Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI PENDIDIKAN

PERSPEKTIF HADIST

MAKALAH

Disusun dan dipresentasikan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Hadist Tarbawy

Dosen Pengampu:

Drs. H. Khamid Alwi, M.Ag

Disusun oleh:

No Nama NIM/ NIRM Jurusan / Prodi Ket


1 Widiyanto 202100866 PAI SM. 4

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURI

JL. KH. Sufyan Tsauri Telp.(0280) 6265671 Majenang 53257

Tahun Akademik 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Dunia pendidikan secara umum telah dikenal berbagai macam bentuk
kegiatan tentang upaya mencapai kesuksesan dalam mewujudkan Pendidikan
yang berkualitas dan melahirkan anak didik yang mampu menghadapi berbagai
tantangan dalam kehidupannya. Diantara bentuk kegiatan itu adalah Evaluasi
terhadap kegiatan yang telah atau akan dilaksanakan dengan berbagai macam
tujuan yang diinginkan.

Evaluasi dalam pendidikan adalah merupakan proses bagaimana seperti


Pembelajaran yang telah dilaksanakan mendapat hasil yang sesuai dengan harapan
atau belum mencapai tujuan tersebut secara sempurna, sehingga perlu melakukan
perbaikan dan peningkatan efektifitas Pembelajaran yang lebih baik lagi.

Realita di dunia Pendidikan yang Kita hadapi ternyata masih terdapat


kekurangan yang cukup memperihatinkan dalam masalah Evaluasi ini. Terbukti
dengan kurangnya kepedulian terhadap Ujian-Ujian yang bersifat Evaluatif,
Misalnya Banyak sekali Opini yang beredar di Masyarakat tentang Penolakan
terhadap UN atau Ujian Nasional. Padahal, jika kita sadari hal itu sangat
mempengaruhi semangat peserta didik untuk Meningkatkan semangat belajarnya.
Kenyataan ini jika dibiarkan terus tanpa ada Solusi maka yang terjadi adalah
“Kesinisan Massal” terhadap bentuk Evaluasi Pendidikan Seperti UN dan
Sebagainya baik dari Peserta didik, tenaga didik bahkan Pengelola Pendidikan.

Seharusnya, UN dapat dijadikan parameter tingkat keberhasilan pendidikan


Nasional. Akan tetapi ada fenomena yang kurang baik terhadap pendidikan kita
bahwa” UN adalah Proyek Menteri Pendidikan”. Ini sangat amat lebih
memperihatinkan.

1
Dari Wacana di atas Penulis perlu mengaktualisasi Pemahaman Evaluasi
berikut Relevansinya terhadap Ajaran Agama Islam dengan melakukan analisis
terhadap hadits Rasulullah SAW dan dikaji dengan metode kritis terhadap teks
sesuai konteks yang relevan dengan Tuntutan zaman dan Budaya kebangsaan.

B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang Permasalahan di atas, penulis memberi Rumusan yang
akan dibahas dalam Makalah ini supaya lebih Jelas dan Efisien, yaitu:

1. Apa Hakikat Evaluasi itu?


2. Bagaimana Hadits tentang Evaluasi Pendidikan?
3. Apa Objek, Tujuan, Fungsi dan Prinsip dari Evaluasi itu?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami Hakikat Evaluasi Pendidikan Secara
Efektif
2. Menjelaskan Landasan Hadits Rasulullah SAW, terhadap
Relevansinya dengan Ajaran Islam.
3. Mengaplikasikan tujuan dan fungsi serta prinsip Evaluasi dalam
Pendidikan Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Evaluasi Pendidikan


Sebelum memahami Pengertian Hakikat Evaluasi Pendidikan, alangkah
baiknya kita Pahami pendidikan itu lebih dahulu. Pendidikan adalah upaya sadar
dan tanggung jawab untuk memelihara, membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia agar ia dapat memiliki
makna dan tujuan hidup yang hakiki. Shalih Abd Al-Aziz dan Abd Al-Aziz Abd
Al-Majid menyatakan : innama al-hayat madrasah (bahwasanya hidup adalah
salah satu lembaga pendidikan). Sebagai suatu proses pendidikan bertujuan untuk
menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada setiap si terdidik.
Proses pendidikan tidak terlepas dari beberapa komponen yang mendukungnya,
dan salah satu komponen yang urgent adalah penilaian atau evaluasi.1

Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti “menilai”. Kata nilai
menurut filosof pengertiannya adalah idea of worth. Selanjutnya kata nilai
menjadi populer, bahkan menjadi istilah yang ditemukan dalam dunia ekonomi,
kata nilai biasa dipautkan dengan harga. Nilai artinya power in exchange.2
Sedangkan menurut pengertian pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh
kesimpulan.3

Menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brow dalam bukunya Esseential of


Educational Evaluation, mengemukakan bahwa: Evaluation refer to the act or
process to determining the value of something.”(Penilaian dalam pendidikan

1
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Kalam Mulia, 2002), hal. 195-
196.
2
Ibid. hal. 196.
3
http://google.com/evaluasidalampendidikanIslam.htmldate11-4-2010

3
berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang
berkaitan dengan dunia pendidikan).4

Ada beberapa pendapat lain tentang definisi mengenai evaluasi:

1. Blomm
Evaluasi adalah pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk
menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam
diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri
pribadi siswa.
2. Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan
menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan.
3. Cronbach
Di dalam bukunya Designing Evaluator of Education and Social
Program, telah memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar
evaluasi antara lain:
a. Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat
membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.
b. Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu
pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evaluator memberikan
rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan
atau tidak. Evaluator tidak dapat memilihkan karier seorang murid.
Tugas evaluator hanya memberikan alternatif.
c. Evaluasi merupakan suatu proses terus-menerus, sehingga di dalam
proses memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu
kesalahan-kesalahan.5

4
Drs. H. Tayar Yusuf, Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 209
5
http://google.com/evaluasidalampendidkanIslam.html, op.cit.

4
Term evaluasi dalam wacana keislaman, terdapat term-term tertentu
mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut adalah :

1. Al-Hisab, memiliki makna mengira, menafsirkan, menghitung dan


menganggap.
2. Al-Bala’, memiliki makna cobaan, ujian.
3. Al-Hukum, memiliki makna putusan atau vonis
4. Al-Qadha, memiliki arti putusan
5. Al-Nazhar, memiliki arti melihat
6. Al-Imtihan, memiliki arti ujian
Beberapa term tersebut boleh jadi menunjukkan arti evaluasi secara
langsung, atau hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal ini
didasarkan asumsi bahwa Al-Qur’an dan Sunnah merupakan azas-azas atau
prinsip-prinsip umum pendidikan, sedang operasionalisasinya diserahkan penuh
kepada ijtihad umatnya.

Selanjutnya dalam sebuah ayat Allah azza wa jalla berfirman:

ُ ‫َيأيُّها الَّذِينَ أ َ َمنُوا اتَّقُوللاَ َولتَن‬


‫ظر نَفس َما قَدَّ َمت ِلغَذ َواتَّقُوللاَ إِ َّن للاَ َخ ِبير‬
. َ‫ِب َما تَ ْع َملُون‬

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan". (AS al-Hasyr: 18).

Imam Ibnu Qoyim menjelaskan tafsir ayat ini, "Ayat ini menunjukkan
akan wajibnya melakukan muhasabah (instropeksi) diri. Allah Shubhanahu wa
ta’alla memerintahkan, "Supaya kalian memperhatikan amalan apa yang telah
kalian persiapkan untuk hari kiamat kelak, apakah amal sholeh yang akan

5
menyelamatkan dirimu? Ataukah amal kejelekan yang justru akan
menyengsarakannya?".6

Imam Hasan Bashri mengatakan, "Tidak ada waktu yang tersisa yang
menjumpai seorang mukmin melainkan ia harus gunakan untuk muhasabah. Apa
yang akan dikerjakan? Apa yang ingin dia makan dan minum? Adapun orang
jahat maka dirinya terus berlalu tidak pernah menghisab dirinya sendiri".7

Sedang Imam al-Mawardi menerangkan, "Muhasabah adalah seseorang


mengoreksi diri secara tuntas diwaktu keheningan malam terhadap perbuatan yang
dilakukan pada siang hari. Jika hasilnya terpuji maka dia terus berlalu, sambil
dibarengi keesokannya dengan perbuatan yang serupa sambil memperbaikinya
lagi. Dan bila hasilnya tercela maka dia berusaha untuk mengoreksi dimana
letaknya, lalu mencegah untuk tidak mengulanginya lagi pada hari esok ".8

Al-Ghazali mengatakan, "Orang-orang yang berakal dari kalangan hamba


Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa Allah ta'ala selalu
mengawasinya. Dan bahwasannya mereka akan didebat atas amalannya kelak
pada hari hisab, lalu mereka dituntut untuk menambah bobot timbangan dari
peluang-peluang amal yang terlintas dalam pikiran. Maka mereka mendapatkan
bahwa tidak mungkin mereka selamat dari apa yang terlintas tersebut melainkan
dengan cara muhasabah, benar didalam muroqobahnya, selalu menuntut pada
jiwa, polah dan tingkah lakunya. Serta muhasabah dalam setiap pikiran yang
terlintas dalam benaknya.

Maka barangsiapa yang mengintropeksi diri sebelum dihisab dirinya akan


ringan didalam hisabnya kelak pada hari kiamat, manakala hadir dalam
pertanyaan serta jawaban, serta akan berakibat baik. Dan barangsiapa yang
enggan untuk instropeksi diri dia akan cepat merasakan kerugian, menunggu

6
Ighatsatul Lahfan 1/152.
7
Ighatsatul Lahfan 1/145.
8
Adabu Dunya wa Diin hal: 360-361

6
dalam waktu yang lama pada hari kiamat kelak, dan kesalahannya sebagai
penuntun pada kehinaan dan siksaannya".9

Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan keputusan-


keputusan kependidikan, baik yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses
dan tindak lanjut pendidikan baik yang menyangkut perorangan, kelompok,
maupun kelembagaan. Keputusan apapun ditetapkan maksudnya agar tujuan yang
dicanangkan dapat tercapai. Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai
dengan nilai-nilai yang Islami, sehingga tujuan pendidikan Islam yang
dicanangkan dapat tercapai.10

B. Hadits tentang Evaluasi Pendidikan


Dalam ajaran Islam Evaluasi adalah merupakan pemahaman yang tidak
baru lagi. Artinya Evaluasi merupakan suatu ajaran yang pasti dan harus
dilakukan oleh umat Islam baik individu maupun kelompok seperti yang telah
dijelaskan di atas. Namun kaitannya dengan aplikasi terasa memang sangat jauh
dari harapan sehingga perlu mewacanakan lagi hadits Rasulullah SAW, sebagai
landasan berfikir dan pijakan dalam tindakan.
Begitu banyak hadits Shahih yang mengindikasikan tentang Evaluasi, akan
tetapi penulis mencukupkan pada dua hadits saja untuk dibahas dan di analisis
dari beberapa aspek tinjauan tanpa mengurangi entitas makna dan maksud hadits
tersebut.
Rasulullah SAW, bersabda:

‫ع ْن أ َ ِبي َب ْك ِر ب ِْن أ َ ِبي َم ْر َي َم ح و َحدَّثَنَا‬ َ ‫س‬ َ ُ‫سى ب ُْن يُون‬ َ ‫ان ب ُْن َو ِكيع َحدَّثَنَا ِعي‬ ُ ‫س ْف َي‬
ُ ‫َحدَّثَنَا‬
‫ع ْن أ َ ِبي َب ْك ِر‬ َ ‫ار ِك‬ َ ‫ع ْون أ َ ْخ َب َرنَا اب ُْن ْال ُم َب‬َ ‫ع ْم ُرو ب ُْن‬ َ ‫الرحْ َم ِن أ َ ْخ َب َرنَا‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫ّللا ب ُْن‬ ِ َّ ُ‫ع ْبد‬
َ
‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ ‫ع ْن ال َّن ِبي‬ َ ‫شدَّا ِد ب ِْن أ َ ْوس‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫ض ْم َرة َ ب ِْن َح ِبيب‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫ب ِْن أ َ ِبي َم ْر َي َم‬
‫سهُ ه ََواهَا‬ َ ‫اج ُز َم ْن أ َ ْت َب َع َن ْف‬ ِ ‫ت َو ْال َع‬ِ ‫ع ِم َل ِل َما َب ْعدَ ْال َم ْو‬َ ‫سهُ َو‬ َ ‫س َم ْن دَانَ َن ْف‬ ُ ‫سلَّ َم قَا َل ْال َك ِي‬ َ ‫َو‬
‫ب‬ َ ‫س‬ َ ‫سهُ َيقُو ُل َحا‬ َ ‫سن قَا َل َو َم ْعنَى قَ ْو ِل ِه َم ْن دَانَ َن ْف‬ َ ‫ّللا قَا َل َهذَا َحدِيث َح‬ ِ َّ ‫علَى‬ َ ‫َوتَ َم َّنى‬
‫ب قَا َل‬ ِ ‫َطا‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْالخ‬ ُ ‫ع ْن‬ َ ‫ب َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َوي ُْر َوى‬ َ ‫س‬َ ‫سهُ فِي الدُّ ْن َيا قَ ْب َل أ َ ْن يُ َحا‬ َ ‫َن ْف‬
9
Ihya Ulumudin 4/418
10
Prof. Dr. H. Ramayulis, op.cit., hal. 198-200

7
‫اب َي ْو َم‬
ُ ‫س‬َ ‫ف ْال ِح‬ ُّ ‫ض ْاْل َ ْك َب ِر َوإِ َّن َما َي ِخ‬ ِ ‫سبُوا َوتَزَ َّينُوا ِل ْلعَ ْر‬
َ ‫س ُك ْم قَ ْب َل أ َ ْن ت ُ َحا‬
َ ُ‫َحا ِسبُوا أ َ ْنف‬
ُ ‫ون ب ِْن ِم ْه َرانَ قَا َل َل َي ُك‬
‫ون‬ ِ ‫ع ْن َم ْي ُم‬ َ ‫سهُ فِي الدُّ ْن َيا َوي ُْر َوى‬ َ ‫ب َن ْف‬َ ‫س‬َ ‫علَى َم ْن َحا‬ َ ‫ْال ِق َيا َم ِة‬
ُ ‫طعَ ُمهُ َو َم ْل َب‬
– ُ ‫سه‬ ْ ‫ب ش َِري َكهُ ِم ْن أَيْنَ َم‬ ُ ‫سهُ َك َما يُ َحا ِس‬َ ‫ب َن ْف‬َ ‫ْالعَ ْبدُ تَ ِقيًّا َحتَّى يُ َحا ِس‬
‫الترمذي‬
Artinya:” Menceritakan pada kami Sufyan bin Waki’, Menceritakan pada
kami Isa bin Yunus dari Abi Bakar bin Abi Maryam H W Menceritakan pada kami
Abdullah bin Abdurrahman, Memberitahukan pada kami Amr bin Aun,
Menceritakan pada kami Ibnul Mubarak, dari Abi Bakar bin abi Maryam dari
Dlamrah bin bin Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi SAW bersabda, “Orang
yang Cerdas itu adalah orang yang mengalahkan Hawa Nafsunya (Dirinya) dan
Melakukan perbuatan untuk (Kehidupan setelah Mati), sedangkan orang yang
Lemah adalah orang yang Mengikuti Hawa Nafsunya dan Berangan-angan kepada
Allah. Sufyan berkata” ini hadits Hasan” berkata lagi Maksud” Man daana
Nafsahu” adalah Mengevaluasi dirinya di dunia sebelum di Hisab nanti di hari
Kiamat. Dan diriwayatkan dari Umar bin Khattab berkata” Evaluasi diri kalian
sebelum dihisab di Akhirat dan berhiaslah untuk kehormatan yang besar dan
bahwasanya Hisab pada hari Kiamat diringankan bagi orang yang mengevaluasi
dirinya di dunia. Diriwayatkan juga dari Maimun bin Mihran berkata” Tidak
dikatakan hamba yang bertaqwa, sehingga ia mengevaluasi dirinya sebagaimana
Menginterogasi temannya dari mana dia mendapat Makanan dan Pakaian. (HR.
Turmudzi).

Berkaitan dengan Takhrij Hadits di atas, sebagaimana diketahui bahwa


Saddad Bin Aus adalah Sahabat Nabi, Dlamrah bin Habib Tabi’ien Kalangan
Biasa(Tsiqah), Abu Bakar bin abi Maryam Tabi’iet tabi’ien Tua (Dha’ief), Ibnul
Mubarok Tabi’iet tabi’ien Pertengahan (Tsiqah), Isa bin Yunus Tabi’iet tabi’ien
Tua (Tsiqah), Amru bin Aun Tabi’u atba’ Tua (Tsiqah), Sufyan bin Abi Waki’
Tabi’u atba’ Tua (Dha’ief ) dan Abdullah bin Abdurrahman tabi’u atba’
Pertengahan (Tsiqah).
Jadi, secara keseluruhan berkaitan dengan sanad hadits di atas bias
dikatakan bahwa hadits tersebut bias dijadikan hadits hasan menurut Imam
Turmudzi sebab sanad hadits tersebut didominasi oleh Perawi yang Tsiqah.
Ada juga hadits berikut yang menjadi pokok Analisa penulis dalam
menyikapi masalah Evaluasi Pendidikan yaitu:

ُ‫صلَّى للا‬ َ ‫للا‬ ِ ‫س ْو ِل‬ ُ ‫ َب ْي َن َما نَحْ ُن ُجلُ ْوس ِع ْندَ َر‬:‫ع ْنهُ أَيْضا قَا َل‬َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ِ ‫ع َم َر َر‬ ُ ‫ع ْن‬ َ
َ‫ ل‬،‫ش ْع ِر‬ َّ ‫س َوا ِد ال‬
َ ُ‫ش ِد ْيد‬َ ‫ب‬
ِ ‫الث َيا‬
ِ ‫اض‬ َ ‫علَ ْينَا َر ُجل‬
ِ ‫ش ِد ْيدُ َب َي‬ َ ‫طلَ َع‬ َّ
َ ‫سل َم ذَاتَ َي ْوم ِإ ْذ‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
َ
‫عل ْي ِه‬َ ُ‫صلى للا‬ َّ َ
َ ِ ‫س ِإلى ال َّن ِبي‬ َ َّ َ ُ
َ ‫ َحتى َجل‬،‫ َولَ َي ْع ِرفهُ ِم َّنا أ َحد‬،‫سفَ ِر‬ َ َ َ
َّ ‫عل ْي ِه أث ُر ال‬ َ ‫ي َُرى‬

8
‫ َيا ُم َح َّمد أ َ ْخ ِب ْر ِني‬:‫علَى فَ ِخذَ ْي ِه َوقَا َل‬ َ ‫ض َع َكفَّ ْي ِه‬ َ ‫سلَّ َم فَأ َ ْس َندَ ُر ْك َبتَ ْي ِه إِلَى ُر ْك َبتَ ْي ِه َو َو‬
َ ‫َو‬
َ َ
َّ‫ اْ ِإل ِسالَ ُم أ ْن تَ ْش َهدَ أ ْن لَ ِإلَهَ ِإل‬:‫سل َم‬ َّ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلى للا‬ َّ َ ‫للا‬ ِ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬،‫ع ِن اْ ِإل ْسالَ ِم‬ َ
‫ضانَ َوتَ ُح َّج‬ َ ‫ص ْو َم َر َم‬ َ
ُ َ‫ي الزكاة َ َوت‬ َّ ُ
َ ‫صالة َ َوتؤْ ِت‬ َ ُ
َّ ‫للا َوت ِقي َْم ال‬ِ ‫س ْو ُل‬ َ
ُ ‫للاُ َوأ َّن ُم َح َّمدا َر‬
:‫ قَا َل‬،ُ‫ص ِدقُه‬ َ ُ‫ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ َي ْسأَلُهُ َوي‬، َ‫صدَ ْقت‬ َ : ‫س ِبيْال قَا َل‬ َ ‫ط ْعتَ ِإلَ ْي ِه‬ َ َ‫ْال َبيْتَ ِإ ِن ا ْست‬
ِ ‫س ِل ِه َو ْال َي ْو ِم‬
‫اآلخ ِر‬ ُ ‫ أ َ ْن تُؤْ ِمنَ ِباللِ َو َمالَ ِئ َك ِت ِه َو ُكت ُ ِب ِه َو ُر‬: ‫ان قَا َل‬ ِ ‫ع ِن اْ ِإل ْي َم‬ َ ‫فَأ َ ْخ ِب ْر ِني‬
َ‫ أ َ ْن تَ ْعبُد‬:‫ قَا َل‬،‫ان‬ ِ ‫س‬ َ ْ‫ع ِن اْ ِإلح‬ َ ‫ قَا َل فَأ َ ْخ ِب ْر ِني‬، َ‫صدَ ْقت‬ َ ‫ قَا َل‬.‫َوتُؤْ ِمنَ ِب ْالقَدَ ِر َخي ِْر ِه َوش َِر ِه‬
‫ َما‬:‫ قَا َل‬،‫ع ِة‬ َ ‫سا‬ َّ ‫ع ِن ال‬ َ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْر ِني‬:‫ قَا َل‬. َ‫للا َكأ َ َّنكَ ت ََراهُ فَإِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراهُ فَإِ َّنهُ َي َراك‬ َ
ُ‫ قَا َل أ َ ْن تَ ِلدَ اْْل َ َمة‬،‫ارا ِت َها‬ َ
َ ‫عن أ َم‬ ْ ْ َ
َ ‫ قا َل فَأخ ِب ْر ِني‬.‫سا ِئ ِل‬ َ َ َ
َّ ‫عن َها ِبأ ْعل َم ِمنَ ال‬ ْ َ ‫ْال َم ْسؤ ُْو ُل‬
َ ‫ ث ُ َّم ا ْن‬،‫ان‬
َ‫طلَق‬ ِ ‫ط َاولُ ْونَ ِفي ْال ُب ْن َي‬ َ َ‫اء َيت‬ ِ ‫ش‬ َّ ‫عا َء ال‬ َ ‫َر َّبتَ َها َوأ َ ْن ت ََرى ْال ُحفَاة َ ْالعُ َراة َ ْال َعالَةَ ِر‬
ُ‫ قَا َل فَإِ َّنه‬. ‫س ْولُهُ أ َ ْعلَ َم‬ ُ ‫ للاُ َو َر‬: ُ‫سا ِئ ِل ؟ قُ ْلت‬ َّ ‫ع َم َر أَتَد ِْري َم ِن ال‬ ُ ‫ َيا‬: ‫ ث ُ َّم قَا َل‬،‫فَلَ ِب ْثتُ َم ِليًّا‬
] ‫ [ رواه مسلم‬. ‫ِجب ِْر ْي ُل أَتـَا ُك ْم يُعَ ِل ُم ُك ْم ِد ْي َن ُك ْم‬

Artinya:” Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami
duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba
datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan
berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan
tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia
duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi
wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang
disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji
jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan
aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia
berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang
ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau
bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wa
sallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang

9
datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat
Muslim)

Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena


didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Kemudian hadits ini juga mengandung makna yang sangat agung karena berasal
dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan
makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam ).

Adapun Kandungan hadits diatas secara Implisit Menjelaskan bahwa;

1. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan


kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan
penguasa.
2. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang
hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang
bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia
mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
3. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya
untuk berkata, “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi
kedudukannya.
4. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
5. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap
kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya
sebagaimana seorang tuan memperlakukan hamba-sahayanya.
6. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya
selama tidak dibutuhkan.
7. Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang
mengetahuinya selain Allah ta’ala.
8. Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis
ilmu.11
9. Didalamnya terdapat Konteks Evaluasi diri dalam menjalani Hidup di Dunia.

11
Syekh amin Abdullah Assaqawy, Muhasabah al-Nafs, Terj.Arif Hidayatullah Abi
Umamah, Muraja’ah Abu Ziyad Eko hariyanto, www.islamhouse.com.

10
C. Objek, Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Istilah murid mengandung kesungguhan belajar, memuliakan guru,
keprihatinan guru terhadap murid. Dalam konsep murid ini terkandung keyakinan
bahwa mengajar dan belajar itu wajib dalam perbuatan mengajar dan belajar itu
ada barokah. Sebutan murid bersifat umum. Di dalam Islam, istilah ini
diperkenalkan oleh kalangan shufi. Istilah murid dalam tasawuf mengandung
pengertian orang yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan
menuju Tuhan.

Sa’id Hawwa (1999) menjelaskan adab dan tugas murid (yang dapat juga
disebut sifat-sifat murid) sebagai berikut:
1. Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya.
2. Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiah,
karena kesibukan itu akan melengahkannya dari menuntut ilmu.
3. Tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap guru, ia harus patuh kepada guru seperti
patuhnya orang sakit terhadap dokter yang merawatnya.
4. Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari
mendengarkan perbedaan pendapat khilafiah antar mazhab karena hal
itu akan membingungkan pikirannya.
5. Penuntut ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling
penting untuk dirinya.
6. Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang
paling penting, ilmu yang paling utama ialah ilmu mengenal Allah.
7. Tidak memasuki cabang ilmu sebelum menguasai ilmu sebelumnya.
8. Hendaklah mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia, itu diketahui
dari hasil belajarnya dan kekuatan dalilnya.
Konsep adab dan tugas murid dalam uraian Hawwa tersebut di atas adalah
murid dalam konteks tasawuf.12

12
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,
2006 ), hal. 164-169.

11
Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umumnya adalah peserta
didik, atau dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada
peserta didik. Evaluasi pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
evaluasi diri sendiri (self evaluation / instropeksi) dan evaluasi terhadap orang lain
(peserta didik).

Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan menggalakkan instropeksi atau


penghitungan diri sendiri dengan tujuan meningkatkan kreatifitas dan
produktivitas (amal saleh) pribadi. Apabila dalam proses evaluasi tersebut
ditemukan beberapa keberhasilan, maka keberhasilan itu hendaknya
dipertahankan atau ditingkatkan, tetapi apabila ditemukan beberapa kelemahan
dan kegagalan, maka hendaknya hal itu segera diperbaiki dengan cara
meningkatkan ilmu, iman dan amal.

Umar bin Khattab berkata; “Hasibu an fusakum qobl an tuhasabu”


(Evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi). Statemen ini berkaitan dengan
kegiatan evaluasi terhadap diri sendiri. Asumsi yang mendasar statement tersebut
adalah bahwa Allah SWT mengutus dua malaikat Raqib dan Atid sebagai
supervisor dan evaluator terhadap manusia. Karena itulah manusia dituntut selalu
waspada dan memperhitungkan segala tindakannya, agar kehidupannya kelak
tidak merugi.

Evaluasi terhadap diri orang lain (peserta didik) merupakan bagian dari
kegiatan pendidikan Islam. Kegiatan ini tidak sekedar boleh, tetapi bahkan
diwajibkan. Kewajiban di sini tentunya berdasarkan niat amar ma’ruf nahi
munkar, yang bertujuan untuk perbaikan (islah) perbuatan sesama umat Islam.
Syarat penilaian ini adalah harus bersifat komparabel, segera dan tidak dibiarkan
berlarut-larut, sehingga anak didik tenggelam dalam kebimbangan, kebidihan,
kezaliman, dan dapat melangkah lebih baik dari perilaku manusia semula.

12
Aspek-aspek khusus yang harus menjadi sasaran evaluasi pendidikan Islam
adalah perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang, yaitu:

1. Dilihat dari sudut tujuan umum pendidikan Islam


Tujuan umum pendidikan Islam adalah adanya taqqarub dan penyerahan
mutlak peserta didik, kepada Allah SWT. Evaluasi di sini meliputi aspek:

a. Perkembangan ibadah ibadah peserta didik


b. Perkembangan pelaksanaan menjadi khalifah Allah di muka
bumi
c. Perkembangan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya
d. Perkembangan pemenuhan kewajiban hidup, berupa kewajiban
yang bersifat duniawi atau ukhrawi.
2. Dilihat dari sudut fungsi pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah pengembangan potensi peserta didik dan
transliternalisasi nilai-nilai Islami, serta mempersiapkan segala kebutuhan masa
depan peserta didik; Evaluasi di sini meliputi aspek:

a. Perkembangan pendayagunaan potensi-potensi peserta didik,


b. Perkembangan perolehan, pemahaman dan pelaksanaan nilai-
nilai Islam,
c. Perkembangan perolehan kelayakan hidup, baik hidup yang
bersifat duniawi maupun ukhrawi.
3. Dilihat dari sudut dimensi-dimensi kebutuhan hidup dalam pendidikan
Islam, Evaluasi di sini meliputi aspek:
a. Perkembangan peserta didik dalam memperoleh dan memenuhi
kebutuhan hidupnya.
b. Perkembangan pendayagunaan dan optimalisasi potensi
jasmani, intelegensi, agar peserta didik ini mampu
berkepribadian mulia, baik terhadap diri sendiri, sesama
manusia, alam dan kepada Tuhan.

13
4. Dilihat dari domain atau ranah yang terdapat pada diri peserta didik.
a. Aspek kognitif berupa pengembangan pengetahuan agama
termasuk di dalamnya fungsi ingatan dan kecerdasan.
b. Aspek Afektif, berupa pembentukan sikap terhadap agama,
termasuk di dalamnya fungsi perasaan dan sikap.
c. Aspek psikomotor berupa menumbuhkan keterampilan
beragama termasuk di dalamnya fungsi kehendak, kemauan
dan tingkah laku.13
Sedangkan Fungsi dan Tujuan Evaluasi adalah Meliputi :
1. Fungsi Bagi Siswa
a. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
b. Memberikan dorongan belajar bagi siswa
c. Sebagai laporan bagi orang tua siswa
2. Fungsi Bagi Pendidik (Guru)
a. Untuk menyeleksi siswa, dengan tujuan antara lain :
- Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
- Untuk menentukan siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
- Untuk menentukan siswa yang pantas diberikan beasiswa dan lain
sebagainya
- Untuk memilih siswa yang sudah berhak menyelesaikan sekolah
b. Evaluasi berfungsi diagnosa
Guru dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa dan dapat
mengetahui sebab musabab kelemahan dan kekurangan itu.
c. Berfungsi sebagai penempatan
Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan dari masing-masing peserta
didik melalui hasil belajar. Tujuannya adalah agar siswa yang tadinya
memiliki bakat dan minat tertentu dalam belajar benar-benar tersalur
sesuai dengan pilihannya.
d. Mengukur ketepatan materi pelajaran

13
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., hal. 200-204

14
Guru dapat mengetahui apakah materi tersebut telah dikuasai siswa atau
masih perlu diadakan peningkatan atau perbaikan untuk masa yang akan
datang.
e. Untuk mengetahui ketepatan metode
Metode adalah cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran agar diterima
oleh anak didik.
f. Untuk merencanakan program yang akan datang
3. Fungsi bagi sekolah
a. Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau silabus
b. Untuk mengukur tingkat kemajuan sekolah
c. Megukur keberhasilan guru mengajar
d. Untuk meningkatkan prestasi kerja.14
Sedangkan fungsi evaluasi sebagai umpan balik (feed back) terhadap
kegiatan pendidikan. Umpan balik ini berguna untuk :
1. Ishlah, yaitu perbaikan terhadap semua komponen-komponen
pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan dan kebiasaan-
kebiasaan
2. Tazkiyah, yaitu penyucian terhadap semua komponen-komponen
pendidikan. Artinya melihat kembali program-program pendidikan
yang dilakukan, apakah program itu penting atau tidak dalam
kehidupan peserta didik.
3. Tajdid, yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan
yang tidak relevan baik untuk kepentingan internal maupun
eksternal maka kegiatan itu harus diubah dan dicarikan
penggantinya yang lebih baik
4. Al-dakhil, yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua murid
berupa rapor, ijazah, piagam dan sebagainya.15
Sedangkan Faidah dari muhasabah:

14
Drs. H. Tayar Yusuf, Drs. Syaiful Anwar, op.cit., hal. 211-214
15
Prof. DR. H. Ramayulis, op. Cit., hal. 204-203

15
1. Menjumpai adanya kekurangan dalam dirinya. Dan orang yang
tidak menyadari adanya kekurangan dari dirinya tidak mungkin
sanggup untuk mengobatinya.
2. Bukti akan takutnya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
persiapan untuk bertemu dengan -Nya.
3. Akan menjadi jelas bagi seorang mukmin hakekat keuntungan dan
kerugian sejati.
4. Muhasabah didunia akan memudahkan seorang mukmin kelak
pada hari kiamat.
5. Sebagai bentuk memenuhi perintah Allah ta'ala.
6. Menjauhkan diri dari kelalaian, terjatuh dalam lumpur kemaksiatan
dan dosa.
7. Akan menolong seorang mukmin dan membantunya untuk segera
mendapatkan sisi kekurangan dari pengerjaan kewajiban dan
amalan sunah.16
8. Akan membuahkan kecintaan kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla dan mendapat keridhoan -Nya.
9. Dengan cara tersebut akan mengetahui hak Allah Shubhanahu wa
ta’alla yang harus ia tunaikan. Dan bagi siapa yang tidak
mengetahui hak Allah Shubhanahu wa ta’alla yang harus ia
kerjakan maka ibadahnya hanya sekedarnya dan sangat sedikit
sekali memberi dampak positif baginya.
10. Bahwa baiknya hati bisa tercapai dengan muhasabah, sebaliknya
rusaknya hati akibat dari jauhnya muhasabah dan tidak
memperdulikannya.17
D. Jenis-Jenis Evaluasi
Muhasabah itu ada dua macam: Muhasabah sebelum berbuat dan yang
kedua muhasabah seusai melakukan perbuatan.

16
Ighatsatul Lahfan 1/147-150.
17
Ighatsatul Lahfan 1/156, karya Ibnu Qoyim. Dan Nadhratun Na'im fii Makarimi
Akhlakir Rasul Karim 8/3317-3324.

16
1. Adapun jenis yang pertama, yaitu dirinya merenung sejenak manakala
baru timbul keinginan serta kemauan lantas dirinya melihat, apakah
perbuatan yang akan dilakukannya ini sesusai dengan al-Qur'an dan sunah
Rasulallah Shalallah 'alaihi wa sallam atau tidak? Jika sesuai maka terus
kerjakan, bila menyelisihi maka tinggalkan.
2. Adapun untuk jenis yang kedua, yaitu muhasabah seusai mengerjakan
perbuatan, maka dalam hal ini terbagi menjadi empat macam:
a. Muhasabah pada ketaatan yang banyak kekurangan
didalamnya, disaat pengerjaan kewajiban kepada Allah ta'ala
belum sesuai dengan harapan yang seharusnya dituntut.
b. Muhasabah atas larangan-larangan yang ada. Jika dirinya
menjumpai telah menerjang salah satunya maka segera iringi
dengan bertaubat, istighfar, dan amalan-amalan kebajikan yang
bisa menghapusnya.
c. Muhasabah atas setiap amalan yang telah ditinggalkan namun
membawa kebaikan jika ia kerjakan
d. Muhasabah pada perkara mubah atau kebiasaan, kenapa ia
kerjakan? Apakah ia kerjakan ingin mengharap ridho Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan kampung akhirat? Sehingga ia
beruntung, atau dia mengerjakannya hanya bertujuan dunia
yang ia inginkan? Maka dirinya telah merugi serta luput dari
keuntungan tersebut.
Selanjutnya kurikulum 1975 membedakan evaluasi prestasi belajar siswa
di sekolah menjadi 4 (empat) jenis yaitu: Evaluasi Formatif, Adalah evaluasi
yang ditujukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Jenis evaluasi wajib
dilaksanakan oleh guru bidang studi setelah selesai mengajarkan satu unit
pengajaran tertentu.

Evaluasi Sumatif, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk keperluan


penentuan angka kemajuan atau hasil belajar siswa. Jenis evaluasi ini
dilaksanakan setelah guru menyelesaikan pengajaran yang diprogramkan untuk

17
satu semester. Dan kawasan bahasanya sama dengan kawasan bahan yang
terkandung di dalam satuan program semester.

Evaluasi Penempatan, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk


menempatkan siswa dalam situasi belajar atau program pendidikan yang sesuai
dengan kemampuannya.

Evaluasi Diagnostik, Adalah evaluasi yang ditujukan guna membantu


memecahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tertentu.

Jenis evaluasi formatif dan sumatif terutama menjadi tanggungjawab guru


(guru bidang studi), evaluasi penempatan dan diagmostik lebih merupakan
tanggungjawab petugas bimbingan penyuluhan. Oleh karena itu wajar apabila
dalam tulisan ini hanya mengaksentuasi pada jenis penilaian yang pertama dan
jenis yang kedua.

E. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Adapun prinsip-prinsip dari Evaluasi Pendidikan itu adalah Meliputi :

1. Terus menerus / kontinu; artinya evaluasi ini tidak hanya dilakukan


setahun sekali, sekuartal sekali, atau sebulan sekali, melainkan terus
menerus, pada waktu mengajar sambil mengevaluasi sikap dan perhatian
murid, pada waktu pelajaran hampir berakhir. Prinsip kesinambungan
(Istimrar ) (al-An’aam:135)
2. Menyeluruh / komprehensif; Adanya evaluasi yang meliputi semua aspek
kepribadian manusia, misalnya aspek intelegensi, pemahaman,
pensikapan, ketulusan, kedisiplinan, tanggung jawab dan sebagainya.
Dalam al-qur’an Totalitas (al-Kamal/Tamm) ; Meliputi Kognitif (QS.al-
Anfal:2), Afektif ((QS. Al-‘Ashr : 3). Dan Psikomotorik (al-Mukmin:35)
3. Objektivitas; Adanya evaluasi yang benar-benar objektif bukan subjektif,
artinya pelaksanaan evaluasi berdasarkan keadaan yang sesungguhnya
tidak dicampuri oleh hal yang bersifat emosional dan irasional. (QS. At-
Taubah:119).

18
4. Validitas; Adanya evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang
seharusnya dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang-bidang tertentu yang
diingini dan diselidiki, sehingga tidak hanya mencakup satu bidang saja.
Prinsip Validitas (QS.al-Hujurat:6)
5. Realibilitas; Evaluasi itu dapat dipercayai, artinya memberikan evaluasi
kepada peserta didik sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan keadaan
sesungguhnya. (QS.Hamim As-sajadah:53)
6. Efisiensi; Adanya evaluasi yang dapat menggunakan sarana dan prasarana
yang baik, memanfaatkan waktu sebaik mungkin, mudah dalam proses
administrasi dan interpretasinya sehingga evaluasi ini tidak tepat pada
sasarannya. (QS.al –Asr’:1-2)
7. Ta’abbudiah dan ikhlas; Adanya evaluasi yang dilakukan penuh
keutulusan dan pengabdian kepada Allah SWT.(al-Bayyinah:5)

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya


sadar dan tanggung jawab untuk memelihara, membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia agar ia memiliki makna dan
tujuan hidup yang hakiki.

Sedangkan Evaluasi Pendidikan adalah Proses terus menerus yang dilakukan


untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dari kegiatan pendidikan
baik dari aspek organisasi maupun aspek kegiatan yang dilakukan.

Beberapa pendapat tentang definisi Evaluasi yang diambil dari tinjauan Umum
dan Pendidikan Islam berikut Aspek-Aspeknya menurut :

1. Pakar Pendidikan (Bloom, Stuffle Beam dan Cronbach)


2. Para Ulama (Al-Ghazali, Al-Mawardi dan Hasan Al-Bashri)
Adapun fungsi dari evaluasi adalah meliputi :

1. Fungsi bagi siswa


2. Fungsi bagi pendidikan (guru )
3. Fungsi bagi sekolah
Sedangkan Tujuan dari Evaluasi itu adalah dirumuskan berdasarkan tinjauan
Umum Pendidikan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Al-hadits yang
memiliki relevansi dengan Tujuan pendidikan yang dilahirkan dari metodologi
berfikir para ilmuan baik dari kalangan Pendidikan Umum atau para Ulama yang
konsen pada bidang Pendidikan.

20
B. Saran – saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Apabila dalam
penulisan dan penyampaian makalah ini banyak kekurangan, kami mohon untuk
dikritisi demi perbaikan ke depan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, H., Prof. Dr. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset

Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo


Persada.

Tafsir, Ahmad, Prof. Dr. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.

Yusuf, H. Tayar, Drs. dan Drs. Syaiful Anwar. 1997. Metodologi Pengajaran
Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://google.com/evaluasidalampendidikanIslam.html.date11-4-2010

22

Anda mungkin juga menyukai