ABSTRAK
1. Pendahuluan
Kajian kepemimpinan merupakan topik yang sangat menarik, karena
kehidupan manusia di dunia ini pada hakikatnya adalah pemimpin yang akan
diminta pertanggung jawaban atasa kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai
makhluk individu dan sosial merupakan pemimpin, minimal mampu memimpin
dirinya sendiri agar hidupnya menjadi terarah. Kepemimpinan tidak dapat
dilepaskan dari kekuasaan karena tanpa kekuasaan, pemimpin tidak memiliki
kekuatan yuridis atau kekuatan lain untuk mempengaruhi orang lain agar
bertindak atau mengikuti sebagaimana yang diharapkan. Hal ini sebagaimana
terjadi pada masa Rasulullah di Makkah. Karena belum memiliki kekuasaan,
Beliau belum dapat bergerak secara bebas dalam menyebarkan Islam. Kekuasaan
politik di Makkah pada saat itu dikuasai oleh kaum Quraisy yang sudah puluhan
tahun menguasai Makkah, baik secara ekonomi maupun penguasa adat.
Kepemimpinan dalam organisasi merupakan spirit untuk memutar roda
pemberdayaan organisasi tersebut. Artinya peran sentral dalam organisasi tidak
pernah lepas dari kinerja seorang pemimpin untuk menggerakkan potensi-
potensi yang ada dakam organisasi. Seperti yang dikatakan oleh suryadi bahwa
dalam konteks organisasi, yang paling urgen adalah kepemimpinan yang efektif
dan diikuti oleh rencana aksi, (Suryadi, 2006) dan juga kepemimpinan
merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan
usaha. (Umiarso, 2011)
Begitu juga dalam pendidikan, seperti yang dinyatakan oleh Edward
Sallis bahwa unsur kepemimpinan merupakan aspek yang penting dalam Total
Quality Managemant (TQM) di dunia pendidikan. (Sallis, 2006). Raihan juga
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinannya menentukan gerak sekolah bahkan yang menyangkut
keputusan-keputusan sekolah yang berorientasi pada akuntabilitas yang
termanifestasikan dengan keinginan kuat komponen sekolah. (Raihan, 2010)
Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam dunia
pendidikan merupakan hal yang urgen dalam memajukan dan meningkatkan
prestasi lembaga pendidikan. Dalam Islam sendiri, kepemimpinan mendapatkan
porsi bahasan yang tidak sedikit. Tidak sedikit ayat al-Qur’an dan Hadits yang
membahas akan pentingnya kepemimpinan dalam sebuah organisasi, lembaga
maupun komunitas keluarga.
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada analisis hadits tentang
kepemimpinan, mulai dari berbicara tentang teori kepemimpinan menurut hadits
dan kriteria pemimpin yang baik menurut hadits. Mudah-mudah dapat menjadi
bahan masukan kepada semua pihak khususnya kepada orang-orang yang diberi
tanggung jawab dalam kepemimpinan pendidikan agar dunia pendidikan
menjadi lebih baik dan mengalami kemajuan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian ini bukanlah
penelitian lapangan tapi dengan menggunakan metode kepustakaan (Library
reseach), dengan pengumpulan data diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
a. Data primer : menggunakan Al-Mu‟jam al-Mufahras li alfadz al-Hadits dan
Al-Maktabah Al-Syamilah sebagai alat bantu, dan memakai empat term
yaitu: 1) ) خالفة4( DةDمDاDمD) ا3( ) امارة2( رعيةuntuk menemukan hadits-hadits
tentang kepemimpinan. Setelah mengetahui letak dan di mana hadits yang
dimaksud berada, kemudian peneliti mencari pada kitab aslinya yaitu kitab-
kitab hadits (kutubutis‟ah)
b. Sumber sekunder, yaitu” Informasi yang secara tidak langsung mempunyai
wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada padanya atau
suatu buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan.” Sumber data yang
digunakan dalam kajian ini adalah: Buku-Buku, Karya Ilmiah, Artikel-
Artikel, Majalah dan lain- lain yang berkaitan dengan tema yang dibahas
dalam penelitian ini”.
c. Takhrij Hadits, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencari atau
menelusuri suatu hadits pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadits
yang bersangkutan. Abu Muhammad Abdul Mahdi menyebutkan bahwa,
metode takhrij ada lima macam yaitu: Takhrij menurut lafal pertama hadits,
Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadits, Takhrij menurut
perawi terakhir, Takhrij menurut tema hadits, dan Takhrij menurut klasifikasi
jenis hadits (Mahmud at-Thahan, 1995)
d. Metode pendekatan data, yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
metode syarh hadits, bukan penelitian yang lebih menitik beratkan seputar
sanad dan matan hadits, tapi lebih memfokuskan pada penjelasan uraian isi
dan kandungan sebuah hadits.
3. Pembahasan
3.1. Analisis Hadits – Hadits Kepemimpinan
b. Takhrij Hadits
2. Hadits Kedua
a. Redaksi Hadits
َ Dِا َد َم ْعقDD َع،ا ٍدDDَال َح َس ِن «َأ َّن ُعبَ ْي َد هللاِ ْبنَ ِزي
َل ْبنD ْ ع َِن،ب ِ َ َح َّدثَنَاَأبُو اَأْل ْشه،َح َّدثَنَاَأبُو نُ َعي ٍْم
ِ D ِم ْعتُهُ ِم ْن َر ُسD ِديثًا َسD ِإنِّي ُم َح ِّدثُكَ َح:ٌ فَقَا َل لَهُ َم ْعقِل،ض ِه الَّ ِذي َماتَ فِي ِه
ول ِ ار فِي َم َر ٍ يَ َس
ُ َما ِم ْن َع ْب ٍد ا ْستَرْ عَاه:ُصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُول َ ي َّ ِْت النَّبُ َس ِمع:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ ِهللا
. ِإاَّل لَ ْم يَ ِج ْد َراِئ َحةَ ْال َجنَّ ِة،يح ٍة
َ ص ْ
ِ َ بِنD فَلَ ْم يَحُطهَا،ًهللاُ َر ِعيَّة
Artinya: Al-Bukhari berkata, Telah menceritakan kepada kami [Abu
Nu'aim] telah menceritakan kepada kami [Abul Asyhab] dari [Al Hasan],
bahwasanya Abdullah bin Ziyad mengunjungi Ma'qil bin yasar ketika
sakitnya yang menjadikan kematiannya, lantas [Ma'qil] mengatakan
kepadanya; 'Saya sampaikan hadist kepadamu yang aku dengar dari
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, aku mendengar Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda; "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri
amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik,
selain tak bakalan mendapat bau surga."
b. Takhrij Hadits
Adapun skema sanad dalam hadits ini dapat dilihat dalam tabel
berikut:
َاع ُّي عَنْ يَ ِزي َد سَ .ح َّدثَنَا اَأْل ْوز ِ سى بْنُ يُونُ َ ظلِ ُّيَ .أ ْخبَ َرنَا ِعي َ َح َّدثَنَا ِإ ْ
س َحاق بْنُ ِإ ْب َرا ِهي َم ا ْل َح ْن َ
*ك ،عَنْ ف ْب ِن َمالِ* ٍ س*لِ ِم ْب ِن قَ َرظَ*ةَ ،عَنْ َع* ْ
*و ِ ان ،عَنْ ُم ْ ق ْب ِن َحيَّ َ ْب ِن يَ ِزي َد ْب ِن َجابِ ٍر ،عَنْ ُر َز ْي ِ
ص*لُّونَ س*لَّ َم قَ**ا َل ( ِخيَ*ا ُر َأِئ َّمتِ ُك ُ*م الَّ ِذينَ ت ُِح ُّبونَ ُه ْم َويُ ِح ُّبونَ ُك ْمَ .ويُ َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي* ِه َو َ
سو ِل هَّللا ِ َ َر ُ
ض****ونَ ُك ْ*م َوتَ ْل َعنُ****ونَ ُه ْم ش**** َرا ُر َأِئ َّمتِ ُك ُم الَّ ِذينَ تُ ْب ِغ ُ
ض****ونَ ُه ْم َويُ ْب ِغ ُ ُص****لُّونَ َعلَ ْي ِه ْمَ .و ِ
َعلَ ْي ُك ْم َوت َ
ف؟ فَقَ**ا َل (اَل َم**ا َأقَ**ا ُموا فِي ُك ُم َّ
الص*اَل ةَ. الس* ْي ِ سو َل هَّللا ِ! َأفَاَل نُنَابِ* ُ*ذ ُه ْم بِ َّ َويَ ْل َعنُونَ ُك ْم) قِي َل :يَا َر ُ
ش ْيًئا تَ ْك َرهُونَهُ ،فَا ْك َرهُوا َع َملَهَُ ،واَل تَ ْن ِزعُوا يَدًا من طاعة. وإذا رأيتم من وال تكم َ
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Shaheh Muslim, Kitab
Imaroh. Bab Khiyaril aimmah wa Syirorihim, No. Hadits 1855.
Adapun skema sanad dalam hadits ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
بٍ ُر بْنُ َو ْهD َّدثَنِي بُ َك ْيDال َحD َ Dَ ِد قD ْه ِل َأبِي اَأْل َسD ْعبَةُ ع َْن َسDَح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َج ْعفَ ٍر َح َّدثَنَا ُش
َ D ٍد ِإ َّن َر ُسD َّل َأ َحDهُ ُكDُا ُأ َح ِّدثDD ِديثًا َمD ِّدثُكَ َحDك ُأ َح
ِ ول هَّللا ٍ ِزَريُّ قَا َل قَا َل لِي َأنَسُ بْنُ َمال ِ ْال َج
ش ِإ َّن لَهُ ْم
ٍ ر ْيDَ Dُا َل اَأْلِئ َّمةُ ِم ْن قDDَ ِه فَقDت َونَحْ نُ فِي ِ ب ْالبَ ْي ِ اDDَا َم َعلَى بDDَم قDَ َّلDصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسَ
ْ َوِإ ْن عَاهَدُوا َوفَوْ ا َوِإنDك َما ِإ ْن ا ْستُرْ ِح ُموا فَ َر ِح ُموا ْ ً ّ ُ ً
َ َِعلَيك ْم َحقا َولك ْم َعلي ِه ْم َحقا ِمث َل ذل
َ ْ َ َ ّ ُ ْ
َاس َأجْ َم ِعين
ِ َّك ِم ْنهُ ْم فَ َعلَ ْي ِه لَ ْعنَةُ هَّللا ِ َو ْال َماَل ِئ َك ِة َوالنَ َِح َك ُموا َع َدلُوا فَ َم ْن لَ ْم يَ ْف َعلْ َذل
Syarat ini jika dipahami secara tekstual adalah seorang
pemimpin harus dari suku Quraisy, sehingga terkesan nepotisme dan
rasialis. Namun konsepsi kepemimpinan ini jika dianalisa dengan
pendapat Ibnu Khaldun dalam Muqadimmahnya, maka akan
menemukan titik terang dan tidak terkesan nepotisme dan rasialis.
Menurutnya, kepemimpinan Quraisy tidak berarti harus dari suku
Quraisy tetapi pada karakteristik kepemimpinan Quraisy yang
kharismatik, tegas, kuat dan tangguh. Pokok persoalan kepemimpinan
bukan pada orang- orang Quraisy, tetapi pada sifat dan karakter yang
memungkinkan seseorang layak untuk menjadi pemimpin sama seperti
karakter yang dimiliki suku Quraisy pada saat itu. (Khaldun)
Kemudian ungkapan وَِإ ْن عَاهَدُوا َوفَوْ ا َوِإ ْن َح َك ُموا َع َدلُوا, bahwa Nabi
menyiratkan seorang pemimpin harus mempunyai rasa kasih sayang,
adil, dan menepati janji.
Dari keseluruhan uraian di atas hadits ini meyiratkan empat
karakter seorang pemimpin yaitu: yang pertama:, mempunyai
jiwa kepemimpinan, yang kedua:, mempunyai rasa kasih sayang,
yang ketiga: adil dan yang terakhir adalah menepati janji.
2) Profesional
لم في مجلسDD بينما النبي صلى هللا عليه وس: قال: هللا عنهDوعن ابي هريرة رضي
هDDلى هللا عليDD هللا صD متى الساعة؟ فمضى رسول: جاءه أعرابي فقال،يحدث القوم
ل لمDD ب: وقال بعضهم، فكره ما قال: سمع ما قال: فقال بعض القوم، يحدث، وسلم
ها أنا يا رسول: "أين السائل عن الساعة؟ "قال: حتى إذا قضى حديثه قال،يسمع
ك "إذاDDاعتها؟ قالDDف إضDD كي: فانتظر الساعة" قال، "إذا ضيعت األمانة: قال. هللا
.))وسد األمر إلى غير أهله فانتظر الساعة" ((رواه البخاري
Kriteria dipahami dari ungkapan: ِخيَ***ا ُر َأِئ َّمتِ ُك ُم الَّ ِذينَ تُ ِحبُّونَ ُه ْم
ض *ونَ ُك ْم ُ ض *ونَ ُه ْم َويُ ْب ِغ َأ
ُ ش * َرا ُر ِئ َّمتِ ُك ُم الَّ ِذينَ تُ ْب ِغ
ِ َو.ُص *لُّونَ َعلَ ْي ِه ْم
َ ص *لُّونَ َعلَ ْي ُك ْم َوت َ ُ َوي.َويُ ِحبُّونَ ُك ْم
وتَ ْل َعنُونَ ُه ْم َويَ ْل َعنُونَ ُك ْم,
َ sebagaimana hadits yang telah dibahas diatas.
Ungkapan ini bila dianalisa menunjukan adanya keserasian
atau kerjasama yang baik antara pemimpin dan yang dipimpin, semua
itu dapat terwujud dengan diangkatnya pemimpin yang dapat diterima
oleh masyarakat karena pemimpin merupakan representase dari suara
rakyat sehingga tidak berlebihan bila sebuah kalimat yang sering di
gunakan dalam menggambarkan keagungan aspirasi rakyat tersebut
dengan ungkapan “suara rakyat adalah suara Tuhan” walaupun
ungkapan ini masih perlu direnungkan ulang.
Dari titik ini dapat ditarik benang merah bahwa seorang
pemimpin harus sesuai dengan aspirasi rakyat
Kriteria dipahami dari ungkapan: الىDDاب هللا تعDDودكم بكتDD يق, yang
terdapat dalam hadits Shohih Muslim No. 2195.
عDD حججت م:ولDDمعتها تقDD س:الDD ق،ينDDه أم الحصDD عن جدت،عن يحيى بن حصين
،ةDDرة العقبDDه حين رمى جمDD فرأيت،وداعDDة الDDلم حجDDرسول هللا صلى هللا عليه وس
رDD واآلخ، وهو على راحلته ومعه بالل وأسامة أحدهما يقود به راحلتهDوانصرف
الD فق:التD ق،مسDلم من الشDه وسDلى هللا عليD هللا صDرافع ثوبه على رأس رسول
دDD «إن أمر عليكم عب: ثم سمعته يقول،رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قوال كثيرا
فاسمعوا له وأطيعوا، يقودكم بكتاب هللا تعالى، أسود- حسبتها قالت- مجدع
،ا ُءDDيل تَسُو ُسهُ ُم اَأل ْنبي َ َكانَت بَنُو : هَّللا ﷺDقال َرسُول
َ إسراِئ َ :ال َ َق َوعن َأبي هريرة
، َرُونDُا ُء فَيَكثDDَدي ُخلَفDDيَ ُكونُ بَعDوس َ ،ديDDي بَع َّ ِ َوإنَّهُ ال نَب،ب ٌّيDDَهُ نDَكَ نَبِ ٌّي خَ لَفDDَُكلَّما هَل
وهُمDDُ ثُ َّم َأعط،اَأل َّو ِلDD ِة اَأل َّو ِل فD بِبَي َعDواDDَُأوف :ا َلDDَا؟ قDDَا تَْأ ُم ُرنDD فَم، ول هَّللاDDا رسDDَ ي:قالوا
.ق عليه ٌ متف ع َّما استَرعاهُمDإن هَّللا ساِئلُهم َّ َ ف، َواسَألُوا هَّللا الَّ ِذي لَ ُكم،َحقَّهُم
س في ِ ض النَّا
ُ ط َعنَ بَ ْع َ َ ف، وَأ َّم َر عليهم ُأسا َمةَ بنَ زَ ْي ٍد،صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم بَ ْعثًا َ بي ُّ َّ بَ َع َث الن....
*ار ِة ْ ْ
َ * فقَ * ْد ُك ْنتُ ْم تَط ُعنُ**ونَ في إم، أنْ تَط ُعنُوا في إما َرتِ ِه:صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم َ بي ُّ َّ فقا َل الن،إما َرتِ ِه
ْ وإنَّ ه*ذا لَ ِمن،س إلَ َّيِ اَّ ن ال ب أح
ِّ َ ِ ْن مَ ل َك*ان ْوإن ، ة ر م*ا
ِ َ ِِإْل ل *اً قي ِ لخَ َ ل َكان ْإن ،ِ وا ْي ُم،أبِي ِه ِمن قَ ْب ُل
هَّللا
.ُس إلَ َّي بَ ْع َدهِ أح ِّب النَّاَ
صحيح البخاري : المصدر | البخاري : المحدث | عبدهللا بن عمر : الراوي
7) Harus adil
ا ِنDي ْٰطنَ لِاْل ِ ْن َسDالش َ Dَ ُدوْ ا لDكَ فَيَ ِك ْيDDِك ع َٰلٓى اِ ْخ َوت
َّ دًا ۗاِ َّنDك َك ْي َ اDDَي اَل تَ ْقصُصْ ُر ْءيَّ َال ٰيبُنَ َق
َعد ٌُّو ُّمبِي ٌْن
Bila kita cermati secara dhahir lafdzhi dua dalil di atas Nampak
seperti betentangan, tetapi sebenarnya ada titik temu bila dianalisa
lebih lanjut. Di dalam Tafsir al-Misbah, M. Quraish Shihab
menjelaskan bahwa,” Nabi Yusuf as meminta dan menonjolkan dirinya
untuk diangkat menjadi pemimpin, karena ia melihat tidak ada orang
yang teguh memperjuangkan kebenaran dan mengajak umat kepada
kebenaran, dan ia merasa mampu untuk itu, namun ia belum dikenal.
Oleh karena itu ia perlu meminta dan menonjolkan dirinya, apalagi
dalam ayat tersebut Nabi Yusuf menawarkan dirinya sebagai
bendaharawan Negara dengan menyebutkan visi dan misinya terlebih
dahulu dan mengakui bahwa dia punya ilmunya dan mampu
menjalankannya”. (Shihab, 2005)
Dari uraian ini dapat ditarik benang merah bahwa meminta
jabatan atau menonjolkan diri agar menjadi seorang pemimpin
diperbolehkan, sepanjang dia merasa mampu dan mempunyai ilmu
terkait jabatan yang dimintanya, dan yang tak kalah penting adalah
punya niat ingin memperjuangkan kebenaran dan mengajak kepada
kebenaran.
Dari uraian ini dapat ditarik benang merah bahwa hadits ini
disamping berbicara tentang larangan meminta jabatan, tetapi juga
menyiratkan bahwa seorang pemimpin haruslah seseorang yang
dianggap mampu melaksanakan tugasnya atau berkompeten.
9) Amanah
Kriteria ini peneliti pahami dari ungkapan ِإاَّل لَ ْم،صي َح ٍة ْ فَلَ ْم يَح
ِ َُطهَا بِن
َّيَ ِج ْد َراِئ َحةَ ْال َجن ِة. Hadits ini pada dasarnya adalah ancaman bagi para
pemimpin yang tidak menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya,
niscaya tidak akan pernah mencium semerbak wanginya surga. Dari
titik ini dapat dipahami bahwa seorang pemimpin harus amanah.
10) Menunjuk pengganti sementara (ad interim / plt) jika ada sesuatu
hal yang menyebabkan seorang pemimpin tidak bisa menjalankan
tugas sebagaimana mestinya
.هDDأن أسألَكَ عن ْ َ وأنا أهابُك،ث ٍ ك عن َحدي َ َأن أسألْ إنِّي ُأري ُد:ك ٍ ِبن مال ُ ُق....
ِ لت لِ َسع ِد
ْ ْ
: قال. وال تَهَبْني، ف َسلني عنه،أن ِعندي ِعل ًما َّ َ إذا َعلِمت، ال تَف َعلْ يا ابنَ أخي:فقال
زو ِةDD في َغ، ِةDهُ بال َمدينDَلَّ َم لعلِ ٍّي حين َخلَّفDDه وسDD قو ُل َرسو ِل هللاِ صلَّى هللاُ علي:لت ُ ُ فق
، َوكDD في غَزو ِة تَب،بي صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم علِيًّا بال َمدين ِة ُّ َّ خَ لَّفَ الن: فقال َسع ٌد.ك َ تَبو
ىDDا تَرضDD أ َم:ِّبيان؟! فقال ِ أتُ َخلِّفُني في الخالِف ِة في النِّسا ِء والص،ِسول هللا Dَ يا َر:فقال
ر علِ ٌّيDَ َأدبDD ف: قال.ِ بلى يا َرسو َل هللا: قالDنزل ِة هارونَ ِمن موسى؟ ِ أن تَكونَ ِمنِّي بِ َم
ْ
.سرعًاِ فرج َع علِ ٌّي ُم ِ كأنِّي أنظُ ُر إلى ُغ،سرعًا
َ : وقد قال َح َّما ٌد،ُبار قَ َد َم ْي ِه يَسطَع ِ ُم
Untuk mengungkap hal yang tersirat yang relevan dengan
penelitian ini, maka peneliti mencoba menganalisa hadits ini dengan
mengangkat asbabul wurudnya. Di dalam buku Ar-Rahiq al-Makhtum
: Sejarah Hidup Rasulullah, karya Syafiyurrahman al-Mubarakfuri,
pent: Halim Tri Hantoro, disebutkan bahwa:
“Pada bulan Rajab tahun sembilan Hijriah, Rasulullah saw
bersama para sahabat berangkat ke Tabuk untuk berperang melawan
tentara Romawi yang ada di Tabuk, sebab pada saat itu Tabuk berada
di bawah kekuasaan Romawi. Seluruh penduduk Madinah ikut
berangkat berperang, terkecuali para wanita, anak-anak, orang-orang
lanjut usia, serta orang- orang yang udzhur. Seperti biasa, apabila
Rasulullah saw akan pergi berperang keluar kota madinah, beliau
selalu mengangkat seorang pejabat sebagai wakilnya guna
mewakilinya selama dalam bepergian (apabila menggunakan istilah
sekarang adalah pejabat ad interim atau plt). Pada saat perang tabuk
Rasulullah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai pejabat ad interim
menggantikan Rasulullah, ketidak ikut sertaan Ali bin Abi Thalib pada
perang Tabuk, dijadikan bahan ejekan dan senjata oleh orang- orang
Munafik untuk mengolok-olok Ali bin Abi Thalib, bahkan orang-
orang Munafik menghembuskan berita bohong bahwa, Rasulullah
sengaja meninggalkan Ali bersama kaum wanita dan anak-anak karena
Rasulullah tidak suka kepada Ali bin Abi Thalib. Karena terpancing
ejekan mereka, Ali pun keluar mengejar pasukan Rasulullah.
Setelah berhasil mengejar dan bertemu dengan beliau, seraya
menangis Ali bekata: أتُ َخلِّفُني في الخالِف ِة في النِّسا ِء والصِّبيا ِن, mendengar apa
yang disampaikan Ali tersebut, beliau tidak mengijinkannya
masuk ke barisan perang dan memerintahkannya untuk kembali ke
ِ أن تَكونَ ِمنِّي بِ َم
Madinah dan berkata:” نزل ِة هارونَ ِمن موسى؟ ْ ”أ َما تَرضى
Bila dicermati pada asbabul wurud di atas secara exsplisit
tidaklah menjelaskan dan tidak ada korelasinya sama sekali dengan
isyarat dan pelegimitasian Ali bin Abi Thalib adalah pengganti yang
sah pasca Rasulullah wafat, seperti apa yang dipahami oleh orang-
orang Syi‟ah. Akan tetapi hadits ini menyiratkan dua hal, yang
pertama: keutamaan Ali bin Abi Thalib di sisi Rasulullah. Yang kedua:
penunjukkan Ali bin Abi Thalib sebagai pejabat ad interim atau plt
pada saat Rasulullah akan berangkat berperang ke tabuk.
Dari titik ini dapat kita pahami dan simpulkan bahwa, di
samping Rasulullah menyebutkan keutamaan Ali di sisi beliau, tetapi
juga Rasulullah mengajarkan bahwa, ketika seorang pemimpin ada
sesuatu hal yang menyebabkan tidak bisa menjalankan tugasnya
sebagaimana mestinya, maka harus menunjuk seseorang menjadi ad
interim atau plt untuk menggantikan sementara posisinya.
4. Simpulan
Referensi
Manawi, M. „. (1408 H/1988 M). al-Taisir bi Syarh al-Jami‟ as-Saghir. Riyad: Dar al-
Nasyr.
Nawawi, A. Z. (1938 H). Syarh Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi.
Suryadi. (2006). Kiat Jitu Meningkatkan pemberdayaan Organisasi. Jakarta: Edsa Mahkota.