Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HADIS TARBAWI

URGENSI NIAT DALAM PROSES PENDIDIKAN


Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hadis Tarbawi

Dosen pengampu :
Dr. Asep Herdi, M.Ag

Oleh :
Kelompok 1 PAI 3C
Hasyina Nazira (1212020106)
Hildan Izzuddin Ansorulloh (1212020108)
Ilma Ibni Sabila (1212020119)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022 M/1444 H
Kata Pengantar

Puji serta syukur kami haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, yang
telah memberikan nikmat iman, islam, serta sehat kepada kita semua. Atas rahmat dan
taufiq-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Penulisan makalah yang berjudul “Hadis Tarbawi Urgensi Niat Dalam
Proses Pendidikan” ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Hadis Tarbawi.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari
bahwa banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan kami
memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun
sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini
penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan
membaca makalah ini.

Bandung, 26 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
A. Takhrij Hadits ............................................................................................... 2
B. Urgensi Niat dalam Pendidikan ..................................................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 7
Kesimpulan ......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Niat merupakan kunci dari setiap perbuatan dan ibadah. Suatu perbuatan dan

ibadah akan dinilai berdasarkan niatnya, dan kata niat juga dapat diartikan sebagai

kehendak dan tujuan yang memiliki satu arti, yaitu keadaan yang berasal dari sifat hati

yang erat kaitannya antara ilmu dan amal. Niat bisa diibaratkan sebagai kehendak

yang berada ditengah antara pengetahuan dan perbuatan. Oleh sebab itu, manusia

akad diberikan ganjaran berdasarkan apa yang diniatkan.

Dengan definisi niat tersebut diharapkan kita sebagai manusia dapat

memahami urgensi niat yang berarti bersatu paduna anata hati, ucapan dan perbuatan.

Hal ini juga berlaku dalam proses pendidikan, niat menjadi tujuan awal yang penting

dari sebuah proses pendidikan. Sehingga ketika proses pendidikan diawali dengan

niat yang yang lain, maka hasil dari proses pendidikannya akan sesuai dengan apa

yang diniatkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa matan hadis mengenai urgensi niat dalam proses pendidikan?

2. Bagaimana syarah hadis mengenai urgensi niat dalam proses pendidikan dengan

metode takhrij?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui matan hadis urgensi niat dalam proses pendidikan.

2. Untuk mengetahui syarah hadis urgensi niat dalam proses pendidikan dengan

metode takhrij.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis- 1

1. Matan dan Syahid Hadis

‫ع ْن خَا ِل ِد‬َ ‫ي‬ ٍِّ ِ‫س ْختِيَان‬ َ ‫ع ْن أَي‬


َّ ‫ُّوب ال‬ َ ِ‫ي ْب ُن ْال ُمبَا َرك‬ َ ‫ي َحدَّثَنَا‬
ُّ ‫ع ِل‬ ُّ ِ‫عبَّا ٍد ْال ُهنَائ‬
َ ‫ي َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن‬ ٍٍّ ‫ع ِل‬
َ ‫ص ِر ب ِْن‬ْ َ‫ي ْب ُن ن‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
ُّ ‫ع ِل‬
ُ‫َّللا فَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْق َعدَه‬ ِ َّ ‫غي َْر‬ ِ َّ ‫ َم ْن ت َ َعلَّ َم ع ِْل ًما ِلغَي ِْر‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫َّللا أَ ْو أَ َرادَ ِب ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ٍِّ ‫ع ْن النَّ ِب‬ ُ ‫ع ْن اب ِْن‬
َ ‫ع َم َر‬ َ ٍ‫ب ِْن د َُريْك‬
ِ َّ‫مِ ْن الن‬
) ‫ار ( روه الترمذي‬
1

2. Terjemah Hadis
Ali bin Nashr bin Ali menceritakan kepada kami(Imam Tirmidzi), Muhammad
bin Abbad Al Hana’i memberitahukan kepada kami, Ali bin Al Mubarak
memberitahukan kepada kami, dari Ayyub AS Sikhtiyani, dari Khalid bin Duraik dari
Ibnu Umar dari Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang mempelajari ilmu karena
selain Allah atau menghendaki dengan ilmu itu selain Allah, maka hendaklah ia
menyiapkan tempat duduknya di neraka.”(HR. At-Tirmidzi)
3. Mufradat Hadis

Tempat duduknya : ‫َم ْقعَدَه‬ Barang siapa : ‫َم ْن‬


Menghendaki : َ‫ا َ َراد‬ Mempelajari : ‫تَ َعلَّ َم‬
4. Esensi Hadis
a. Ta’rif Istilah : hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi ini, berdasarkan
ta’rif istilah termasuk dalam perkataan Nabi
b. Ta’rif Dilalah : hadis ini merupakan hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi dalam kitab ilmu Bab ‫باب ماجاء في من يطلب بعلمه الدنيا‬
5. Ta’rif Arkan
a. Matan
ِ َّ‫َّللا فَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْقعَدَهُ مِ ْن الن‬
‫ار‬ ِ َّ ‫َم ْن تَعَلَّ َم ع ِْل ًما ِلغَي ِْر‬
َ ‫َّللا أ َ ْو أ َ َرادَ بِ ِه‬
ِ َّ ‫غي َْر‬
b. Sanad
‫ابن عمر رضى هللا عنه‬
‫خالدبن دريك‬
‫ايوب الشختيانى‬

1 Diriwaytkan oleh Tirmidzi dalam Sunannya, kitab ilmu, ‫باب ماجاءفى من يطلب بعلمه‬
‫(الدنيا‬Beirut: Dar al Fikri, 1994 M/1414 H) Jilid 4, hal 298.

6
‫على بن المبارك‬
‫محمد بن عباد الهنائى‬
‫على بن نصر بن على‬
c. Rawi
‫على بن نصر بن على‬
‫محمد بن عباد الهنائى‬
‫على بن المبارك‬
‫ايوب الشختيانى‬
‫خالدبن دريك‬
‫ابن عمر رضى هللا عنه‬
6. Jenis dan Kualitas Hadis
Mengenai kualitas hadis yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi ini memiliki
kualitas hasan gharib, karena tidak diketahui hadis dari ayyub kecuali dari jalur sanad
ini. Dan kualitas hadis ini maqbul yang artinya dapat dijadikan sebagai hujjah.
7. Tashih dan I’tibar
a. Tashih : dari segi sanad, hadis ini muttasil atau bersambung sanadnya. Dan dari
segi matan , hadis ini tidak bertentangan dengan Al-quran. Dan dari segi rawi,
rawinya bersifat adil, sempurna ingatannya , atau selamat dari dlaif,
c. I’tibar : hadis ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam sunannya, kitab
Ilmu, ‫باب ماجاء في من يطلب بعلمه الدنيا‬
8. Ta’ammul Hadis
Ta’ammul hadis memiliki makna implementasi atau pengamalan dari sebuah
hadis. Sebuah hadis yang dapat diamalkan (ma’mul) dan ada yang tidak bisa
diamalkan (ghair ma’mul). maka ditinjau dari ta’ammul hadisnya, Hadis ini
merupakan hadis ma’mul (bisa diamalkan). dan muhkam yang artinya jelas dan tegas.
9. Munasabah dan Asbabul wurud
a. Munasabah Hadis
Hadits di atas berbicara tentang pentingnya niat mencari ilmu. Dalam mencari
ilmu hendaknya seseorang harus benar-benar menjaga niatnya, karena jika ia salah
dalam niatnya, Maka Allah SWT telah menyiapkan tempat duduk bagi dia di neraka.
Pada hakekatnya niat ikhlas karna Allah SWT tidak hanya terbatas untuk menuntut
ilmu saja, melainkan segala amal baik seoarang muslim hendaknya karena Allah SWT,
sebagaiman FirmanNya yang berbunyi:
ِ ‫َو َما ا ُ مِ ُر ْوا اِالَّ ِليَ ْعبُد ُْوا هللاَ ُم ْخل‬
)5:‫ِصيْنَ لَهُ ال ِدٍّ يْنَ (البية‬

7
Artinya : “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam menjalankan agama dengan lurus”
Ketika Hamka menafsirkan ayat ini, beliau mengomentari ; segala amal dan
ibadat, atau apapun jua perbuatan yang bersangkutan dengan agama, yang
dikerjakan dengan kesadaran, hendaklah ikhlas karena Allah swt belaka, bersih dari
pada pengaruh yang lain. Dengan menjauhkan diri dari kesesatan, yaitu condong
kepada kebenaran laksana jarum kompas (pedoman) kemana pun dia diputarkan,
namun jarumnya selalu condong ke utara. Demikian hendaknya hidup manusia,
condong kepada yang benar, tidak dapat dipalingkan kepada yang salah.2
Menuntut ilmu akan menjadi sebuah ibadah dan merupakan bukti ketaan
kepada Allah swt apabila di niati sebagi mana ayat diatas. Bahwasanya ayat diatas
menjelaskan, manusia diperintah hanya untuk beribadah kepada Allah swt dan
berbuat ikhlas dalam menjalankan agamanya.
Sebagai sebuah konsekuensi apabila seorang penuntut ilmu terdapat niatan
yang salah bukan karena ridlo Allah swt atau hanya untuk mencari kesenangan dunia
belaka, maka hasil dari proses pendidikannya tidak akan pernah mendapatkan tujuan
awalnya dalam mencari ilmu sebagai sebuah proses pendidikan.
10. Intinbat Ahkam dan Hikmah
a. Istinabat Ahkam
Mnuntut ilmu merupakan proses pendidikan yang akan menjadi sebuah ibadah
dan bukti ketaatan manusia kepada Allah, apa bila memang diniatai karena Allah.
Manusia hanya diperinthakan untuk beribadaha kepada Allah dab berbuat Ikhlas
dalam menjalankan Agmanya. Sehingga menjadi motivasi bagi para penuntut ilmu
dalam proses pendidikannya agar mendapatkan ridlo Allah.
B. Hadist -2
1. Matan dan Syahid Hadis

‫َت هِجْ َرته‬ْ ‫ فَ َم ْن كَان‬. ‫ئ َما ن ََوى‬ ِ ‫ ِإنَّ َما اْأل َ ْع َمال ِبالنِِّيَّا‬: ‫هللا صلى هللا عليه وسلم َيق ْول‬
ٍ ‫ت َو ِإنَّ َما لِك ِِّل ْام ِر‬ ِ ‫سمِ ْعت َرس ْو َل‬ َ
‫صيْب َها أ َ ْو ْام َرأَةٍ يَ ْنكِح َها فَ ِه ْج َرته ِإلَى َما هَا َج َر‬ ِ ‫َت ِه ْج َرته لِد ْنيَا ي‬ ْ ‫ َو َم ْن كَان‬،ِ‫ِإلَى هللاِ َو َرس ْو ِل ِه فَ ِه ْج َرته ِإلَى هللاِ َو َرس ْو ِله‬
. ‫ِإلَ ْي ِه‬

‫المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين‬
‫هما أصح الكتب المصنفة‬

2
Prof. Dr. Hamka. Tafsir al- Azhar (Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas. 1983) Juz 30

8
Dari Amirul Mu’minin, Abu Hafsh Umar bin Al Khathab Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu,
dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
‘Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan setiap manusia mendapatkan
sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah
dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barang
siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu.'”
(Diriwayatkan oleh Imamul Muhadditsin, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husein Muslim bin Al
Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi, dalam kitab shahih mereka yang
merupakan kitab hadist paling shahih)

2. Terjemah dan Mufradat


a. Terjemah
Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khathab ra, berkata, Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda, "Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang
akan mendapat kan sesuai apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah
dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa
berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya
untuk apa yang ia tuju.”
b. Mufradat
Sesungguhnya. Adatul-Hashr (untuk
membatasi), yakni menetapkan sesuatu
yang disebut setelahnya dan menafikan
sesuatu yang tidak disebut.
Dengan Niat. Niyyaat bentuk jama’ dari
kata niyat. Secara etimologi bermakna
“kehendak”, dan secara terminologi
bermakna “kehendak yang dibarengi
dengan perbuatan nyata”
Manusia, baik laki-laki maupun
perempuan

9
Hijrah. Secara etimologi bermakna
“meninggalkan” dan secara terminologi
bermakna “minggalkan negeri kafir ke
negeri islam untuk menghindari hal-hal
buruk.”

3. Esensi Hadis
c. Ta’rif istilah
Hadits ini merupakan salah satu perkataan dari Nabi Muhammad SAW. sebagaimana
dijelaskan oleh Imam At-Thabrani dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir yaitu, “Di antara
kami ada seorang laki-laki yang melamar seorang wanita, bernama Ummu Qais.
Namun, wanita itu menolak sehingga ia berhijrah ke Madinah. Maka laki-laki tersebut
ikut hijrah dan menikahinya. Karena itu kami memberinya julukan Muhajir Ummur
Qais.” Jadi, dari penjelasan tersebut Sa’id Ibnu Mansur juga meriwayatkan dalam
kitab Sunan-nya, dengan sanad sebagaimana syarat Bukhari dan Muslim, bahwa Ibnu
mas’ud berkata, “Siapa yang hijrah untuk mendapatkan kepentingan duniawi maka
pahala yang didapat sebagaimana yang didapat oleh laki-laki yang hijrah untuk
menikahi wanita yang bernama Ummu Qais, hingga ia dijuluki Muhajir Ummu Qais.
b. Ta’rif Dilalah
Hadits ini merujuk kepada beberapa kitab hadits, yaitu;
⚫ Shahih Al-Bukhari Di awal kitab. Juga pada Al-Iman, Bab Ma Ja-Annal Amal
Bin-Niyyatil Hasanah Juga pada lima tempat lain.
⚫ Shahih Muslim: Al-Imarah, Bab Qaulihi saw, "Innamal A'malu Biniyyah", hadits
nomor 1907.
⚫ Sunan Abu Dawud. Kitabut Thalaq, Bab Fi Ma Uniya Bihit Thalaq Wan Niyyat,
hadits nomor 2201.
⚫ Sunan At-Tirmidzi: Kitabu Fadhail Al-Jihad, Bab Fi Man Yugatilu Riya-an Wa
Lid Dunya, hadits nomor 1646.
⚫ Sunan Ibnu Majah: Kitabuz Zuhd, Bab An-Niyatu, hadits nomor 4227.
⚫ Sunan An-Nasa'i: Kitabua Thaharah, Bab An-Niyyatu Fil Widhu-i 1/59-60).
⚫ Musnad Imam Ahmad: 1/25, 43.
⚫ Diriwayatkan pula oleh Ad-Daruquthni, Ibnu Hibban dan Al Baihaqi.
4. Unsur Hadis
a. Matan

10
b. Sanad
c. Rawi
5. Jenis Hadits
Hadits ini merupakan hadits yang shahih karena memiliki sanad yang bersambung,
Matan yang tidak memiliki cacat, dan Rawi yang Adil.
6. Kuliatias Hadits
Hadits ini memiliki kualtias hadits Maqbul yang artinya bisa dijadikan sebagai hujjah.
Hadits ini bisa dijadikan dalil karena merupakan salah satu hadits shahih yang bisa
dijadikan sandaran dalam pelaksanaan ajaran agama.
7. Tashih dan I’tibar
a. Tashih
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia
berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari berkata, telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar
Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al
Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap
orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang
ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka
hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan"
8. Ta’ammul Hadits
Hadits ini merupakan hadits ma’mul karena berisikan penjelasan yang jelas, mudah
dipahami, dan tidak bertentangan atau masuk katergori Mubkam. Dan juga hadits ini
memiliki sanad, matan, dan rawi yang lebih kuat, maka dari itu disebut juga sebagai
hadits rojih.
C. Urgensi Niat dalam Pendidikan
Seperti yang sudah dijelaskan bahwasannya niat merupakan pondasi yang
sangat penting yang harus dimiliki pada setiap pekerjaan atau perbuatan. Banyak
beredar dimasyarak at tentang masalah urgensi niat ini. Kecenderungan yang lebih
mengutamakan kuantitas nilai dalam kertas dari pada kualitas ilmu yang diperoleh.
Sehingga ilmu yang diperoleh kurang berkah dan juga kurang bermanfaat. Oleh
karena itu, pentingnya niat yang baik dalam menuntut ilmu untuk bisa mendapatkan
ilmu yang berkah dan juga bermanfaat. Pentingnya niat yang baik jugabisa

11
memberikan kita rasa ikhlas dalam proses menuntut ilmu. Banyak sekali hikmah yang
bisa didapatkan dari pengamalan niat yang baik dalam segala perbuatan.
Islam adalah agama yang ajarannya banya menyerukan kepada pemeluknya
untuk menuntut ilmu, karena agama tidak akan dipahami tanpa ilmu. Dalam konteks
ini niatan mencari ilmu sebagaimana bunyi di dalam al- Qur’an dalam surat Al-
Bayyinah ayat 5, hanya dipergunakan untuk menegakkan ajaran islam.
Sebagai motivasi para penuntut ilmu adalah mendapatkan ridlo Allah dalam
bentuk konkritnya adalah surga, karena seseorang yang pergi untuk mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan ia untuk masuk surga. Hal ini sesuai dengan sabda
Nabi saw yaitu :
‫ط ِر ْيقًا ِإلَى‬ َ ‫َمس فِ ْي ِه ع ِْل ًما‬
َ ُ‫س َّه َل هللاُ لَه‬ ُ ‫ط ِر ْيقًا يَ ْلت‬ َ ‫ َم ْن‬:‫سلَّ َم‬
َ َ‫سلَك‬ َ ِ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫قَا َل َر‬:‫ع ْن اَ ِبى ه َُري َْرة َ قَا َل‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ
3
)‫ْال َج َّن ِة (رواه الترمذى‬
Artinya :Dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ Barang
siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan
menuju surga.”
Tidak dipungkiri selama perjalanan mencari ilmu, niat seorang pelajar
kemungkinan besar bisa berubah. Maka langkah untuk mengantisipasinya adalah
sebagai berikut :
a. Selalu melakukan “ tajdidun niat “ ( memperbaruhi niat ) jadi untuk
mengantisipasi agar orientasi penuntut ilmu tidak berubah, pada sewaktu
memperbaruhi niat, merupakan jawaban yang paling tepat. Bagi seorang yang
cerdik, ia akan memperbaruhi niatnya untuk memastikan hati dan perasaan agar
terus teguh memadu kehidupan sebagai seorang penuntut ilmu, ia akan
meneguhkan hati dan niatnya agar tidak mudah menerima bisika syaitan. Konsep
niat yang diterapkan oleh Rasul bukan sekedar satu prinsip yang dipegang untuk
mencapai kebahagiaan dunia saja, tetapi juga kebahagiaan di akhirat kelak.
b. Sebagai sunatullah, manusia akan selalu mencari popularitas yang tinggi. Dengan
begitu potensi riya’ akan besar. Tapi apa bila hanya memperhitungkan riya’ pada
titik awal dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau ibadah, maka tidak akan
terwujud dalam perbuatan dan ibadah. Dengan demikian pada awalnya
terpengaruh riya’ apabila perbuatan itu terus menerus terpaksa dilakukan, riya’ itu
akan berangsur-angsur menghilang.

3
Ibid, Jilid 4 Hadits no. 2655, hal : 294

12
Dahulu mahasiswa islam, belajar adalah semata-mata untuk mendalami itu saja,
yang dalam pandangan mereka adalah suatu hal yang paling mengasikkan di atas
dunia. Manusia menurut pembawaan instingnya selalu ingin tahu, dikarenakan para
filosof islam sangat memperhatikan pelajaran dari berbagai cabang ilmu, sastra dan
seni. Untuk dapat memberikan kepuasan kepada para penuntut ilmu yang mempunyai
kecenderungan untuk mengetahui dan menggalinya. Hal ini merupakan pendidikan
yang ideal, karena penuntut ilmu belajar ilmu untuk ilmu,belajar sastra untuk sastra.
Oleh karena itu kelezatan ilmiyah sastra tidak ada bandingannya.
Dapat kita ambil ‘ibroh dari keterangan di atas kejeniusan dan keintelektualitas yang
tinggal sarjana muslim pada zaman dahulu tidak lain disebabkan karena motifati
untuk mencari ilmu semata-mata untuk mempelajari ilmu itu sendiri. Mereka tidak
pernah mengharapkan imbalan dari hasil belajar mereka kecuali riho Allah swt. Hal
ini tergambar jelas bagaimana ibnu sina, ibnu rusdy, ibnu Khaldun, imam ghozali, dan
para imam madzhab, beliau-beliau mampu menjadi pionir dalam bidangnya masing-
masing disebabkan karena beliau-beliau mempunyai wacana besar terhadap keilmuan.
Bagaimana ilmu yang beliau pelajari dapat beliau transfer kegenerasi lain bukan
untuk populitas beliau sendiri.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, niat dalam
segala perbuatan merupakan hal yang sangat penting terutama dalam proses
pendidikan. Karena jika dalam niat saja seseorang telah keliru maka berat rasanya
untuk menjalankan perbuatan tersebut dan hasil yang akan dicapaipun tidak akan
maksimal. Apalagi dalam urusan ilmu, jangan sampai seseorang berniat untuk
mencari kesenangan dunia semata, karena hal yang demikian akan menghalangi ia
untuk mendapatkan ridloNya serta menghalangi langkahnya untuk menuju surga.

14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bugha, M. D., & Mistu, M. (2017). Al-Wafi: Syarah Hadis Arba'in Imam an-
Nawawi. Qisthi Press.
At- Tirmidzi, Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa. Sunan Tirmidzi. Beirut: Dar al
Fikri. 1994 M/1414 H.
FARUQ, A. (2016). Urgensi Niat dalam Ţalab Al-’Ilm (Doctoral dissertation, IAIN
JEMBER).
Hamka. Tafsir al- Azhar. Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas. 1983
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6260306/hadits-innamal-amalu-binniyat-arti-
dan-tulisan-arab (Diakses pada hari Rabu, 24 September 2022 pukul 20.18 WIB)

15

Anda mungkin juga menyukai