Disusun Oleh :
Elya Yurita (2011010252)
Eva Daniyati Saputri (2011010214)
Rima Az-Zahra (2011010205)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen pembimbing Ibu
Dr. Ahmad Fatoni, M.Pd.I dalam mata kuliah “Hadits Tarbawi”. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca kami nantikan agar selanjutnya
kami dapat membuat makalah dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................9
B. Saran ...............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam menganjurkan kepada manusia untuk mencari ilmu sebagai bekal
mengatasi segala permasalahan hidup dan juga membimbing umatnya supaya
berakhlak mulia serta berilmu pengetahuan. Menuntut ilmu merupakan kewajiban
di mana saja dan kapan saja, karena ilmu merupakan penyelamat di dunia dan bekal
di akhirat kelak. Jika manusia belum memiliki ilmu, dalam Islam dianjurkan untuk
bertanya kepada mereka yang memiliki ilmu tersebut.
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui” (Q.S. An-Nahl : 43)
Dengan itu, tak ada satu orangpun yang berhak menghentikan atau
melarang seseorang dalam mencari ilmu (belajar). Setiap individu berhak
mendapatkan pendidikan dan tak ada kata akhir dari suatu proses belajar. Bahkan,
Islam sangat menganjurkan, sebagaimana sabda Nabi Saw:
“Menuntut ilmu itu fardu atas setiap muslimin dan muslimat” (al-Ghazali, tt:27).
Berdasarkan alasan dan ajaran Islam tersebut, para ahli pendidikan Islam
sejak dahulu sehingga sekarang secara serius melaksanakan proses pendidikan
dalam upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut Aminuddin
Rasyad, bahwa Islam menginginkan manusia individu (guru dan murid) dan
masyarakat menjadi orang-orang yang berpendidikan. Berpendidikan berarti
1
berilmu, berketerampilan, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, pandai
bermasyarakat dan bekerjasama untuk mengelola bumi dan alam beserta isinya
untuk kesejahteraan umat di dunia dan akhirat serta dekat dengan Khalik-nya.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu digali dan diteliti lebih mendalam untuk
mendapatkan pemahaman yang sangat luas tentang bagaimana seharusnya karakter
peserta didik dibentuk dan dikembangkan agar tujuan pendidikan tercapai sesuai
dengan cita-cita para peserta didik. Dalam hal ini, pembahasan tentang karakter
peserta didik ini akan ditinjau dari aspek pendidikan Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana takhrij hadits tentang karakter atau sifat peserta didik?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi karakter atau sifat peserta didik?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui takhrij hadits tentang karakter atau sifat peserta didik
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakter atau sifat peserta didik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar
kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan
demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil
karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
قَا َل: ب قَا َل ٍ ع ْن اب ِْن ِش َها َ س َ ُع ْن ي ُْون ٍ ع َفي ٍْرقَا َل َحدَّثَنَااب ُْن َو ْه
َ ب ُ س ِعيدُب ُْنَ َحدَّثَنَا
َّ صلَّـﯽ
ُاَّلل َ ي ِ س ِم ْعﺖُ ُم َعا ِو َيةَ خ
َ َط ْيبًا َيقُو ُل
َّ س ِم ْعـﺖُ النَّـ ِب َ الر ْح َم ِنَّ ُح َم ْيد ُ ب ُْن َع ْب ِد
َّ ِين َو ِإنَّ َماأَنَا قَا ِس ٌم َو
اَّللُ يُ ْع ِط ْي َّ سلَّ َم يَقُ ْو ُل َم ْن ي ُِر ْد
ِ اَّللُ ِب ِه َخي ًْرا يُفَ ِق ْههُ فِ ْي الد َ علَ ْي ِه َو
َ
ِـي ْ َّ ض ُّر ُه ْم َم ْن خَا لَفَ ُه ْم َح َّ علَى أ َ ْم ِر
ُ َاَّللِ ََل ي َ ًَولَ ْن ت َزَ ا َل َه ِذ ِه ْاْل ُ َّمـةُ َقاﺋِ َمـة
َ ؾ يَأ ﺘ
َّ أ َ ْم ُر
)اَّللِ (رواه البـخارى
1
Amiruddin Siahaan dan Nur Hidayah, “Hadits-Hadits Tentang Peserta Didik,” Pendidikan Islam,
Vol.8 No.1, April 2014, hal.4
3
Artinya : “Menceritakan kepada kami Musaddad, berkata menceritakan kepada
kami Bysr, ia berkata, menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub, dari Ibn Sirin, dari
Abdurrahman Ibn Abu Bakrah dari ayahnya. Nabi SAW bersabda, “barang
siapa dikehendaki baik dari Allah, maka ia dikaruniai kepemahaman agama.
sesungguhnya ilmu itu diperoleh hanya dengan belajar" (HR. Bukhari)
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abdullah ibn Mas’ud:
4
Hadis di atas memberikan pemahaman bahwa sebagai peserta didik
hendaknya bersungguh-sungguh atau tekun dalam mencari ilmu baik ilmu
agama maupun ilmu pengetahuan. Peserta didik diserukan agar menjadi
ilmuwan atau orang yang pintar sebelum ia menikah atau menjadi pemimpin.
Peserta didik tidak diperbolehkan iri hati kepada orang lain kecuali dalam dua
hal yaitu ilmu dan kebaikan. Peserta didik diserukan untuk berlomba-lomba
belajar atau menuntut ilmu dalam suatu kebaikan. Sebagai peserta didik apabila
telah mendapatkan ilmu, maka hendaknya ilmu tersebut dipergunakannya
dengan baik dan diajarkannya kepada orang lain.
3. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah ra:
ع ْن ٍ ب قَا َل َحدَّ ثَنَا ُم َح َّمدُب ُْن ِإب َْرا ِهي َْم ِب ِن ِد ْين
َ َار ْ َحدَّ ثَنَا أ َ ْح َمد ُ ب ُْن أ َ ِبي َب ْك ٍرأَبُو ُم
ٍ ص َع
ُ س ِعي ٍد ْال َم ْقب ُِري ِ َع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرﺓَ قَا َل قُ ْلﺖُ َيا َر
َّ سو َل
اَّللِ ِإ ِني َ ع ْن ٍ اب ِْن أ َ ِبي ِذﺌْـ
َ ب
ف ِبيَدَ ْي ِه ث ُ َّم ْ س
َ طﺘُهُ قَا َل َفغ ََر َ ط ِردَا َء َك فَ َب ْ س َ يرا أ َ ْن
ُ ساهُ قَا َل ا ْب ً أ َ ْس َم ُع ِم ْن َك َح ِد ْيثًا َك ِث
ض َم ْمﺘُهُ َف َما َن ِسيﺖُ شَيـْﯫً َب ْعدَهُ َحدَّ ثَنَا ِإب َْرا ِهي ُم ب ُْن ْال ُم ْنذ ِِر قَا َل َحدَّ ثَنَا َ َض َّمهُ ف ُ قَا َل
َ اب ُْن أ َ ِبي فُدَيكٍ ِبـهَـذَا أ َ ْو قَا َل غ ََر
)ف ِبيَ ِد ِه فِي ِه (رواه البخارى
Artinya : “Menceritakan kepada kami Ahmad ibn Abu Bakar al-Siddiq Abu
Mus’ab, ia berkata, menceritakan kepada kami Muhammad ibn Ibrahim ibn
Dinar, dari Ibn Abi Zi’bu, dari Sa’id al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia
berkata, aku berkata kepada Rasulullah saw., “wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku banyak mendengar hadis dari engkau, lalu aku lupa?” Rasulullah saw.,
bersabda, “hilangkan perkara yang burukmu,” lalu aku menghilangkannya...
lalu Rasulullah saw., bersabda, “hafalkanlah” lalu aku menhapalkannya,”
setelah itu aku tidak melupakan suatu hadis pun setelah itu,” (HR. Bukhari)
5
terlupakan masih bisa dilihat catatannya dan mengulangi kembali pelajaran
yang telah diberikan pendidik meskipun dalam jangka waktu yang lama.
Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia
berada dalam rida Allah SWT., dan mempermudah baginya jalan menuju surga.
4. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah ra:
ع ْن
َ الر ْح َم ِن
َّ ع ْب ِد َ ع ْن أ َ ِبي
َ سلَ َمـةَ ب ِْن ُّ ع ْن
َ ِ الز ْه ِري ٍ َحدَّ ثَنَا ﺁدَ ُم َحدَّ ثَنَااب ُْن أ َ ِبي ذِﺌْـ
َ ب
َ ُ سلَّ َم ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُو َلد
علَى َ علَ ْي ِه َو َّ صلَى
َ ُاَّلل ُّ عنهُ قَا َل قَا َل نَّ ِب
َ ي َّ ي
َ ُاَّلل َ ض َ أ َ ِبي ُه َر
ِ يرﺓَ َر
سانِ ِه َك َمثَ ِل ْال َب ِهي َمـةِ ت ُ ْنﺘ َ ُج ْال َب ِهي َمـةَ ه َْل
َ َص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِج ْ ْال ِف
ِ ط َرﺓِ فَأ َ َب َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه أ َ ْو يُن
َ ت َ َرى فِي َها َج ْد
)عا َء (رواه البخاى
Artinya : “Menceritakan kepada kami Adam dari Abi Zi’bin dari al-Zuhry dari
Abi Salmah bin Abd al-Rahman dari Abi Hurairah ra., meriwayatkan bahwa
Nabi Muhammad SAW. bersabda “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah
(potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang
membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang
melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” (HR.
Bukhari)
Dari hadis di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama:
setiap manusia yang lahir memiliki potensi, baik potensi beragama, potensi
menjadi orang baik, potensi menjadi orang jahat dan potensi yang lainya.
Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua
6
karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan
anaknya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.
1. Faktor Internal
Fleksibilitas (kelenturan) sifat peserta didik ditinjau dari segi fisiologi, yaitu
hasil dari hakikat jaringan urat syaraf dan sel-sel otak.3 Syaraf dapat
dipengaruhi oleh perulangan latihan yang menghasilkan adat kebiasaan sifat
tertentu.
2
Sardiman AM, ”Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Rajawali Press,
2000), h. 118
3
Al Syai bani, Falafah Pendidikan Isla, (Jakarta: Bintang, 1979), h. 156
7
2. Faktor Lingkungan/Eksternal
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Rasulullah saw., menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.
2. Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu
pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu
pengetahuan.
3. Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya,
sehingga betul-betul menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik.
4. Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan
ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir.
5. Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh pendidik,
sehingga terjaga.
6. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia
berada dalam rida Allah swt., dan mempermudah baginya jalan menuju surga.
7. Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya
untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya
dan bagi orang lain.
9
B. SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin Siahaan dan Nur Hidayah. April 2014. “Pendidikan Islam : Hadits-
Hadits Tentang Peserta Didik”. Nadwa (8) Vol (1).
https://www.readcube.com/articles/10.21580%2Fnw.2014.8.1.567 . Diakses Pada
5 Oktober 2021.
11