Anda di halaman 1dari 21

PERSPEKTIF AL-QUR’AN TENTANG EVALUASI PEMBELAJARAN

(ANALISIS TERM AL-FITAN)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah pada Mata Kuliah Tafsir
Maudhu’i Semester 1 Program Studi
Pendidikan Agama Islam

Oleh:
REZKY NURMUTHMAINNAH
861082021006

MAJDATUL FUADI
861082021008

ZAKIAH KHAIRUNNISA Y.
861082021009

MAHLIZA
861082021046

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. M. Amir HM., M. Ag.

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


2022
KATA PENGANTAR

‫الر حِ ي ِْم‬
َّ ‫الر حْ َم ِن‬
َّ ِ‫ْــــــــــــــــــم هللا‬
ِ ‫بِس‬

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tiada kata yang paling indah selain puji dan rasa syukur kepada Allah

SWT, yang telah menentukan segala sesuatu ditangan-Nya, sehingga tak

sedikitpun yang lepas dari ketentuan dan ketetapan-Nya. Alhamdulillah atas

hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Perspektif Al-Qur‟an Tentang Evaluasi Pembelajaran (Analisis Term Al-Fitan)”
yang merupakan tugas pada Mata Kuliah Tafsir Maudhui, Fakultas Tarbiyah

Program Studi Pendidikan AgamaIslam.

Harapan saya sebagai penyusun makalah, yaitu semoga apa yang terdapat

dalam lembaran kertas ini, dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Tak lupa

pula kami haturkan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat

dalam makalah ini. Karena pemilik kesempurnaan yang sesungguhnya adalah

Allah SWT.

Watampone, 14 Januari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Evaluasi Pembelajaran Term al-Fitan 3
B. Perspektif Al-Qur’an tentang al-Fitan 5
C. Hubungan Term al-Fitan dengan Pendidikan 14

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 17

B. Saran 17

DAFTAR RUJUKAN 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation yang berarti

tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam bahasa arab evaluasi

dikenal dengan istilah imtihan yang berarti ujian dan dikenal pula dengan istilah

khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan. Evaluasi

pembelajaran bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang menjadi landasan


dalam mengukur tingkat kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar peseta

didik, serta keefektifan pendidik dalam mengajar. Pengukuran dan penilaian

menjadi kegiatan utama dalam evaluasi pembelajaran. Menurut nurgiyanto

menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian

tujuan.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh

pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan

subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap system

pendidikan karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan

atau kemajuan hasil pendidikan.


Agama Islam dengan sumber ajaran Al-Qur’an yang ditafsirkan para ulama

ternyata menunjukkan dengan jelas berbagai masalah dalam bidang


pendidikan.Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan

merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya baik pria maupun wanita

yang berlangsung seumur hidup serta melalukan evaluasi terhadap berbagai

masalah dalam bidang pendidikan. Didalam Al-Qur’an ada beberapa jumlah term

yang menunjukkan makna evaluasi seperti Al- Bala, Al- Imtihan, Al- Fitnah, Al-

1
2

Hisab, Al- Nazr, Al- Inba, Al- Wazn, dan lain-lain.tetapi dalam makalah ini hanya

membahas tentang Al- fitan atau Al- fitnah sesuai dengan judul yaitu Perspektif

Al-Qur’an Tentang Evaluasi Pembelajaran (Analisis Term Al- Fitan).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah

pokok yaitu :

1. Bagaimana hakikat evaluasi pembelajaran term al- Fitan?

2. Bagaimana perspektif Al-Qur’an tentang term al-Fitan?


3. Bagaimana hubungan term al-Fitan dengan pendidikan?

C. Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok masalah yang diangkat oleh

penulis maka tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui hakikat evaluasi pembelajaran term al- Fitan

2. Untuk mengetahui perspektif Al-Qur’an tentang term al-Fitan.

3. Untuk mengetahui hubungan term al-Fitan dengan pendidikan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Evaluasi Pembelajaran Term al-Fitan

Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang mengandung kata

dasar value "nilai". Kata value atau nilai dalam istilah evaluasi berkaitan dengan
keyakinan bahwa sesuatu hal itu baik atau buruk, benar atau salah, kuat atau lemah,

cukup atau belum cukup, dan sebagainya. Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu
proses mempertimbangkan suatu hal atau gejala dengan mempergunakan patokan

patokan tertentu yang bersifat kualitatif. misalnya baik-tidak baik, kuat lemah,

memadai tidak memadai, tinggi rendah, dan sebagainya.1

Pengertian evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses dalam

merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan

untuk membuat berbagai alternatif keputusan. Sedangkan evaluasi pembelajaran

adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi,

dalam menilai (assessment) keputusan yang dibuat untuk merancang suatu sistem

pembelajaran. Sesuai dengan pegertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi

mempunyai tiga im pengertian implikasi berikut ini.

Pertama, evaluasi merupakan suatu proses terus-menerus, bukan hanya pada

akhir pengajaran, tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pembelajaran. Keduu,


proses evaluasi harus diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan

berbagai jawaban tentang bagaimana mem perbaiki pembelajaran. Ketiga, evaluasi

mengharuskan penggunaan berbagai alat ukur yang akurat dan bermalna, untuk

1
Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran (Cet. I; Yogtakarta: Deepublish, 2018), h.1.

3
4

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Dengan

demikian, evaluasi adalah proses yang berkaitan dengan pengumpulan informasi

yang memungkinkan pendidik untuk menentukan tingkat kemajuan pembelajaran,

dan menentukan pembelajaran ke depan agar lebih baik. 2

Dalam Pendidikan Islam, evaluasi merupakan salah satu komponen dari

sistem pendidikan yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai

alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses

pendidikan Islam dan proses pembelajaran. 3

Ada beberapa istilah yang dapat dipergnnakan untuk memahami evaluasi di


da1am al-Qur'an. Salah satunya adalah al-Fitnah, Kata al-fitnah terdapat dalam Al-

Qur'an sebanyak 60 kali dalam berbagai bentuk kata yang beragam. Kata al-Fitnah,

secara etimologi berarti cobaan, dan ujian. Menurut Shihab kata fitnah terambil dari

akar kata fatana yang pada mulanya berarti membakar emas untuk mengetahui

kadar kualitasnya. Kata fitnah juga digunakan berdasar pemakaian asal di atas

dalam arti menguji, dan godaan baik ujian/godaan itu berupa nikmat/kebaikan

maupun kesulitan/keburukan. Muhammad Abd. Rauf kata al-fitnah berarti ujian,

yakni perlakuan yang menerangkan sesuatu yang batin (tersembunyi), yakni

sesuatu yang berat hati untuk melakukannya, meninggalkan, menerima atau

menolaknya.4 Berdasarkan pandangan ini dapat dipahami bahwa kata fitnah


mempunyai makna ujian, cobaan dan godaan.

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses menentukan tingkat pencapaian

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya melalui cara yang

2
Rina Febriana, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara , 2019) h.1.
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Malia, 2006), h. 220.
4
Lailial Muhtifah, Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif al-Qur'an. Al Qalam 22.2 (2005),
h. 251.
5

sistematis. Evaluasi itu suatu proses yang penting proses pembelajaran dan menjadi

sebuah tanggung jawab kepada pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. 5

Evaluasi merupakan sebuah tahapan yang dibarengi dengan pengambilan

keputusan. Dalam dunia pendidikan sering kita jumpai suatu keputusan yang begitu

kontoversial. Hal tersebut mungkin tidak akan terjadi, ketika acuan serta ukuran-

ukuran dalam pengambilan keputusannya jelas dan gamblang sehingga dapat

dimengerti semua pihak. 6 Oleh karena itu, disinilah pentingnya sebuah evaluasi.

Sebagai tahapan akhir dari serangkaian proses yang diawali oleh tahapan

pembelajaran, metode, media bahkan sampai kurikulum yang digunakan juga dapat
dievaluasi.

B. Perspektif Al-Qur’an Tentang Term al-Fitan

1. Fitnah berarti kezaliman/ penganiayaan.

QS Al-Baqarah/2:191

‫شدُّ ِمنَ ۡٱلقَ ۡت ۚۡ ِل‬ َ َ ‫ث أ َ ۡخ َر ُجوكُ ۡۚۡم َو ۡٱل ِف ۡتنَةُ أ‬


ُ ‫ث ث َ ِق ۡفت ُ ُموه ُۡم َوأ َ ۡخ ِر ُجوهُم ِم ۡن َح ۡي‬ ُ ‫َو ۡٱقتُلُوه ُۡم َح ۡي‬
َ‫َو ََل ت ُ َٰقَتِلُوه ُۡم ِعندَ ۡٱل َم ۡس ِج ِد ۡٱل َح َر ِام َحت َّ َٰى يُ َٰقَتِلُوكُ ۡم فِي ِۖ ِه فَإِن َٰقَتَلُوكُ ۡم فَ ۡٱقتُلُوه ۡ ُۗۡم َك َٰذَلِك‬
َ‫َجزَ آ ُء ۡٱل َٰ َك ِف ِرين‬
Terjemahnya:
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka
dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar
bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di
Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika
mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.
Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir.7

5M. Bukhori, Teknik- teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Bandung: Jemmars. 1980), h.

23.
6
Indra Perdana dan misnawati Evaluasi Pembelajaran (Cet. I; Guepedia, 2021), h. 7-8.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Kode, Transliterasi Per Kata, Terjemah Per
7

Kata (Cet. I; Bekasi: Citra Bagus Segara, 2013), h. 34.


6

Tafsir :

Kalau ayat yang lalu QS al-Baqarah/2:190 melarang melampaui batas,

karena Allah tidak suka siapa pun yang melampaui batas, maka bila mereka

melampaui batas, maka bunuhlah mereka dan siapapun yang memerangi dan

bermaksud membunuh kamu – jika tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh

untuk mencegah agresi mereka, - lakukan hal itu di mana pun kamu

menemukan mereka dan bila mereka tidak bermaksud membunuh, dan hanya

mengusir kamu; maka usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir

kamu (yakni Mekah).8


Memang kaum musyrik telah menganiaya kaum muslim, menyiksa

mereka dengan aneka siksaan jasmani, perampasan harta dan pemisahan

sanak keluarga, teror serta pengusiran dari tanah tumpah darah, bahkan

menyangkut agama dan keyakinan mereka, sehingga pembunuhan dan

pengusiran yang diizinkan Allah itu adalah sesuatu yang wajar. Dan

hendaknya semua mengetahui bahwa fitnah yakni penganiayaan seperti

disebut di atas, atau kemusrikan yakni penolakan mereka atas Keesaan Allah

lebih keras, yakni lebih besar bahaya atau dosanya, dari pada pembunuhan

yang diizinkan dan diperintahkan ini. Namun demikian, hai kaum muslim,

peliharalah kesucian dan kehormatan Masjid al-Haram sepanjang


kemampuan kamu. Karena itu, janganlah kamu memerangi apalagi

membunuh mereka di Masjidil Harām, kecuali jika mereka memerangi kamu

di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu di tempat itu, maka kamu bukan

hanya diizinkan memerangi, tetapi kalau perlu bunuhlah mereka.

Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir baik mereka yang ketika itu

8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbāh Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Vol. 1, Cet.
IX; Ciputat: Lentera Hati, 2002), h. 393.
7

berada di Mekah, maupun selain mereka, kapan dan dari mana pun

datangnya.9

Quraish shihab dalam tafsirnya menjelaskan fitnah terhadap kaum

muslimin yang dilakukan oleh kaum musyrikin yang beliau maksud fitnah

disini adalah penganiayaan seperti penyiksaan jasmani, perampasan harta dan

pemisahan sanak keluarga, terror, serta pengusiran dari tanah tumpah darah

dan pengusiran. Hal ini wajar jika dibalas oleh kaum muslimin sebagai bentuk

pembelaan mempertahankan haknya, dan hal ini diizinkan Allah. Itu adalah

hal yang wajar. Dibandingkan dari pada bentuk penolakan mereka terhadap
keesaan Allah.10

Berdasarkan tafsir yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI ayat

ini merupakan ayat madaniyah yang termasuk ayat-ayat pertama yang

memerintahkan kaum muslim untuk memerangi orang-orang musyrik,

apabila kaum muslimin mendapat serangan yang mendadak, meskipun pada

bulanbulan haram seperti rajab, muharram, zulkaidah. 60 Karena dalam

tradisi bangsa arab tidak diperbolehkan berperang ketika bulan-bulan haram,

akan tetapi Allah mengizinkan membalas serangan kaum kafir ketika orang

mukmin diserang.11

Kesimpulan dari QS al-Baqarah ayat 191 ini adalah menjelaskan


bahwa orang mukmin diperintahkan memerangi orang musyrik yang

memerangi mereka dimana saja, baik di tanah halal maupun di tanah haram

(Mekkah dan sekitarnya). Dijelaskan pula peranan pembelaan terhadap

hakhak kaum muslim terhadap apa yang dilakukan kaum musyrik seperti

9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbāh, h. 401-402.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbāh, h. 425.
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya Jilid I Juz 1-2-3, (Jakarta: Penerbit
11

Lentera Abadi, 2010), h. 43.


8

mukmin diperintahkan pula mengusir musyrik dari sana, karena keberadaan

kaum musyrik membahayakan muslim disana. Maksudnya adalah kaum

musyrik melakukan penganiayaan terhadap kaum muslimin dengan

pengusiran, penyiksaan, perampasan harta, serta merintangi pelaksanaan

ibadah, dan lain sebagainya. Jika demikian maka orang mukmin

diperintahkan untuk membalas hal yang setimpal dengannya atau dengan

peperangan juga. Demikian balasan yang harus diberikan orang mukmin

kepada orang musyrik. Namun, jika orang musyrik menghentikan serangan

terhadap orang mukmin, maka mereka tidak boleh diganggu, dan dihormati
haknya juga. Fitnah (menimbulkan kekacauan), seperti mengusir sahabat dari

kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau

mengganggu kebebasan mereka beragama.

2. Fitnah berarti kemunafikan

QS al-Hadid/57:14

َ ُ‫يُنَادُونَ ُه ۡم أَلَ ۡم نَكُن َّم َعكُ ۡم ِۖ قَالُواْ بَلَ َٰى َو َٰلَ ِكنَّكُ ۡم فَت َنت ُ ۡم أَنف‬
‫سكُ ۡم َوت ََربَّصۡ ت ُ ۡم َو ۡٱرت َۡبت ُ ۡم‬
ُ ‫ٱَّلل ۡٱلغ َُر‬
‫ور‬ ِ َّ ‫ٱَّلل َوغ ََّركُم ِب‬ ِ َّ ‫ى َحت َّ َٰى َجا ٓ َء أَمۡ ُر‬ُّ ِ‫َوغ ََّر ۡتكُ ُم ۡٱۡل َ َمان‬
Terjemahnya:
Orang-orang (munafik) memanggil mereka (orang-orang beriman),
“Bukankah kami dahulu bersama kamu?” Mereka menjawab, “Benar,
tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri (dengan kemunafikan),
menunggu-nunggu (kebinasaan kami), meragukan (ajaran Islam), dan
ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah. (Setan)
penipu memperdayakanmu (sehingga kamu lalai) terhadap Allah.12

Tafsir :

Ayat sebelum ayat ini menyatakan bahwa kaum munafikin terhalangi

oleh pagar sehingga mereka tidak dapat menyusul atau memperoleh sedikit

12
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Kode, Transliterasi Per Kata, Terjemah Per
Kata (Cet. I; Bekasi: Citra Bagus Segara, 2013), h. 62.
9

pun dari cahaya kaum beriman. Mereka terpaku di tempat diliputi oleh

kegelapan dosa-dosa mereka. Ayat ini menjelaskan lebih jauh keadaan

mereka ketika itu yakni: Mereka masih terus juga berteriak memanggil

mereka yakni orang-orang mukmin seraya berkata: “Bukankah kami dahulu

ketika di dunia bersama kamu sebagai kaum beriman dan sama-sama taat dan

patuh?” Mereka yakni kaum beriman menjawab: “Benar, memang kamu

dahulu secara lahiriah bersama kami tetapi kamu mencelakakan diri kamu

sendiri dengan kemunafikan dan kamu juga bersungguh sungguh

menantinanti kebinasaan kami jadi sebenarnya kamu tidak bersama kami dan
di samping itu kamu juga ragu terhadap ajaran Islam serta ditipu oleh angan-

angan kosong menyangkut kehidupan dunia ini, dan masa depan agama

Islam. Sikap kamu itu berlanjut sampai akhirnya datanglah ketetapan Allah

dengan kematian kamu; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh setan yang

amat penipu antara lain dengan mengiming-iming tentang luasnya rahmat dan

pengampunan Allah swt. Jika demikian itu keadaan kamu maka pada hari ini

tidak diterima apapun bentuknya dan melalui siapapun tebusan dari kamu

guna membebaskan kamu dari siksa dan tidak pula hal serupa diterima dari

orang-orang kafir yang secara terang-terangan menampakkan kekufuran

mereka berbeda dengan kamu yang menyembunyikannya. Tempat kamu


adalah neraka. Tidak ada tempat buat kamu selainnya. Dialah tempat

berlindung kamu atau tempat yang lebih tepat buat kamu dan seburuk-buruk

tempat kembali adalah neraka itu.13

13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbāh Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Vol. 1,
Cet. IX; Ciputat: Lentera Hati, 2002), h. 448.
10

3. Fitnah berarti kesesatan

QS Al-Maidah/5:41

‫ارع ُْونَ فِى ْالكُ ْف ِر ِمنَ الَّ ِذيْنَ قَالُ ْٓوا َٰا َمنَّا ِبا َ ْف َوا ِه ِه ْم‬ َ ُ‫الرسُ ْو ُل ََل يَحْ ُز ْنكَ الَّ ِذيْنَ ي‬
ِ ‫س‬ َّ ‫َٰيٓاَيُّ َها‬
‫س ّٰمعُ ْونَ ِلقَ ْو ٍم َٰاخ َِري َْۙنَ َل ْم‬ َ ‫ب‬ ِ ‫س ّٰمعُ ْونَ ِل ْل َك ِذ‬
َ ۛ ‫َولَ ْم تُؤْ ِم ْن قُلُ ْوبُ ُه ْم ۛ َو ِمنَ الَّ ِذيْنَ هَاد ُْوا‬
ِ ‫يَأْت ُ ْوكَ ۗۡ يُ َح ِرفُ ْونَ ْال َك ِل َم ِم ْۢ ْن بَ ْع ِد َم َو‬
‫اض ِع ۚۡه يَقُ ْولُ ْونَ ا ِْن ا ُ ْوتِ ْيت ُ ْم َٰهذَا فَ ُخذُ ْوهُ َوا ِْن لَّ ْم‬
َٰٰۤ ُ
‫ولىِٕكَ الَّ ِذيْنَ لَ ْم‬ ‫شيْـًٔا ۗۡ ا‬ ِ ّٰ َ‫ّٰللاُ فِتْنَت َهٗ فَلَ ْن ت َ ْملِكَ لَهٗ ِمن‬
َ ‫ّٰللا‬ ّٰ ‫تُؤْ ت َْوهُ فَاحْ ذَ ُر ْوا َۗۡو َم ْن ي ُِّر ِد‬
َ ٌ‫عذَاب‬
‫ع ِظ ْي ٌم‬ َ ِ‫اَل ِخ َرة‬ َٰ ْ ‫ي َِّۖولَ ُه ْم فِى‬
ٌ ‫ط ِه َر قُلُ ْوبَ ُه ْم ۗۡ لَ ُه ْم فِى الدُّ ْنيَا ِخ ْز‬
َ ُّ‫ّٰللاُ ا َ ْن ي‬
ّٰ ‫ي ُِر ِد‬

Terjemahnya:
Wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka
berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang
mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati
mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka
mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataan-
perkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka
mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka
mengatakan, “Jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah)
terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah.”
Barangsiapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau
tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya).
Mereka itu adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk
menyucikan hati mereka. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan di akhirat
akan mendapat azab yang besar.14
a) Asbabun Nuzul

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud yang bersumber dari Ibnu
Abbas: bahwa ayat ini (Al-Maidah ayat 41) turun berkenaan dengan dua

golongan kaum Yahudi. Salah satu diantaranya menzhalimi yang lain di

zaman jahiliyah, yaitu mereka memaksakan hukum yang tidak seimbang.

Apabila si kuat (ekonominya) membunuh si lemah, maka fidyahnya

(tebusannya) 50 wasaq, dan sebaliknya apabila si lemah membunuh si kuat,

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Kode, Transliterasi Per Kata, Terjemah Per
14

Kata (Cet. I; Bekasi: Citra Bagus Segara, 2013), h. 62.


11

maka fidyahnya (tebusannya) 100 wasaq. Ketetapan ini berlaku hingga

Rasulullah saw. diutus.

Pada suatu ketika si lemah membunuh si kkuat, dan si kuat mengutus

agar si lemah membayar fidyahnya 100 wasaq. Berkatalah si lemah: “Apakah

dapat terjadi di dua kampung yang agamanya, turunannya dan negaranya

sama, membayar tebusan berbeda (setengah dari yang lain)? Kami berikan

sekarang ini dengan rasa dongkol, tertekan serta takut terjadi perpecahan.

Tapi sekiranya Muhammad sudah sampai kemari, kami tidak akan

memberikan itu kepadamu”. Hampir saja terjadi peperangan diantara dua


golongan itu, dan mereka bersepakat untuk menjadikan Rasulullah sebagai

penengah. Mereka mengutus orang-orang kaum munafik untuk mengetahui

pendapat Muhammad. (Al-Maidah ayat 41) diturunkan, memperingatkan

kepada Nabi untuk tidak ambil pusing hal mereka.15

b) Tafsir

Allah pemilik kerajaan langit dan bumi. Dia Maha Kuasa atas segala

sesuatu; kekufuran dan pembangkangan tidak merugikan-Nya; tidak juga

mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun. Jika demikan; Hai Rasul, yakni Nabi

Muhammad Saw., janganlah hendaknya engkau disedihkan yakni menjadi

sedih oleh ulah dan perbuatan orang-orang yang bersegera bagaikan berlomba
dengan yang lain dalam kekafiran, yaitu di antara orang-orang yang

mengatakan telah beriman tentang apa yang engkau sampaikan hai Nabi

Muhammad”, padahal hati mereka pada hakikatnya belum beriman; dan di

15
Syaikh al-Muhaddits Muqbil bin Hadi al Wadi’I, Shohih Asbabun Nuzul, (Cet. II,
Maktabah Darul Quds, Yaman dan Daar Ibnu Hazm, Beirut : 1994), h. 163.
12

antara orang-orang Yahudi demikian juga ada di antara mereka yang

bersegera dalam kekafiran. 16

Mereka amat suka mendengar, yakni menerima dengan penuh

antusias berita-berita untuk menyebarkan, kebohongan dan amat suka

mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang

kepadamu; yakni yang belum pernah hadir dalam majelis-majelis dakwah

yang engkau adakan, hai Nabi Muhammad, mereka mengubah perkataan-

perkataan setelah mantap berada di tempat-tempatnya yakni redaksi atau

makna kalimat-kalimat yang terdapat dalam Taurat. Mereka mengatakan,


“Jika diberi ini yang sudah mereka ubah kepada kamu, maka terimalah, dan

jika kamu diberi yang bukan ini, yakni yang belum diubah maka hati-hatilah,

yakni jangan tergesa-gesa menerimanya”. Barangsiapa yang Allah

menghendaki kesesatannya, setelah yang bersangkutan bertekad untuk

enggan beriman maka sekali-kali engkau tidak akan mampu menolak

sesuatupun yang telah datang ketetapannya dari Allah. Mereka itu adalah

orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka, dengan iman

yang benar sebagaimana kehendak mereka sendiri sehingga pada akhirnya

mereka beroleh kehinaan di dunia dengan terbongkarnya kedok mereka dan

tersebarnya ajaran Islam, dan di akhirat kelak mereka beroleh siksaan yang
besar.17

Yang dimaksud dengan bersegera dalam kekufuran adalah terjerumus

dalam melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai iman, dan

bahwa mereka melakukannya dengan penuh antusias. Penggunaan kata fi

dalam bukan ilā menuju untuk mengisyaratkan bahwa perilaku mereka

16
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbāh Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Vol. 1,
Cet. IX; Ciputat: Lentera Hati, 2002), h. 476.
17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbāh, h. 478.
13

mengantar ke satu jurang yang dalam, sehingga mereka tidak mudah keluar

dari dalam jurang itu. Di sisi lain jika dikatakan ilā menuju, maka ia dapat

memberi kesan bahwa satu ketika mereka pernah beriman, dan kini baru

menuju kekufuran. Kesan ini dihindari dan sekaligus mengisyaratkan bahwa

mereka tidak pernah meninggalkan wadah kekufuran.18

4. Fitnah untuk menguji keimanan manusia (ujian yang sebenar-benarnya)

dengan kebaikan & keburukan.

QS Al-Anbiya/21:35

َ‫ش ِر َو ْال َخي ِْر فِتْنَةً َۗۡواِلَ ْينَا ت ُ ْر َج ُع ْون‬ ِ ۡۗ ‫كُ ُّل نَ ْف ٍس ذَ ٰۤا ِٕىقَةُ ْال َم ْو‬
َّ ‫ت َونَ ْبلُ ْوكُ ْم ِبال‬
Terjemahnya:
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan
dikembalikan hanya kepada Kami. 19

Tafsir:

Menurut Quraish Shihab, tiap-tiap yang berjiwa yakni manusia,

engkau, mereka atau siapa pun akan merasakan mati. Kami perlakukan kamu

semua dalam kehidupan dunia ini seperti perlakuan siapa yang menguji kamu

dengan sesuatu yang kamu nilai keburukan untuk melihat dalam kenyataan

kesabaran kamu dan juga Kami menguji dengan sesuatu yang kamu nilai

kebaikan untuk melihat pula siapa yang bersyukur. Itu semua sebagai cobaan

yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan lalu


Kami menyampaikan penilaian Kami kepada kamu disertai balasan dan

18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbāh, h. 480.
19
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Kode, Transliterasi Per Kata, Terjemah Per
Kata (Cet. I; Bekasi: Citra Bagus Segara, 2013), h. 71.
14

ganjarannya. Karena itu bersiap-siaplah menghadapi kematian dan apa yang

terjadi sesudahnya.20

Firman-Nya, Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan

sebagai cobaan, mengisyaratkan bahwa hidup manusia tidak pernah luput dari

ujian, karena hidup hanya berkisar pada baik dan buruk. Ujian dengan

kebaikan biasanya lebih sulit daripada ujian dengan malapetaka. Karena

manusiaa biasa lupa daratan di kala dia senang, sedang bila dalam kesulitan,

dia lebih cenderung butuh sehingga dorongan untuk mengingat Allah Swt

menjadi lebih kuat.21


Jadi, dengan adanya kebaikan dan keburukan yang manusia dapatkan

adalah sebagai ujian yang sebenar-benarnya akankah bersabar dengan ujian

keburukan dan bersyukur dengan ujian kebaikan.

C. Hubungan Term al-Fitan dengan Pendidikan

Evaluasi perlu dilakukan mengingat akan sifat-sifat manusia itu sendiri

yaitu manusia adalah makhluk yang lemah, makhluk yang suka membantah dan

ingkar kepada Allah, mudah lupa dan banyak salah namun mempunyai batas untuk

sadar kembali. Tetapi di sisi lain manusia juga merupakan makhluk terbaik dan

termulia, yang dipercaya Allah untuk mengemban amanah yang istimewa, yang

diangkat sebagai khalifah di bumi dan yang telah diserahi Allah apa yang ada di
langit dan di bumi. Bertolak dari kajian tersebut, maka ditemukan hal-hal prinsipal

sebagai berikut: bahwa manusia itu ternyata memiliki kelemahan-kelemahan dan

kekurangan-kekurangan tertentu, sehingga perlu diperbaiki baik oleh dirinya

sendiri maupun pihak lain. Namun manusia itu juga memiliki kelebihan kelebihan

tertentu. Sehingga kemampuan tersebut perlu dikembangkan dan manusia

20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbāh Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Vol. 1,
Cet. IX; Ciputat: Lentera Hati, 2002), h. 450-451.
21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbāh, h. 452.
15

mempunyai kemampuan untuk mencapai posisi tertentu sehingga perlu dibina

kemampuannya untuk mencapai posisi tersebut. Dengan mengingat hal-hal

tersebut, maka evaluasi amatlah diperlukan, apalagi dalam proses pendidikan.

Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap umat manusia mengandung pengertian

bahwa manusia senantiasa dalam pengawasan Allah yang apabila hal ini disadari

oleh manusia berarti ia akan hati-hati dalam bertingkah laku.

Al-Qur’an sebagai sumber utama pendidikan Islam, banyak mengungkap

konsep evaluasi di dalam ayat-ayatnya sebagai acuan bagi manusia untuk hati-hati

dalam melakukan perbuatannya. Allah dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci
Al-Qur'an memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan evaluasi terhadap peserta

didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian tugas pendidikan

yang dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi

Tuhan terhadap perbuatan manusia yaitu;

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam

problema kehidupan yang dialaminya.

2. Untuk mengetahui sampai di mana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu

yang telah diterapkan Rasulullah saw. terhadap umatnya.

3. Untuk memenuhi klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman, sehigga

diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah yaitu yang paling bertaqwa
kepada-Nya, manusia yang sedangdalam iman dan ketaqwaannya, dan

manusia yang ingkar kepada ajaran Islam. Untuk mengetahui sejauh mana

kuatnya iman seseorang, Allah swt. terkadang mengevaluasinya melalui

berbagai cobaan yang besar. 22

Berdasarkan penjelasan mengenai al-fitan di atas, maka seorang pendidik

diharapkan mampu untuk menerapkan evaluasi sebagai tolak ukur untuk

22
Khoirul Anwar, Evaluasi Pembelajaran Menurut Al-Qur’an, Rausyan Fikr, Vol. 15, No.
1, 2019, h. 55.
16

mengetahui kemampuan belajar siswa dan sampai mana peserta didik memahami

terkait materi selama proses pembelajaran. Selain itu pendidik seyogyanya

memotivasi peserta didik untuk belajar mengevaluasi diri sendiri yang akan

mendorong keberhasilannya dalam pendidikan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan

simpulan sebagai berikut:

1. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses menentukan tingkat pencapaian

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya melalui cara yang

sistematis. Evaluasi itu suatu proses yang penting proses pembelajaran dan

menjadi sebuah tanggung jawab kepada pihak yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Term al-fitan dapat didefenisikan sebagai ujian, cobaan, dan

godaan dalam kehidupan.

2. Perspektif al-Qur’an tentang term al-fitan terdapat sebanyak 60 kali dengan

berbagai bentuk kata yang beragam, diantaranya QS al-Baqarah/2:191, QS

al-Hadid/57:14, QS Al-Maidah/5:41, dan QS. Al-Anbiya/21:35.

3. Hubungan term al-fitan dengan pendidikan adalah al-fitan merupakan salah

satu istilah evaluasi pembelajaran dalam al-Qur’an yang menuntut pendidik

untuk menerapkan evaluasi sebagai tolak ukur untuk mengetahui

kemampuan belajar siswa dan sampai mana peserta didik memahami terkait

materi selama proses pembelajaran.


B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi mahasiswa.


Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena ini kritik dan saran dari semua

pihak sangat berguna demi perkembangan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Khoirul. Evaluasi Pembelajaran Menurut Al-Qur’an. Rausyan Fikr. Vol.


15, No. 1, 2019.
Bukhori, M. Teknik- teknik Evaluasi dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars. 1980.
Febriana, Rina. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2019.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Kode, Transliterasi Per Kata, Terjemah
Per Kata. Cet. I; Bekasi: Citra Bagus Segara. 2013.
Muhtifah, Lailial. Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif al-Qur'an. Al Qalam. Vol.
22 No.2. 2005.
Muqbil, Syaikh al-Muhaddits bin Hadi al Wadi’I, Shohih Asbabun Nuzul. Cet. II.
Maktabah Darul Quds. Yaman dan Daar Ibnu Hazm. Beirut. 1994.
Perdana, Indra dan misnawati. Evaluasi Pembelajaran. Cet. I; Guepedia. 2021.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Malia. 2006.
Rukajat, Ajat. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Cet. I; Yogtakarta: Deepublish.
2018.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbāh Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.
Vol. 1. Cet. IX; Ciputat: Lentera Hati. 2002.

18

Anda mungkin juga menyukai