Disusun Oleh :
Kelas D
2017
1
BAB I
MUQODDIMAH
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik maupun saran positif yang bersifat
membangun dan memotivasi dari pembaca demi perbaikan pada makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
pembaca pada umumnya.
Syarifatul Shafira
2
BAB II
PEMBAHASAN
ﺼ ًﲑا
ِ َﱢﻚ ﻫَﺎ ِدﻳًﺎ َوﻧ
َ ﲔ َوَﻛﻔَﻰ ﺑَِﺮﺑ
َ َﱯ َﻋﺪُوا ِﻣ َﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺠ ِﺮِﻣ
ِﻚ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ﻟِ ُﻜ ﱢﻞ ﻧِ ﱟ
َ َوَﻛ َﺬﻟ
1
Darimi, kitab: muqaddimah, bab: Beramal Dengan Pedoman Ilmu dan Niat Baik, nomor hadits:
261
3
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh
dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi
petunjuk dan Penolong.” (QS. Al-Furqaan [25]: 31)2
Hilal bin Ala juga mengatakan bahwa menuntut ilmu itu berat,
menghafalnya lebih sulit lagi, mengamalkannya lebih sulit dari
menghafalnya, selama (dengan keikhlasan) dalam proses tersebut paling
sulit. Ilmu itu adalah sesuatu yang berat. Menuntut ilmu syar’i itu suatu
perkara yang berat, butuh keseriusan dan memohon pertolongan kepada
Allah Swt. Dan, lebih berat dari itu adalah menghafalkannya, terkadang
ilmu yang telah dipelajari itu terlupa.3
C. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Arab, yaitu
‘alima. Secara harfiah ilmu dapat diartikan kepada tahu atau mengetahui.
Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami
hukum yang berlaku atas sesuatu.4
Ilmu itu terbagi menjadi dua bagian, ilmu zhahir dan ilmu batin.
Ilmu zhahir ialah ilmu yang harus diketahui oleh orang mukallaf dalam
bab ibadah dan muamalah, yang menjadi subjeknya ialah ilmu tafsir ,
ilmu hadits, dan ilmu fiqh. Ilmu batin terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
ilmu muamalah dan ilmu mukasyafah.
Ilmu muamalah merupakan fardhu ‘ain pula, karena orang yang
berpaling darinya terancam binasa oleh kekuasaan Allah di hari kemudian.
Sedangkan ilmu muamalah ialah pengetahuan yang menyangkut
pembersihan jiwa dan menjernihkan hati dari sifat-sifat tercela seperti riya,
‘ujub, takabur, tamak, sombong, cinta kedudukan, dan kemasyhuran.
Kemudian mempereloknya dengan akhlak-akhlak Nabi Muhammad SAW.
2
Ahmad Zainal Abidin, Untaian Hikmah Ulama Ahlussunah Untuk Muslimah Ahlul Jannah,
(Yogyakarta: DIVA Press, 2015), hlm. 99
3
Ahmad Zainal Abidin, hlm. 102
4
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi (Pesan-Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan), (Jakarta:
AMZAH, 2013), hlm. 16-17.
4
Seperti ikhlas, sabar, syukur, rendah diri, qanaah, wara’, zuhud, dan
bertawakal kepada Allah SWT.
Seseorang tidak akan memperoleh martabat (kedudukan) ilmu
yang hakiki kecuali dengan mengamalkan kedua jenis ilmu tadi, yaitu ilmu
zhahir dan ilmu batin. Karena ilmu tanpa amal sama dengan sarana tanpa
tujuan, dan sebaliknya merupakan jinayah (tindakan kriminal). Apabila
seseorang mengamalkan kedua ilmu tersebut, niscaya Allah akan
memberikan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui. Sehubungan dengan
ini Allah swt. telah berfirman:
َوﻟ َْﻮ أَﻧـﱠ ُﻬ ْﻢ ﻓَـ َﻌﻠُﻮا ﻣَﺎ ﻳُﻮ َﻋﻈُﻮ َن ﺑِِﻪ ﻟَﻜَﺎ َن َﺧْﻴـﺮًا ﳍَُ ْﻢ َوأَ َﺷ ﱠﺪ ﺗَـﺜْﺒِﻴﺘًﺎ
5
Syekh Manshur Ali Nashif, Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW Jilid I, (Bandung: CV
Sinar Bandung, 1993), hlm. 138-139
5
Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang
diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik
bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)
5. Dengan mengamalkan ilmu (dengan ikhlas) pula, maka akan
membantu kita istiqamah diatas jalan yang haq.
6. Allah menyebut “mengamalkan ilmu” sebagai salah satu bentuk jihad.
maka ini sebagai jawaban kepada kaum takfiriy yang hanya
mengkhususkan jihad kepada jihad qital (perang) saja; yang mana
sebenarnya Jihad sangat luas maknanya, tidak sebatas perang saja.
7. Sebagaimana menuntut ilmu adalah jihad, maka mengamalkan ilmu
pun merupakan jihad.
6
meminumnya atau menjualnya. Maka orang ini telah jatuh dalam
keharaman dan telah berbuat maksiat.
(ً )ﻻ ﯾﺰال اﻟﻌﺎﻟﻢ ﺟﺎھﻼً ﺣﺘﻰ ﯾﻌﻤﻞ ﺑﻌﻠﻤﮫ ﻓﺈذا ﻋﻤﻞ ﺑﮫ ﺻﺎر ﻋﺎﻟﻤﺎ
“Seorang alim tetap dikatakan jahil sebelum ia mengamalkan
ilmunya, jika ia mengamalkannya maka barulah ia dikatakan seorang
alim.”6
6
https://tigalandasanutama.wordpress.com/2011/07/13/penjelasan-kitab-3-landasan-utama-
muqoddimah-kewajiban-mengamalkan-ilmu/ (Diakses pada 13 Maret 2017 pukul 22.08 WIB)
7
Orang yang menyembunyikan ilmunya mendapat ancaman dari
Allah, sahabat Abu hurairah r.a telah menceritakan, bahwa Rasulullah
bersabda:
Keterangan :
ﱠﺎس ِﰲ
ِ َﺎت وَاﳍُْﺪَى ِﻣ ْﻦ ﺑـَ ْﻌ ِﺪ ﻣَﺎ ﺑـَﻴﱠـﻨﱠﺎﻩُ ﻟِﻠﻨ
ِ إِ ﱠن اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳَ ْﻜﺘُﻤُﻮ َن ﻣَﺎ أَﻧْـَﺰﻟْﻨَﺎ ِﻣ َﻦ اﻟْﺒَـﻴﱢـﻨ
7
Syekh Manshur Ali Nashif, hlm. 162
8
Abdullah ibnu Amr r.a telah menceritakan, bahwa Nabi saw.
bersabda:
Keterangan:
F. Aspek Tarbawi
1. Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib, dan mengamalkannya
hukumnya pun wajib.
2. Agar terhindar dari ancaman yang disebutkan oleh Allah SWT,
hendaknya penuntut ilmu, mengamalkan apa yang sudah diperolehnya
walaupun hanya sedikit.
3. Sesorang mengamalkan ilmu haruslah sesuai dengan kemampuannya
atau sesuai dengan ilmu yang diketahuinya.
4. Amalkanlah ilmu dengan tujuan mencari ridha Allah SWT, bukan
dengan tujuan buruk.
8
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2012), hlm. 82
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah mempelajari dan memiliki ilmu, kewajiban yang harus
ditunaikan adalah mengamalkan ilmu tersebut. Karena ilmu tidak dicari
kecuali untuk diamalkan yaitu mengubah ilmu tersebut menjadi sebuah
perilaku nyata yang tercermin dalam setiap tindak tanduk dan pemikiran
seorang manusia.
Ilmu itu terbagi menjadi dua bagian, ilmu zhahir dan ilmu batin.
Ilmu zhahir ialah ilmu yang harus diketahui oleh orang mukallaf dalam
bab ibadah dan muamalah, yang menjadi subjeknya ialah ilmu tafsir ,
ilmu hadits, dan ilmu fiqh. Ilmu batin terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
ilmu muamalah dan ilmu mukasyafah.
Seseorang tidak akan memperoleh martabat (kedudukan) ilmu
yang hakiki kecuali dengan mengamalkan kedua jenis ilmu tadi, yaitu ilmu
zhahir dan ilmu batin. Karena ilmu tanpa amal sama dengan sarana tanpa
tujuan, dan sebaliknya merupakan jinayah (tindakan kriminal). Apabila
seseorang mengamalkan kedua ilmu tersebut, niscaya Allah akan
memberikan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Darimi. Kitab: muqaddimah, bab: Beramal Dengan Pedoman Ilmu dan Niat Baik,
nomor hadits: 261.
Nashif, Syekh Manshur Ali. 1993. Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW
Jilid I. Bandung: Sinar Bandung.
https://tigalandasanutama.wordpress.com/2011/07/13/penjelasan-kitab-3-
landasan-utama-muqoddimah-kewajiban-mengamalkan-ilmu/ (Diakses pada 13
Maret 2017 pukul 22.08 WIB)
11