PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Manajemen Pendidikan
Oleh:
Aldiansyah : 2220060002
Daris Iqbal Chysara : 2220060008
Fitri Hasanah : 2220060014
Imam Ibnu Qoyim menjelaskan tafsir ayat ini, "Ayat ini menunjukkan akan
wajibnya melakukan muhasabah (instropeksi) diri. Allah Shubhanahu wa ta’alla
memerintahkan, "Supaya kalian memperhatikan amalan apa yang telah kalian
persiapkan untuk hari kiamat kelak, apakah amal sholeh yang akan menyelamatkan
dirimu? Ataukah amal kejelekan yang justru akan menyengsarakannya?".
Imam Hasan Bashri mengatakan, "Tidak ada waktu yang tersisa yang menjumpai
seorang mukmin melainkan ia harus gunakan untuk muhasabah. Apa yang akan
dikerjakan? Apa yang ingin dia makan dan minum? Adapun orang jahat maka dirinya
terus berlalu tidak pernah menghisab dirinya sendiri".
Sedang Imam al-Mawardi menerangkan, "Muhasabah adalah seseorang
mengoreksi diri secara tuntas diwaktu keheningan malam terhadap perbuatan yang
dilakukan pada siang hari. Jika hasilnya terpuji maka dia terus berlalu, sambil dibarengi
keesokannya dengan perbuatan yang serupa sambil memperbaikinya lagi. Dan bila
hasilnya tercela maka dia berusaha untuk mengoreksi dimana letaknya, lalu mencegah
untuk tidak mengulanginya lagi pada hari esok ".
Al-Ghazali mengatakan, "Orang-orang yang berakal dari kalangan hamba Allah
Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa Allah ta'ala selalu mengawasinya. Dan
bahwasannya mereka akan didebat atas amalannya kelak pada hari hisab, lalu mereka
dituntut untuk menambah bobot timbangan dari peluang-peluang amal yang terlintas
dalam pikiran. Maka mereka mendapatkan bahwa tidak mungkin mereka selamat dari
apa yang terlintas tersebut melainkan dengan cara muhasabah, benar didalam
muroqobahnya, selalu menuntut pada jiwa, polah dan tingkah lakunya. Serta
muhasabah dalam setiap pikiran yang terlintas dalam benaknya.
Maka barang siapa yang mengintropeksi diri sebelum dihisab dirinya akan ringan
didalam hisabnya kelak pada hari kiamat, manakala hadir dalam pertanyaan serta
jawaban, serta akan berakibat baik. Dan barangsiapa yang enggan untuk instropeksi
diri dia akan cepat merasakan kerugian, menunggu dalam waktu yang lama pada hari
kiamat kelak, dan kesalahannya sebagai penuntun pada kehinaan dan siksaannya".
Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan keputusan-
keputusan kependidikan, baik yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan
tindak lanjut pendidikan baik yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun
kelembagaan. Keputusan apapun ditetapkan maksudnya agar tujuan yang dicanangkan
dapat tercapai. Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan
yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai dengan nilai-nilai yang
Islami, sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan dapat tercapai (Ramayulis,
2002).
B. Hadits tentang Evaluasi Pendidikan
Hadis merupakan sumber pengetahuan kedua bagi umat muslim setelah al-
Qur’an, kehujjahan sebuah hadis perlu digali sehingga memberikan kekuatan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan karena memang benar-benar berasal dari ucapan,
tindakan maupun taqrir Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks pendidikan khususnya
evaluasi banyak hadis yang dijadikan sumber landasan pengembangan evaluasi
(Zainab, 2018).
Dalam ajaran Islam Evaluasi adalah merupakan pemahaman yang tidak baru lagi.
Artinya evaluasi merupakan suatu ajaran yang pasti dan harus dilakukan oleh umat
Islam baik individu maupun kelompok seperti yang telah dijelaskan di atas. Seorang
pemimpin harus melakukan kontrol dengan akal sehat dan tidak terganggu pikirannya
oleh sebuah penyakit yang dapat mempengaruhi keputusannya. Namun kaitannya
dengan aplikasi terasa memang sangat jauh dari harapan sehingga perlu mewacanakan
lagi hadits Rasulullah SAW, sebagai landasan berfikir dan pijakan dalam tindakan
(Rohmah, 2019).
Begitu banyak hadits Shahih yang mengindikasikan tentang Evaluasi, akan tetapi
penulis mencukupkan pada tiga hadits untuk dibahas dan di analisis dari beberapa
aspek tinjauan tanpa mengurangi entitas makna dan maksud hadits tersebut.
1. Hadis Riwayat Tirmidzi
Rasulullah SAW, bersabda:
ُع ْب ِد ُُ ع ْب ُدُ اللَّ ُِه ب
َُ ْن َ ْن أ َ ِبي َم ْريَ َُم ح و َحدَّثَنَا ُِ ن أَبِي بَ ْك ُِر ب
ُْ ع
َ س َُ ُْن يُون
ُُ سى ب َ ْن َو ِكيعُ َحدَّثَنَا ِعي ُُ َس ْفي
ُُ ان ب ُ َحدَّثَنَا
ُْن َح ِبيب ُِ ض ْم َر ُة َ ب َ ن ُْ ع َ ْن أ َ ِبي َم ْريَ َُم
ُِ ن أَبِي بَ ْك ُِر ب ُْ ع
َ ك
ُِ ارَ َْن ْال ُمب
ُُ ع ْونُ أ َ ْخبَ َرنَا اب
َ ْن َ ن أ َ ْخبَ َرنَا
ُُ ع ْم ُرو ب ُِ الرحْ َم
َّ
ِ ل ِل َما َب ْع ُدَ ْال َم ْو
ُت َُ ع ِم َ ن دَانَُ نَ ْف
َ س ُهُ َو ُُ ل ْال َك ِي
ُْ س َم َُ سلَّ َُم قَا َ ُصلَّى اللَّ ُه
َ علَ ْي ُِه َو َ ِيُ ِن النَّب
ُْ عَ ُْن أ َ ْوس ُِ شدَّا ُِد ب
َ ن ُْ ع َ
ُس ُهَ ن دَانَُ نَ ْف ُْ ل َو َم ْعنَى قَ ْو ِل ُِه َم َُ سنُ قَاَ ل َهذَا َحدِيثُ َح َُ علَى اللَّ ُِه قَا َ ن أَتْبَ َُع نَ ْف
َ س ُهُ ه ََواهَا َوت َ َمنَّى ُْ اج ُُز َم ِ َو ْال َع
َُ ب قَا
ل َحا ِسبُوا َّ ْن ْالخ
ُِ َطا ُِ ع َم َُر ب
ُ ن َ ب َي ْو َُم ْال ِق َيا َم ُِة َوي ُْر َوى
ُْ ع َُ س ُْ َ ل أ
َ ن يُ َحا َ ب نَ ْف
َُ س ُهُ فِي الدُّ ْن َيا قَ ْب َُ س ُُ َيقُو
َ ل َحا
ُب َ س
َ ن َحا ُْ علَى َم َ اب يَ ْو َُم ْال ِق َيا َم ُِة َ ف ْال ِح
ُُ س ُ ِ سبُوا َوت َزَ يَّنُوا ِل ْل َع ْر
ُُّ ض ْاْل َ ْك َب ُِر َو ِإنَّ َما َي ِخ ُْ َ ل أ
َ ن ت ُ َحا َ ُأ َ ْنف
َُ س ُك ُْم َق ْب
ُُ س ُهُ َك َما يُ َحا ِس
ب َُ ون ْال َع ْب ُد ُ ت َ ِقيًّا َحتَّى يُ َحا ِس
َ ب نَ ْف ُُ ل َي ُك َُ لَُ ْن ِم ْه َرانَُ قَا
ُِ ون ب ُِ ن َم ْي ُم َ س ُهُ فِي الدُّ ْن َيا َوي ُْر َوى
ُْ ع َ نَ ْف
ُ َطعَ ُم ُهُ َو َم ْلب
س ُهُ – الترمذي ْ ن أَيْنَُ َم
ُْ ش َِري َك ُهُ ِم
Artinya:” Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami
duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba
datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan
berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan
tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia
duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan
pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua
heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “,
kemudian dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan
aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka
Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari
kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu
dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi
wa sallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“
Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril
yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat
Muslim)
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena
didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Kemudian hadits ini juga mengandung makna yang sangat agung karena berasal
dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan
makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam ). Adapun Kandungan hadits diatas secara
Implisit Menjelaskan bahwa (Assaqawy, n.d.):
Evaluasi ialah sebuah kegiatan yang sudah direncanakan yang dibantu oleh alat
atau instrumen yang hasilnya menjadi tolak ukur yang diambil kesimpulannya. Dalam
lembaga pendidikan islam, istilah evaluasi pendidikan sering kali diartikan sebagai
penentuan penilaian dan pengukuran terhadap perkembanagn proses pembelajaran dan
sekaligus melihat hasil yang diperoleh peserta didik untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam program pembelajaran selanjutnya. Dan hasilnya juga menjadi
bahan agar dapat membuat program yang lebih baik sesuai dengan target pencapaian.
Selain al-Qur’an yang menjadi landasan utama dalam hidup manusia terutama
dalam bidang pendidikan hadits juga menjadi landasan kuat umat muslim menjadi
sumber utama hukum Islam, sedangkan hadits menduduki posisi kedua sebagai dasar
hukum umat Islam dalam hal apapun, maka dari itu hadits yang menjadi sumber ini
yang tentunya menjadi pedomani haruslah sangat jelas statusnya. Pemahaman tentang
berbagai karakteristik hadits jika dilihat susunan matan pada dasarnya adalah sebuah
kerangka awal dalam memahami makna hadits Nabi (fiqh al-hadits). Fiqh al-hadits
juga diartikan sebagai sebuah ilmu yang membahas dan memahami tentang isi dari
makna yang diperoleh dari lafaz-lafaz hadits dan makna yang dikehendaki pada
kepenulisan tersebut. Dari hadits Tirmidzi dan Muslim jelas-jelas menunjukkan
adanya pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.
Sebagai pendidik utama secara baik dan profesional, dimana Rasul menguji sebagian
sahabatnya yakni Abu Mundzir dan Muadz bin Jabal tentang suatu ilmu atau cara
menetapkan suatu keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, D. H. T. Y. dan D. S. (1997). Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Arifin, S. (2018). Urgensi Controlling Dan Evaluasi Dalam Mengembangkan Tenaga
Kependidikan Lembaga Pendidikan Islam Di Era Milenial. International Seminar
on Islamic Education, (Isie), 184–195.
Assaqawy, S. amin A. (n.d.). Muhasabah al-Nafs, Terj.Arif Hidayatullah Abi Umamah,
Muraja’ah Abu Ziyad Eko hariyanto. Retrieved from www.islamhouse.com.
Fitriani, L., Rahmadani, A. L., & Erawan, M. A. S. P. (2021). Hadits Tentang Evaluasi
Pendidikan dan Karakteristiknya. Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan
Islam, 6(1), 112.
Mariyah, S., Hasibuan, L., Anwar, K., Rizki, A. F., Uin, S., Thaha, S., … Artikel, R.
(2021). Perspektif Pengelolaan Pendidikan Fungsi Pengelolaan (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling). Instructional Development Journal, 4(3),
268–281.
Ramayulis, P. D. H. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rohmah, N. (2019). Pengawasan Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits.
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, 4(2), 31–53.
Wicahyaningtyas, M. (2022). Controling dalam Perspektif Al Qur’an dan Al Hadits.
Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, 6(1), 30–47.
Zainab, N. (2018). Model Evaluasi Pendidikan Berbasis Proses Menurut Hadits. Al-
Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 17(1), 153.