Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih
lagi kita sedang berinteraksi aktif di dalamnya. Kita sepakat bahwa
pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa
dalam proses menuju kedewasaannya, setiap manusia melalui tahap
pendidikan ini.
Agama Islam merupakan agama yang sempurna, agama yang dibawa
Nabi Muhammad ini diajarkan melalui mukjizat yang berupa teks al-
Qur’an, al-Qur’an merupakan teks rujukan dan pedoman bagi ummatnya
dalam seluruh aspek kehidupan termasuk pendidikan. Di dalam al-Qur’an
banyak sekali ayat-ayat yang tidak menyebutkan makna secara
“gamblang” dan jelas, penjelasan dari ayat tersebut diperoleh melalui
penjelasan Hadits Nabi yang kemudian disebut sebagai teks utama setelah
al-Qur’an. Sebenarnya agama Islam sangat mengutamakan proses
pendidikan, hal tersebut dapat dilihat dari lima ayat yang pertama kali
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam surat al-‘Alaq. Banyak
juga hadits yang menjelaskan tentang pentingnya pendidikan bagi
manusia. Namun sebagai dua teks utama, ummat Islam seringkali lupa
akan ajaran-ajaran yang dijelasknnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah hakikat pendidikan?
2. Apa saja materi pendidikan/pengajaran & ayat al-qur’an yang terkait?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui hakikat pendidikan
2. Untuk mengetahui apa saja materi pendidikan/pengajaran & ayat al-
qur’an yang terkait

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat Pendidikan


Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Sedangkan hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh
kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya,
dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.
1. Hakikat Pendidikan Menurut Hadist
‫َم ْن َاَر اَدالَّد ْنَيا َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم َو َم ْن َاَر اَداَأْلِخَر َة َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم َو َم ْن َاَر اَد ُهَم ا َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلم‬
)‫(رواه البخارى ومسلم‬
“Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka
dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di akhirat
maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka
dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim).
Selain itu, Rosulullah juga menegaskan bahwa setiap individu
muslim baik pria maupun wanita berkewajiban mengenyam
pendidikan yang baik dan layak, sebagaimana yang disabdakan oleh
Baginda Nabi SAW :
: ‫َع ْن َاَنِس ْبِن َم اِلٍك َقاَل‬
‫ َطَلُب اْلِع ْلِم َفِرْيَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬. ‫َقاَل َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
“Dari Anas bin Malik beliau berkata : Rasulullah Saw
bersabda : Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu
muslim”. (HR. Ibn Majah).
Berdasarkan hadits diatas, kita dapat mengetahui dan
memahami bahwa menuntut ilmu sangatlah penting bagi kehidupan
baik di dunia maupun di akhirat. Karena hanya dengan ilmu, hidup
kita menjadi terarah. Bahkan menurut Firman Allah dalam surah Al
Mujadalah ayat 11 :

2
3

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء ا ُنٓو ۟ا َذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحو۟ا ِفى ٱْل َٰج ِل َفٱْفَس ُحو۟ا َيْفَس ٱُهَّلل َلُك ْم ۖ َو َذ ا ِقيَل ٱنُش ُز و۟ا َفٱنُش ُز و۟ا‬
‫ِإ‬ ‫ِح‬ ‫َم ِس‬ ‫َم ِإ‬
‫َيْر َفِع ٱلَّلُهٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ِم نُك ْم َو ٱَّلِذ يَن ُأوُتو۟ا ٱْلِع ْلَم َد َر َٰج ٍتۚ َو ٱُهَّلل ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Adapun hadits lain yang menyatakan tentang hakikat
pendidikan adalah sebagai berikut :
‫َح َّد َثَنا َنْص ُر َع ِلٍّي اْلَج ْهَضِمُّي َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا اْبُن َداُوَد َع ْن َعاِص ِم ْبِن َر َج اِء ْبِن َح ْيَو َة َع ْن َداُوَد ْبِن َجِم ْيٍل‬
‫ ُكْنُت َج اِلًسا ِع ْنَد َاِبي الَّدْر َداِء ِفْي َم ْس ِج ِد ِد َم ْش َق َفَاَتاُه َر ُجٌل َفَقاَل َيا َاَبا الَّدْر َداِء‬: ‫َع ْن َك ِثْيِر ْبِن َقْيٍس َقاَل‬
‫َاَتْيُتَك ِم َن اْلَم ِد ْيَنِة َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِلَح ِد ْيٍث َبَلَغ ِنْي َاَّن َك ُتَح ِّد ُث ِب ِه َع ِن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا‬
‫ َقاَل َف ِاِّنْي َس ِم ْع ُت‬،‫ َال‬: ‫ َو َال َج اَء ِبَك َغْيُر ُه؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬،‫َال‬: ‫ َفَم ا َج اَء ِبَك ِتَج اَر ٌة ؟ َقاَل‬: ‫َقاَل‬، ‫َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
...‫َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل َم ْن َس َلَك َطِر ْيًق َيْلَتِم ُس ِفْيِه ِع ْلًم ا َس َّهَل ُهَّللا َطِرْيًقا ِاَلى اْلَج َّنْة‬
“Telah disampaikan kepada kami oleh Nasr bin ‘Aly al-
Jahdamy, Telah disampaikan kepada kami oleh ‘Abd Allah bin
Dawud, dari ‘Asim bin Raja’ bin Haywah, dari Dawud bin Jamil,
dari Kathir bin Qays, dia berkata suatu ketika aku duduk bersama
Abu al-Darda’ di Masjid Damaskus, Sesorang datang kepadanya
dan berkata: ‘wahai Abu al-Darda’ aku datang kepadamu dari
Madinah kota Nabi Saw untuk mendaptkan sebuah hadits yang kamu
dengarkan dari Rasulullah Saw, Abu al-Darada’ berkata : Jadi
kamu datang bukan untuk berdagang? Orang itu menjawab: Bukan,
Abu al-Darda berkata: dan bukan pula selain itu ? orang itu
menjawab: Bukan, Abu al-Darda’ berkata: Sesungguhnya kau
pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang
meniti jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan
baginya jalan menuju surga....”
4

Pada hadis tersebut terkandung anjuran dan pahala yang


sangat besar bagi mereka yang meniti jalan untuk mencari ilmu
melalui berbagai media pendidikan, bahkan Rasulullah Saw
memberikan garansi kemudahan mencapai surga bagi mereka yang
meniti jalan untuk mencari ilmu. Nilai penting lainnya dari
memahami hadits di atas adalah bahwa dalam meniti jalan menuntut
ilmu terdapat proses pendewasaan jasmani dan rohani yakni bahwa
selain tujuan filosofis terdapat pula tujuan insidental yaitu
meningkatkan kecerdasan motorik, emosional, intelektual dan
spiritual, sebab dalam meniti jalan menuntut ilmu dibutuhkan
ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai kesulitan-
kesulitan dalam belajar, Sebab kesuksesan seorang penuntut ilmu
terletak dalam kesabarannya menghadapi berbagai bentuk kesulitan,
kesusahan, dan keletihan dalam mengarungi proses pendidikan.
Seluruh bentuk kesulitan yang dihadapi oleh penuntut ilmu
merupakan proses pendewasaan jasmani dan rohani. Dalam al-
Qur'an Allah Swt mengisahkan tentang perjalanan Nabi Musa as
bersama dengan pembantunya untuk mendapatkan ilmu dari Nabi
Khidhr as.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa makna dari
kata thariqan dan ‘ilman dalam hadits tersebut adalah bahwa setiap
manusia hendaknya memanfaatkan seluruh media pendidikan yang
dapat membantu untuk mendapatkan ilmu utamanya ilmu agama
secara bertahap dan berkesinambungan dengan tetap
mengedepankan keikhlasan dan kesabaran dalam meniti proses
pendidikan baik formal maupun non-formal, dan kemudahan meniti
jalan menuju surga dapat dipahami bahwa ilmu dapat
membantumemberikan kemudahan dalam mengamalkan amal-amal
shaleh yang dapat dengan mudah pula menghantarkan menuju surga
Allah Swt.
5

B. Materi Pengajaran / Pendidikan


1. Keimanan
‫ِل اِهلل َّلى ا َل ِه‬ ‫ِع‬ ‫ِض‬
‫َص ُهلل َع ْي‬ ‫ َبْيَنَم ا ْحَنُن ُج ُل ْو ٌس ْن َد َر ُس ْو‬: ‫َعْن ُعَم َر َر َي اُهلل َعْن ُه َأْيًض ا َق اَل‬
‫ َال ُيَر ى‬, ‫َو َس َّلم َذاَت َيْو ٍم ِإْذ َطَل َع َعَلْيَن ا َر ُج ٌل َش ِد ْيُد َبَي اِض الِّثَي اِب َش ِد ْيُد َس َو اِد الَّش ْع ِر‬
‫ فَأْس َنَد‬,‫ َح ىَّت َج َلَس ِإىَل الَّنِّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلم‬, ‫َعَلْي ِه َأَثُر الَّس َف ِر َو َال َيْع ِر ُف ُه ِم َّن ا َأَح ٌد‬
, ‫ َي ا َحُمَّم ُد َأْخ ْرِبْيِن َعِن اِإل ْس َالِم‬: ‫ َو َق اَل‬,‫ َو َو َض َع َك َّف ْي ِه َعَلى َفِخ َذ ْي ِه‬,‫ُر ْك َبَتْي ِه ِإىَل ُر ْك َبَتْي ِه‬
‫ َاِإل ْس َالُم َأْن َتْش َه َد َأْن َالِإ َل َه ِإَّال اُهلل َو َأَّن َحُمَّم ًد ا‬: ‫َفَق اَل َرُس ْو ُل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلم‬
‫ َّج اْل ِإِن ا َتَط ِإَل ِه‬, ‫اَن‬ ‫ِهلل ِق‬
‫ َو َتُصْو َم َرَم َض َو ُحَت َبْيَت ْس ْعَت ْي‬,‫ َو ُتْؤ َيِت الَّز َك اَة‬,‫ َو ُت ْيُم الَّص َالَة‬, ‫َرُسْو ُل ا‬
‫ َأْن‬: ‫ َقاَل‬, ‫ َفَأْخ ْرِب ْيِن َعِن اِإل َمْياِن‬: ‫ َقاَل‬.‫ َفَعِج ْبَن ا َلُه َيْس َئُلُه َو ُيَص ِّد ُقُه‬. ‫ َص َد ْقُت‬: ‫ َقاَل‬.‫َس ِبْيًال‬
: ‫ َق اَل‬.‫ َو ُتْؤ ِم َن ِباْلَق ْد ِر َخ ِرْي ِه َو َش ِّر ِه‬, ‫ َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر‬,‫ َو ُرُس ِلِه‬,‫ َو ُك ُتِب ِه‬,‫ َو َم َالِئَك ِت ِه‬,‫ِباِهلل‬
‫ِن‬
‫ َأْن َتْع ُب َد اَهلل َك َأَّنَك َتَر اُه َف ِإْن ْمَل َتُك ْن َتَر اُه‬: ‫ َق اَل‬, ‫ َف َأْخ ْرِبْيِن َعِن اِإل ْح َس ا‬: ‫ َق اَل‬. ‫َص َد ْقَت‬
: ‫ َقاَل‬. ‫ َم ا اْلَمْس ُؤ ْو ُل َعْنَه ا ِبَأْع َلَم ِم َن الَّس اِئِل‬: ‫ َفَأْخ ْرِب ْيِن َعِن الَّس اَعِة َقاَل‬: ‫ َقاَل‬. ‫َفِإَّنُه َيَر اَك‬
‫ َأْن ى ا َف اَة اْل اَة اْل اَل َة ِر ا الَّش اِء‬,‫ َأْن َتِل اَأل ُة َّب ا‬: ‫ َقاَل‬,‫َأ ا اَهِتا‬
‫َد َم َر َتَه َو َتَر ُحْل ُعَر َع َع َء‬ ‫َفَأْخ ْرِبْيِن َعْن َم َر‬
‫ َأَت ْد ِر ْي َم ِن الَّس اِئل؟‬, ‫ َي ا ُعَم ُر‬: ‫ َّمُث َق اَل‬,‫ َفَلِبْثُت َم ِلًّي ا‬, ‫ مث َاْنَطَل َق‬, ‫َيَتَط اَو ُلْو َن ْيِف اْلُبْنَي اِن‬
‫ِل‬ ‫ِد‬ ‫ِإ ِج‬
‫ َرَو اُه ُمْس ٌم‬. ‫ َف َّنُه ِرْب ْيُل َأَتاُك ْم ُيَعِّلُم ُك ْم ْيَنُك ْم‬: ‫ َقاَل‬.‫ اُهلل َو َرُسْو ُلُه َأْع َلُم‬: ‫ُقْلُت‬
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika,
kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan
pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat
padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di
antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi,
lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua
tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai,
Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau
bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan
hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah;
menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan
Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau
6

telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,”


maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah;
malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan
beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata,
“Engkau benar.” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang
ihsan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah
engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya.
Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi
Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu
daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan
kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab,”Jika seorang
budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang
yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta
pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan
bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut
segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku :
“Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku
menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau
bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama
kalian.” [HR Muslim, no.8]
Dalam hadist diatas pengertian iman adalah “Engkau beriman
kepada Allah, malaikatNya, kitab- kitabNya, para RasulNya, hari
akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk”.
Iman menuntut lebih dari pengucapan lisan namun juga keyakinan
dengan hati dan perilaku konkret sebagaimana realisasi.
7

Dalam hadist ini disebutkan iman yang paling utama, yang


paling rendah serta pertengahan. Yang paling petengahan yaitu
malu. Malu disebutkan disini, karena ia merupakan faktor terkuat
yang mendorong seseorang mengerjakan seluruh cabang keimanan.
Orang merasa malu terhadap Allah karena menyadari nikmat Allah
yang melimpah kepadanya, keermewamanNya, kemulian nama- nma
dan sifat- sifatNya, sementara dia seorang hamba yang sangat
banyak kekurangannya terhadap Rabbnya Yang Maha Mulia dan
Maha Besar, dia mendzalimin dirinya dan bermaksiat.
Kesadaran ini mengharuskan dirinya memiliki rasa malu untuk
mecegahnya dari (berbuat) kejahatan dan mengerjakan segala
kewajiban dan keutamaan- keutamaan. Cabang iman yang paling
tinggi, paling pokoknya, akar dan pondasi adalah perkataan
Laaillahaillahallah dengan jujur dari hatinya, dalam keadaan tahu
dan sadar dan menyakini bahwa tidak ada yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah.
2. Moral
Firman Allah SWT dalam Q.S Al- Ahzab ayat 21 :

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َر ُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َح َس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهّٰللا َو اْلَيْو َم اٰاْل ِخَر َو َذ َك َر َهّٰللا َك ِثْيًر ۗا‬

“Sesungguhnya yang ada pada (diri) Rasulluallah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
8

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak


menyebut Allah.”
Ayat yang mulia ini merupakan dalil pokok yang paling besar,
yang menganjurkankepada kita agar meniru Rasulullah Saw. dalam
semua ucapan, perbuatan, dan sepakterjangnya. Karena itulah Allah
Swt. memerintahkan kepada kaum mukmin agar meniru Sikap Nabi
Saw. dalam Perang Ahzab, yaitu dalam hal kesabaran, keteguhan
hati,kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti jalan keluar
dari Allah Swt. Semogasalawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada
beliau sampai hari kiamat.
‫َو ْلَيْخ َش اَّلِذ ْيَن َلْو َتَر ُك ْو ا ِم ْن َخ ْلِفِه ْم ُذ ِّرَّيًة ِض ٰع ًفا َخ اُفْو ا َع َلْيِهْۖم َفْلَيَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَيُقْو ُلْو ا َقْو اًل َسِد ْيًدا‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkandibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)mereka. oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar Q.S AnNissa’ ayat : 9
Q.S At- Tahrim ayat 6 :
‫ٰٓيَاُّيَها اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْو ا ُق ْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َن اًرا َّو ُقْو ُد َه ا الَّن اُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَه ا َم ٰۤل ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل‬
‫َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yangbahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka danselalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari seorang
lelaki, dari Ali ibnu AbuTalib r.a. sehubungan dengan makna
firman-Nya: peliharalah dirimu dan keluargamu dariapi neraka. (At-
Tahrim: 6) Makna yang dimaksud ialah didiklah mereka dan
ajarilahmereka.Dari potongan kalimat ini, perintah mendidik dan
membina moral kepada paraorang tua sudah dapat diketahui. Allah
memerintahkan kepada kita untuk memelihara diridan keluarga
9

untuk menjauhkan diri dari api neraka. Konsekuensinya, pendidikan


danpembinaan moral akhlak harus dilakukan.
3. Pendidikan Fisik.
Setiap manusia memiliki fisik (jasmani) yang mempunyai
kebutuhan yaitu makan dan minum. Karena secara umum tanpa makan
dan minum, manusia akan mati. Akan tetapi ada tata cara yang harus
diperhatikan dalam makan dan minum, dan itu semua bertujuan untuk
menjaga kesehatan fisik. Berkaitan dengan hal ini Rasulullah bersabda:

‫ َم ا َم أل آَد ِمٌّي ِو َع اًء‬: ‫ َع ِن الَنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل‬, ‫َو َع ْن َأِبي َك ِرْيَم َة اْلِم ْقَداِد ْبِن َم ْع ِد ي َك ِر َب‬
‫َش ًّر ا ِم ْن َبِّطٍن ِبَح ْس ِب اْبِن آَد َم ُاُك اَل ٌت ُيِقْم َن ُص ْلَبُه َف ِإْن َك اَن اَل َم َح اَل ًة َفُثُلٌث ِلَطَع اِم ِه َو‬
‫ َر َو اُه الُّتْر ُمِذ ُّي‬.‫ُثُلٌث ِلَش َر اِبِه َو ُثُلٌث ِلَنَفِسِه‬
Artinya: “Dari Abi Karimah al-Miqdad bin Ma’di Kariba
berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: tidak ada yang
lebih jahat daripada yang memadati perutnya. Cukuplah seseorang
dengan beberapa suap makanan untuk menguatkan badannya. Jika
perlu ia makan, hendaklah perutnya diisi sepertiga makanan,
sepertiga air (minum), dan sepertiga lagi untuk udara
(bernafas).” HR. Tirmidzi.

Hadits tersebut menerangkan kepada kita bahwa dalam


pemenuhan kebutuhan fisik terdapat aturan dan anjuran dari
Rasulullah, bagaimana seharusnya kita mengisi lambung sehingga
tidak mual karena terlalu kosong, ataupun sesak napas karena terlalu
banyak makanan yang masuk ke lambung. Dalam hal ini Rasulullah
menganjurkan untuk membagi ruang dalam lambung menjadi tiga
bagian. Pada bagian pertama diisi makanan, bagian kedua diisi air atau
minuan, dan bagian terakhir diisi udara. Keseimbangan antara tiga
ruangan ini tentu akan membawa dampak positif bagi kesehatan tubuh.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal makan dan
minum, yaitu: 1) perut yang besar adalah rumah penyakit, sedangkan
10

menjaga diri sebelum sakit adalah pokok pangkal pengobatan, karena


jika seseorang sudah terlanjur sakit akan sulit untuk diobati, dan
tentunya akan memakan waktu juga biaya dalam pengobatannya. 2)
Bukan banyaknya makanan yang menyebabkan kuatnya tubuh, tetapi
makan secukupnya yang akan menjadikan tubuh sehat, bersemangat
dalam belajar maupun bekerja, serta akan melancarkan otak dlam
berpikir. 3) Ketika lambung sudah banyak terisi oleh makanan, maka
akan sempit ruang bagi air, sehingga berkurang pula ruang untuk
udara. Jika sudah terjadi hal yang demikian, metabolisme tubuh akan
menurun dan akan berakhir dengan kemalasan untuk beraktifitas.

Selain membagi kapasitas lambung menjadi tiga bagian


tersebut, beberapa adab makan lainnya adalah membaca basmallah
sebelum makan, makan menggunakan tangan kanan, makan dengan
menggunakan tangan kanan karena menurut riwayat setan makan
dengan menggunakan tangan kirinya. Tangan kanan lebih mulia
daripada tangan kiri dan biasanya tangan kanan lebih kuat daripada
tangan kiri. Selain dari itu Islam mengajarkan untuk menjaga jadwal
menu makan dengan baik. Manusia diajarkan mengonsumsi berbagai
variasi makanan dengan cukup dan tidak berlebih-lebihan.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, asupan gizi dari makanan


yang diamakan oleh seseorang tentu berpengaruh terhadap
metabolisme tubuh dan kerja otak. Karena memang hubungan gizi
nutrisi terhadap kesehatan dan kecerdasan adalah berkaitan erat dalam
hal ini. Kecerdasan, keterampilan dan perkembangan serta
pertumbuhan dan juga mental psikologi.

Selain dari sisi pemenuhan kebutuhan makan dan minum,


Rasulullah juga menganjurkan beberapa kegiiatan yang berkaitan
dengan fisik seperti dijelaskan dalam hadits berikut
11

‫َع ْن ُع ْقَبُة ْبُن َعاِم ٍر َقاَل َقاَل َر ُسُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َلَم ِإَّن َهللا ُي ْد ِخ ُل ِبالَّس ْهِم اْلَو اِح ِد َثاَل َث َة َنَف ٍر‬
‫اْلَج َّنَة َص اِنَع ُه َيْح َتَس ُب ِفي ُص ْنِعِه اْلَخْيَر َو الَّر ِم َي ِبِه َوُم َنِّبَلُه َو اْر ُم وا َو َاْر َك ُبوا َو َأْن َتْر ُم وا َأَح ُّب ِإَلَّي ِم ْن‬
‫َأْن َتْر َك ُبوا َو َلْيَس الَّلهُو ِإَّال ِفي َثَالَثٍة َتْأِد يِب الَّرُج ِل َفَرَس ُه َوُم َالَع َبِتِه اْمَر َأَتُه َو َرْم ِيِه ِبَقْو ِسِه َو َنْبِل ِه َو َم ْن‬
)‫َتَر َك الَّر ْم َي َبْع َد َم ا َع ِلَم ُه َر ْغ َبًة َع ْنُه َفِإَّنَها ِنْع َم ٌة َكَفَر َها َأْو َقاَل َكَفَر ِبَه (النسائي‬

Artinya: “Dari Uqbah bin Amir berkata: Rasulullah SAW


bersabda: “Sesungguhnya Allah memasukkan tiga orang ke surga
sebab satu panah; pembuatnya yang mengharapkan kebaikan dalam
pembuatannya, pemanah dan pemberi anak panah. Panahkah dan
berkendaralah dan panahanmu lebih aku cintai daripada engkau
berkendaraan. Tidak ada permainan melainkan pada tiga perkara;
pengajaran seseorang pada kudanya, bermain-main dengan istrinya,
dan memanah dengan busur dan anak panah. Barang siapa yang
meninggalkan memanah setelah ia terampil karena benci, maka
sesungguhnya ia nikmat yang dikufuri atau bersabda; ia
mengkufurinya.” HR. Al-Nasa’i dan Al-Turmudzi.

Islam mengajarkan keterampilan yang bermanfaat baik untuk


di dunia maupun di akhirat. Banyak sekai hadits lain yang
mengajarkan keterampilan diantaranya mengajarkan berenang,
menunggang kuda, memanah, dan lain-lain. Keterampilan memanah
sendiri pada masa itu memang diperlukan dalam peperangan.
Sementara saat ini dalam mengikuti kemajuan zaman, berbagai bentuk
keterampilan lainnya asal dengan niat yang baik untuk kemajuan dan
kemashlahatan umat Islam, meningkatkan taraf hidup umat Islam, dan
lain-lain sama dengan jihad. Dalam hadits juga diterangkan bahwa tiga
keterampilan yang diperbolehkan dan mendapat pahala, yaitu: melatih
kuda, bersenda gurau bersama istri, dan memanah. Maknanya segala
sesuatu yang mendukung kebenaran baik ilmu teoritis maupun
terapannya tergolong permainan yang dianjurkan dengan catatan pada
12

hal-hal yang mubah bukan haram, seperti lomba lari, mengendarai


kuda, mobil, dan berbagai bentuk olah raga lainnya

Dari hadits diatas dapat diketahui bahwa dalam rangka


memenuhi kebutuhan fisik tidak hanya melului makanan dan
minuman, juga harus ditunjang dengan aktifitas yang dilakukan
dengan gerakan tubuh yang teratur dengan tujuan meningkatkan
berbagai kemampuan tubuh dan menambah kecekatan geraknya. Hal
ini dilakukan untuk menjaga tubuh agar kuat, aktif, dan energik.
Pendidikan jasmani bekerja untuk mengarahkan energi-energi yang
terbentuk sejalan dengan tuntutan-tuntutan diri manusia secara
sinergis. Semua keterampilan hendaknya dikuasai oleh umat Islam dan
diberikan kepada anak didik baik yang meningkatkan kesehatan
metabolisme seperti olah raga, maupun keterampilan murni untuk
meningkatkan kualitas sains dan teknologi. Oleh karenanya, ada
larangan bagi seseorang yang telah menguasai suatu ilmu dan terampil
melakukannya untuk melupakan ilmu tersebut karena benci. Perbuatan
tersebut merupakan bentuk kufur terhadap nikmat.

Hal ini juga membuktikan bahwa pendidikan dalam Islam tidak


hanya memperhatikan meteri agama tetapi juga materi keterampilan
bersifat duniawi secara bersamaan. Tetapi letak materi keterampilan ini
sebagai sarana pendukung untuk mencapai kesempurnaan dalam
beragama. Adanya aktifitas fisik ini selain dalam rangka menjaga
kebugaran fisik, tentu juga berpengaruh pada kesehatan psikis. Dimana
dalam pelaksanaanya selain sebagai sarana olah raga juga menjadi
sarana hiburan untuk membantu menimbulkan semangat dalam
melaksanakan kewajiban. Karena pada dasarnya tubuh akan mencapai
titik jenuhnya jika terus menerus dipacu untuk serius tanpa jeda untuk
mengistirahatkan dari rutinitas.
13

4. Pendidikan Rasio
Rasio yang menurut kamus besar bahasa Indonesia
didefinisikan sebagai pemikiran menurut akal sehat merupakan salah
satu materi yang dapat membentuk pola pikir seorang anak mengarah
pada sesuatu yang bermanfaaat, memiliki pola pemikiran yang cerdas,
sehingga pemikirannya menjadi matang, dan memiliki keilmuan yang
tinggi. Selain rasio yang identikkan dengan akal, kini muncul lagi
istilah logika, nalar, intelegensi dan juga intelektual.

Dalam Islam sendiri manusia dituntut untuk dapat berpikir


secara rasional baik dalam bentuk teritis maupun praktis. Salah satu
hadits yang menerangkan tentang rasio adalah sebagai berikut

، ‫ َال َيَتَم َّنى َأَح ُد ُك ْم اْلَم ْو َت‬: ‫َع ْن َأِبْي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللْا َع ْنُه َع ْن َر ُسوِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َلَم َق اَل‬
‫ َر َو اُه‬.‫ َو ِإَّنُه َال َيِزْيُد اْلُم ْؤ ِم َن ُع ْم ُر ُه ِإَّال َخْي ًرا‬،‫ َاَّنُه ِإَذ ا َم اَت ِاْنَقَطَع َع َم ُلُه‬،‫َو َال َيْدُع ِبِه ِم ْن َقْبِل َأْن َيْأِتَيُه‬
‫ُم ْس ِلٌم‬
Artinya: “Rasulullah bersabda: Janganlah salah seorang
diantara kalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa
mengharapkannya sebelum tiba waktunya. Sebab, jika salah seorang
diantara kalian meninggal dunia, maka akan terputus amalnya.
Sesungguhnya tidaklah seorang mukmin bertambah umurnya
melainkan berupa kebaikan.” (H.R Imam Muslim)

Berpikir rasional dalam konteks hadits ini adalah agar manusia


tidak putus asa dalam menjalani hidupnya. Ketika menghadapi
kehidupan di dunia ini, manusia selalu berhadapan dengan dua
keadaan silih berganti. Suatu saat merasakan suka, saat lain merasakan
duka. Pada saat bahagia, terkadang manusia menjadi lupa. Sebaliknya,
saat duka mendera, seringkali manusia berkeluh kesah. Bagi hamba
Allah Swt yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama
itulah kita diuji Allah sebagai pencipta, penguji, dan penentu siapa
yang lebih baik amalnya diantara umat-umat-Nya.
14

Dalam hadits diatas dapat diketahui bahwa kehidupan seorang


mukmin adalah lebih baik. Sebab ketika dia meninggal, maka akan
terputus semua amalnya. Oleh karenanya seorang hamba diharuskan
untuk mampu bersabar dalam menghadapi cobaan dan tidak gelisah,
sebab kegelisahan merupakan salah satu bentuk ketidak relaan
terhadap takdir Allah. Seorang hamba yang beriman hendaknya
memasrahkan segala urusannya pada Allah serta senantiasa berusaha
mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat dengan memperbanyak
beribadah dan menjauhi larangan-Nya.

5. Pendidikan sosial
‫عن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َع ْم ِر و ْبِن اْلَع اِص َأَّنُه َسِمَع َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل َو اَّل ِذ ي َنْفُس ُمَحَّم ٍد‬
)‫ِبَيِدِه ِإَّن َم َثَل اْلُم ْؤ ِم ِن َلَك َم َثِل الَّنْح َلِة َأَك َلْت َطِّيًبا َو َو َضَع ْت َطِّيًبا َو َو َقَع ْت َفَلْم ُتْك َس ْر َو َلْم َتْفُس ْد ْ )روه أحمد‬
“Dari Abdullah bin Amru bi Ash bahwa ia mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “ Demi Dzat yang jiwa Muhammad di
tangan-Nya Sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin itu seperti
lebah. Dia memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik, hinggap
namun tidak mematahkan dan tidak merusak.” (HR Ahmad)

a. Nilai-Nilai Tarbawi Hadis

Lebah adalah serangga yang memiliki tiga pasang kaki dan


bersayap empat, hidup dengan memakan serbuk sari dari bunga.
Lebah menghasikan madu, yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia (QS An-nahl:69). Di dunia terdapat kira-kira 20.000
species lebah. Diantara keistimewaan lebah madu adalah pertama,
mereka hidup berkoloni. Struktur masyarakat lebah madu terdiri
dari lebah ratu, lebah pekerja dan lebah penjaga. Lebah pekerja
juga memiliki tugas dan keunikan yang berbeda-beda, namun
semuanya mendidikasikan seluruh hidupnya bagi lebah ratu dan
koloninya.
15

Keunikan kedua adalah cara berkomunikasi antar mereka


dalam kolidor menjalankan tugas masing-masing, walau unik
namun tetap komunikatif. Pesan yang disampaikan melalui teknik
komunikasi yang unik itu menjadikan kehidupan lebah berjalan
dengan baik, bekerja sama, dan saling membela satu dengan yang
lainnya.

Pesan-pesan pendidikan sosial dalam hadis metaforis di


atas adalah :

 Manusia sebagai makhluk sosial, saling membutuhkan, tidak


dapat hidup hanya mementingkan diri sendiri atau individualis.
Karena kehidupan lebah merupakan hewan yang hidup
berkoloni. Koloni lebah tersusun dengan kehidupan yang
sangat bermasyarakat dan terorganisir. Diantara mereka ada
yang menjadi lebah ratu, lebah penjaga, lebah pekerja, dan
lebah penjelajah.
 Prinsip-prinsip membangun kehidupan sosial yang berkeadilan
dan egaliter menurut hadis di atas adalah :
1. Lebah hinggap di tempat yang bersih dan memakan yang
bersih-bersih (naktar bunga). Maknanya bahwa setiap
muslim hendaknya menata kehidupannya bermasyarakat itu
dengan bersih, baik itu bersih lingkungannya, bersih
pergaulannya, bersih keluarganya ataupun bersih
individunya. Firman Allah (makanlah makanan yang halal,
168.
2. Lebah menghasilkan madu, yang berkhasiat bagi kesehatan
manusia. Seorang muslim yang baik adalah yang banyak
memberikan manfaat kepada manusia yang lain tanpa
memandang ras, suku, dan agama. Setiap muslim
sepantasnya menjadi pelopor dalam kebaikan,
kesejahteraan, dan kemajuan perdaban manusia. Hadis Nabi
16

SAW menyebutkan : “Sebaik-baiknya kalian adalah yang


paling bermanfaat bagi manusia yang lain.”
3. Lebah itu tidak merusak, tidak melukai, dan tidak
menggangu, namun tetap berani mempertahankan hak bila
ada pihak lain yang mengangunya. Seorang muslim
hedaknya terdepan dalam menjaga ketertiban dan
keamanan masyarakatnya. Mukmin juga mesti memiliki
keberanian untuk mempertahankan hak-hak kemanusiaanya
bila ada yang merusak atau merampasnya dengan cara-cara
yang menjungung tinggi peraturan, hukum, norma, dan adat
istiadat yang berlaku dalam lingkungannya. Pepatah
menyebutkan; dimana bumi diinjak di sana langit di
junjung.
 Persaudaraan
Kehidupan sosial kemasyarakatan tidak terlepas dari rasa
persaudaraan. Dengan rasa persaudaraan akan terjalin
kehidupan sosial kemasyarakatan yang baik. Adapun diantara
ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang persaudaraan yaitu:
Surat Ali ‘Imran Ayat 103
ۚ ‫ُم و۟ا ِبَح ْبٱِللَّلِه َجِم يًعاَو اَل َتَفَّر ُقو۟ا‬ ‫َو ٱْعَتِص‬
‫َو ٱْذ ُك ُرو۟ا ِنْع َم َتٱلَّلِهَع َلْيُك ْم ِإْذ ُك نُتْم َأْع َدٓاًء َفَأَّلَفَبْيَنُقُلوِبُك ْم َفَأْص َبْح ُتمِبِنْع َم ِتِهٓۦِإْخ َٰو ًناَو ُك نُتْمَع َلٰى َش َفاُح ْفَر ٍةِّم َنٱلَّناِرَفَأنَقَذُك مِّم ْن‬
‫َهاۗ َك َٰذ ِلَك ُيَبِّيُنٱلَّلُهَلُك ْم َء اَٰي ِتِهۦَلَع َّلُك ْم َتْهَتُد وَن‬

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya


kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
17

kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-


ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Tali merupakan segala sebab yang dijadikan sarana


untuk sampai kepada Allah. Apabila mendapatkan
keteguhan maka mendapatkan ketidakterpisahan (Ismail
Haqqi Al-Buruswi, 1996; al-Qurthuby, tth).
Rasa persaudaraan yang terbangun akan memudahkan
dalam meraih tujuan bersama. Islam mengajarkan rasa
persaudaraan begitu urgen. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
setiap muslim adalah bersaudara walaupun tidak sekeluarga
ataupun sesuku. Ini membuktikan bahwa rasa persaudaraan
dalam Islam menjdi hal yang sangat penting.
Rasa persaudaraan adalah salah satu nilai pendidikan
Sosial kemasyarakatan yang selalu dibangun. Dengan rasa
persaudaraan yang kuat akan memudahkan dalam meraih
tujuan bersama dengan kerjasama berbagai kelompok.
Sehigga denga rasa persaudaraan akan terjalin hubungan yag
harmonis, aman dan damai serta pada akhirnya akan
mendukung keberhasilan tujuan pendidikan Islam.
 Etika sosial dengan tetangga atau kerabat
‫َم ْن ُد ِع َى َفْل ُيِج ْب‬
Artinya: “Barangsiapa yang diundang maka
datangilah!” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

‫َو َم ْن َتَر َك الَّدْع ـ َو َة َفَقْد َع َص ى اللَه َو َر ُسْو َلُه‬


Artinya: “Barang siapa yang tidak memenuhi
undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-
Nya.” (HR Bukhari)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan
eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata
kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.
2. Materi pendidikan/pengajaran, meliputi :
a. Pendidikan keimanan
b. Pendidikan moral
c. Pendidikan fisik
d. Pendidikan rasio, dan
e. Pendidikan sosial

18

Anda mungkin juga menyukai