1 Pendidikan
Profesional Konselor diberikan dengan memperhatikan butir
(a) s.d. (d) dan mempertimbangkan sebaran lokasi geografis
serta kebutuhan lulusan dan pertumbuhan regional tanpa
mengabaikan persyaratan kelayakan akademik termasuk
kesediaan membina kapasitas secara melembaga jika diberi
izin penyelenggaraan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kompetensi merupakan hasil konstruksi kemampuan (compose skill) sehingga


seseorang mampu; (1) melaksanakan pekerjaan sesuai peran, posisi atau profesi,
(2) mentransfer ke tugas dan situasi baru, serta (3) melanjutkan studi dan
mencapai kedewasaan diri.

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah


satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar,
tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur.

Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor diatur dalam Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 . berikut
ini adalah lampiran dalam permendiknas tersebut : Konteks tugas konselor berada
dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan
memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan
umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor
adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur
pendidikan formal dan nonformal.

Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan


pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling
dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Seorang konselor
harus memenuhi 4 kopetensi dasar inti, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Kompetensi-kompetensi ini harus terpenuhi oleh seorang
konselor, agar program-program konseling di sekolah ataupun institusi bisa
berjalan dengan sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai