Abstract
Alamat korespondensi:
Gedung C6 lantai 1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: edaj_unnes@yahoo.com
ISSN 2252-6560
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
2
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)
Target capaian IPM di jawa Tengah hing- Jawa pada umumnya sehingga diharapkan da-
ga tahun 2013 di harapkan mengalami peningka- pat meningkatkan daya saing dalam hal kuali-
tan yang signifikan yaitu sebesar 74,3% dengan tas sumber daya manusia. Indeks Pembangunan
indikator Umur Harapan Hidup (UHH) sebesar Manusia merupakan salah satu indikator dalam
73,8 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 7,0 mencapai pembangunan ekonomi dalam rangka
tahun, angka melek huruf sebesar 97,3 %, dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan me-
pengeluaran perkapita sebesar Rp. 626.200. Hal minimalisasi dari kemiskinan. Indeks Pembangu-
ini menjadi sebuah target guna menjadikan Jawa nan Manusia di Jawa Tengah tahun 2008 dapat
Tengah mampu untuk bersaing dengan daerah dilihat dalam tabel sebagai berikut:
lain khususnya di pulau Jawa dan di luar pulau
Tabel 2
Urutan Peringkat Indeks Pembangunan
Manusia Kabupaten/Kota
Di Jawa Tengah tahun 2008
3
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
kan dan kesehatan pun terabaikan. Hal tersebut rintah menjadi tidak terealisasikan dengan baik.
menjadikan gap pembangunan manusia diantara Adapun perkembangan penduduk miskin di
keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel berikut ini:
target capaian IPM yang ditentukan oleh peme-
Tabel 3
Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 1996-2008
Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin
Tahun (ribu orang)
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1996 1.973,4 4.444.2 6.417,6 20,67 22,05 42,72
1999 3.062,2 5.723,2 8.755,4 27,80 28,05 55,85
2002 2.762,3 4.546,0 7.308,3 20,50 24,96 45,46
2003 2.520,3 4.459,7 6.980,0 19,66 23,19 42,85
2004 2.346,5 4.497,3 6.843,8 17,52 23,64 41,16
2005 2.671,2 3.862,3 6.533,5 17,24 23,57 40,81
2006 2.958,1 4.142,5 7.100,6 18,90 25,28 44,18
2007 2,687,3 3.869,9 6.557,2 17,23 23,45 40,68
2008 2.556,5 3.633,1 6.189,6 16,34 21,96 38,30
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah. 2009
Peran pemerintah dalam meningkatkan (1) lamanya hidup yang diukur dengan harapan
Indeks Pembangunan Manusia juga dapat ber- hidup pada saat lahir; (2) tingkat pendidikan,
pengaruh melalui realisasi belanja negara dalam yang diukur dengan kombinasi antara angka me-
pelayanan publik. Peran pemerintah dalam kebi- lek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot
jakan pelaksanaan otonomi daerah dan desentra- dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan
lisasi fiskal didasarkan pada pertimbangan bahwa bobot sepertiga); dan (3) tingkat kehidupan yang
daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan layak, diukur dengan pengeluaran per kapita
standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya, yang telah disesuaikan (PPP Rupiah). Indeks ini
sehingga pemberian otonomi daerah diharapkan pertama kali dikembangkan pada 1990 oleh eko-
dapat memacu peningkatan kesejahteraan ma- nom Pakistan bernama Mahbub ul Haq. Formula
syarakat di daerah melalui peningkatan pertum- penghitungan IPM adalah sebagai berikut:
buhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi IPM = (Indeks + Indeks + Indeks )
daerah dipengaruhi secara positif dan signifikan
oleh pembangunan manusia. Pada hakekatnya Dimana :
pembangunan adalah pembangunan manusia, = lamanya hidup
sehingga perlu diprioritaskan alokasi belanja un- = tingkat pendidikan
tuk keperluan ini dalam penyusunan anggaran = tingkat kehidupan yang layak
(Suyanto dalam Christy et al, 2009). Melihat fe- Sebelum menghitung IPM, setiap kompo-
nomena di atas, pembangunan manusia atau pe- nen dari setiap indeksnya harus dihitung terlebih
ningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi dahulu dengan formula perhitungan sebagai be-
hal yang sangat penting dalam strategi kebijakan rikut:
pembangunan nasional. Penekanan terhadap Indeks =
pentingnya peningkatan sumber daya manusia Dimana :
dalam pembangunan menjadi suatu kebutuhan = indikator ke i dari daerah j
karena kualitas manusia di suatu wilayah memi- = nilai minimum dari xi
liki andil besar dalam menentukan keberhasilan = nilai maksimum dari xi
pengelolaan pembangunan wilayahnya. Nilai minimum dan maksimum dari setiap
Indeks Pembangunan Manusia komponen IPM adalah sebagai berikut:
Indeks Pembangunan Manusia merupa-
kan indeks komposit yang digunakan untuk men-
gukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam
tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu:
4
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)
5
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
6
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)
7
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
piah)
dalam error. Karena hal inilah, model efek acak
juga disebut model komponen error (error compo-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-
nent model).
HASAN
Dengan menggunakan model efek acak
Analisis Regresi
ini, maka dapat menghemat pemakaian derajat
Untuk melihat seberapa besar kemiskin-
kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya se-
an (KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT) dan
perti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal
belanja modal (lnBMOD) berpengaruh terhadap
ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa
estimasi akan menjadi semakin efisien. Keputus-
Tengah, maka terlebih dahulu dilakukan penak-
an penggunaan model efek tetap atau pun acak
siran model. Pengujian yang dilakukan meliputi
ditentukan dengan menggunakan Uji Hausman
likelihood test ratio untuk memilih antara model
dengan ketentuan apabila probabilitas yang di-
common effect dengan fixed effect serta hausman test
hasilkan signifikan dengan alpha maka dapat
untuk memilih antara model fixed effect dengan
digunakan metode Fixed Effect, namun apabila
random effect. Berikut ini adalah hasil penaksiran
sebaliknya maka dapat memilih salah satu yang
model yang telah di ujikan dengan menggunakan
terbaik antara model Fixed Effect dengan Random
software EViews 6 yang meliputi :
Effect.
Redundant Fixed Effect - Likelihood Ratio
Spesifikasi Model Regresi Data Panel
Pengujian yang dapat dilakukan untuk me-
Perumusan model penelitian hubungan
milih model terbaik antara model common effect
antara variabel makroekonomi dan kebijakan
model dengan fixed effect model adalah dengan uji
pemerintah daerah terhadap pembangunan ma-
Likelihood Ratio. Hasil uji selengkapnya dapat dili-
nusia didasarkan pada alur hubungan yang di-
hat pada lampiran 11. Berdasarkan hasil penguji-
jelaskan pada tinjauan pustaka dan tergambar
an diketahui bahwa nilai probabilitas Cross-section
pada Gambar 2.1. Berdasarkan penelitian dan
Chi-square sebesar 0,0000 dan signifikan terhadap
kerangka pemikiran sebelumnya, maka analisis
alpha 5% sehingga dapat diputuskan bahwa mo-
data dibatasi pada empat variabel, yaitu variabel
del yang dipilih menggunakan fixed effect.
pembangunan manusia (IPM), tingkat kemiskin-
an (KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT), rea-
Correlated Fixed Effect - Hausman Test
lisasi belanja modal daerah (lnBMOD).
Pengujian yang dapat dilakukan untuk
Secara ekonometrika, hubungan antara
memilih model yang terbaik antara fixed effect
kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan belanja
model dengan random effect model adalah dengan
modal terhadap indeks pembangunan manusia
uji Hausman. Hasil uji selengkapnya dapat dilihat
di Propinsi Jawa Tengah dapat dianalisis dengan
pada lampiran 11. Berdasarkan hasil pengujian
menggunakan persamaan berikut ini :
diketahui bahwa probabilitas Cross-section random
IPMit = ai + B1 KMSit + B2 GRWTit +
sebesar 0,4879 dan tidak signifikan dengan alpha
B3 lnBMODit + uit
5% sehingga dapat diputuskan model yang dipi-
Dimana :
lih adalah menggunakan fixed effect.
IPM = indeks pembangunan manusia
Selain serangkain uji tersebut, pemilihan
KMS = tingkat kemiskinan (persen)
model juga dilakukan dengan melihat uji godness
GRWT = pertumbuhan ekonomi (persen)
fitnya. Uji goodness of fit selengkapnya disajika da-
lnBMOD = realisasi belanja modal (ru-
lam tabel berikut
8
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)
Tabel 5 Output pengaruh kemiskinan (KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT) dan belanja
modal (lnBMOD) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Tengah Tahun 2006-2009
Dependent Variabel: Model
No.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Common Fixed Effect Random Effect
Ket: * Signifikan pada a=5% fixed effect diperoleh nilai F hitung sebesar 138,3960
Berdasarkan uji spesifikasi model yang te- dengan probabilitas 0,000000. Hasil F tabel den-
lah dilakukan serta dari perbandingan goodness gan df numerator 3 dan denumerator 137 diperoleh
of fit-nya maka model regresi yang digunakan F tabel sebesar 2,67. F hitung > F tabel dengan demi-
dalam mengestimasikan pengaruh kemiskinan kian dapat disimpulkan bahwa variabel indepen-
(KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT) dan den kemiskinan (KMS), pertumbuhan ekonomi
belanja modal (lnBMOD) berpengaruh terhadap (GRWT) dan belanja modal (lnBMOD) secara
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa bersama sama berpengaruh terhadap variabel
Tengah adalah model fixed effect. dependen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun
Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji statis- 2006-2009.
tik F) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji
Uji F dimaksudkan untuk melihat ada ti- statistik t)
daknya perngaruh bersama-sama yaitu kemiski- Uji Statistik t bertujuan untuk melihat se-
nan (KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT), berapa jauh pengaruh masing-masing variabel in-
dan belanja modal (LNBMOD) terhadap Indeks dependen secara individual dalam menerangkan
Pembangunan Manusia (IPM). Bersdasarkan ha- variasi variabel dependen. Berikut disajikan tabel
sil regresi dari pengaruh kemiskinan (KMS), per- Uji statistik t pengaruh kemiskinan (KMS), per-
tumbuhan ekonomi (GRWT), dan belanja mo- tumbuhan ekonomi (GRWT) dan belanja modal
dal (lnBMOD) terhadap Indeks Pembangunan (lnBMOD) terhadap Indeks Pembangunan Ma-
Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah tahun nusia (IPM) di Jawa Tengah tahun 2006-2009.
2006-2009 yang ditunjukan pada Tabel 4.1 model
9
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
10
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)
Berdasarkan Tabel 8 di atas diketahui periode terentu dengan kesalahan pada periode
bahwa variabel indenpenden dan konstanta pada sebelumnya dalam model regresi, Pengambilan
uji Glesjer dan uji Park untuk nilai probabilitas- keputusan tidak adanya autokorelasi dengan
nya bersifat tidak signifikan dengan alpha 5% menggunakan (Durbin Watson Test Bound). Ber-
(>0,05). Sesuai dengan ketentuan uji Glesjer dan dasarkan hasil penelitian model fixed effect pada
uji Park bahwa apabila nilai probabilitas di atas Tabel 4.1 diperoleh nilai Durbin Watson sebesar
alpha 5%, model terbebas dari heteroskedastisi- 1,305490. Berdasarkan uji Durbin Watson dike-
tas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tahui nilai dL dan dU dengan jumlah variabel be-
model yang digunakan terbebas dari masalah he- bas (k=3) dan n 140 adalah: dL (1,68), dU (1,76),
teroskedastisitas. 4-dU (2,24) dan 4-dL (2,32). Nilai DW Fixed Effect
sebesar 1,30, maka pengambilan keputusanya
Uji Autokorelasi adalah terjadi autokorelasi positif dalam model.
Uji autkorelasi bertujuan untuk menguji Hal ini didasari atas peraga uji Durbin Watson
ada atau tidaknya kesalahan pengganggu pada sebagai berikut :
11
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
Pada Grafik 1 di atas dapat diketahui peningkatan yang cukup baik selama tahun 2006-
bahwa nilai DW fixed effect terletak pada daerah 2009. Pada tahun 2006 angka harapan hidup yang
dl>DW dimana daerah tersebut merupakan da- dicapai oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar 70,80
erah dengan hasil autokorelasi poasitif sehingga tahun, kemudian mengalami peningkatan pada
dapat dikatakan bahwa model pada uji Durbin- tahun 2007 menjadi sebesar 70,90 tahun, hal de-
Watson terjadi autokorelasi positif. Masalah ter- mikian masih mengalami peningkatan kembali di
jadinya autokorelasi dalam data panel tidak perlu tahun 2008 menjadi sebesar 71,10 tahun, hingga
dikhawatirkan karena pada dasarnya data panel tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi se-
merupakan data gabungan dari time series dan besar 71,25 tahun. Indikator angka harapan hi-
cross-section sehingga data panel sebenarnya men- dup yang semakin meningkat menunjukan bah-
jadi sebuah salah satu cara penyembuhan dari wa rata-rata banyak tahun yang ditempuh oleh
permasalahan uji asumsi klasik. Terlebih dalam seseorang selama hidup menjadi lebih baik dan
model ini tidak menggunakan model OLS dima- mengalami kualitas hidup yang lebih baik pula.
na autokorelasi sering terjadi, tetapi model dalam Namun, keberhasilan ini tidak semata-mata meli-
penelitian ini menggunakan LSDV dimana ter- hat nilai dari keseluruhan di Jawa Tengah, tetapi
dapat penambahan Dummy Variabel yang dapat di sisi lain terdapat kesenjangan yang cukup besar
menghindari terjadinya autokorelasi (Widarjo- di masing-masing kabupaten/kota.
no, 2009). Menurut Wibisono dalam Ajija, dkk
(2011) berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Pengaruh Kemiskinan Terhadap Indeks Pem-
Gujarati dan Verbeek menyebutkan beberapa bangunan Manusia
keunggulan dari data panel salah satunya adalah Berdasarkan hasil analisis dapat dijelas-
data panel dapat meminimalkan bias yang mung- kan bahwa variabel kemiskinan berpengaruh
kin ditimbulkan oleh agregasi data individu, data negatif dan signifikan dengan elastisitas negatif
panel mampu mengontrol heterogenitas individu sebesar 0,208192 terhadap Indeks Pembangunan
sehingga dapat digunakan untuk menguji dan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Hal
membangun model perilaku yang kompleks. ini menunjukan bahwa apabila rasio kemiskinan
Dengan keunggulan-keunggulan tersebut dapat mengalami penurunan sebesar 1%, maka akan
menjadi dasar bahwa permasalahan autokorelasi meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
yang terjadi pada data panel sudah dapat teratasi. di Jawa Tengah sebesar 0,208. Hasil ini sesuai
dengan hipotesis penelitian yang menyatakan
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia ada pengaruh kemiskinan terhadap Indeks Pem-
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2009 bangunan Manusia di Jawa Tengah selama tahun
UNDP membedakan tingkat IPM berdas- 2006-2009.
arkan empat klasifikasi yakni: low (IPM kurang Hasil penelitian ini sejalan dengan pen-
dari 50), lower-medium (IPM antara 50 dan 65,99), elitian terdahulu yang dilakukan oleh Ginting,
upper-medium (IPM antara 66 dan 79,99) dan high Charisma Kuriata S, dkk (2008) yang berjudul
(IPM 80 ke atas). Berdasarkan Grafik 4.2 dapat “Pembangunan Manusia di Indonesia”. Dalam
diketahui bahwa rata-rata pencapaian IPM sela- penelitian tersebut, hasil penelitian menunjukan
ma tahun 2006-2009 masing-masing kabupaten/ koefisien kemiskinan sebesar -0,2410 dan signi-
kota di Provinsi Jawa Tengah tidak ada yang fikan pada tingkat kepercayaan 99,99%. Selain
masuk dalam klasifikasi low, juga tidak ada yang itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
masuk dalam klasifikasi lower-medium dan high, oleh Suradi (2007) yang berjudul “Pembangunan
tetapi keseluruhan rata-rata IPM masing-masing Manusia, Kemiskinan, dan Kesejahteraan” dima-
kabupaten/kota masuk ke dalam kategori upper- na hasil analisis deskriptifnya menyatakan bahwa
medium (antara 66 dan 79,99). Kondisi demikian kemiskinan berkaitan erat dan ikut menentukan
menunjukan peningkatan yang baik dalam pen- proses pembangunan yang mengedepankan par-
capaian IPM di Provinsi Jawa Tengah selama ta- tisipasi masyarakat. Paradigma pembangunan
hun 2006-2009. yang kini bergeser dari dominasi peran negara
Perkembangan IPM di Provinsi Jawa Ten- kepada peran masyarakat tidak akan dapat diwu-
gah selama tahun 2006-2009 seirama dengan judkan apabila jumlah penduduk miskin masih
indikator yang berkontribusi dalam pencapaian cukup signifikan. Hal demikian dikarenakan
IPM yaitu angka harapan hidup, angka melek hu- pada umumnya penduduk miskin lebih banyak
ruf, rata-rata lama sekolah, dan daya beli masya- menghabiskan tenaga dan waktu yang ada untuk
rakat yang semakin meningkat pula selama tahun pemenuhan kebutuhan dasar. Mereka tidak terta-
2006-2009. Perkembangan angka harapan hidup rik untuk melibatkan diri pada aktivitas-aktivitas
yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah mengalami yang tidak secara langsung berkaitan dengan
12
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)
pemenuhan kebutuhan dasar. Hasil penelitian- Jawa Tengah selama tahun 2006-2009.
penelitian tersebut memperjelas bahwa semakin Keterkaitan antara belanja modal dengan
tinggi populasi penduduk miskin akan menekan Indeks Pembangunan Manusia sangat erat diman
tingkat pembangunan manusia, sebab penduduk kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
miskin memiliki daya beli yang rendah. meningkatkan kualitas SDM didasarkan kepada
pemikiran bahwa pendidikan tidak sekedar me-
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap nyiapkan peserta didik agar mampu masuk dalam
Indeks Pembangunan Manusia pasaran kerja, namun lebih daripada itu, pendidi-
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan kan merupakan salah satu upaya pembangunan
bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpenga- watak bangsa (national character building) seperti
ruh positif dan signifikan dengan elastisitas posi- kejujuran, keadilan, keikhlasan, kesederhanaan
tif sebesar 0,153434 terhadap Indeks Pembangu- dan keteladanan.
nan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009.
Hal ini menunjukan bahwa apabila pertumbuhan KESIMPULAN DAN SARAN
ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1%, Berdasarkan hasil penelitian dan pemba-
maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan hasan, maka dapat disimpulkan bahwa perkem-
Manusia di Jawa Tengah sebesar 0,153. Hasil bangan Indeks Pembangunan Manusia kabupa-
ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang me- ten/kota di Provinsi Jawa Tengah selama tahun
nyatakan ada pengaruh pertumbuhan ekonomi 2006-2009 mengalami peningkatan dengan rata-
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa rata peningkatan sebesar 0,49. Rata-rata nilai
Tengah selama tahun 2006-2009. IPM selama tahun 2006-2009 sebesar 71,32 dan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan masuk dalam kategori IPM menengah.
landasan teori yang dikemukakan oleh Profes- Analisis rgresi dengan panel data pengaruh
sor Kuznet dimana salah satu karakteristik per- kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja
tumbuhan ekonomi modern adalah tingginya modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia
pertumbuhan output perkapita (Todaro, 1997). di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2006-2009
Pertumbuhan output yang dimaksudkan adalah diperoleh hasil bahwa kemiskinan mempunyai
PDRB per kapita, tingginya pertumbuhan output pengaruh negatif dan signifikan pada taraf 5%
menjadikan perubahan pola konsumsi dalam pe- terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah yang be-
menuhan kebutuhan. Artinya semakin mening- rarti kemiskinan yang semakin menurun maka
katnya pertumbuhan ekonomi maka akan sema- Indeks Pembangunan Manusia semakin mening-
kin tinggi pertumbuhan output per kapita dan kat. Berdasarkan nilai koefisiennya yang bertanda
merubah pola konsumsi dalam hal ini tingkat negatif, dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat
daya beli masyarakat juga akan semakin tinggi. kemiskinan mengalami penurunan sebesar 1%
Tingginya daya beli masyarakat akan meningkat- maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan
kan Indeks Pembangunan Manusia karena daya Manusia Sebesar 0,208. Signifikansi variabel ke-
beli masyarakat merupakan salah satu indika- miskinan terhadap IPM ditunjukan pada proba-
tor komposit dalam IPM yang disebut indikator bilitas sebesar 0,000 signifikan pada taraf 5%.
pendapatan. Dapat disimpulkan bahwa semakin Pertumbuhan ekonomi mempunyai pen-
tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan me- garuh positif dan signifikan pada taraf 5% ter-
ningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. hadap IPM di Provinsi Jawa Tengah yang berar-
ti pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
Pengaruh Belanja Modal Terhadap Indeks maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan
Pembangunan Manusia Manusia. Berdasarkan nilai koefisiennya yang
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelas- bertanda positif, dapat disimpulkan bahwa apabi-
kan bahwa variabel belanja modal berpengaruh la pertumbuhan ekonomi mengalami peningka-
positif dan signifikan dengan elastisitas positif tan sebesar 1% maka akan meningkatkan Indeks
sebesar 0,274209 terhadap Indeks Pembangu- Pembangunan Manusia sebesar 0,153. Signifi-
nan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. kansi variabel pertumbuhan ekonomi terhadap
Hal ini menunjukan bahwa apabila rasio belanja IPM ditunjukan pada probabilitas sebesar 0,029
modal yang dikeluarkan mengalami peningkatan signifikan pada taraf 5%.
sebesar 1%, maka akan meningkatkan Indeks Belanja modal yang dikeluarkan oleh pe-
Pembangunan Manusia di Jawa Tengah sebesar merintah berpengaruh positif dan signifikan pada
0,274. Hasil ini sesuai dengan hipotesis peneliti- taraf 5% terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah
an yang menyatakan ada pengaruh belanja mo- yang berarti semakin tinggi belanja modal yang
dal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di dikeluarkan maka akan meningkatkan Indeks
13
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
14
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)
15