Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SIFAT-SIFAT MURID DALAM PERPEKTIF HADITS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Uswatun Hasanah, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Elya Yurita (2011010252)
Eva Daniyati Saputri (2011010214)
Rima Az-Zahra (2011010205)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
BANDAR LAMPUG
1442 H/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen pembimbing Ibu
Dr. Ahmad Fatoni, M.Pd.I dalam mata kuliah “Hadits Tarbawi”. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita Muhammad SAW.

Makalah ini berjudul “Sifat-Sifat Murid Perspektif Hadits” yang akan


memberikan pemahaman kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan
Media Pembelajaran PAI.

Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membagi sebagian


pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca kami nantikan agar selanjutnya
kami dapat membuat makalah dengan baik.

Bandar Lampung, 06 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Makalah .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Takhrij Hadits Karakter atau Sifat Peserta Didik ...........................................3


B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peserta Didik ........................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................9
B. Saran ...............................................................................................................10

DAFTAR ISI .............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam menganjurkan kepada manusia untuk mencari ilmu sebagai bekal
mengatasi segala permasalahan hidup dan juga membimbing umatnya supaya
berakhlak mulia serta berilmu pengetahuan. Menuntut ilmu merupakan kewajiban
di mana saja dan kapan saja, karena ilmu merupakan penyelamat di dunia dan bekal
di akhirat kelak. Jika manusia belum memiliki ilmu, dalam Islam dianjurkan untuk
bertanya kepada mereka yang memiliki ilmu tersebut.

Firman Allah Swt. dalam surat an-Nahl ayat 43 yang artinya :

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui” (Q.S. An-Nahl : 43)

Dengan itu, tak ada satu orangpun yang berhak menghentikan atau
melarang seseorang dalam mencari ilmu (belajar). Setiap individu berhak
mendapatkan pendidikan dan tak ada kata akhir dari suatu proses belajar. Bahkan,
Islam sangat menganjurkan, sebagaimana sabda Nabi Saw:

‫طلب العلم فرىضة على كل مسلم ومسلمة‬


Artinya :

“Menuntut ilmu itu fardu atas setiap muslimin dan muslimat” (al-Ghazali, tt:27).

Berdasarkan alasan dan ajaran Islam tersebut, para ahli pendidikan Islam
sejak dahulu sehingga sekarang secara serius melaksanakan proses pendidikan
dalam upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut Aminuddin
Rasyad, bahwa Islam menginginkan manusia individu (guru dan murid) dan
masyarakat menjadi orang-orang yang berpendidikan. Berpendidikan berarti

1
berilmu, berketerampilan, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, pandai
bermasyarakat dan bekerjasama untuk mengelola bumi dan alam beserta isinya
untuk kesejahteraan umat di dunia dan akhirat serta dekat dengan Khalik-nya.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu digali dan diteliti lebih mendalam untuk
mendapatkan pemahaman yang sangat luas tentang bagaimana seharusnya karakter
peserta didik dibentuk dan dikembangkan agar tujuan pendidikan tercapai sesuai
dengan cita-cita para peserta didik. Dalam hal ini, pembahasan tentang karakter
peserta didik ini akan ditinjau dari aspek pendidikan Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana takhrij hadits tentang karakter atau sifat peserta didik?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi karakter atau sifat peserta didik?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui takhrij hadits tentang karakter atau sifat peserta didik
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakter atau sifat peserta didik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TAKHRIJ HADITS KARAKTER ATAU SIFAT PESERTA DIDIK

Peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar
kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan
demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil
karena mempunyai spesifikasi tersendiri.

Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan


ilmu pengetahuan. Sehingga ditemukan banyak hadits-hadits Rasulullah SAW
yang membicarakan tentang mencari ilmu pengetahuan. Perhatian yang demikian
tinggi, karena Rasulullah juga menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rasulullah
lebih mengutamakan majlis orang yang belajar dari pada majlis ahli ibadah.
Diantara hadits-hadits yang membicarakan tentang peserta didik adalah sebagai
berikut:1

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Mu’awiyah Khatiban:

‫ قَا َل‬: ‫ب قَا َل‬ ٍ ‫ع ْن اب ِْن ِش َها‬ َ ‫س‬ َ ُ‫ع ْن ي ُْون‬ ٍ ‫ع َفي ٍْرقَا َل َحدَّثَنَااب ُْن َو ْه‬
َ ‫ب‬ ُ ‫س ِعيدُب ُْن‬َ ‫َحدَّثَنَا‬
َّ ‫صلَّـﯽ‬
ُ‫اَّلل‬ َ ‫ي‬ ِ ‫س ِم ْعﺖُ ُم َعا ِو َيةَ خ‬
َ ‫َط ْيبًا َيقُو ُل‬
َّ ‫س ِم ْعـﺖُ النَّـ ِب‬ َ ‫الر ْح َم ِن‬َّ ‫ُح َم ْيد ُ ب ُْن َع ْب ِد‬
َّ ‫ِين َو ِإنَّ َماأَنَا قَا ِس ٌم َو‬
‫اَّللُ يُ ْع ِط ْي‬ َّ ‫سلَّ َم يَقُ ْو ُل َم ْن ي ُِر ْد‬
ِ ‫اَّللُ ِب ِه َخي ًْرا يُفَ ِق ْههُ فِ ْي الد‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
‫ِـي‬ ْ َّ ‫ض ُّر ُه ْم َم ْن خَا لَفَ ُه ْم َح‬ َّ ‫علَى أ َ ْم ِر‬
ُ َ‫اَّللِ ََل ي‬ َ ً‫َولَ ْن ت َزَ ا َل َه ِذ ِه ْاْل ُ َّمـةُ َقاﺋِ َمـة‬
َ ‫ؾ يَأ ﺘ‬
َّ ‫أ َ ْم ُر‬
)‫اَّللِ (رواه البـخارى‬

1
Amiruddin Siahaan dan Nur Hidayah, “Hadits-Hadits Tentang Peserta Didik,” Pendidikan Islam,
Vol.8 No.1, April 2014, hal.4

3
Artinya : “Menceritakan kepada kami Musaddad, berkata menceritakan kepada
kami Bysr, ia berkata, menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub, dari Ibn Sirin, dari
Abdurrahman Ibn Abu Bakrah dari ayahnya. Nabi SAW bersabda, “barang
siapa dikehendaki baik dari Allah, maka ia dikaruniai kepemahaman agama.
sesungguhnya ilmu itu diperoleh hanya dengan belajar" (HR. Bukhari)

Dari uraian hadis di atas, untuk mewujudkan peserta didik yang


berkualitas berdasarkan tinjauan hadis dapat dikemukakan bahwa Rasulullah
saw, menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar. Artinya,
seseorang tidak bisa hanya bercita-cita, akan tetapi harus di iringi dengan
ikhtiar. Orang-orang yang berikhtiar untuk belajar, kelak akan dikaruniai
kepahaman agama yang pada akhirnya akan menghantarnya menuju kemuliaan
dan kebaikan.

2. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abdullah ibn Mas’ud:

َ ‫ان قَا َل َحدَّ ث َ ِني إِ ْس َما ِع ْي ُل ب ُْن أ َ ِب ْي خَا ِل ٍد‬


‫علَـى‬ ُ َ‫س ْفي‬ ُّ ‫َحدَّ ثَنَا ْال ُح َم ْي ِد‬
ُ ‫ي قَا َل َحدَّ ثَنَا‬
َّ ‫صلَّـى‬
ُ‫اَّلل‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫اَّللِ ب ِْن َم ْسعُ ٍد قَا َل قَا َل النَّ ِب‬
َ َ‫ع ْبد‬َ ُ‫س ِم ْعﺖ‬ َ ‫ي َقا َل‬ ُّ ُ‫غي ِْر َما َحدَّ ثَنَاه‬
ُّ ‫الز ْه ِر‬ َ
‫علَـى َهلَ َكﺘِ ِه فِـى‬ َ ‫ط‬ َ ‫س ِل‬ َّ ُ‫سدَ إِ ََّل فِـي اثْنَﺘَي ِْن َر ُج ٌل ﺁتَاه‬
ُ َ‫اَّللُ َم ًاَلف‬ َ ‫سلَ َم ََل َح‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
ِ ‫اَّللُ ْال ِح ْك َمـةَ فَ ُه َو يَ ْق‬
)‫ض ْي ِب َها َويُعَ ِل ُم َها (رواه البخارى‬ ِ ‫ا ْل َح‬
َّ ُ‫ق َو َر ُج ٌل ﺁتَاه‬

Artinya : “Menceritakan kepada kami Humaid, ia berkata, menceritakan kepada


kami Sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku Isma’il ibn Abu Khalid atas
selain yang kami ceritakan olehnya al-Zuhriy, ia berkata, “aku mendengar Ibn
Qais ibn Abu Hazim, ia berkata, aku mendengar ‘Abdullah ibn Mas’ud berkata,
Nabi SAW., bersabda, ”tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-
laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu di kuasakan penggunaannya
dalam kebenaran, dan seorang laki-laki di beri hikmah oleh Allah di mana ia
memutuskan perkara dan mengajar dengannya” (H.R. Bukhari).

4
Hadis di atas memberikan pemahaman bahwa sebagai peserta didik
hendaknya bersungguh-sungguh atau tekun dalam mencari ilmu baik ilmu
agama maupun ilmu pengetahuan. Peserta didik diserukan agar menjadi
ilmuwan atau orang yang pintar sebelum ia menikah atau menjadi pemimpin.
Peserta didik tidak diperbolehkan iri hati kepada orang lain kecuali dalam dua
hal yaitu ilmu dan kebaikan. Peserta didik diserukan untuk berlomba-lomba
belajar atau menuntut ilmu dalam suatu kebaikan. Sebagai peserta didik apabila
telah mendapatkan ilmu, maka hendaknya ilmu tersebut dipergunakannya
dengan baik dan diajarkannya kepada orang lain.

3. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah ra:

‫ع ْن‬ ٍ ‫ب قَا َل َحدَّ ثَنَا ُم َح َّمدُب ُْن ِإب َْرا ِهي َْم ِب ِن ِد ْين‬
َ ‫َار‬ ْ ‫َحدَّ ثَنَا أ َ ْح َمد ُ ب ُْن أ َ ِبي َب ْك ٍرأَبُو ُم‬
ٍ ‫ص َع‬
ُ ‫س ِعي ٍد ْال َم ْقب ُِري ِ َع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرﺓَ قَا َل قُ ْلﺖُ َيا َر‬
َّ ‫سو َل‬
‫اَّللِ ِإ ِني‬ َ ‫ع ْن‬ ٍ ‫اب ِْن أ َ ِبي ِذﺌْـ‬
َ ‫ب‬
‫ف ِبيَدَ ْي ِه ث ُ َّم‬ ْ ‫س‬
َ ‫طﺘُهُ قَا َل َفغ ََر‬ َ ‫ط ِردَا َء َك فَ َب‬ ْ ‫س‬ َ ‫يرا أ َ ْن‬
ُ ‫ساهُ قَا َل ا ْب‬ ً ‫أ َ ْس َم ُع ِم ْن َك َح ِد ْيثًا َك ِث‬
‫ض َم ْمﺘُهُ َف َما َن ِسيﺖُ شَيـْﯫً َب ْعدَهُ َحدَّ ثَنَا ِإب َْرا ِهي ُم ب ُْن ْال ُم ْنذ ِِر قَا َل َحدَّ ثَنَا‬ َ َ‫ض َّمهُ ف‬ ُ ‫قَا َل‬
َ ‫اب ُْن أ َ ِبي فُدَيكٍ ِبـهَـذَا أ َ ْو قَا َل غ ََر‬
)‫ف ِبيَ ِد ِه فِي ِه (رواه البخارى‬
Artinya : “Menceritakan kepada kami Ahmad ibn Abu Bakar al-Siddiq Abu
Mus’ab, ia berkata, menceritakan kepada kami Muhammad ibn Ibrahim ibn
Dinar, dari Ibn Abi Zi’bu, dari Sa’id al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia
berkata, aku berkata kepada Rasulullah saw., “wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku banyak mendengar hadis dari engkau, lalu aku lupa?” Rasulullah saw.,
bersabda, “hilangkan perkara yang burukmu,” lalu aku menghilangkannya...
lalu Rasulullah saw., bersabda, “hafalkanlah” lalu aku menhapalkannya,”
setelah itu aku tidak melupakan suatu hadis pun setelah itu,” (HR. Bukhari)

Hadis di atas memberikan pemahaman bahwa peserta didik hendaknya


menuliskan ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga. Sekiranya

5
terlupakan masih bisa dilihat catatannya dan mengulangi kembali pelajaran
yang telah diberikan pendidik meskipun dalam jangka waktu yang lama.
Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia
berada dalam rida Allah SWT., dan mempermudah baginya jalan menuju surga.

Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang


diperolehnya untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar
bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Peserta didik tidak boleh malu
belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat mempelajari
ilmu agama. Sebaik-baik pelajar adalah yang tidak malu bertanya atas apa yang
belum dipahaminya serta tidak melanggar etika peserta didik.

4. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah ra:

‫ع ْن‬
َ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬
َ ‫سلَ َمـةَ ب ِْن‬ ُّ ‫ع ْن‬
َ ِ ‫الز ْه ِري‬ ٍ ‫َحدَّ ثَنَا ﺁدَ ُم َحدَّ ثَنَااب ُْن أ َ ِبي ذِﺌْـ‬
َ ‫ب‬
َ ُ ‫سلَّ َم ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُو َلد‬
‫علَى‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَى‬
َ ُ‫اَّلل‬ ُّ ‫عنهُ قَا َل قَا َل نَّ ِب‬
َ ‫ي‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫اَّلل‬ َ ‫ض‬ َ ‫أ َ ِبي ُه َر‬
ِ ‫يرﺓَ َر‬
‫سانِ ِه َك َمثَ ِل ْال َب ِهي َمـةِ ت ُ ْنﺘ َ ُج ْال َب ِهي َمـةَ ه َْل‬
َ ‫َص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِج‬ ْ ‫ْال ِف‬
ِ ‫ط َرﺓِ فَأ َ َب َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه أ َ ْو يُن‬
َ ‫ت َ َرى فِي َها َج ْد‬
)‫عا َء (رواه البخاى‬

Artinya : “Menceritakan kepada kami Adam dari Abi Zi’bin dari al-Zuhry dari
Abi Salmah bin Abd al-Rahman dari Abi Hurairah ra., meriwayatkan bahwa
Nabi Muhammad SAW. bersabda “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah
(potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang
membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang
melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” (HR.
Bukhari)

Dari hadis di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama:
setiap manusia yang lahir memiliki potensi, baik potensi beragama, potensi
menjadi orang baik, potensi menjadi orang jahat dan potensi yang lainya.
Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua

6
karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan
anaknya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.

Konsep hadis tersebut sesuai dengan teori konvergensi pada


perkembangan peserta didik, yang berpendapat bahwa setiap anak yang lahir,
dalam perkembangannya di pengaruhi oleh keturunan dan lingkungan. Yaitu
setiap anak yang lahir akan di pengaruhi oleh keturunannya, contoh anak yang
terlahir dari keluarga yang baikbaik tentunya dia akan menjadi anak yang baik
serta dipengaruhi oleh lingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadis di atas
secara umum manusia lahir memiliki potensi yang sama.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARAKTER ATAU


SIFAT PESERTA DIDIK

Sardiman AM. menjelaskan, bahwa karakter peserta didik adalah


keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil
dari pembawaan dan lingkungan sosialnya.2 Berdasarkan pada pengertian yang
dikemukakan Sardiman tersebut, dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi karakter peserta didik secara umum yaitu; faktor pembawaan dan
faktor lingkungan. Kedua faktor ini yang dominan mempengaruhi karakteristik
peserta didik.

1. Faktor Internal

Fleksibilitas (kelenturan) sifat peserta didik ditinjau dari segi fisiologi, yaitu
hasil dari hakikat jaringan urat syaraf dan sel-sel otak.3 Syaraf dapat
dipengaruhi oleh perulangan latihan yang menghasilkan adat kebiasaan sifat
tertentu.

2
Sardiman AM, ”Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Rajawali Press,
2000), h. 118
3
Al Syai bani, Falafah Pendidikan Isla, (Jakarta: Bintang, 1979), h. 156

7
2. Faktor Lingkungan/Eksternal

Lingkungan tempat peserta didik hidup diyakini besar pengaruhnya terhadap


pembentukan kepribadian dan karakter peserta didik, Faktor lingkungan
tersebut meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Keluarga,
merupakan lingkungan yang pertama dan utama dialami oleh seorang peserta
didik. Situasi keluarga akan turut menentukan bagaimana karakter peserta didik
dibentuk. Sedangkan sekolah, merupakan lingkungan tempat bertemu peserta
didik dengan teman-teman yang lain. Pertemuan mereka datang dari berbagai
budaya dan sosial yang berbeda-beda. Seorang peserta didik yang secara
psikologis berada pada masa pencarian identitas, akan mengikuti gaya hidup
temannya yang lain yang dianggapnya cocok dengan dirinya.

Dengan demikian, untuk terbentuknya karakter peserta didik yang baik


perlu dibangun suatu lingkungan yang baik, agar peserta didik dalam menjalani
hidupnya menuju pada pembinaan sifat-sifat yang positif. Walaupun pada awalnya
sifat seorang peserta didik adalah baik, namun karena hidup dalam lingkungan yang
tidak baik, ia dapat mengalami penyimpangan dan perubahan kepribadian sesuai
dengan watak lingkungan itu sendiri.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peserta didik hendaknya bersungguh-sungguh atau tekun dalam mencari


ilmu baik ilmu agama maupun ilmu umum. Apabila peserta didik telah
mendapatkan ilmu, maka hendaknya ilmutersebut dipergunakannya dengan baik
dan diajarkannya kepada orang lain. Untuk mewujudkan peserta didik yang
berkualitas berdasarkan tinjauan hadis dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Rasulullah saw., menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.
2. Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu
pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu
pengetahuan.
3. Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya,
sehingga betul-betul menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik.
4. Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan
ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir.
5. Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh pendidik,
sehingga terjaga.
6. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia
berada dalam rida Allah swt., dan mempermudah baginya jalan menuju surga.
7. Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya
untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya
dan bagi orang lain.

9
B. SARAN

Sepanjang uraian yang telah pemakalah paparkan dalam makalah ini,


pemakalah menyadari tidak lepas dari kekurangan dan kekhilafan. Di samping itu
barangkali masih jauh dari kesempurnaan. Maka pemakalah sangat mengharapkan
ide-ide yang cemerlang dari pembaca untuk memberikan kritikan dan saran yang
mendukung makalah ini. Supaya tercapai apa yang kita inginkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin Siahaan dan Nur Hidayah. April 2014. “Pendidikan Islam : Hadits-
Hadits Tentang Peserta Didik”. Nadwa (8) Vol (1).
https://www.readcube.com/articles/10.21580%2Fnw.2014.8.1.567 . Diakses Pada
5 Oktober 2021.

AM, Sardiman. 2000. ”Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”. Jakarta:


Rajawali Press

Bani, Al Syai. 1979. “Falafah Pendidikan Islam”. Jakarta: Bintang

11

Anda mungkin juga menyukai