DOSEN PENGAMPU :
HARYONO, M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang “KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU,
MENGEMBANGKAN DAN MENGAMALKANNYA ”.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Ahmad Fauzi
BAB I
PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan memiliki peran besar dalam kehidupan seseorang, karena dengan
ilmu pengetahuan maka manusia dapat bermanfaat untuk keluarga dan sekitarnya. Ilmu
pengetahuan juga menjadi jalan pedoman untuk menuntun kita ke arah benar dan dapat
mengantarkan kita pada kehidupan bahagia di dunia maupun akhirat dan menjadi cahaya
yang menyinari kehidupan manusia sehingga mereka tidak kehilangan arah.
Manusia dapat membedakan antara benar dan salah melalui ilmu pengetahuan, sehingga
bisa memahami kewajibannya sebagai manusia yang bertaqwa menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka Allah SWT akan mengangkat derajat
manusia di dunia dan di akhirat nanti.
Ilmu pengetahuan berperan penting bagi manusia. Manusia tidak akan hidup lebih baik
tanpa memiliki ilmu. Oleh karena itu, mari kita gunakan waktu sebaik-baiknya untuk
menuntut ilmu yang bermanfaat.
Kewajiban mencari ilmu telah dijelaskan di dalam Al-Quran dan Hadits. Belajar adalah
kewajiban bagi setiap manusia, karena berguna untuk meningkatkan potensi diri. Manusia
dapat mengetahui wawasan yang sebelumnya tidak dimengerti. Sehingga kita sebagai umat
muslim sebaiknya memperhatikan dalam hal belajar, karena telah diketahui keutamaan
para penuntut ilmu di dalam Islam.
Allah mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu yang tertuang dalam Al-Quran
Surah Al-Mujadalah ayat 11:
ٱّلله ٱلَّذِين
َّ ش هزوا ي ْرف ِع ٱّلله ل هك ْم ۖ وإِذا قِيل ٱن ه
ش هزوا فٱن ه َّ ح َّ َٰيٓأيُّها ٱلَّذِين ءامنه ٓوا إِذا قِيل ل هك ْم تف
ِ س هحوا فِى ْٱلم َٰجل ِِس فٱ ْفس هحوا ي ْفس
َّ ءامنهوا مِ ن هك ْم وٱلَّذِين أهوتهوا ْٱلع ِْلم در َٰجت ۚ و
ٱّلله بِما ت ْعملهون خبِير
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Bunyi ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT akan mengangkat derajat orang orang
yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi dari orang orang yang tidak menuntut ilmu.
Keterangan ini menjadi tanda bahwa ilmu yang membuat manusia lebih mulia, tidak
melalui harta atau nasabnya.
Dalil tersebut menjadi bukti bahwa umat Islam wajib menuntut ilmu, karena Allah telah
berjanji di dalam Al-Qur’an bahwa orang yang pergi untuk menuntut ilmu maka akan
diangkat derajatnya, dan Nabi Muhammad juga menjelaskan bahwa belajar atau berjalan
untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan untuknya jalan masuk surga.
Berikut ini merupakan keutamaan menuntut ilmu yang dikutip dari beberapa hadist Nabi
Muhammad SAW:
1. Dimudahkan Jalan ke Surga
َللاه لهه ِب ِه ط ِريقًا ِإلى ْالجنَّ ِة
َّ س فِي ِه ع ِْل ًما س َّهل
وم ْن سلك ط ِريقًا ي ْلتمِ ه
Artinya: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).
2. Ditinggikan Derajatnya
Hadis mencari ilmu lain juga menunjukan tingginya derajat orang berilmu apabila
dibandingkan dengan manusia lainnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
َللاه الَّذِين أهوتهوا ْالع ِْلم على الَّذِين آمنهوا
َّ َللاه الَّذِين آمنهوا مِ ْن هك ْم والَّذِين أهوتهوا ْالع ِْلم درجات قال ي ْرف هع
َّ ع ْن اب ِْن عبَّاس ي ْرف هع
بِدرجات
Dari Ibnu Abbas r.a.: ketika menafsirkan ayat : (Allah meninggikan orang-orang yang
beriman dari kamu sekalian, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. al-
mujadalah:11); dia berkata maksudnya adalah “Allah meninggikan orang-orang yang
diberi ilmu atas orang-orang yang beriman beberapa derajat”. (HR. Darimi) No. 356.
Ulama jamak dari kata ‘aalim yang berarti orang berilmu dan mengamalkan ilmunya.
Ulama dijadikan rujukan karena ilmunya. Juga, ulama menjadi teladan sebab amalannya.
Berbahagialah jika di tengah-tengah kita masih ada ulama yang senantiasa mengayomi,
meluruskan, dan mengarahkan ke jalan yang senantiasa diridhai Allah SWT.
Berbeda dengan manusia pada umumnya, Allah SWT menempatkan ulama dalam
kedudukan yang mulia. Sedikitnya, Alquran menggambarkan ulama dalam empat hal.
Pertama, ulama adalah orang yang berkedudukan tinggi di dunia dan akhirat. Allah SWT
berfirman, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS al-Mujadilah: 11).
Kedua, ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah SWT. "Sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." (QS Fathir: 28).
Setiap orang yang lebih berilmu tentang Allah SWT maka dialah orang yang lebih
banyak takut kepada-Nya. Rasa takut menjadikannya menahan diri dari kemaksiatan dan
mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Zat yang ia takuti. Hal ini sejalan dengan
firman Allah dalam surah an-Naziat ayat 40.
Ketiga, ulama adalah orang yang paling peduli terhadap umat. “Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar serta beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).
Keempat, ulama adalah orang yang memiliki pandangan jauh ke depan, sehingga ulama
dapat membaca akan terjadinya fitnah. Allah SWT mengabarkan tentang Qarun yang
melampaui batas dan umat pada masa itu terfitnah dengannya. “Maka keluarlah Qarun
kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki
kehidupan dunia: Semoga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan
kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”
(QS al-Qashash: 79).
Adapun sikap ulama disebutkan pada ayat selanjutnya, “Berkatalah orang-orang yang
dianugerahi ilmu: Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh
orang-orang yang sabar.”
Maka, sudah semestinya kita bersedih jika satu per satu ulama hilang dari tengah-tengah
kita. Karena, itu pertanda dicabutnya ilmu agama. “Sesungguhnya, Allah akan
menghapus ilmu agama tidak dengan cara mencabutnya secara langsung dari hati umat
manusia. Tetapi, Allah akan menghapus ilmu agama dengan mewafatkan para ulama
hingga tidak ada seorang ulama pun yang akan tersisa. Kemudian, mereka akan
mengangkat para pemimpin yang bodoh. Apabila para pemimpin bodoh itu dimintai
fatwa maka mereka akan berfatwa tanpa berlandaskan ilmu hingga mereka tersesat dan
menyesatkan.” (HR Muslim).
Pendidikan dan pencarian ilmu adalah tuntutan yang sangat ditekankan dalam Islam.
Dengan menuntut ilmu, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
meningkatkan kualitas hidupnya di dunia dan di akhirat. Ulama memiliki peran penting
dalam memimpin umat dan menjaga ajaran agama. Pentingnya sinergi antara ilmu dan
nilai-nilai Islam menunjukkan bahwa Islam tidak memisahkan antara agama dan
pengetahuan, tetapi mengintegrasikannya untuk mencapai kebahagiaan sejati. Dengan
demikian, menuntut ilmu dan menggabungkannya dengan nilai-nilai Islam adalah bagian
integral dari praktek keagamaan umat Muslim.