Disusun Oleh :
Aldiansyah
Dewi Septiani
Hoerunisa
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga alhamdulilah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang selalu kita nantikan syafa’atnya di hari kiamat nanti, serta
kepada keluarga dan sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk lebih baik di masa yang
akan datang.
Semoga makalah ini memberikan manfaat Serta dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
A. Kesimpulan..........................................................................................14
B. Saran....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dengan sumber ajaran al-Qur'an dan hadits yang diperkaya
penafsiran para ulama ternyata menunjukkan dengan jelas berbagai masalah
dalam bidang pendidikan yang telah memberi corak hitam putihnya perjalanan
hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya baik pria maupun wanita
yang berlangsung seumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian
adalah peserta didiknya, baik itu di Taman Kanak kanak, Sekolah Dasar,
Pendidikan Menengah, Pendidikan Lanjutan Ataupun Perguruan Tinggi
1
dan pendidikan untuk orang dewasa lainnya.
Sebagai seorang guru atau pengelola dalam pendidikan lainnya,
diharapkan dapat menerapkan materi yang dipelajari sehingga tujuan yang telah
ditetapkan tercapai. Kita sebagai calon tenaga pendidik harus paham
tentang psikologi anak agar dalam pelaksanaan pembelajaran adanya kesesuai
an dengan karakteristik anak didik dengan materi pelajaran yang disampaikan
agar peserta didik mampu memahaminya dengan baik.
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi
pengetahuanmenuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua
potensimanusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu,
ia tidakdibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga sempitnya waktu belajar
kelas.Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan di mana saja
dankapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidikan.2
1
Hariani, I. (2019). Orientasi Psikologi Pendidikan Islam Di Sekolah Dan Prasekolah. At-
Tarbawi: Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Kebudayaan, 6(2), 142-155.
2
Munsyifah, A., & Purwanto, M. R. (2021). Evaluasi Kurikulum Pendidikan Inklusi Di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Sleman Yogyakarta. At-Thullab Jurnal Mahasiswa Studi Islam, 3(1),
641-649.
2
Agar tujuan sebuah pendidikan dapat tercapai, ada banyak sekali aspek-
aspek yang perlu diperhatikan dalam prosesnya, salah satunya adalah aspek
kejiwaan atau psikologi baik itu dari sisi pendidik maupun anak didik.
Dalam psikologi dipelajari mengenai aspek yang timbul dalam perkemba
ngan prosespembelajaran yang dilaksanakan, yaitu mengenai perkembangan pe
serta didik dilihat dari aspek kejiwaan peserta didik. Dalam memahami aspek
kejiwaan dalam proses belajar mengajar, memiliki kedudukan penting dalam
pencapaian hasil yang digunakan sebagai input untuk perbaikan kegiatan
pendidikan.3 Untuk mengetahui lebih jelas tentang aspek kejiwaan dalam proses
belajar mengajar, akan dipaparkan tentang pentingnya memahami aspek
kejiwaan dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan hadis-hadis
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
penulis membuar rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana hadist tentang aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar?
2. Bagaimana aspek kejiwaan dalam belajar dan mengajar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hadist tentang aspek kejiwaan dalam proses belajar
mengajar.
2. Untuk mengetahui aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar.
3
Octavia, S. A. (2021). Profesionalisme Guru Dalam Memahami Perkembangan Peserta
Didik. Deepublish.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kandungan Hadis:
ُ ع َم ُر يُد ِْخلُنِي َم َع أَ ْشيَاخِ بَد ٍْر فَقَا َل بَ ْع
Dalam penggalan kata dalam hadist ض ُه ْم ِل َم تُد ِْخ ُل ُ ََكان
َهذَا ْالفَت َىdiceritakan dikumpulkannya orang dewasa, sahabat sahabat. Kemudian
para sahabat bertanya "Mengapa si anak kecil ini kau ikut sertakan, kami juga
punya anak-anak kecil seperti dia?" Syaidina Umarpun menjawab فَقَا َل إِنَّه ُ ِم َّم ْن
5
قَدْ َع ِل ْمت ُ ْمyang artinya Kalian maklum, anak ini punya "kualitas" tersendiri."
Maka suatu hari Umar mengundang mereka dan mengajakku bersama mereka
Beliau menjawab (Kata Ibnu Umar) kemudian ditanya tentang ayat Bagaimana
komentar kalian tentang ayat "Seandainya pertolongan Allah dan kemenangan
datang (1) dan kau lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-
bondong (2) -hingga ahkir surat (QS. Alfath 1-3). Lantas Umar bertanya
kepadaku; "Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu berkomentar mengenai ayat
tadi?"TIDAK" Jawabku."Lalu komentarmu? Tanya Umar. Ibnu Abbas
menjawab; "Surat tersebut adalah pertanda wafat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam sudah dekat, Allah memberitahunya dengan ayatnya. Yang pada
kesimpulannya bahwasannya meskipun umur kecil tetapi harus dihargai
pendapatnya jika pendapanya itu benar dan masuk akal.
Maka disinilah timbul aspek asepk psikologi dalam pembelajaran
diantaranya presepsi, berfikir bagaimana cara sudut pandang kita terhadap
sesuatu seperti dalam contoh tadi, kemudian Intellegnsi yang menurut W. Stren
bahwasannya intellegnce yaitu kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan
diri dengan cepat dengan lingkungan baru seperti cerita Umur yang membawa
anak kecil untuk berdiskusi, kemudian anak kecil itu menyesuaikan sikapnya
dengan orang dewasa dengan indikasi menunggu pertanyaan yang dilontarkan
kemudian setelah beres menjawab dengan rasionalisasi yang jelas.
Hadis II:
َّ َيق َقا َل ُكنَّا نَ ْنت َِظ ُر َع ْبد
ّلل ٌ ش ِق َ ش قَا َل َحدَّثَنِي ُ ص َحدَّثَنَا أ َ ِبي َحدَّثَنَا ْاْل َ ْع َم ٍ ع َم ُر ْبنُ َح ْف ُ َحدَّثَنَا
ُاح َب ُك ْم َو ِإ ََّّل ِجئْتُ أَنَا فَ َجلَ ْست
ِ ص َ س قَا َل ََّل َولَ ِك ْن أَدْ ُخ ُل فَأ ُ ْخ ِر ُج إِلَ ْي ُك ْم ُ ِإذْ َجا َء َي ِزيد ُ ْبنُ ُم َعا ِو َيةَ فَقُ ْلنَا أ َ ََّل تَجْ ِل
ام َعلَ ْينَا فَقَا َل أ َ َما إِنِي أ َ ْخبَ ُر بِ َمكَا ِن ُك ْم َولَ ِكنَّهُ يَ ْم َنعُنِي ِم ْن ْال ُخ ُروجِ إِلَ ْي ُك ْم أَ َّن
َ َآخذ ٌ بِيَ ِد ِه فَقِ ّللِ َوه َُو َّ ُ فَخ ََر َج َع ْبد
ِ (ر َواهُ ْالبُخ
َارى َ سلَّ َم َكانَ يَتَخ ََّولُنَا بِ ْال َم ْو ِع
َ ظ ِة فِي ْاْلَي َِّام ك ََرا ِهيَةَ السَّآ َم ِة
َ َعلَيْن َّ صلَّى
َ ّللُ َعلَ ْي ِه َو َّ سو َل
َ ِّلل ُ َر
)و ُم ْس ِل ْم
Artinya:
‘Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami, ayahku telah menceritakan
kepada kami, al-A’masy telah menceritakan kepada kami dia berkata; Syaqiq
telah menceritakan kepadaku dia berkata; Kami pernah menunggu ‘Abdullah,
tiba-tiba Yazid bin Mu’awiyah datang, maka kami berkata kepadanya,
6
“Tidakkah Anda duduk?”. Dia menjawab; “tidak, namun aku akan masuk dan
akan mengeluarkan saudara kalian (‘Abdullah) kepada kalian atau kalau tidak,
aku akan datang dan duduk”. Setelah itu Abdullah keluar dengan menggandeng
tangannya Yazid, lalu dia berdiri di hadapan kami seraya berkata;
“sesungguhnya aku telah diberitahu keadaan kalian, akan tetapi ada suatu hal
yang menghalangiku untuk keluar kepada kalian. Sesungguhnya Rasulullah
saw. mengatur (penyampaian) nasihat pada kami dalam beberapa hari karena
tidak mau membuat kami jenuh”. HR. Bukhari
Kandungan Hadits:
Dalam hadis di atas, dipaparkan bahwa ketika memberikan pelajaran
kepada para sahabat, Nabi saw. senantiasa memperhatikan waktu dan kondisi
yang tepat dan disesuaikan dengan waktu dan kondisi mereka. Hal ini beliau
lakukan agar mereka tidak merasakan jenuh / bosan. Nabi saw. juga selalu
berusaha menjaga tujuan dan keseimbangan dalam proses pembelajarannya.
Adapun langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu
pembelajaran serta upaya Nabi saw. memilih waktu yang tepat dalam
menyampaikan nasihat dan ilmu kepada ummat atau para sahabat, selanjutnya
dikenal dengan metode situsional dan kondisional.4
Berdasarkan hadist di atas mengenai aspek kejiwaan dalam belajar
mengajar, peran antar pendidik dan peserta didik harus saling melengkapi,
dimana seorang guru lebih berperan penting dalam pengaturan aspek kejiwaan
dalam belajar mengajar.
Hadis III:
س ْع ٍد َوا ْبنُ لَ ِهيعَةَ َع ْن
َ ُْث ْبن َ َّللِ ْبنُ ْال ُمب
ُ ار ِك أ َ ْخبَ َرنَا لَي َّ ُ سى أ َ ْخ َب َرنَا َع ْبد
َ دَّثَنَا أَحْ َمد ُ ْبنُ ُم َح َّم ِد ب ِْن ُمو
س ْع ٍد َحدَّثَنِي ُ الرحْ َم ِن أَ ْخبَ َرنَا أَبُو ْال َو ِلي ِد َحدَّثَنَا لَي
َ ُْث ْبن َّ ُ قَي ِْس ْب ِن ْال َح َّجاجِ قَا َل ح و َحدَّثَنَا َع ْبد
َّ ّللِ ْبنُ َع ْب ِد
َّ صلَّى
ُّلل َ ِّلل َّ سو ِل ُ ف َر َ َّاس قَا َل ُك ْنتُ خ َْل
ٍ ص ْنعَانِي ِ َع ْن اب ِْن َعب
َّ احد ٌ َع ْن َحن ٍَش ال ِ ْس ْبنُ ْال َح َّجاجِ ْال َم ْعنَى َو ُ قَي
َسأ َ ْلت
َ ّللَ ت َِجدْهُ ت ُ َجاهَكَ ِإذَا ْ َظكَ احْ ف
َّ ظ ْ ّللَ يَحْ َف
َّ ظ ٍ غ ََل ُم ِإنِي أ ُ َع ِل ُمكَ َك ِل َما
ْ َت احْ ف ُ سلَّ َم يَ ْو ًما فَقَا َل يَا
َ َعلَ ْي ِه َو
ش ْيءٍ لَ ْم َي ْن َفعُوكَ ِإ ََّّل ْ اَّللِ َوا ْعلَ ْم أ َ َّن ْاْل ُ َّمةَ لَ ْو اجْ ت َ َم َع
َ ت َعلَى أ َ ْن َي ْنفَعُوكَ ِب َّ فَاسْأ َ ْل
َّ ّللَ َو ِإذَا ا ْست َ َع ْنتَ فَا ْست َ ِع ْن ِب
4
Muhaimin Abd. Mujib. (1993). Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka
Dasar Oprasionalnya, Bandung: Trigencda Karya.
7
Kandungan Hadis:
ٍ غ ََل ُم إِنِي أ ُ َع ِل ُمكَ َك ِل َما
Dalam penggalan kata dalam hadist ت ُ فَقَا َل يَاdalam hal ini
Rasulah SAW sangat memperhatikan aspek kejiwaan dari Mukhotob karena
penggalan kata غ ََل ُم
ُ فَقَا َل َياmengartikan فَقَا َل َيا ُغا َلatau bisa diibaratkan “kasih
sayang” secara psikologis apabila seseorang dipanggil dengan panggilan kasih
sayang makan akan terdengar enak apabila dipanggil dengan panggilan yang
baik dan lembut. Kemudian anak itu akan diberikan pengajaran dengan kata
halus nya adalah ت ٍ ِإنِي أ ُ َع ِل ُمكَ َك ِل َماyang artinya sesungguhnya aku akan
menjagajarimu beberapa kalimat yang mana dimaksudkan memberikan
perlahan- lahan dengan pasti agar psikis seseorang tidak terlalu terbebani maka
diajarilah dengan perkalimat tenang dan perlahan.
Adapun dalam Pengertian Aspek Psikologi (kejiwaan) Pendidikan
proses belajar mengajar, pada dasarnya adalah membicarakan aspek-aspek
perilaku individu yang terkait dengan proses pembelajaran Hal itu didasarkan
atas konsep dan makna psikologi, khususnya psikologi pembelajaran. Aspek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sudut pandang atau hal-hal
yang memberi keterangan kepada kata kerja sehubungan bagaimana suatu
perbuatan yang dinyatakan kata kerja itu berlangsung yang mana ini erat
kaitannya dengan bagaimana sikap seorang pendidik kepada pengajar dlam
menyampikan sesuatu dan Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku manusia dengan lingkungannya.
9
B. Psikologi Pendidikan
Psikologi adalah ilmu yang mengkaji manusia dari sudut karakteristik dan
perilaku manusia. Psikologi berasal dari bahasa yunani “Psyche” yang berarti
jiwa, roh atau sukma, sedangkan “logy atau logos” berarti ilmu atau ilmu
pengetahuan. Jadi psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang karakteristik dan gejala yang dialami jiwa manusia.6 Jadi
dalam hal ini psikologi sangat berperan penting dalam pendidikan karena
psikologi sebagai ilmu pengetahuan adalah berupaya memahami keadaan
peserta didik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di mana pengetahuan
tentang psikologi amat penting bagi guru. Di zaman Yunani, para filsuf
mencoba mempelajari jiwa. Plato seorang filsuf Yunani pertama yang mulai
mendefinisikan tentang jiwa, bagi Plato apa yang tampak dalam dunia hanyalah
bayangan dari sebuah dunia yang nyata, dan tak berubah dan ia menyebut dunia
itu dengan idea atau jiwa. Ide atau jiwa menurut Plato adalah bersifat kekal,
tidak berubah.5
Oleh Plato jiwa dan tubuh dipandang sebagai dua kenyataan yang harus
dibedakan atau dipisahkan, jiwa berasal dari dunia ide yang mempunyai fungsi
rasional, kehendak atau keberanian keinginan atau nafsu yang dihubungkan
dengan pengendalian diri. Harun Hadiwijono menyatakan: Jiwa adalah laksana
sebuah kereta yang bersais (fungsi rasional,) yang ditarik oleh kuda bersayap
yaitu kuda kebenaran, yang lari keatas, ke dunia idea, dan kuda keinginan atau
nafsu, yang lari kebawah, ke dunia gejala tarik-menarik akhirnya nafsu lah
yang menang,sehigga kereta itu jatuh ke dunia gejala dan dipenjarakan jiwa.
Psikologi pendidikan bermaksud menerapkan psikologi ke dalam proses
yang membawa pengubahan tingkah laku, dengan kata lain untuk
mengajar. Sedangkan arti psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari
tentang belajar, pertumbuhan, dan kematangan individu serta penerapan
prinsip – prinsip ilmiah terhadap reaksi manusia. Pendidikan tersebut bertujuan
untuk mempengaruhi proses mengajar dan belajar. Psikologi pendidikan
5
Harun Hadiwijono, Sari Filsafat Barat 1 (Yogyakarta: Kansius, 1980), h. 40.
10
6
Bukhari Umar, 2012, Hadis Tarbawy Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: AMZAH), h.
180.
11
secara baik dan benar. Seorang pendidik yang selalu berkecimpung dalam
belajar mengajar, kalau ia benar-benar menginginkan tujuannya dapat dicapai
secara efektif dan efisien maka materi saja tidaklah mencukupi. Ia harus
menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian materi dan dapat
menggunakan metode yang tepat dalam proses belajarmengajar, sesuai dengan
metri yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerimanya.
Pemilihan metode yang tepat kiranya memang perlu keahlian tersendiri. Para
pendidik harus pandai memilih dan mempergunakan metode yang akan
dipergunakannya.
Pendidikan atau pengajaran yang baik harus senantiasa relevan dengan
kebutuhan peserta didiknya. Dan agar pendidik dapat menjadi rekan belajar
bagi peserta didik maka komunikasi, interaksi antara pengajar dan peserta
didiknya haruslah berjalan flexible, bersifat pribadi serta tidak dibatasi oleh
tembok-tembok ruangan kelas maka seorang pendidik setidaknya harus
memiliki pengetahuan akan kepribadian peserta didiknya agar ia bisa memiliki
pola pendekatan yang flexible, pribadi sehingga pelajaran yang ia berikan dapat
menjadi flexible bagi peserta didik. Penguasaan prinsip kejiwaan peserta didik
dalam hal belajar dapat menolong dan merangsang semangat peserta didik
untuk belajar dengan lebih efisien dan lebih produktifitas lagi. Dalam proses
perencanaan, penataan serta pendayagunaan sumber daya tersebut seorang
pendidik haruslah menciptakan proses atau suasana dan kegairahan belajar
yang sesuai dengan keadaan psikis peserta didik.
Salah satu usaha guru sebagai tenaga pengajar yang professional, guru
harus mampu menggunakan berbagai strategi pembelajaran agar proses
pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan dapat merangsang siswa
sehingga berdampak pada prestasi belajar. Pengajar dituntut bukan hanya
mentransferkan pelajaran kepada peserta didik, tetapi juga dituntut untuk
melakukan tindakan dan cara hidup yang sesuai dengan apa yang diajarkan.22
Oleh karena itu seorang pendidik haruslah seorang yang telah mengerti tentang
kepribadiannya sendiri sebagai seorang pengajar sebelum ia mengerti
kepribadian peserta didiknya.
12
7
Siti Ida. (2018). Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Guru Dan Pengaruhnya
Terhadap Prestasi Belajar Akidah Akhlak Siswa (Studi Di Ma Hidayatul Ummah Kabupaten
Tangerang (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri" Smh" Banten).
8
Mustaring, D. I. (2021). Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Cipta Media Nusantara.
14
9
Emda, A. (2018). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran. Lantanida
Journal, 5(2), 172-182.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah
proses belajar mengajar tentunya harus memperhatikan aspek kejiwaan (psikol
ogi) pendidik maupun peserta didik . Psikologi merupakan ilmu yang
menyelidiki danmembahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik
selaku individumaupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Lingkungan dalamhal ini meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian
yang ada di sekitar manusia.
B. Saran
Sebagai seorang guru atau pengelola dalam pendidikan lainnya,
diharapkan dapat menerapkan materi yang dipelajari sehingga tujuan yang
telahditetapkan tercapai. Kita sebagai calon tenaga pendidik harus paham
tentang psikologi anak agar dalam pelaksanaan pembelajaran adanya kesesuai
an dengan karakteristik anak didik dengan materi pelajaran yang disampaikan
agar peserta didik mampu memahaminya dengan baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari Umar, 2012, Hadis Tarbawy Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta:
AMZAH), hlm, 178.
Emda, A. (2018). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran.
Lantanida Journal, 172-182.
Imaduddin, I. &. (2021). Konsep Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini (Dalam
Tinjauan Psiko-Pedagogis. Adabuna: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan, 1-
49.
Mustaring. (2021). Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Cipta Media Nusantara.