Anda di halaman 1dari 15

EDAJ 1 (1) (2012)

Economics Development Analysis Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA


MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA
TENGAH TAHUN 2006-2009

Denni Sulistio Mirza 

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pembangunan manusia merupakan sebuah proses pembangunan yang bertujuan
Diterima September 2012 agar mampu memiliki lebih banyak pilihan, khususnya dalam pendapatan, keseha-
Disetujui September 2012 tan, dan pendidikan. Salah satu tolok ukurnya dapat dilihat melalui Indeks Pemban-
Dipublikasikan November
gunan Manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perkem-
2012
bangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Tengah tahun 2006-2009 dan
Keywords: menganalisis seberapa besar pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan be-
Indeks Pembangunan lanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Tengah.
Manusia, Kemiskinan, Hasil penelitian menunjukan perkembangan IPM mengalami peningkatan dengan
Pertumbuhan Ekono- kategori IPM menengah selama periode tahun 2006-2009 hingga mampu mencapai
mi, Belanja Modal. target IPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan hasil regresi panel
menunjukan kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Per-
tumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM dan Belanja
modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM.
Kesimpulannya bahwa perkembangan IPM mengalami peningkatan selama tahun
2006-2009, kemiskinan berpengaruh negatif, pertumbuhan ekonomi dan belanja
modal berpengaruh positif. Melalui penelitian ini disarankan agar dalam meren-
canakan kebijakan pemerintah tidak hanya melihat dari pencapaian target pening-
katan pertumbuhan ekonomi saja namun juga target peningkatan pembangunan
manusia karena pertumbuhan ekonomi sendiri belum memadai untuk meningkat-
kan kualitas sumber daya manusia terutama pada aspek pendidikan, kesehatan dan
pendapatan masyarakat.

Abstract


Alamat korespondensi:
Gedung C6 lantai 1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: edaj_unnes@yahoo.com

© 2012 Universitas Negeri Semarang

ISSN 2252-6560
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)

PENDAHULUAN donesia berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP)


Pembangunan merupakan alat yang digu- mencapai 0,609 dengan nominalnya sebesar US$
nakan untuk mencapai tujuan bangsa dan per- 3.843. Semakin baik angka PPP mendekati 1
tumbuhan ekonomi merupakan salah satu indi- maka kemampuan daya beli masyarakat semakin
kator untuk menilai keberhasilan pembangunan baik dan begitu pula sebaliknya. Angka harapan
dari suatu negara. Pembukaan Undang-Undang hidup orang Indonesia mencapai 69,7 tahun,
Dasar 1945 tercantum tujuan bangsa Indonesia atau dinyatakan dalam indeks harapan hidup
bahwa diantaranya yaitu untuk memajukan ke- mencapai 0,745. Indeks pendidikan mencapai
sejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan 0,83 dengan angka melek huruf sebesar 90,4%
bangsa. Dalam pelaksanaan pembangunan, per- dan rata-rata rasio masuk sekolah dari SD sam-
tumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran pai SMU mencapai 68,2%.
utama bagi negara-negara sedang berkembang. Lanjouw dalam Ginting, et al (2008) me-
Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi ber- nyatakan pembangunan manusia di Indonesia
kaitan erat dengan peningkatan barang dan jasa adalah identik dengan pengurangan kemiski-
yang diproduksi dalam masyarakat, sehingga nan. Investasi di bidang pendidikan dan kese-
dengan semakin banyak barang dan jasa yang hatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin
diproduksi, maka kesejahteraan masyarakat akan dibandingkan penduduk tidak miskin, karena
meningkat. aset utama penduduk miskin adalah tenaga ka-
Paradigma pembangunan yang sedang sar mereka. Tersedianya fasilitas pendidikan dan
berkembang saat ini adalah pertumbuhan ekono- kesehatan murah akan sangat membantu untuk
mi yang di ukur dengan pembangunan manusia meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya
yang dilihat dengan tingkat kualitas hidup manu- meningkatkan pendapatan. Dengan demikian
sia di tiap-tiap negara. Salah satu tolok ukur yang dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia
digunakan dalam melihat kualitas hidup manu- belum secara optimal dilakukan karena hanya
sia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terfokus pada pengurangan kemiskinan,
yang diukur melalui kualitas tingkat pendidikan, Jawa tengah memiliki laju pertumbuhan
kesehatan dan ekonomi (daya beli). Melalui pe- penduduk yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,67%
ningkatan ketiga indikator tersebut diharapkan per tahun. Dengan demikian memiliki potensi
akan terjadi peningkatan kualitas hidup manusia. sumber daya manusia yang siap untuk diberdaya-
Hal ini dikarenakan adanya heterogenitas indi- kan. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan
vidu, disparitas geografi serta kondisi sosial ma- keleluasaan kepada Pemerintah Provinsi Jawa
syarakat yang beragam sehingga menyebabkan Tengah untuk melaksanakan pembangunan da-
tingkat pendapatan tidak lagi menjadi tolak ukur erah secara lebih mandiri. Berdasarkan visi, misi
utama dalam menghitung tingkat keberhasilan dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai
pembangunan. Namun demikian, keberhasilan oleh Provinsi Jawa Tengah selama periode 2008
pembangunan manusia tidak dapat dilepaskan – 2013 yaitu “Terwujudnya Masyarakat Jawa
dari kinerja pemerintah yang berperan dalam Tengah yang Semakin Sejahtera” ditetapkanlah
menciptakan regulasi bagi tercapainya tertib so- target untuk beberapa indikator utama pemban-
sial. gunan sebagai sasaran yang ingin dicapai antara
Menurut Human Development Report 2007- lain yaitu dengan mengukur target pencapaian
2008, IPM Indonesia sebesar 0,728 pada tahun Indeks Pembangunan Manusia tahun 2009-2013
2007 dan berada pada peringkat 107 dari 177 ne- yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
gara yang disurvei oleh UNDP. Indeks GDP In-
Tabel 1 Target Capaian IPM Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013
Pengeluaran
Rata-rataLama Angka Melek
Umur Harapan Hidup
No. Tahun Riil/Kapita
(Tahun)
Sekolah (Tahun) Huruf (%)
(Rp. 000)
1 2009 72,6 6,9 95,6 624,2
2 2010 72,9 6,9 96,1 624,8
3 2011 73,2 7,0 96,6 625,3
4 2012 73,5 7,0 97,0 625,8
5 2013 73,8 7,0 97,3 626,2
Sumber : Bappeda Jateng, 2009 diolah.

2
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

Target capaian IPM di jawa Tengah hing- Jawa pada umumnya sehingga diharapkan da-
ga tahun 2013 di harapkan mengalami peningka- pat meningkatkan daya saing dalam hal kuali-
tan yang signifikan yaitu sebesar 74,3% dengan tas sumber daya manusia. Indeks Pembangunan
indikator Umur Harapan Hidup (UHH) sebesar Manusia merupakan salah satu indikator dalam
73,8 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 7,0 mencapai pembangunan ekonomi dalam rangka
tahun, angka melek huruf sebesar 97,3 %, dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan me-
pengeluaran perkapita sebesar Rp. 626.200. Hal minimalisasi dari kemiskinan. Indeks Pembangu-
ini menjadi sebuah target guna menjadikan Jawa nan Manusia di Jawa Tengah tahun 2008 dapat
Tengah mampu untuk bersaing dengan daerah dilihat dalam tabel sebagai berikut:
lain khususnya di pulau Jawa dan di luar pulau

Tabel 2
Urutan Peringkat Indeks Pembangunan
Manusia Kabupaten/Kota
Di Jawa Tengah tahun 2008

No. Kabupaten/Kota IPM No. Kabupaten/Kota IPM


1 Kota Surakarta 77,2 19 Kab. Rembang 71,1
2 Kota Semarang 76,5 20 Kab. Cilacap 70,9
3 Kota Magelang 76,1 21 Kab. Purbalingga 70,9
4 Kota Salatiga 75,8 22 Kab. Wonogiri 70,5
5 Kota Pekalongan 73,5 23 Kab. Pekalongan 70,3
6 Kab.Temanggung 73,4 24 Kab. Kebumen 70,2
7 Kab. Semarang 73,3 25 Kab. Grobogan 70,2
8 Kota tegal 73,2 26 Kab. Boyolali 70,0
9 Kab. Sukoharjo 73,0 27 Kab. Sragen 69,6
10 Kab. Klaten 72,9 28 Kab. Blora 69,6
11 Kab. Pati 72,3 29 Kab. Wonosobo 69,5
12 Kab. Karanganyar 72,2 30 Kab. Tegal 69,5
13 Kab. Kudus 72,0 31 Kab. Kendal 69,4
14 Kab. Jepara 71,9 32 Kab. Batang 69,2
15 Kab. Banyumas 71,8 33 Kab.Banjarnegara 69,0
16 Kab. Demak 71,6 34 Kab. Pemalang 68,4
17 Kab. Magelang 71,4 35 Kab. Brebes 67,1
18 Kab. Purworejo 71,3   Jawa Tengah 71,6
Sumber : BPS, Jawa Tengah dalam angka 2009.
IPM.
Pada Tabel 2 di atas dijelaskan bahwa ke- Perkembangan penduduk miskin di Jawa
seluruhan besarnya nilai IPM di Jawa Tengah Tengah dari tahun ke tahun berfluktuatif sehing-
tahun 2008 sebesar 71,6 sudah mendekati target ga diperlukan beberapa program guna memini-
capaian IPM Jawa Tengah tahun 2009 yaitu sebe- malisasi tingkat fluktuasinya dan dengan demi-
sar 72,6 (Tabel 1). Pada tahun 2008, IPM terting- kian pembangunan manusia dapat lebih stabil.
gi terdapat di Kota Surakarta yaitu sebesar 77,2 Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup
sedangkan IPM terendah terdapat di Kabupaten serius bagi pembangunan manusia karena ma-
Brebes yaitu sebesar 67,1. Hal ini merupakan se- salah kemiskinan merupakan sebuah masalah
buah disparitas dalam pencapaian IPM karena yang kompleks yang sebenarnya bermula dari
adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia kemampuan daya beli masyarakat yang tidak
juga sarana prasaran baik dibidang pendidikan, mampu untuk mencukupi kebutuhan pokok
kesehatan maupun yang lain sebagai indikator sehingga kebutuhan yang lain seperti pendidi-

3
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)

kan dan kesehatan pun terabaikan. Hal tersebut rintah menjadi tidak terealisasikan dengan baik.
menjadikan gap pembangunan manusia diantara Adapun perkembangan penduduk miskin di
keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel berikut ini:
target capaian IPM yang ditentukan oleh peme-
Tabel 3
Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 1996-2008
Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin
Tahun (ribu orang)
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1996 1.973,4 4.444.2 6.417,6 20,67 22,05 42,72
1999 3.062,2 5.723,2 8.755,4 27,80 28,05 55,85
2002 2.762,3 4.546,0 7.308,3 20,50 24,96 45,46
2003 2.520,3 4.459,7 6.980,0 19,66 23,19 42,85
2004 2.346,5 4.497,3 6.843,8 17,52 23,64 41,16
2005 2.671,2 3.862,3 6.533,5 17,24 23,57 40,81
2006 2.958,1 4.142,5 7.100,6 18,90 25,28 44,18
2007 2,687,3 3.869,9 6.557,2 17,23 23,45 40,68
2008 2.556,5 3.633,1 6.189,6 16,34 21,96 38,30
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah. 2009
Peran pemerintah dalam meningkatkan (1) lamanya hidup yang diukur dengan harapan
Indeks Pembangunan Manusia juga dapat ber- hidup pada saat lahir; (2) tingkat pendidikan,
pengaruh melalui realisasi belanja negara dalam yang diukur dengan kombinasi antara angka me-
pelayanan publik. Peran pemerintah dalam kebi- lek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot
jakan pelaksanaan otonomi daerah dan desentra- dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan
lisasi fiskal didasarkan pada pertimbangan bahwa bobot sepertiga); dan (3) tingkat kehidupan yang
daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan layak, diukur dengan pengeluaran per kapita
standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya, yang telah disesuaikan (PPP Rupiah). Indeks ini
sehingga pemberian otonomi daerah diharapkan pertama kali dikembangkan pada 1990 oleh eko-
dapat memacu peningkatan kesejahteraan ma- nom Pakistan bernama Mahbub ul Haq. Formula
syarakat di daerah melalui peningkatan pertum- penghitungan IPM adalah sebagai berikut:
buhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi IPM = (Indeks + Indeks + Indeks )
daerah dipengaruhi secara positif dan signifikan
oleh pembangunan manusia. Pada hakekatnya Dimana :
pembangunan adalah pembangunan manusia, = lamanya hidup
sehingga perlu diprioritaskan alokasi belanja un- = tingkat pendidikan
tuk keperluan ini dalam penyusunan anggaran = tingkat kehidupan yang layak
(Suyanto dalam Christy et al, 2009). Melihat fe- Sebelum menghitung IPM, setiap kompo-
nomena di atas, pembangunan manusia atau pe- nen dari setiap indeksnya harus dihitung terlebih
ningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi dahulu dengan formula perhitungan sebagai be-
hal yang sangat penting dalam strategi kebijakan rikut:
pembangunan nasional. Penekanan terhadap Indeks =
pentingnya peningkatan sumber daya manusia Dimana :
dalam pembangunan menjadi suatu kebutuhan = indikator ke i dari daerah j
karena kualitas manusia di suatu wilayah memi- = nilai minimum dari xi
liki andil besar dalam menentukan keberhasilan = nilai maksimum dari xi
pengelolaan pembangunan wilayahnya. Nilai minimum dan maksimum dari setiap
Indeks Pembangunan Manusia komponen IPM adalah sebagai berikut:
Indeks Pembangunan Manusia merupa-
kan indeks komposit yang digunakan untuk men-
gukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam
tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu:

4
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

Tabel 4 Nilai Minimum dan Maksimum Komponen IPM


Indikator Komponen Nilai Minimum Nilai Maksimum Keterangan

Sesuai standar global


Angka Harapan Hidup 25 85 (UNDP)
Sesuai standar global
Angka Melek Huruf 0 100 (UNDP)
Sesuai standar global
Rata-rata Lama Sekolah 0 15 (UNDP)
UNDP menggunakan
Konsumsi per kapita yang 300.000 732.720 pendekatan perkapita riil
disesuaikan 2005 yang disesuaikan
Sumber : BPS, Bappenas, UNDP (2004)
Catatan : lebih baik, sesuai dengan yang dikatakan Muby-
Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun un- arto dalam Mailendra (2009) “social development
tuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Ja- is economic development”. Menurut Todaro (1998),
karta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan den- sumber daya manusia dari suatu bangsa merupa-
gan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kan faktor paling menentukan karakter dan ke-
kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun cepatan pembangunan sosial dan ekonomi dari
1996-2018. bangsa yang bersangkutan.
Setara dengan dua kali garis kemiskinan Hubungan antara pertumbuhan ekonomi
untuk propinsi yang memiliki angka terendah ta- dan pembangunan manusia dapat dijelaskan me-
hun 1996 di Papua. lalui 2 (dua) jalur seperti yang digambarkan pada
Gambar 1. Jalur pertama adalah melalui kebija-
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan kan dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini,
Pembangunan Manusia faktor yang menentukan adalah pengeluaran pe-
Modal manusia (human capital) merupa- merintah untuk subsektor sosial yang terangkum
kan salah satu faktor penting dalam pemban- dalam belanja modal. Besarnya pengeluaran ter-
gunan ekonomi. Dengan modal manusia yang sebut mengindikasikan besarnya peran pemerin-
berkualitas, kinerja ekonomi diyakini juga akan tah terhadap pembangunan manusia.

5
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)

Kemiskinan tan yang meliputi belanja rutin (operasional) dan


Chamber yang dikutip dalam Suradi belanja pembangunan (belanja modal) serta pen-
(2007) mendefinisikan kemiskinan sebagai “... geluaran tidak tersangka.
suatu keadaan melarat dan ketidakberuntungan,
suatu keadaan minus (deprivation)”, bila dima- Peran Belanja Modal Dalam Struktur Angga-
sukkan dalam konteks tertentu, hal itu berkaitan ran Daerah
dengan “minimnya pendapatan dan harta, kele- Belanja daerah diprioritaskan untuk me-
mahan fisik, isolasi, kerapuhan dan ketidakber- lindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
dayaan”. Kemudian oleh Amartya Sen dalam masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
Suradi (2007) mengungkapkan bahwa terdapat daerah yang diwujudkan dalam bentuk pening-
inti absolut dari kemiskinan. Kelaparan yang katan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan
melanda mereka menjadi sebuah perspektif dari fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan
kemiskinan, demikian juga dengan ketidakmam- fasilitas umum yang layak serta mengembangkan
puan dalam kehinaan sosial dan ketidakmam- jaminan sosial dengan mempertimbangkan ana-
puan dalam mendidik anak-anak (pendidikan) lisis standar belanja, standar harga, tolak ukur
serta merawat kesehatan anak-anak. kinerja dan standar pelayanan minimal yang
Garis kemiskinan absolut sangat penting ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
untuk menilai efek dari kebijakan anti kemiski- undangan (UU 32/2004). Kewajiban daerah ter-
nan antar waktu, atau memperkirakan dampak sebut tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan
dari suatu proyek terhadap kemiskinan (misal- Belanja Daerah (APBD) yang merupakan dasar
nya, pemberian kredit skala kecil). Angka kemis- pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu
kinan akan terbanding antara satu negara dengan tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai
negara lain hanya jika garis kemiskinan absolute dengan 31 Desember.
yang sama digunakan di kedua negara tersebut. Belanja modal dimaksudkan untuk men-
Bank Dunia memerlukan garis kemiskinan ab- dapatkan aset tetap pemerintah daerah yaitu pe-
solut agar dapat membandingkan angka kemis- ralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap
kinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk mem-
menentukan kemana menyalurkan sumber daya peroleh asset tetap tersebut yakni dengan mem-
finansial (dana) yang ada, juga dalam mengana- bangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap
lisis kemajuan dalam memerangi kemiskinan. lain dan membeli. Namun biasanya cara yang
Pada umumnya ada dua ukuran yang digunakan dilakukan dalam pemerintahan adalah dengan
oleh Bank Dunia, yaitu : a) US $ 1 perkapita per cara membeli. Proses pembelian yang dilakukan
hari dimana diperkirakan ada sekitar 1,2 miliar umumnya melalui sebuah proses lelang atau ten-
penduduk dunia yang hidup dibawah ukuran ter- der yang cukup rumit.
sebut; b) US $ 2 perkapita per hari dimana lebih
dari 2 miliar penduduk yang hidup kurang dari METODA PENELITIAN
batas tersebut. US dollar yang digunakan adalah Data yang digunakan dalam penelitian ini
US $ PPP (Purchasing Power Parity), bukan nilai merupakan data sekunder yang bersumber pada
tukar resmi (exchange rate). Kedua batas ini adalah laporan badan pusat statistik (BPS Jateng) khu-
garis kemiskinan absolut (BPS Jateng, 2008). susnya data tahun 2006 sampai dengan tahun
2009. Data yang diteliti meliputi kemiskinan,
Belanja Modal pertumbuhan ekonomi, realisasi belanja modal,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Indeks Pembangunan Manusia. Jenis data
adalah sarana atau alat untuk dalam menjalankan yang digunakan adalah data panel yaitu gabun-
otonomi daerah yang nyata dan bertanggungja- gan time series dan cross section. Data time series pe-
wab serta memberi isi dan arti tanggung jawab riode tahun 2006 – 2009 sedangkan data cross sec-
Pemerintah Daerah karena APBD menggambar- tion adalah 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
kan seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 Populasi Penelitian
tentang perimbangan keuangan antara Pemerin- Populasi merupakan keseluruhan subjek
tah Pusat dan Daerah, APBD adalah suatu ren- penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti se-
cana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan mua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,
berdasarkan Peraturan daerah tentang Anggaran maka penelitiannya merupakan penelitian popu-
Pendapatan dan Belanja Negara (APBD). Belan- lasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi
ja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah populasi atau studi sensus (Arikunto, 2002). Po-
dalam periode tahunn anggaran yang bersangku- pulasi yang diambil dalam penelitian ini adalah

6
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang


meliputi 35 kabupaten/kota. Dalam penelitian data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu ter-
ini menggunakan seluruh obyek penelitian yang hadap suatu individu. Metode data panel meru-
diambil dari populasi yang meliputi 35 kabupa- pakan suatu metode yang digunakan untuk mela-
ten/kota di Provinsi Jawa Tengah. kukan analisis empirik dengan perilaku data yang
lebih dinamis.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Ada 3 teknik pendekatan mendasar yang
Variabel digunakan dalam menganalisis panel data:
Variabel penelitian yang digunakan dalam Model Pooled Least Square (Common Ef-
penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Ma- fect)
nusia (IPM) sebagai variabel terikat (dependent va- Model ini dikenal dengan estimasi Com-
riabel) sedangkan variabel bebasnya (independent mon Effect yaitu teknik regresi yang paling seder-
variabel) adalah kemiskinan, pertumbuhan eko- hana untuk mengestimasi data panel dengan cara
nomi, dan belanja modal. hanya mengkombinasikan data time series dan cross
Adapun definisi operasional variabel yang section. Model ini hanya menggabungkan kedua
digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai be- data tersebut tanpa melihat perbedaan antar wak-
rikut : tu dan individu sehingga dapat dikatakan bahwa
Indeks Pembangunan Manusia merupa- model ini sama halnya dengan metode OLS (Or-
kan indeks komposit yang digunakan untuk men- dinary Least Square) karena menggunakan kuadrat
gukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam kecil biasa. Dalam pendekatan ini hanya menga-
tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu sumsikan bahwa perilaku data antar ruang sama
: (1) Indeks Harapan Hidup, yang diukur dengan dalam berbagai kurun waktu. Pada beberapa
angka harapan ketika lahir; (2) Indeks Pendidi- penelitian data panel, model ini seringkali tidak
kan, yang diukur berdasarkan rata-rata lama se- pernah digunakan sebagai estimasi utama kare-
kolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 na sifat dari model ini yang tidak membedakan
tahun ke atas; (3) Indeks Pendapatan, yang diu- perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya
kur dengan daya beli konsumsi per kapita. bias, namun model ini digunakan sebagai pem-
Kemiskinan dapat dilihat melalui pendu- banding dari kedua pemilihan model lainnya.
duk yang secara ekonomi tidak mampu meme- Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Ef-
nuhi kebutuhan makanan setara 2100 kalori dan fect).
kebutuhan non makanan yang mendasar. Dalam Pendekatan model ini menggunakan varia-
penelitian ini menggunakan persentase pendu- bel boneka yang dikenal dengan sebutan model
duk miskin yang berada di bawah garis kemiskin- efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy
an di Provinsi Jawa Tengah. Variabel atau disebut juga Covariance Model.
Pertumbuhan ekonomi adalah persentase Pada metode Fixed Effect, estimasi dapat
dari sebuah nilai yang dapat dilihat dari PDRB dilakukan dengan tanpa pembobot (no weighted)
yang dijadikan sebagai tolak ukur peningkatan atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) dan
perekonomian negara. Dalam penelitian ini digu- dengan pembobot (cross section weight) atau Ge-
nakan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga neral Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya
konstan 2000. pembobotan adalah untuk mengurangi hetero-
Belanja modal ialah belanja yang dikelu- genitas antar unit cross section (Gujarati, 2004).
arkan oleh pemerintah dalam rangka pembangu- Penggunaan model ini tepat untuk melihat pe-
nan infrastruktur untuk kebutuhan masyarakat rubahan perilaku data dari masing-masing varia-
atau disebut juga belanja pembangunan yang be- bel sehingga data lebih dinamis dalam mengin-
rupa pembangunan investasi fisik (pembangunan trepetasi data. Pemilihan model antara Common
infrastruktur) yang mempunyai nilai ekonomis Effect dengan Fixed Effect dapat dilakukan dengan
lebih dari satu tahun dan mengakibatkan terja- pengujian Likelihood Test Ratio dengan ketentuan
dinya penambahan aset daerah. apabila nilai probabilitas yang dihasilkan signifi-
kan dengan alpha maka dapat diambil keputusan
Analisis Panel Data menggunakan Fixed Effect Model.
Menurut Gujarati (2004), data panel (poo- Model Pendekatan Efek Acak (Random Ef-
led data) atau yang disebut juga data longitudinal fect).
merupakan gabungan antara data cross section dan Model data panel pendekatan ketiga yai-
data time series. Data cross section adalah data yang tu model efek acak (random effect). Dalam model
dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak efek acak, parameter-parameter yang berbeda an-
individu, sedangkan data time series merupakan tar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke

7
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)

piah)
dalam error. Karena hal inilah, model efek acak
juga disebut model komponen error (error compo-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-
nent model).
HASAN
Dengan menggunakan model efek acak
Analisis Regresi
ini, maka dapat menghemat pemakaian derajat
Untuk melihat seberapa besar kemiskin-
kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya se-
an (KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT) dan
perti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal
belanja modal (lnBMOD) berpengaruh terhadap
ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa
estimasi akan menjadi semakin efisien. Keputus-
Tengah, maka terlebih dahulu dilakukan penak-
an penggunaan model efek tetap atau pun acak
siran model. Pengujian yang dilakukan meliputi
ditentukan dengan menggunakan Uji Hausman
likelihood test ratio untuk memilih antara model
dengan ketentuan apabila probabilitas yang di-
common effect dengan fixed effect serta hausman test
hasilkan signifikan dengan alpha maka dapat
untuk memilih antara model fixed effect dengan
digunakan metode Fixed Effect, namun apabila
random effect. Berikut ini adalah hasil penaksiran
sebaliknya maka dapat memilih salah satu yang
model yang telah di ujikan dengan menggunakan
terbaik antara model Fixed Effect dengan Random
software EViews 6 yang meliputi :
Effect.
Redundant Fixed Effect - Likelihood Ratio
Spesifikasi Model Regresi Data Panel
Pengujian yang dapat dilakukan untuk me-
Perumusan model penelitian hubungan
milih model terbaik antara model common effect
antara variabel makroekonomi dan kebijakan
model dengan fixed effect model adalah dengan uji
pemerintah daerah terhadap pembangunan ma-
Likelihood Ratio. Hasil uji selengkapnya dapat dili-
nusia didasarkan pada alur hubungan yang di-
hat pada lampiran 11. Berdasarkan hasil penguji-
jelaskan pada tinjauan pustaka dan tergambar
an diketahui bahwa nilai probabilitas Cross-section
pada Gambar 2.1. Berdasarkan penelitian dan
Chi-square sebesar 0,0000 dan signifikan terhadap
kerangka pemikiran sebelumnya, maka analisis
alpha 5% sehingga dapat diputuskan bahwa mo-
data dibatasi pada empat variabel, yaitu variabel
del yang dipilih menggunakan fixed effect.
pembangunan manusia (IPM), tingkat kemiskin-
an (KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT), rea-
Correlated Fixed Effect - Hausman Test
lisasi belanja modal daerah (lnBMOD).
Pengujian yang dapat dilakukan untuk
Secara ekonometrika, hubungan antara
memilih model yang terbaik antara fixed effect
kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan belanja
model dengan random effect model adalah dengan
modal terhadap indeks pembangunan manusia
uji Hausman. Hasil uji selengkapnya dapat dilihat
di Propinsi Jawa Tengah dapat dianalisis dengan
pada lampiran 11. Berdasarkan hasil pengujian
menggunakan persamaan berikut ini :
diketahui bahwa probabilitas Cross-section random
IPMit = ai + B1 KMSit + B2 GRWTit +
sebesar 0,4879 dan tidak signifikan dengan alpha
B3 lnBMODit + uit
5% sehingga dapat diputuskan model yang dipi-
Dimana :
lih adalah menggunakan fixed effect.
IPM = indeks pembangunan manusia
Selain serangkain uji tersebut, pemilihan
KMS = tingkat kemiskinan (persen)
model juga dilakukan dengan melihat uji godness
GRWT = pertumbuhan ekonomi (persen)
fitnya. Uji goodness of fit selengkapnya disajika da-
lnBMOD = realisasi belanja modal (ru-
lam tabel berikut

8
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

Tabel 5 Output pengaruh kemiskinan (KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT) dan belanja
modal (lnBMOD) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Tengah Tahun 2006-2009
Dependent Variabel: Model
No.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Common Fixed Effect Random Effect

1 Konstanta 71,31758 71,75510

Std Error - 1,561844 1,544767

Prob 0,0000* 0,0000*


2 Kemiskinan (KMS) -0,251349 -0,208192 -0,215131

Std Error 0,038239 0,018047 0,016686

Prob 0,0000* 0,0000* 0,0000*


3 Pertumbuhan Ekonomi (GRWT) 0,212240 0,153434 0,154546

Std Error 0,321542 0,069638 0,068635

Prob 0,5103* 0,0298* 0,0259*


4 Belanja Modal (lnBMOD) 6,415725 0,274209 0,247472

Std Error 0,146418 0,121157 0,119650

Prob 0,0000* 0,0257* 0,0405*


5 R2 0,560559 0,980470 0,632023
6 Adj R2 -0,583341 0,973385 0,623906
7 F 138,3960 77,86273
-
Prob F 0,000000* 0,000000*
8 Durbin Watson 0,725264 1,305490 0,989512

Ket: * Signifikan pada a=5% fixed effect diperoleh nilai F hitung sebesar 138,3960
Berdasarkan uji spesifikasi model yang te- dengan probabilitas 0,000000. Hasil F tabel den-
lah dilakukan serta dari perbandingan goodness gan df numerator 3 dan denumerator 137 diperoleh
of fit-nya maka model regresi yang digunakan F tabel sebesar 2,67. F hitung > F tabel dengan demi-
dalam mengestimasikan pengaruh kemiskinan kian dapat disimpulkan bahwa variabel indepen-
(KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT) dan den kemiskinan (KMS), pertumbuhan ekonomi
belanja modal (lnBMOD) berpengaruh terhadap (GRWT) dan belanja modal (lnBMOD) secara
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa bersama sama berpengaruh terhadap variabel
Tengah adalah model fixed effect. dependen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun
Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji statis- 2006-2009.
tik F) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji
Uji F dimaksudkan untuk melihat ada ti- statistik t)
daknya perngaruh bersama-sama yaitu kemiski- Uji Statistik t bertujuan untuk melihat se-
nan (KMS), pertumbuhan ekonomi (GRWT), berapa jauh pengaruh masing-masing variabel in-
dan belanja modal (LNBMOD) terhadap Indeks dependen secara individual dalam menerangkan
Pembangunan Manusia (IPM). Bersdasarkan ha- variasi variabel dependen. Berikut disajikan tabel
sil regresi dari pengaruh kemiskinan (KMS), per- Uji statistik t pengaruh kemiskinan (KMS), per-
tumbuhan ekonomi (GRWT), dan belanja mo- tumbuhan ekonomi (GRWT) dan belanja modal
dal (lnBMOD) terhadap Indeks Pembangunan (lnBMOD) terhadap Indeks Pembangunan Ma-
Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah tahun nusia (IPM) di Jawa Tengah tahun 2006-2009.
2006-2009 yang ditunjukan pada Tabel 4.1 model

9
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)

Tabel 6 Uji Statistik t


t hitung t tabel
Variabel t hi- Prob α=0,05
tung
Kemiskinan (KMS) -11.53634 0,0000 1.65613
Pertumbuhan ekonomi 2.203303 0,0298 1.65613
(GRWT)
Belanja modal (lnBMOD) 2.263245 0,0257 1.65613
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa t teria pengambilan keputusan maka t hitung > t
hitung untuk variabel kemiskinan (KMS) sebesar tabel, yang berarti adalah variabel belanja modal
-11,5363 dengan probabilitas 0,0000. Maka t hi- merupakan penjelas yang signifikan terhadap
tung > t tabel, pengambilan keputusannya adalah Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa
variabel kemiskinan merupakan penjelas yang Tengah. Jadi dapat disimpulkan ada pengaruh
signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manu- positif belanja modal terhadap Indeks Pemban-
sia di Provinsi Jawa Tengah. Jadi dapat disimpul- gunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah.
kan ada pengaruh negatif kemiskinan terhadap Uji Multikolinieritas
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk
Tengah. t hitung variabel pertumbuhan ekonomi mengetahui apakah terdapat interkorelasi yang
(GRWT) sebesar 2,2033 dan signifikan pada ta- sempurna diantara beberapa variabel bebas yang
raf 5% yang ditunjukan oleh probabilitas sebesar digunakan dalam persamaan regresi. Dalam pen-
0,0298. Berdasarkan kriteria t hitung > t tabel, elitian ini untuk menguji ada tidaknya multikoli-
maka disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan nearitas dilihat dari perbandingan antara nilai R2
ekonomi merupakan penjelas yang signifikan ter- regresi parsial (auxiliary regression) dengan nilai
hadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi R2 regresi utama. Apabila nilai R2 regresi par-
Jawa Tengah. Jadi dapat disimpulkan ada pen- sial (auxiliary regression) lebih besar dibandingkan
garuh positif pertumbuhan ekonomi terhadap nilai R2 regresi utama, maka dapat disimpulkan
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa bahwa dalam persamaan tersebut terjadi multiko-
Tengah. Sedangkan t hitung variabel belanja linearitas. Berikut disajikan tabel perbandingan
modal (lnBMOD) sebesar 2,2632 dan signifikan R2 regresi parsial (auxiliary regression) dengan R2
pada taraf 5% yang ditunjukan oleh probabilitas regresi utama model fixed effect.
belanja modal sebesar 0,0257. Berdasarkan kri-
Tabel 7 Perbandingan R2 Regresi Auxiliary regression Dengan R2 Regresi Utama Model Fixed
Effect
R2 Regresi
R2 Auxiliary
No. Persamaan Utama (Fixed
Regression
Effect)
1 KMS, GRWT, lnBMOD 0,925625 0,980470
2 GRWT, KMS, lnBMOD 0,660516 0,980470
3 lnBMOD, KMS, GRWT 0,462063 0,980470

10
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

pengamatan yang lain. Jika varian dari residual


Berdasarkan Tabel 7 perbandingan antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
nilai R2 regresi Auxiliary regression dengan R2 reg- maka disebut Homoskedastisitas dan jika ber-
resi utama model fixed effect dapat diketahui bah- beda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi
wa nilai keseluruhan persamaan antar variabel yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak
dependen lebih kecil dibandingkan dengan nilai terjadi Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedasti-
dari regresi utama. Maka dapat diputuskan bah- sitas dapat dilakukan dengan Uji Park dan Uji
wa model tidak terjadi multikolinieritas. Glesjer. Hasil Uji Park dan Uji Glesjer selengkap-
nya terdapat pada lampiran 13. Berikut disajikan
Uji Heteroskedastisitas tabel resume hasil Uji Park dan Uji Glesjer se-
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji bagai penentu ada tidaknya heteroskedastisitas
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksa- pada model regresi.
maan varians dari residual satu pengamatan ke
Tabel 8 Resume Hasil Uji Glesjer dan Uji Park
Variabel Uji Glejser Uji Park
No
Independen t-Statistik Probability t-Statistik Probability
1 C -0,426521 0,6706 0,431481 0,6670
2 KMS 0,353306 0,7246 -0,037991 0,9698
3 GRWT -0,047919 0,9619 -0,476906 0,6344
4 lnBMOD 0,835185 0,4056 -0,875221 0,3835

Berdasarkan Tabel 8 di atas diketahui periode terentu dengan kesalahan pada periode
bahwa variabel indenpenden dan konstanta pada sebelumnya dalam model regresi, Pengambilan
uji Glesjer dan uji Park untuk nilai probabilitas- keputusan tidak adanya autokorelasi dengan
nya bersifat tidak signifikan dengan alpha 5% menggunakan (Durbin Watson Test Bound). Ber-
(>0,05). Sesuai dengan ketentuan uji Glesjer dan dasarkan hasil penelitian model fixed effect pada
uji Park bahwa apabila nilai probabilitas di atas Tabel 4.1 diperoleh nilai Durbin Watson sebesar
alpha 5%, model terbebas dari heteroskedastisi- 1,305490. Berdasarkan uji Durbin Watson dike-
tas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tahui nilai dL dan dU dengan jumlah variabel be-
model yang digunakan terbebas dari masalah he- bas (k=3) dan n 140 adalah: dL (1,68), dU (1,76),
teroskedastisitas. 4-dU (2,24) dan 4-dL (2,32). Nilai DW Fixed Effect
sebesar 1,30, maka pengambilan keputusanya
Uji Autokorelasi adalah terjadi autokorelasi positif dalam model.
Uji autkorelasi bertujuan untuk menguji Hal ini didasari atas peraga uji Durbin Watson
ada atau tidaknya kesalahan pengganggu pada sebagai berikut :

11
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)

Pada Grafik 1 di atas dapat diketahui peningkatan yang cukup baik selama tahun 2006-
bahwa nilai DW fixed effect terletak pada daerah 2009. Pada tahun 2006 angka harapan hidup yang
dl>DW dimana daerah tersebut merupakan da- dicapai oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar 70,80
erah dengan hasil autokorelasi poasitif sehingga tahun, kemudian mengalami peningkatan pada
dapat dikatakan bahwa model pada uji Durbin- tahun 2007 menjadi sebesar 70,90 tahun, hal de-
Watson terjadi autokorelasi positif. Masalah ter- mikian masih mengalami peningkatan kembali di
jadinya autokorelasi dalam data panel tidak perlu tahun 2008 menjadi sebesar 71,10 tahun, hingga
dikhawatirkan karena pada dasarnya data panel tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi se-
merupakan data gabungan dari time series dan besar 71,25 tahun. Indikator angka harapan hi-
cross-section sehingga data panel sebenarnya men- dup yang semakin meningkat menunjukan bah-
jadi sebuah salah satu cara penyembuhan dari wa rata-rata banyak tahun yang ditempuh oleh
permasalahan uji asumsi klasik. Terlebih dalam seseorang selama hidup menjadi lebih baik dan
model ini tidak menggunakan model OLS dima- mengalami kualitas hidup yang lebih baik pula.
na autokorelasi sering terjadi, tetapi model dalam Namun, keberhasilan ini tidak semata-mata meli-
penelitian ini menggunakan LSDV dimana ter- hat nilai dari keseluruhan di Jawa Tengah, tetapi
dapat penambahan Dummy Variabel yang dapat di sisi lain terdapat kesenjangan yang cukup besar
menghindari terjadinya autokorelasi (Widarjo- di masing-masing kabupaten/kota.
no, 2009). Menurut Wibisono dalam Ajija, dkk
(2011) berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Pengaruh Kemiskinan Terhadap Indeks Pem-
Gujarati dan Verbeek menyebutkan beberapa bangunan Manusia
keunggulan dari data panel salah satunya adalah Berdasarkan hasil analisis dapat dijelas-
data panel dapat meminimalkan bias yang mung- kan bahwa variabel kemiskinan berpengaruh
kin ditimbulkan oleh agregasi data individu, data negatif dan signifikan dengan elastisitas negatif
panel mampu mengontrol heterogenitas individu sebesar 0,208192 terhadap Indeks Pembangunan
sehingga dapat digunakan untuk menguji dan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Hal
membangun model perilaku yang kompleks. ini menunjukan bahwa apabila rasio kemiskinan
Dengan keunggulan-keunggulan tersebut dapat mengalami penurunan sebesar 1%, maka akan
menjadi dasar bahwa permasalahan autokorelasi meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
yang terjadi pada data panel sudah dapat teratasi. di Jawa Tengah sebesar 0,208. Hasil ini sesuai
dengan hipotesis penelitian yang menyatakan
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia ada pengaruh kemiskinan terhadap Indeks Pem-
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2009 bangunan Manusia di Jawa Tengah selama tahun
UNDP membedakan tingkat IPM berdas- 2006-2009.
arkan empat klasifikasi yakni: low (IPM kurang Hasil penelitian ini sejalan dengan pen-
dari 50), lower-medium (IPM antara 50 dan 65,99), elitian terdahulu yang dilakukan oleh Ginting,
upper-medium (IPM antara 66 dan 79,99) dan high Charisma Kuriata S, dkk (2008) yang berjudul
(IPM 80 ke atas). Berdasarkan Grafik 4.2 dapat “Pembangunan Manusia di Indonesia”. Dalam
diketahui bahwa rata-rata pencapaian IPM sela- penelitian tersebut, hasil penelitian menunjukan
ma tahun 2006-2009 masing-masing kabupaten/ koefisien kemiskinan sebesar -0,2410 dan signi-
kota di Provinsi Jawa Tengah tidak ada yang fikan pada tingkat kepercayaan 99,99%. Selain
masuk dalam klasifikasi low, juga tidak ada yang itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
masuk dalam klasifikasi lower-medium dan high, oleh Suradi (2007) yang berjudul “Pembangunan
tetapi keseluruhan rata-rata IPM masing-masing Manusia, Kemiskinan, dan Kesejahteraan” dima-
kabupaten/kota masuk ke dalam kategori upper- na hasil analisis deskriptifnya menyatakan bahwa
medium (antara 66 dan 79,99). Kondisi demikian kemiskinan berkaitan erat dan ikut menentukan
menunjukan peningkatan yang baik dalam pen- proses pembangunan yang mengedepankan par-
capaian IPM di Provinsi Jawa Tengah selama ta- tisipasi masyarakat. Paradigma pembangunan
hun 2006-2009. yang kini bergeser dari dominasi peran negara
Perkembangan IPM di Provinsi Jawa Ten- kepada peran masyarakat tidak akan dapat diwu-
gah selama tahun 2006-2009 seirama dengan judkan apabila jumlah penduduk miskin masih
indikator yang berkontribusi dalam pencapaian cukup signifikan. Hal demikian dikarenakan
IPM yaitu angka harapan hidup, angka melek hu- pada umumnya penduduk miskin lebih banyak
ruf, rata-rata lama sekolah, dan daya beli masya- menghabiskan tenaga dan waktu yang ada untuk
rakat yang semakin meningkat pula selama tahun pemenuhan kebutuhan dasar. Mereka tidak terta-
2006-2009. Perkembangan angka harapan hidup rik untuk melibatkan diri pada aktivitas-aktivitas
yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah mengalami yang tidak secara langsung berkaitan dengan

12
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

pemenuhan kebutuhan dasar. Hasil penelitian- Jawa Tengah selama tahun 2006-2009.
penelitian tersebut memperjelas bahwa semakin Keterkaitan antara belanja modal dengan
tinggi populasi penduduk miskin akan menekan Indeks Pembangunan Manusia sangat erat diman
tingkat pembangunan manusia, sebab penduduk kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
miskin memiliki daya beli yang rendah. meningkatkan kualitas SDM didasarkan kepada
pemikiran bahwa pendidikan tidak sekedar me-
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap nyiapkan peserta didik agar mampu masuk dalam
Indeks Pembangunan Manusia pasaran kerja, namun lebih daripada itu, pendidi-
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan kan merupakan salah satu upaya pembangunan
bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpenga- watak bangsa (national character building) seperti
ruh positif dan signifikan dengan elastisitas posi- kejujuran, keadilan, keikhlasan, kesederhanaan
tif sebesar 0,153434 terhadap Indeks Pembangu- dan keteladanan.
nan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009.
Hal ini menunjukan bahwa apabila pertumbuhan KESIMPULAN DAN SARAN
ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1%, Berdasarkan hasil penelitian dan pemba-
maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan hasan, maka dapat disimpulkan bahwa perkem-
Manusia di Jawa Tengah sebesar 0,153. Hasil bangan Indeks Pembangunan Manusia kabupa-
ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang me- ten/kota di Provinsi Jawa Tengah selama tahun
nyatakan ada pengaruh pertumbuhan ekonomi 2006-2009 mengalami peningkatan dengan rata-
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa rata peningkatan sebesar 0,49. Rata-rata nilai
Tengah selama tahun 2006-2009. IPM selama tahun 2006-2009 sebesar 71,32 dan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan masuk dalam kategori IPM menengah.
landasan teori yang dikemukakan oleh Profes- Analisis rgresi dengan panel data pengaruh
sor Kuznet dimana salah satu karakteristik per- kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja
tumbuhan ekonomi modern adalah tingginya modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia
pertumbuhan output perkapita (Todaro, 1997). di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2006-2009
Pertumbuhan output yang dimaksudkan adalah diperoleh hasil bahwa kemiskinan mempunyai
PDRB per kapita, tingginya pertumbuhan output pengaruh negatif dan signifikan pada taraf 5%
menjadikan perubahan pola konsumsi dalam pe- terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah yang be-
menuhan kebutuhan. Artinya semakin mening- rarti kemiskinan yang semakin menurun maka
katnya pertumbuhan ekonomi maka akan sema- Indeks Pembangunan Manusia semakin mening-
kin tinggi pertumbuhan output per kapita dan kat. Berdasarkan nilai koefisiennya yang bertanda
merubah pola konsumsi dalam hal ini tingkat negatif, dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat
daya beli masyarakat juga akan semakin tinggi. kemiskinan mengalami penurunan sebesar 1%
Tingginya daya beli masyarakat akan meningkat- maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan
kan Indeks Pembangunan Manusia karena daya Manusia Sebesar 0,208. Signifikansi variabel ke-
beli masyarakat merupakan salah satu indika- miskinan terhadap IPM ditunjukan pada proba-
tor komposit dalam IPM yang disebut indikator bilitas sebesar 0,000 signifikan pada taraf 5%.
pendapatan. Dapat disimpulkan bahwa semakin Pertumbuhan ekonomi mempunyai pen-
tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan me- garuh positif dan signifikan pada taraf 5% ter-
ningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. hadap IPM di Provinsi Jawa Tengah yang berar-
ti pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
Pengaruh Belanja Modal Terhadap Indeks maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan
Pembangunan Manusia Manusia. Berdasarkan nilai koefisiennya yang
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelas- bertanda positif, dapat disimpulkan bahwa apabi-
kan bahwa variabel belanja modal berpengaruh la pertumbuhan ekonomi mengalami peningka-
positif dan signifikan dengan elastisitas positif tan sebesar 1% maka akan meningkatkan Indeks
sebesar 0,274209 terhadap Indeks Pembangu- Pembangunan Manusia sebesar 0,153. Signifi-
nan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. kansi variabel pertumbuhan ekonomi terhadap
Hal ini menunjukan bahwa apabila rasio belanja IPM ditunjukan pada probabilitas sebesar 0,029
modal yang dikeluarkan mengalami peningkatan signifikan pada taraf 5%.
sebesar 1%, maka akan meningkatkan Indeks Belanja modal yang dikeluarkan oleh pe-
Pembangunan Manusia di Jawa Tengah sebesar merintah berpengaruh positif dan signifikan pada
0,274. Hasil ini sesuai dengan hipotesis peneliti- taraf 5% terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah
an yang menyatakan ada pengaruh belanja mo- yang berarti semakin tinggi belanja modal yang
dal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di dikeluarkan maka akan meningkatkan Indeks

13
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)

Pembangunan Manusia. Berdasarkan nilai koefi- Ke-4. Yogyakarta: BPFE.


siennya yang bertanda positif, dapat disimpulkan
bahwa apabila belanja modal yang dikeluarkan Baltagi, B.H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data,
pemerintah mengalami peningkatan sebesar 1% 3rd edition. Chichester: John Wileyand Sons.
maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan
Boediono. 2008. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE.
Manusia sebesar 0,274. Signifikansi variabel be-
lanja modal terhadap IPM ditunjukan pada pro- BPS, BAPPENAS, UNDP. 2001. Indonesia Human De-
babilitas sebesar 0,025 signifikan pada taraf 5%. velopment Report 2001. Jakarta: BPS.
Hal ini sesuai dengan realisasi belanja modal
yang dikeluarkan Pemprov Jawa Tengah selama BPS, BAPPENAS, UNDP. 2004. Indonesia Human De-
periode tahun 2006-2009. Selama periode terse- velopment Report 2004. Jakarta: BPS.
but tercatat bahwa rata-rata peningkatan jumlah
belanja modal sebesar Rp. 104.826.520.666. Jika BPS Jawa Tengah. 2008. Analisis dan Perhitungan
Tingkat Kemiskinan Tahun 2008. Jawa Tengah:
dilihat dari peningkatan IPM, artinya pemerin-
BPS Jawa Tengah.
tah Provinsi Jawa Tengah telah berhasil mereali-
sasikan belanja modal tersebut untuk kebutuhan BPS Jawa Tengah. 2009. Indikator Utama Sosial, Politik
barang publik dalam aspek pendidikan dan kes- dan Keamanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009.
ehatan guna menuju pada kualitas sumber daya Jawa Tengah: BPS Jawa Tengah.
manusia yang lebih baik.
BPS Jawa Tengah. 2009. Jawa Tengah Dalam Angka
SARAN 2009. Jawa Tengah: BPS Jawa Tengah.
Berdasarkan kesimpulan di atas muka da-
Brata, A.G. 2002. “Pembangunan Manusia dan Kin-
pat dikemukakan beberapa saran antara lain bah-
erja Ekonomi Regional Indonesia”. Jurnal Eko-
wa Pemerintah daerah kabupaten/kota disaran- nomi Pembangunan vol. 07, no. 02, 113-122.
kan dalam peningkatan IPM melalui pengentasan
kemiskinan untuk periode tahun selanjutnya agar Budiman, Arif. 1992. Teori Pembangunan Dunia Ketiga.
tetap mengacu pada program sebelumnya yaitu Jakarta: Gramedia.
pro-poor, pro-job, dan pro-growth namun dengan
lebih menekankan pada penciptaan lapangan Cahyadi, Eka P. 2005. “Pelacakan Faktor-Faktor Yang
pekerjaan yang lebih memadai. Selain itu, koor- Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia
dinasi diantara stakeholders maupun instansi (Studi Kasus Kabupaten/Kota Provinsi Bali)”.
Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
pengampu secara berjenjang dari tingkat provin-
si sampai dengan kabupaten/kota harus diopti- Christy, F Andrea dan Priyo H Adi.2009.”Hubungan
malkan untuk menghindari terjadinya tumpang antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal,
tindih maupun terlewatnya sasaran penanggulan- dan Kualitas Pembangunan Manusia”.Dalam
gan kemiskinan. Jurnal National Conference UKWMS, 10 Oktober
Pemerintah daerah kabupaten/kota di- Surabaya:Universitas Kristen Satya Wacana
sarankan dapat mempertahankan kemampuan Salatiga.
merealisasikan pengalokasian anggaran untuk
pengeluaran/belanja pemerintah di tahun-tahun Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate den-
gan program SPSS. Semarang: Universitas Dipo-
selanjutnya terutama seperti sarana prasarana
negoro.
pendidikan, kesehatan maupun infrastruktur
lainnya yang berkaitan dengan pelayanan publik Ginting, Charisma K.S. 2008. “Analisis Pembangunan
sehingga mampu memberikan efek positif terha- Manusia di Indonesia”. Tesis. Sekolah Pasca
dap pembangunan manusia yang berkelanjutan. Sarjana Medan: Universitas Sumatera Utara.

DAFTAR PUSTAKA Ginting, Charisma K.S.,Irsad Lubis, dan Kasyful Ma-


halli. 2008. “Pembangunan Manusia di Indo-
nesia”. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah, vol. 04, no. 01, Wahana Hijau.
Ajija, Shochrul R, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai
Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, D.N. 2004. Basic Econometrics, 4th edition.
New York: The McGraw-Hill Companies.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu
Pendekatan Praktik) : Suatu Pendekatan Praktek.
Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Peren-
Jakarta: Rineka Cipta.
canaan. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan Edisi

14
Denni Sulistio Mirza / Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

Kintamani, Ida. 2008. ”Analisis Pembangunan Ma-


nusia Indonesia”. Dalam Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 072. idakintamani@yahoo.
com.

Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif. Yogyara-


kta: UPP AMP YKPN.

Mailendra, Fitra. 2009. “Analisi Dampak Pemekaran


Wilayah dan Faktor-Faktor yang Mempenga-
ruhi Pembangunan Manusia di Propinsi Jawa
Barat”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Per-
tanian Bogor.

Nazir, Moh. 1993. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Prasetyo, Eko P. 2009. Fundamental Makro Ekonomi.


Yogyakarta: Beta Offset.

Robiyanto, Febra., Wyati S, dan Mamik, I. 2003. Eko-


nomi Pembangunan. Semarang: Studi Nusa.

Stalker, Peter. 2008. Millenium Development Goals. Ja-


karta: Badan Pusat Statistik.

Sudjana, 2003. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Suganda, T., Kodrat W, dan Dede, M. 2008. Bersama


Menata Perubahan. Jakarta: BAPPENAS.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakar-
ta: Bima Grafika.

Suradi. 2007. “Pembangunan Manusia, Kemiskinan


dan Kesejahteraan Sosial”. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, vol 12, no
03. 1-11.

Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia


Ketiga. Jakarta: Erlangga.

UNDP. 1990. Human Development Report 1990. New


York: Oxford University Press.

_____. 1995. Human Development Report 1995. New


York: Oxford University Press.

_____. 2001. Human Development Report 2001. New


York: Oxford University Press.

_____. 2003. Human Development Report 2003. New


York: Oxford University Press.

_____. 2004. Human Development Report 2004. New


York: Oxford University Press.

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika (Pengantar dan


Aplikasinya). Yogyakarta: Ekonisia.

Winarno, Wing W. 2009. Analisis Ekonometrika dan


Statistik dengan EViews. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.

15

Anda mungkin juga menyukai