PERSPEKTIF HADIST
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
JURUSAN TARBIYAH
PENDAHULUAN
Dalam Dunia pendidikan secara umum telah dikenal berbagai macam bentuk
kegiatan tentang upaya mencapai kesuksesan dalam mewujudkan Pendidikan
yang berkualitas dan melahirkan anak didik yang mampu menghadapi berbagai
tantangan dalam kehidupannya. Diantara bentuk kegiatan itu adalah Evaluasi
terhadap kegiatan yang telah atau akan dilaksanakan dengan berbagai macam
tujuan yang diinginkan.
1
Dari Wacana di atas Penulis perlu mengaktualisasi Pemahaman Evaluasi
berikut Relevansinya terhadap Ajaran Agama Islam dengan melakukan analisis
terhadap hadits Rasulullah SAW dan dikaji dengan metode kritis terhadap teks
sesuai konteks yang relevan dengan Tuntutan zaman dan Budaya kebangsaan.
B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang Permasalahan di atas, penulis memberi Rumusan yang
akan dibahas dalam Makalah ini supaya lebih Jelas dan Efisien, yaitu:
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami Hakikat Evaluasi Pendidikan Secara
Efektif
2. Menjelaskan Landasan Hadits Rasulullah SAW, terhadap
Relevansinya dengan Ajaran Islam.
3. Mengaplikasikan tujuan dan fungsi serta prinsip Evaluasi dalam
Pendidikan Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti “menilai”. Kata nilai
menurut filosof pengertiannya adalah idea of worth. Selanjutnya kata nilai
menjadi populer, bahkan menjadi istilah yang ditemukan dalam dunia ekonomi,
kata nilai biasa dipautkan dengan harga. Nilai artinya power in exchange.2
Sedangkan menurut pengertian pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh
kesimpulan.3
1
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Kalam Mulia, 2002), hal. 195-
196.
2
Ibid. hal. 196.
3
http://google.com/evaluasidalampendidikanIslam.htmldate11-4-2010
3
berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang
berkaitan dengan dunia pendidikan).4
1. Blomm
Evaluasi adalah pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk
menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam
diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri
pribadi siswa.
2. Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan
menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan.
3. Cronbach
Di dalam bukunya Designing Evaluator of Education and Social
Program, telah memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar
evaluasi antara lain:
a. Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat
membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.
b. Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu
pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evaluator memberikan
rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan
atau tidak. Evaluator tidak dapat memilihkan karier seorang murid.
Tugas evaluator hanya memberikan alternatif.
c. Evaluasi merupakan suatu proses terus-menerus, sehingga di dalam
proses memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu
kesalahan-kesalahan.5
4
Drs. H. Tayar Yusuf, Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 209
5
http://google.com/evaluasidalampendidkanIslam.html, op.cit.
4
Term evaluasi dalam wacana keislaman, terdapat term-term tertentu
mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut adalah :
Imam Ibnu Qoyim menjelaskan tafsir ayat ini, "Ayat ini menunjukkan
akan wajibnya melakukan muhasabah (instropeksi) diri. Allah Shubhanahu wa
ta’alla memerintahkan, "Supaya kalian memperhatikan amalan apa yang telah
kalian persiapkan untuk hari kiamat kelak, apakah amal sholeh yang akan
5
menyelamatkan dirimu? Ataukah amal kejelekan yang justru akan
menyengsarakannya?".6
Imam Hasan Bashri mengatakan, "Tidak ada waktu yang tersisa yang
menjumpai seorang mukmin melainkan ia harus gunakan untuk muhasabah. Apa
yang akan dikerjakan? Apa yang ingin dia makan dan minum? Adapun orang
jahat maka dirinya terus berlalu tidak pernah menghisab dirinya sendiri".7
6
Ighatsatul Lahfan 1/152.
7
Ighatsatul Lahfan 1/145.
8
Adabu Dunya wa Diin hal: 360-361
6
dalam waktu yang lama pada hari kiamat kelak, dan kesalahannya sebagai
penuntun pada kehinaan dan siksaannya".9
ع ْن أ َ ِبي َب ْك ِر ب ِْن أ َ ِبي َم ْر َي َم ح و َحدَّثَنَا َ س َ ُسى ب ُْن يُون َ ان ب ُْن َو ِكيع َحدَّثَنَا ِعي ُ س ْف َي
ُ َحدَّثَنَا
ع ْن أ َ ِبي َب ْك ِر َ ار ِك َ ع ْون أ َ ْخ َب َرنَا اب ُْن ْال ُم َبَ ع ْم ُرو ب ُْن َ الرحْ َم ِن أ َ ْخ َب َرنَا
َّ ع ْب ِد َ ّللا ب ُْن ِ َّ ُع ْبد
َ
علَ ْي ِه َّ صلَّى
َ ُّللا َ ِ ع ْن ال َّن ِبي َ شدَّا ِد ب ِْن أ َ ْوس َ ع ْن َ ض ْم َرة َ ب ِْن َح ِبيب َ ع ْن َ ب ِْن أ َ ِبي َم ْر َي َم
سهُ ه ََواهَا َ اج ُز َم ْن أ َ ْت َب َع َن ْف ِ ت َو ْال َعِ ع ِم َل ِل َما َب ْعدَ ْال َم ْوَ سهُ َو َ س َم ْن دَانَ َن ْف ُ سلَّ َم قَا َل ْال َك ِي َ َو
ب َ س َ سهُ َيقُو ُل َحا َ سن قَا َل َو َم ْعنَى قَ ْو ِل ِه َم ْن دَانَ َن ْف َ ّللا قَا َل َهذَا َحدِيث َح ِ َّ علَى َ َوتَ َم َّنى
ب قَا َل ِ َطا َّ ع َم َر ب ِْن ْالخ ُ ع ْن َ ب َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َوي ُْر َوى َ سَ سهُ فِي الدُّ ْن َيا قَ ْب َل أ َ ْن يُ َحا َ َن ْف
9
Ihya Ulumudin 4/418
10
Prof. Dr. H. Ramayulis, op.cit., hal. 198-200
7
اب َي ْو َم
ُ سَ ف ْال ِح ُّ ض ْاْل َ ْك َب ِر َوإِ َّن َما َي ِخ ِ سبُوا َوتَزَ َّينُوا ِل ْلعَ ْر
َ س ُك ْم قَ ْب َل أ َ ْن ت ُ َحا
َ َُحا ِسبُوا أ َ ْنف
ُ ون ب ِْن ِم ْه َرانَ قَا َل َل َي ُك
ون ِ ع ْن َم ْي ُم َ سهُ فِي الدُّ ْن َيا َوي ُْر َوى َ ب َن ْفَ سَ علَى َم ْن َحا َ ْال ِق َيا َم ِة
ُ طعَ ُمهُ َو َم ْل َب
– ُ سه ْ ب ش َِري َكهُ ِم ْن أَيْنَ َم ُ سهُ َك َما يُ َحا ِسَ ب َن ْفَ ْالعَ ْبدُ تَ ِقيًّا َحتَّى يُ َحا ِس
الترمذي
Artinya:” Menceritakan pada kami Sufyan bin Waki’, Menceritakan pada
kami Isa bin Yunus dari Abi Bakar bin Abi Maryam H W Menceritakan pada kami
Abdullah bin Abdurrahman, Memberitahukan pada kami Amr bin Aun,
Menceritakan pada kami Ibnul Mubarak, dari Abi Bakar bin abi Maryam dari
Dlamrah bin bin Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi SAW bersabda, “Orang
yang Cerdas itu adalah orang yang mengalahkan Hawa Nafsunya (Dirinya) dan
Melakukan perbuatan untuk (Kehidupan setelah Mati), sedangkan orang yang
Lemah adalah orang yang Mengikuti Hawa Nafsunya dan Berangan-angan kepada
Allah. Sufyan berkata” ini hadits Hasan” berkata lagi Maksud” Man daana
Nafsahu” adalah Mengevaluasi dirinya di dunia sebelum di Hisab nanti di hari
Kiamat. Dan diriwayatkan dari Umar bin Khattab berkata” Evaluasi diri kalian
sebelum dihisab di Akhirat dan berhiaslah untuk kehormatan yang besar dan
bahwasanya Hisab pada hari Kiamat diringankan bagi orang yang mengevaluasi
dirinya di dunia. Diriwayatkan juga dari Maimun bin Mihran berkata” Tidak
dikatakan hamba yang bertaqwa, sehingga ia mengevaluasi dirinya sebagaimana
Menginterogasi temannya dari mana dia mendapat Makanan dan Pakaian. (HR.
Turmudzi).
ُصلَّى للا َ للا ِ س ْو ِل ُ َب ْي َن َما نَحْ ُن ُجلُ ْوس ِع ْندَ َر:ع ْنهُ أَيْضا قَا َلَ ُي للا َ ضِ ع َم َر َر ُ ع ْن َ
َ ل،ش ْع ِر َّ س َوا ِد ال
َ ُش ِد ْيدَ ب
ِ الث َيا
ِ اض َ علَ ْينَا َر ُجل
ِ ش ِد ْيدُ َب َي َ طلَ َع َّ
َ سل َم ذَاتَ َي ْوم ِإ ْذ َ علَ ْي ِه َو َ
َ
عل ْي ِهَ ُصلى للا َّ َ
َ ِ س ِإلى ال َّن ِبي َ َّ َ ُ
َ َحتى َجل، َولَ َي ْع ِرفهُ ِم َّنا أ َحد،سفَ ِر َ َ َ
َّ عل ْي ِه أث ُر ال َ ي َُرى
8
َيا ُم َح َّمد أ َ ْخ ِب ْر ِني:علَى فَ ِخذَ ْي ِه َوقَا َل َ ض َع َكفَّ ْي ِه َ سلَّ َم فَأ َ ْس َندَ ُر ْك َبتَ ْي ِه إِلَى ُر ْك َبتَ ْي ِه َو َو
َ َو
َ َ
َّ اْ ِإل ِسالَ ُم أ ْن تَ ْش َهدَ أ ْن لَ ِإلَهَ ِإل:سل َم َّ َ علَ ْي ِه َو َ ُصلى للا َّ َ للا ِ س ْو ُل ُ فَقَا َل َر،ع ِن اْ ِإل ْسالَ ِم َ
ضانَ َوتَ ُح َّج َ ص ْو َم َر َم َ
ُ َي الزكاة َ َوت َّ ُ
َ صالة َ َوتؤْ ِت َ ُ
َّ للا َوت ِقي َْم الِ س ْو ُل َ
ُ للاُ َوأ َّن ُم َح َّمدا َر
: قَا َل،ُص ِدقُه َ ُ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ َي ْسأَلُهُ َوي، َصدَ ْقت َ : س ِبيْال قَا َل َ ط ْعتَ ِإلَ ْي ِه َ َْال َبيْتَ ِإ ِن ا ْست
ِ س ِل ِه َو ْال َي ْو ِم
اآلخ ِر ُ أ َ ْن تُؤْ ِمنَ ِباللِ َو َمالَ ِئ َك ِت ِه َو ُكت ُ ِب ِه َو ُر: ان قَا َل ِ ع ِن اْ ِإل ْي َم َ فَأ َ ْخ ِب ْر ِني
َ أ َ ْن تَ ْعبُد: قَا َل،ان ِ س َ ْع ِن اْ ِإلح َ قَا َل فَأ َ ْخ ِب ْر ِني، َصدَ ْقت َ قَا َل.َوتُؤْ ِمنَ ِب ْالقَدَ ِر َخي ِْر ِه َوش َِر ِه
َما: قَا َل،ع ِة َ سا َّ ع ِن ال َ فَأ َ ْخ ِب ْر ِني: قَا َل. َللا َكأ َ َّنكَ ت ََراهُ فَإِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراهُ فَإِ َّنهُ َي َراك َ
ُ قَا َل أ َ ْن تَ ِلدَ اْْل َ َمة،ارا ِت َها َ
َ عن أ َم ْ ْ َ
َ قا َل فَأخ ِب ْر ِني.سا ِئ ِل َ َ َ
َّ عن َها ِبأ ْعل َم ِمنَ ال ْ َ ْال َم ْسؤ ُْو ُل
َ ث ُ َّم ا ْن،ان
َطلَق ِ ط َاولُ ْونَ ِفي ْال ُب ْن َي َ َاء َيت ِ ش َّ عا َء ال َ َر َّبتَ َها َوأ َ ْن ت ََرى ْال ُحفَاة َ ْالعُ َراة َ ْال َعالَةَ ِر
ُ قَا َل فَإِ َّنه. س ْولُهُ أ َ ْعلَ َم ُ للاُ َو َر: ُسا ِئ ِل ؟ قُ ْلت َّ ع َم َر أَتَد ِْري َم ِن ال ُ َيا: ث ُ َّم قَا َل،فَلَ ِب ْثتُ َم ِليًّا
] [ رواه مسلم. ِجب ِْر ْي ُل أَتـَا ُك ْم يُعَ ِل ُم ُك ْم ِد ْي َن ُك ْم
Artinya:” Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami
duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba
datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan
berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan
tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia
duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi
wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang
disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji
jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan
aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia
berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang
ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau
bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wa
sallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang
9
datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat
Muslim)
11
Syekh amin Abdullah Assaqawy, Muhasabah al-Nafs, Terj.Arif Hidayatullah Abi
Umamah, Muraja’ah Abu Ziyad Eko hariyanto, www.islamhouse.com.
10
C. Objek, Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Istilah murid mengandung kesungguhan belajar, memuliakan guru,
keprihatinan guru terhadap murid. Dalam konsep murid ini terkandung keyakinan
bahwa mengajar dan belajar itu wajib dalam perbuatan mengajar dan belajar itu
ada barokah. Sebutan murid bersifat umum. Di dalam Islam, istilah ini
diperkenalkan oleh kalangan shufi. Istilah murid dalam tasawuf mengandung
pengertian orang yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan
menuju Tuhan.
Sa’id Hawwa (1999) menjelaskan adab dan tugas murid (yang dapat juga
disebut sifat-sifat murid) sebagai berikut:
1. Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya.
2. Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiah,
karena kesibukan itu akan melengahkannya dari menuntut ilmu.
3. Tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap guru, ia harus patuh kepada guru seperti
patuhnya orang sakit terhadap dokter yang merawatnya.
4. Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari
mendengarkan perbedaan pendapat khilafiah antar mazhab karena hal
itu akan membingungkan pikirannya.
5. Penuntut ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling
penting untuk dirinya.
6. Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang
paling penting, ilmu yang paling utama ialah ilmu mengenal Allah.
7. Tidak memasuki cabang ilmu sebelum menguasai ilmu sebelumnya.
8. Hendaklah mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia, itu diketahui
dari hasil belajarnya dan kekuatan dalilnya.
Konsep adab dan tugas murid dalam uraian Hawwa tersebut di atas adalah
murid dalam konteks tasawuf.12
12
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,
2006 ), hal. 164-169.
11
Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umumnya adalah peserta
didik, atau dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada
peserta didik. Evaluasi pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
evaluasi diri sendiri (self evaluation / instropeksi) dan evaluasi terhadap orang lain
(peserta didik).
Evaluasi terhadap diri orang lain (peserta didik) merupakan bagian dari
kegiatan pendidikan Islam. Kegiatan ini tidak sekedar boleh, tetapi bahkan
diwajibkan. Kewajiban di sini tentunya berdasarkan niat amar ma’ruf nahi
munkar, yang bertujuan untuk perbaikan (islah) perbuatan sesama umat Islam.
Syarat penilaian ini adalah harus bersifat komparabel, segera dan tidak dibiarkan
berlarut-larut, sehingga anak didik tenggelam dalam kebimbangan, kebidihan,
kezaliman, dan dapat melangkah lebih baik dari perilaku manusia semula.
12
Aspek-aspek khusus yang harus menjadi sasaran evaluasi pendidikan Islam
adalah perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang, yaitu:
13
4. Dilihat dari domain atau ranah yang terdapat pada diri peserta didik.
a. Aspek kognitif berupa pengembangan pengetahuan agama
termasuk di dalamnya fungsi ingatan dan kecerdasan.
b. Aspek Afektif, berupa pembentukan sikap terhadap agama,
termasuk di dalamnya fungsi perasaan dan sikap.
c. Aspek psikomotor berupa menumbuhkan keterampilan
beragama termasuk di dalamnya fungsi kehendak, kemauan
dan tingkah laku.13
Sedangkan Fungsi dan Tujuan Evaluasi adalah Meliputi :
1. Fungsi Bagi Siswa
a. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
b. Memberikan dorongan belajar bagi siswa
c. Sebagai laporan bagi orang tua siswa
2. Fungsi Bagi Pendidik (Guru)
a. Untuk menyeleksi siswa, dengan tujuan antara lain :
- Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
- Untuk menentukan siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
- Untuk menentukan siswa yang pantas diberikan beasiswa dan lain
sebagainya
- Untuk memilih siswa yang sudah berhak menyelesaikan sekolah
b. Evaluasi berfungsi diagnosa
Guru dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa dan dapat
mengetahui sebab musabab kelemahan dan kekurangan itu.
c. Berfungsi sebagai penempatan
Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan dari masing-masing peserta
didik melalui hasil belajar. Tujuannya adalah agar siswa yang tadinya
memiliki bakat dan minat tertentu dalam belajar benar-benar tersalur
sesuai dengan pilihannya.
d. Mengukur ketepatan materi pelajaran
13
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., hal. 200-204
14
Guru dapat mengetahui apakah materi tersebut telah dikuasai siswa atau
masih perlu diadakan peningkatan atau perbaikan untuk masa yang akan
datang.
e. Untuk mengetahui ketepatan metode
Metode adalah cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran agar diterima
oleh anak didik.
f. Untuk merencanakan program yang akan datang
3. Fungsi bagi sekolah
a. Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau silabus
b. Untuk mengukur tingkat kemajuan sekolah
c. Megukur keberhasilan guru mengajar
d. Untuk meningkatkan prestasi kerja.14
Sedangkan fungsi evaluasi sebagai umpan balik (feed back) terhadap
kegiatan pendidikan. Umpan balik ini berguna untuk :
1. Ishlah, yaitu perbaikan terhadap semua komponen-komponen
pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan dan kebiasaan-
kebiasaan
2. Tazkiyah, yaitu penyucian terhadap semua komponen-komponen
pendidikan. Artinya melihat kembali program-program pendidikan
yang dilakukan, apakah program itu penting atau tidak dalam
kehidupan peserta didik.
3. Tajdid, yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan
yang tidak relevan baik untuk kepentingan internal maupun
eksternal maka kegiatan itu harus diubah dan dicarikan
penggantinya yang lebih baik
4. Al-dakhil, yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua murid
berupa rapor, ijazah, piagam dan sebagainya.15
Sedangkan Faidah dari muhasabah:
14
Drs. H. Tayar Yusuf, Drs. Syaiful Anwar, op.cit., hal. 211-214
15
Prof. DR. H. Ramayulis, op. Cit., hal. 204-203
15
1. Menjumpai adanya kekurangan dalam dirinya. Dan orang yang
tidak menyadari adanya kekurangan dari dirinya tidak mungkin
sanggup untuk mengobatinya.
2. Bukti akan takutnya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
persiapan untuk bertemu dengan -Nya.
3. Akan menjadi jelas bagi seorang mukmin hakekat keuntungan dan
kerugian sejati.
4. Muhasabah didunia akan memudahkan seorang mukmin kelak
pada hari kiamat.
5. Sebagai bentuk memenuhi perintah Allah ta'ala.
6. Menjauhkan diri dari kelalaian, terjatuh dalam lumpur kemaksiatan
dan dosa.
7. Akan menolong seorang mukmin dan membantunya untuk segera
mendapatkan sisi kekurangan dari pengerjaan kewajiban dan
amalan sunah.16
8. Akan membuahkan kecintaan kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla dan mendapat keridhoan -Nya.
9. Dengan cara tersebut akan mengetahui hak Allah Shubhanahu wa
ta’alla yang harus ia tunaikan. Dan bagi siapa yang tidak
mengetahui hak Allah Shubhanahu wa ta’alla yang harus ia
kerjakan maka ibadahnya hanya sekedarnya dan sangat sedikit
sekali memberi dampak positif baginya.
10. Bahwa baiknya hati bisa tercapai dengan muhasabah, sebaliknya
rusaknya hati akibat dari jauhnya muhasabah dan tidak
memperdulikannya.17
D. Jenis-Jenis Evaluasi
Muhasabah itu ada dua macam: Muhasabah sebelum berbuat dan yang
kedua muhasabah seusai melakukan perbuatan.
16
Ighatsatul Lahfan 1/147-150.
17
Ighatsatul Lahfan 1/156, karya Ibnu Qoyim. Dan Nadhratun Na'im fii Makarimi
Akhlakir Rasul Karim 8/3317-3324.
16
1. Adapun jenis yang pertama, yaitu dirinya merenung sejenak manakala
baru timbul keinginan serta kemauan lantas dirinya melihat, apakah
perbuatan yang akan dilakukannya ini sesusai dengan al-Qur'an dan sunah
Rasulallah Shalallah 'alaihi wa sallam atau tidak? Jika sesuai maka terus
kerjakan, bila menyelisihi maka tinggalkan.
2. Adapun untuk jenis yang kedua, yaitu muhasabah seusai mengerjakan
perbuatan, maka dalam hal ini terbagi menjadi empat macam:
a. Muhasabah pada ketaatan yang banyak kekurangan
didalamnya, disaat pengerjaan kewajiban kepada Allah ta'ala
belum sesuai dengan harapan yang seharusnya dituntut.
b. Muhasabah atas larangan-larangan yang ada. Jika dirinya
menjumpai telah menerjang salah satunya maka segera iringi
dengan bertaubat, istighfar, dan amalan-amalan kebajikan yang
bisa menghapusnya.
c. Muhasabah atas setiap amalan yang telah ditinggalkan namun
membawa kebaikan jika ia kerjakan
d. Muhasabah pada perkara mubah atau kebiasaan, kenapa ia
kerjakan? Apakah ia kerjakan ingin mengharap ridho Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan kampung akhirat? Sehingga ia
beruntung, atau dia mengerjakannya hanya bertujuan dunia
yang ia inginkan? Maka dirinya telah merugi serta luput dari
keuntungan tersebut.
Selanjutnya kurikulum 1975 membedakan evaluasi prestasi belajar siswa
di sekolah menjadi 4 (empat) jenis yaitu: Evaluasi Formatif, Adalah evaluasi
yang ditujukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Jenis evaluasi wajib
dilaksanakan oleh guru bidang studi setelah selesai mengajarkan satu unit
pengajaran tertentu.
17
satu semester. Dan kawasan bahasanya sama dengan kawasan bahan yang
terkandung di dalam satuan program semester.
E. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Adapun prinsip-prinsip dari Evaluasi Pendidikan itu adalah Meliputi :
18
4. Validitas; Adanya evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang
seharusnya dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang-bidang tertentu yang
diingini dan diselidiki, sehingga tidak hanya mencakup satu bidang saja.
Prinsip Validitas (QS.al-Hujurat:6)
5. Realibilitas; Evaluasi itu dapat dipercayai, artinya memberikan evaluasi
kepada peserta didik sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan keadaan
sesungguhnya. (QS.Hamim As-sajadah:53)
6. Efisiensi; Adanya evaluasi yang dapat menggunakan sarana dan prasarana
yang baik, memanfaatkan waktu sebaik mungkin, mudah dalam proses
administrasi dan interpretasinya sehingga evaluasi ini tidak tepat pada
sasarannya. (QS.al –Asr’:1-2)
7. Ta’abbudiah dan ikhlas; Adanya evaluasi yang dilakukan penuh
keutulusan dan pengabdian kepada Allah SWT.(al-Bayyinah:5)
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa pendapat tentang definisi Evaluasi yang diambil dari tinjauan Umum
dan Pendidikan Islam berikut Aspek-Aspeknya menurut :
20
B. Saran – saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Apabila dalam
penulisan dan penyampaian makalah ini banyak kekurangan, kami mohon untuk
dikritisi demi perbaikan ke depan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, H., Prof. Dr. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset
Tafsir, Ahmad, Prof. Dr. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Yusuf, H. Tayar, Drs. dan Drs. Syaiful Anwar. 1997. Metodologi Pengajaran
Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://google.com/evaluasidalampendidikanIslam.html.date11-4-2010
22