Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Dalam islam, ilmu memiliki aksiologis yang sangat agung, karena dengan
ilmulah semuanya berawal dalam meniti jalan suci ini. Selain itu ilmu juga dapat
mengangkat derajat bagi siapa saja yang memilikinya.
Begitulah nikmatnya islam , sehingga segala tingkah laku kita diatur oleh
islam , sampai pada ilmu pun Islam mengaturnya , mulai dari kewajiban menuntut
ilmu , mengamalkan ilmu dan ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmu
.Hal tersebut harus kita pelajari secara mendetail sehingga kita tidak termasuk
orang yang salah dalam memahami ilmu.
Ilmu yang kita peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi
penolong bagi kita yaitu dengan cara mengamalkannya , baik dengan
mengajarkannya maupun yang lainnya . Ilmu tersebut dapat menjadi boomerang
bagi kita , jika kita tidak mengamalkan ilmu tersebut . Ada ungkapan “ jangan
biarkan satu orang pun tersesat karena ilmu yang kita peroleh tidak di amalkan “
.Begitulah pentingnya mengamalkan ilmu sehingga ada pahala yang menanti kita
jika kita mengamalkan ilmu yang kita perolah ,namun sebaliknya disana juga
telah menanti kehancuran yang sedang mengendap – ngendap di balik layar untuk
menjerumuskan kita , jika kita tidak mengamalkan apa yang kita pelajari.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah pentingnya mengamalkan ilmu?.


2. Sebutkan ayat-ayat didalam al-Qur’an yang berkaitan dengan pentingnya
mengamalkan ilmu?
3. Bagaimanakah hukum dan ancaman-ancaman bagi seorang muslim yang
tidak mengamalkan ilmunya?

1
C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas ,penulisan makalah ini bertujuan untuk :


1. Mengetahui pentingnya mengamalkan ilmu.
2. Menyebutkan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan
penting nya mengamalkan ilmu.
3. Mengetahui hukum-hukum dan ancaman-ancaman bagi seorang muslim
yang tidak mengamalkan ilmunya

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI IPTEK

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor


penunjang kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM), karena dengan adanya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi suatu negara bisa bersaing dan disetarakan dengan
negara-negara lain. Setiap manusia diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah SWT,
agar menjadi orang berkualitas yang dapat menjunjung tinggi derajatnya. Maka
dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi manusia akan lebih bermanfaat, baik
untuk dirinya maupun untuk masyarakat..

Iptek singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kata ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kesulitan tertentu di
(bidang pengetahuan) itu.
Pengertian ilmu menurut para ahli
Pengertian ilmu menurut minto rahayu
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku
umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman yang bersifat
pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum
dicoba dan diuji
Pengertian ilmu menurut popper
Ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.
Pengertian ilmu menurut dr. H. M. Gade
Ilmu adalah falsafah. Yaitu hasil pemikiran tentang batas-batas
kemungkinan pengetahuan manusia
Pengertian ilmu menurut m. Izuddin taufiq
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan,
pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan
dasar ataupun asal usulnya

3
Pengertian ilmu menurut thomas kuhn
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan,
bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya
pengertian ilmu menurut dr. Maurice bucaille
Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka
waktu yang lama maupun sebentar.

Dari semua pendapat tentang pengertian ilmu di atas kita dapat menyimpulkan
bahwa ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi.

Pengetahuan berasal dari kata “tahu” atau disebut juga mengerti. Dalam
pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul
terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.
Teknologi, adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan
menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar
kepada proses teknis tertentu.

Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara
tentang alam materi dan fenomenanya. Al-Quran menyatakan bahwa alam raya
diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia

4
Dalam QS.45 (Al-Jasiyah) :13

Artinya :
Allah SWT berfirman: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit
dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berfikir.”

‫ط ِر ْيقًا اِلَى ْال َجنَّ ِة ـ رواه مسلم‬ َ ‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬


َ ‫س َّه َل هللاُ ِب ِه‬ ُ ‫ط ِر ْيقًا يَ ْلت َ ِم‬
َ ‫سلَ َك‬
َ ‫َم ْن‬

Artinya:
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

B. KEUTAMAN MENGAMALKAN ILMU

Artinya :
Dan orang-orang yang berjihad/bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
(QS al Ankabut: 69)

5
Berkata Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa:

“Barangsiapa yang berusaha mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka


Allah akan menunjukkan mereka apa yang belum mereka ketahui”

Maka lihatlah bagaimanakah keutamaan orang-orang yang mengamalkan ilmu


yang telah diketahuinya.
Darisini kita ambil faidah:
 Anjuran agar kita semakin bersemangat dalam menuntut ilmu syar’iy
sehingga semoga setiap ilmu yang kita dapatkan, kita berusaha untuk dapat
kita amalkan.
 Maka seharusnya ini dapat kita jadikan sebagai tujuan utama kita dalam
menuntut ilmu, yaitu kita mencari ilmu agar kita dapat mengamalkannya;
bukan hanya sekedar “koleksi” ilmu saja. namun tercermin dalam amal-
amal kita, baik amalan hati, lisan maupun anggota badan.
 Dengan mengamalkan ilmu (dengan ikhlash), maka pasti allah akan
menunjuki kita akan ilmu-ilmu yang belum kita ketahui.
 Dengan mengamalkan ilmu (dengan ikhlash) pula, maka akan memperkuat
keimanan dalam hati kita.
 Dengan mengamalkan ilmu (dengan ikhlash) pula, maka akan membantu
kita istiqamah diatas jalan yang haq.
 Allah menyebut “mengamalkan ilmu” sebagai salah satu bentuk jihad.
maka ini sebagai jawaban kepada kaum takfiriy yang hanya
mengkhususkan jihad kepada jihad qital (perang) saja; yang mana
sebenarnya jihad sangat luas maknanya, tidak sebatas perang saja.
 Sebagaimana mengamalkan ilmu adalah jihad, maka menuntut ilmu pun
merupakan jihad.
berkata abud darda radhiyallahu ‘anhu:
“orang-orang yang menganggap pergi dan pulang menuntut ilmu bukan
termasuk jihad, berarti akal dan pikiranya telah berkurang.”

6
C. PENTINGNYA MENGAMALKAN IPTEK
Ilmu yang telah kita peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat
menjadi penolong bagi kita, yaitu dengan cara mengamalkannya, baik dengan
mengajarkannya maupun yang lainnya. Hal ini merupakan fardhu ‘ain bagi setiap
Muslim. Mengingat adanya ancaman-ancaman di dalam al-Qur’an bagi orang-
orang yang tidak mengamalkan ilmunya padahal ia mengetahui ilmu tersebut.

 Ayat-Ayat yang Menyatakan Pentingnya Mengamalkan Ilmu

Berikut ini adalah diantara ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan tentang pentingnya
mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh:
1. Surat al-fatihah ayat 7

“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.
 Penggalan “…..jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka,” menafsirkan “ jalan yang lurus”. Orang-orang yang telah
dianugerahi nikamat oleh Alloh, mereka yang dituturkan dalam surat An-
Nisa’, “ Dan barangsiapa mentaatai Alloh dan Rosul-(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Alloh, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang yang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang
demikian itu adalah karunia dari Alloh, dan Alloh cukup mengetahui,”
(an-Nisa: 89-70)
 “ Bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat”, yaitu bukan jalan orang-orang yang dimurkai. Mereka adalah

7
orang-orang yang rusak kehendaknya; mereka mengetahui kehendaknya,
namun berpindah dari kebenaran tersebut.
 Dan, “ bukan ( pula) jalan mereka yang sesat”, yaitu mereka tidak
memiliki pengetahuan dan menggandrungi kesesatan. Mereka tidak
mendapat petunjuk ke arah kebenaran. Hal itu dikuatkan dengan Laa untuk
menunjukkan bahwa disana ada dua jalan yang rusak, yaitu jalan kaum
Yahudi dan jalan kaum Nashroni. Sesungguhnya jalan orang-orang yang
beriman itu mencakup pengetahuan akan kebenaran dan pengamalannya,
sedangkan kaum Yahudi tidak memiliki amal dan kaum Nashroni tidak
memiliki pengetahuan.

Dari deskripsi diatas memberitahukan kepada kita bahwa ada 3 golongan


yang berbeda nasib:
1. Orang yang telah dianugerahkan nikmat kepada mereka. Merekalah orang
yang beruntung karena mereka mempunyai ilmu akan kebenaran dan
pengamalannya dari ilmu tersebut.
2. . Orang Yahudi, mereka adalah orang yang mempunyai ilmu tetapi tidak
beramal dengannya sehingga mereka berhak mendapat murka Alloh.
3. Orang Nashroni, mereka adalah orang yang tidak mempunyai ilmu tetapi
mereka beramal tanpa ilmu, sehingga mereka diklaim sebagi orang yang
sesat bahkan bias menyesatkan orang lain.

Bertumpu pada hal tersebut maka seyogianya kita sebagai seorang Muslim
untuk mengikuti langkah orang yang telah dianugerahkan nikmat kepada
mereka, karena mereka mempunyai ilmu dan beramal dengan ilmu
tersebut. Bukan orang Yahudi karena mereka punya ilmu tetapi tidak
diamalkan. Ungkapan inilah yang memberitahukan kita akan pentingnya
mengamalkan ilmu, agar kita tidak seperti orang Yahudi yang mendapat
murka Alloh.

8
2. Al-Qur’an Surat Al-‘Ashr ayat 3

Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.” Ayat ini menyebutkan tentang kriteria orang-orang yang
terbebas dari justifikasi “rugi”.

Diantaranya ada dua syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh seorang
hamba yakni sebagai berikut:

1. Iman Syarat pertama, yaitu beriman kepada Allah swt.


Dan keimanan ini tidak akan terwujud tanpa ilmu, karena keimanan
merupakan cabang dari ilmu dan keimanan tersebut tidak akan sempurna
jika tanpa ilmu. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama).
Seorang muslim wajib (fardhu ‘ain) untuk mempelajari setiap ilmu yang
dibutuhkan oleh seorang mukallaf dalam berbagai permasalahan
agamanya, seperti prinsip keimanan dan syari’at-syari’at Islam, ilmu
tentang hal-hal yang wajib dia jauhi berupa hal-hal yang diharamkan,
apa yang dia butuhkan dalam mu’amalah, dan lain sebagainya.
2. Amal Syarat yang kedua adalah amal.
Seorang tidaklah dikatakan menuntut ilmu kecuali jika dia berniat
bersungguh-sungguh untuk mengamalkan ilmu tersebut. Maksudnya,
seseorang dapat mengubah ilmu yang telah dipelajarinya tersebut
menjadi suatu perilaku yang nyata dan tercermin dalam pemikiran dan
amalnya. Mengenai ayat ini, Ibnu Katsir mengungkapkan di dalam
tafsirnya: Dengan demikian Alloh memberikan pengecualian dari
kerugian itu kepada orang-orang yang beriman dengan hati mereka, dan
mengerjakan amal shaleh dengan anggota tubuh mereka, mewujudkan
semua bentuk ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan, dan
bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan-gangguan

9
yang dilancarkan kepada orang-orang yang mengamalkan amal ma’ruf
dan nahi munkar.

 Hadits yang Berkaitan dengan Pentingnya Mengamalkan Ilmu

Para ulama selalu menasehatkan kepada kita, “Amalkanlah Ilmu!” Ilmu


bukan hanya sekedar tambah wacana, untuk berbangga diri, atau supaya
disebut pintar debat. Siapa yang tidak mengamalkan ilmu, maka sia-sialah
ilmunya bagai pohon yang tidak berbuah.

ِ ‫خيرا يُفَ ِق ْههُ فِي‬


‫الدي ِْن‬ ً ‫من ي ُِر ِد هللاُ به‬
Artnya :

“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan
membuat dia faqih (paham) tentang ilmu agama.”(HR Bukhari dan Muslim).

Jika seorang mengetahui syariat Alloh, akan tetapi ia tidak


mengamalkannya, maka orang seperti itu bukanlah seorang yang fakih
(memahami isi agamanya), sekalipun ia hafal dan memahami isi kitab fikih paling
besar diluar kepala. Ia hanya dinamakan seorang qori saja. Orang fakih
adalah orang yang mengamalkan ilmunya
Dari sinilah kejelasan informasi yang disampaikan oleh Ibnu Mas’ud yang
hendak memberitahukan kepada kita tentang pentingnya mengamalkan ilmu yang
telah kita perolah. Sehingga kita menjadi orang yang dikatakan faqih dalam hadits
tersebut, bukan seorang Qori yang hanya membaca saja tanpa ada amal yang ia
lakukan dari ilmu tersebut.
Orang-orang seperti mereka ini terbagi kepada dua kelompok:
1. Sekelompok orang yang mengerti dan memahami serta mengamalkan al-
quran dan sunnah kemudian mengajarkannya kepada orang lain.
2. Sekelompok orang yang hanya mampu menyampaikannya saja.
Contohnya seperti orang yang meriwayatkan dan menghafal sebuah hadits,
namun tidak memahaminya.

10
Hendaklah seorang muslim mengetahui pentingnya mengamalkan ilmunya,
karena seorang yang tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu tersebut akan
menjadi penghujat dirinya, sebagaimana hadits Abu Barzah .
Rasulullah bersabda:

‫ وعن علمه ماذا عمل‬: ‫ومنها‬،‫ال تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن أربع‬
‫فيه‬

“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti
hingga ia ditanya tentang empat hal -diantaranya-: tentang ilmunya, apa yang
telah ia amalkan darinya.” [Hadits dikeluarkan oleh At-Tirmidzy (7/101 Tuhfah)
beliau berkata: “hadits hasan shahih. “Lihat Ash-shahihah karya Al-Albany
(946). lqtidha Al-Ilmi Al-‘Amalkarya Khathib Al-Baghdady (hal 16 dan
selanjutnya) . Shahih Targhib Wa Tarhib,(1/125).]

Hadits ini tidaklah dikhususkan untuk ulama saja sebagaimana yang


difahami oleh sebahagian orang, tetapi untuk semua orang yang telah mengetahui
suatu perkara maka dalam perkara itu hujjah telah ditegakkan terhadap orang
tersebut. Jika seseorang mendengar ceramah atau khutbah jum’at yang
mengandung peringatan untuk menjauhi maksiat yang ia lakukan, berarti ia telah
mengetahui bahwa maksiat yang telah ia lakukan hukumnya haram. Inilah yang
dikatakan ilmu. Dan berarti hujjah telah tegak atas orang tersebut. Telah
tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ary
bahwa Rasulullah bersabda:

‫والقرآن حجة لك أو عليك‬

“Al-Qur’an adalah hujjah untukmu dan juga dapat menghujatmu” [HR.


Muslim 3/101, ini adalah bagian dari hadits yang panjang.]

11
Malik bin Dinar berkata,

‫من طلب العلم للعمل وفقه هللا ومن طلب العلم لغير العمل يزداد بالعلم فخرا‬

“Barangsiapa yang mencari ilmu (agama) untuk diamalkan, maka Allah akan
terus memberi taufik padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari ilmu, bukan
untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya sebagai kebanggaan (kesombongan)”
(Hilyatul Auliya’, 2: 378).

Dalam perkataan lainnya, Malik bin Dinar berkata,

‫إذا تعلم العبد العلم ليعمل به كسره علمه وإذا تعلم العلم لغير العمل به زاده فخر‬

“Jika seorang hamba mempelajari suatu ilmu dengan tujuan untuk diamalkan,
maka ilmu itu akan membuatnya semakin merunduk. Namun jika seseorang
mempelajari ilmu bukan untuk diamalkan, maka itu hanya akan membuatnya
semakin sombong (berbangga diri).” (Hilyatul Auliya’, 2: 372).

Wahb bin Munabbih berkata,

‫مثل من تعلم علما ال يعمل به كمثل طبيب معه دواء ال يتداوى به‬

“Permisalan orang yang memiliki ilmu lantas tidak diamalkan adalah seperti
seorang dokter yang memiliki obat namun ia tidak berobat dengannya.” (Hilyatul
Auliya’, 4: 71).

12
Ibrahim Al Harbi berkata,

‫حملني أبي الى بشر بن الحارث فقال يا أبا نصر ابني هذا مشتهر بكتابة الحديث‬
‫والعلم فقال لي يا بني هذا العلم ينبغي أن يعمل به فان لم يعمل به كله فمن كل‬
‫مائتين خمسة مثل زكاة الدراهم‬

“Ayahku pernah membawaku pada Basyr bin Al Harits, lanta ia berkata, “Wahai
Abu Nashr (maksudnya: Basyr bin Al Harits), anakku sudah masyhur dengan
penulisan hadits dan ia terkenal sebagai orang yang berilmu.” Lantas Basyr
menasehatiku, “Wahai anakku, namanya ilmu itu mesti diamalkan. Jika engkau
tidak bisa mengamalkan seluruhnya, amalakanlah 5 dari setiap 200 (ilmu) seperti
halnya hitungan dalam zakat dirham -perak- (yaitu 1/40 atau 2,5%).” (Hilyatul
Auliya’, 8: 347)

Sufyan bin ‘Uyainah berkata,

‫ما شيء أضر عليكم من ملوك السوء وعلم ال يعمل به‬


“Tidak ada sesuatu yang lebih memudhorotkan kalian selain dari raja yang jelek
dan ilmu yang tidak diamalkan.” (Hilyatul Auliya’, 7: 287).

‘Abdul Wahid bin Zaid berkata,

‫من عمل بما علم فتح هللا له ما ال يعلم‬

“Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah akan


membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak tahu.” (Hilyatul Auliya’, 6:
163).

13
Ma’ruf Al Karkhi berkata,

‫إذا أراد هللا بعبد خيرا فتح هللا عليه باب العمل وأغلق عنه باب الجدل وإذا أراد‬
‫بعبد شرا أغلق عليه باب العمل وفتح عليه باب الجدل‬

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba, Dia akan membuka
baginya pintu amal dan akan menutup darinya pintu jidal (suka berdebat atau
bantah-bantahan). Jika Allah menginginkan kejelekan pada seorang hamba, Dia
akan menutup baginya pintu amal dan akan membuka baginya pintu jidal (suka
berdebat)” (Hilyatul Auliya’, 8: 361).

َ ‫ع ْن َي ْح َيى ب ِْن أَي‬


‫ُّوب‬ َ ‫ب‬ َّ ُ ‫ي َحدَّثَنَا َع ْبد‬
ٍ ‫َّللاِ ب ُْن َو ْه‬ ْ ‫سى ْال ِم‬
ُّ ‫ص ِر‬ َ ‫َحدَّثَنَا أ َ ْح َمدُ ب ُْن ِعي‬
‫علَّ َم‬
َ ‫سلَّ َم قَا َل َم ْن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ع ْن أَبِي ِه أ َ َّن النَّب‬َ ‫س ْه ِل ب ِْن ُمعَا ِذ ب ِْن أَن ٍَس‬ َ ‫ع ْن‬ َ
ِ ‫ص ِم ْن أ َ ْج ِر ْال َع‬
‫ام ِل‬ َ ‫ِع ْل ًما فَلَهُ أ َ ْج ُر َم ْن‬
ُ ُ‫ع ِم َل ِب ِه َال يَ ْنق‬
Artinya :

“Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka ia akan mendapatkan pahala orang


yg mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala orang yg mengamalkannya
sedikitpun.” [HR. ibnumajah No.236].

D. ANCAMAN BAGI YANG TIDAK MENGAMALKAN ILMU

Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia atau


masyarakat scara luas, agar mereka tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka
diperlukan kesadaranya bagi para, Mu’alim, para Guru dan ‘Ulama, untuk
beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, dan
Bagi Para Guru Dan Ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, mendapat
ancaman dari Allah SWT.

Allah ta’ala berfirman :

14
Artinya :

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami


turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan
dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang
telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].

Dari Usamah bin Zaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ُ‫ فَيَدُور‬، ِ‫ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَار‬، ِ‫يُجَاﺀُ بِالرَجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَار‬
‫ مَا‬، ُ‫ فَيَقُولُونَ أَىْ فُﻼَن‬، ِ‫ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَارِ عَلَيْه‬، ُ‫كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاه‬
ْ‫شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْﺖَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوﻑِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْﺖُ آمُرُكُم‬
ِ‫ وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيه‬، ِ‫بِالْمَعْرُوﻑِ وَالَ آتِيه‬

Artinya :
“Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam
neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar
seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di
sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah

15
kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang
melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu
memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya.
Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang
mengerjakannya. ” (HR. Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)

Lihatlah pula kata Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ,

‫إال كبرا من تعلم علما لم يعمل به لم يزده‬


“ Siapa yang belajar ilmu (agama) lantas ia tidak mengamalkannya, maka hanya
kesombongan pada dirinya yang terus bertambah. ”

(Disebutkan oleh Imam Adz Dzahabi dalam Al Kabair , hal. 75)

Maka hati-hatilah dari salah niat. Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ‫مَنْ تَعَلَمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللَهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ غَيْرَ اللَهِ فَلْيَتَبَوَأْ مَقْعَدَهُ مِن‬
ِ‫النَار‬

“Siapa yang belajar agama karena selain Allah -atau ia menginginkan denagn
ilmu tersebut selain Allah-, maka hendaklah ia menempati tempatnya di neraka. ”
(HR. Tirmidzi no. 2655. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib,
sedangkan Syaikh Al Albani mendhoifkan hadits ini).

Belajar bukan untuk berdebat. Niat belajar yang benar adalah untuk memperbaiki
diri sendiri terlebih dahulu.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata,

ِ‫الَ تَعَلَمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاﺀَ وَالَ لِتُمَارُوا بِهِ السُفَهَاﺀَ وَالَ تَخَيَرُوا بِه‬

‫الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَارُ النَار‬

16
“ Janganlah belajar ilmu agama untuk berbangga diri di hadapan para ulama
atau untuk mendebat orang-orang bodoh, dan jangan mengelilingi majelis untuk
maksud seperti itu. Karena barangsiapa yang melakukan demikian, maka neraka
lebih pantas baginya, neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ibnu Majah no. 254.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Ada empat hal yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minta pada Allah untuk
dijauhkan,

ُ‫اللَهُمَ إِنِى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ الَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ الَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ الَ تَشْبَع‬
َ‫وَمِنْ دَعْوَةٍ الَ يُسْتَجَابُ لَه‬

“Allahumma inni a’udzu min ‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa yakhsya’, wa
min nafsin laa tasyba’, wa min da’watin laa yustajaabu lahaa
(artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa
puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan).” (HR. Muslim no. 2722).

E. KEWAJIBAN MENGAMALKAN ILMU


Banyak orang menuntut ilmu yang tidak diamalkan, ilmunya menjadi sia-sia
hanya digunakan untuk menunjukan kehebatan dan keutamaan dirinya,serta untuk
tujuan yang berbau keduniaan.

Amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari adzab Allah. Dalam
mengamalkan ilmu kita harus memperhatikan hal-hal berikut,diantaranya :
1. Jangan melihat tempat dan waktu dalam mengamalkan ilmu
2. Meskipun sedikit amalkan ilmumu,
3. Janganlah menunggu masa tua dalam mengamalkan ilmu.
4. Jangan beranggapan ilmu itu bisa mengangkat derajat mu bila tanpa
diamalkan.

Ali ra berkata : “Barangsiapa menyangka bahwa tanpa jerih payah beribadah


dirinya bisa mencapai derajat yang tinggi,itu berarti dia mengharapkan perkara
yang sulit datangnya. Barangsiapa menyangka bahwa dengan menyepelekan

17
ibadah dirinya bisa mencapai derajat tinggi,itu menunjukan kesombongan dirinya
(ia sudah merasa cukup amal ibadahnya)”
Al Hasan berkata : “Mencari surga tanpa beramal adalah suatu dosa,dari
jenis dosa-dosa yang lain”
Nabi Isa bersabda: “Orang yang mempelajari suatu ilmu tetapi tidak mau
mengamalkannya,bagaikan seorang wanita yang berbuat zina ditempat
tersembunyi,lalu ia hamil dan perut wanita itu semakin besar,yang akhirnya
ketahuan dia hamil. Begitu juga dengan orang yang tidak mau mengamalkan
ilmunya,pada hari kiiamat nanti Allah akan memperlihatkan dia dihadapan
semua makhluk yang hadir di Makhsyar”

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat


dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim hidup dengan indah dan agar
setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat
membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai
Allah swt.

Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa


memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan
dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam, dan tidak hanya mempelajari
ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun teknologi namun harus mengamalkan nya
agar dapat berguna bagi orang lain dan mendapatkan manfaat dari ilmu
tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mrizky, Alfi.“Makalah Pentingnya Mengamalkan Ilmu, Hadist Tarbawi”.


13 April 2017. https://alfimrizky18.blogspot.com/2017/04/makalah-
pentingnya-mengamalkan-ilmu.html

Widodo, Y.“Makalah Pendidikan Agama Tentang Ilmu Pengetahuan


DaTeknologi (IPTEK) Dalam Islam”.2018.
https://www.academia.edu/36067756/MAKALAH_PENDIDIKAN_AGAMA_
TENTANG_ILMU_PENGETAHUAN_DAN_TEKNOLOGI_IPTEK_DALA
M_ISLAM

Tenriani.“Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan Dan


Mengamalkannya”.2015. https://tenri02.blogspot.com/2015/10/kewajiban-
menuntut-ilmu-mengembangkan.html

Laksmanhamkiem93.“Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Dalam islam”.


27 NNovember 2012.
https://laksmanhakiem93.wordpress.com/2012/11/27/ilmu-pengetauan-dan-
teknologi-dalam-pandangan-islam/

20

Anda mungkin juga menyukai