PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam islam, ilmu memiliki aksiologis yang sangat agung, karena dengan
ilmulah semuanya berawal dalam meniti jalan suci ini. Selain itu ilmu juga dapat
mengangkat derajat bagi siapa saja yang memilikinya.
Begitulah nikmatnya islam , sehingga segala tingkah laku kita diatur oleh
islam , sampai pada ilmu pun Islam mengaturnya , mulai dari kewajiban menuntut
ilmu , mengamalkan ilmu dan ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmu
.Hal tersebut harus kita pelajari secara mendetail sehingga kita tidak termasuk
orang yang salah dalam memahami ilmu.
Ilmu yang kita peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi
penolong bagi kita yaitu dengan cara mengamalkannya , baik dengan
mengajarkannya maupun yang lainnya . Ilmu tersebut dapat menjadi boomerang
bagi kita , jika kita tidak mengamalkan ilmu tersebut . Ada ungkapan “ jangan
biarkan satu orang pun tersesat karena ilmu yang kita peroleh tidak di amalkan “
.Begitulah pentingnya mengamalkan ilmu sehingga ada pahala yang menanti kita
jika kita mengamalkan ilmu yang kita perolah ,namun sebaliknya disana juga
telah menanti kehancuran yang sedang mengendap – ngendap di balik layar untuk
menjerumuskan kita , jika kita tidak mengamalkan apa yang kita pelajari.
B. Rumusan masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI IPTEK
Iptek singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kata ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kesulitan tertentu di
(bidang pengetahuan) itu.
Pengertian ilmu menurut para ahli
Pengertian ilmu menurut minto rahayu
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku
umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman yang bersifat
pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum
dicoba dan diuji
Pengertian ilmu menurut popper
Ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.
Pengertian ilmu menurut dr. H. M. Gade
Ilmu adalah falsafah. Yaitu hasil pemikiran tentang batas-batas
kemungkinan pengetahuan manusia
Pengertian ilmu menurut m. Izuddin taufiq
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan,
pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan
dasar ataupun asal usulnya
3
Pengertian ilmu menurut thomas kuhn
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan,
bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya
pengertian ilmu menurut dr. Maurice bucaille
Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka
waktu yang lama maupun sebentar.
Dari semua pendapat tentang pengertian ilmu di atas kita dapat menyimpulkan
bahwa ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi.
Pengetahuan berasal dari kata “tahu” atau disebut juga mengerti. Dalam
pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul
terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.
Teknologi, adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan
menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar
kepada proses teknis tertentu.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara
tentang alam materi dan fenomenanya. Al-Quran menyatakan bahwa alam raya
diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia
4
Dalam QS.45 (Al-Jasiyah) :13
Artinya :
Allah SWT berfirman: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit
dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berfikir.”
Artinya:
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Artinya :
Dan orang-orang yang berjihad/bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
(QS al Ankabut: 69)
5
Berkata Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa:
6
C. PENTINGNYA MENGAMALKAN IPTEK
Ilmu yang telah kita peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat
menjadi penolong bagi kita, yaitu dengan cara mengamalkannya, baik dengan
mengajarkannya maupun yang lainnya. Hal ini merupakan fardhu ‘ain bagi setiap
Muslim. Mengingat adanya ancaman-ancaman di dalam al-Qur’an bagi orang-
orang yang tidak mengamalkan ilmunya padahal ia mengetahui ilmu tersebut.
Berikut ini adalah diantara ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan tentang pentingnya
mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh:
1. Surat al-fatihah ayat 7
“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.
Penggalan “…..jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka,” menafsirkan “ jalan yang lurus”. Orang-orang yang telah
dianugerahi nikamat oleh Alloh, mereka yang dituturkan dalam surat An-
Nisa’, “ Dan barangsiapa mentaatai Alloh dan Rosul-(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Alloh, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang yang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang
demikian itu adalah karunia dari Alloh, dan Alloh cukup mengetahui,”
(an-Nisa: 89-70)
“ Bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat”, yaitu bukan jalan orang-orang yang dimurkai. Mereka adalah
7
orang-orang yang rusak kehendaknya; mereka mengetahui kehendaknya,
namun berpindah dari kebenaran tersebut.
Dan, “ bukan ( pula) jalan mereka yang sesat”, yaitu mereka tidak
memiliki pengetahuan dan menggandrungi kesesatan. Mereka tidak
mendapat petunjuk ke arah kebenaran. Hal itu dikuatkan dengan Laa untuk
menunjukkan bahwa disana ada dua jalan yang rusak, yaitu jalan kaum
Yahudi dan jalan kaum Nashroni. Sesungguhnya jalan orang-orang yang
beriman itu mencakup pengetahuan akan kebenaran dan pengamalannya,
sedangkan kaum Yahudi tidak memiliki amal dan kaum Nashroni tidak
memiliki pengetahuan.
Bertumpu pada hal tersebut maka seyogianya kita sebagai seorang Muslim
untuk mengikuti langkah orang yang telah dianugerahkan nikmat kepada
mereka, karena mereka mempunyai ilmu dan beramal dengan ilmu
tersebut. Bukan orang Yahudi karena mereka punya ilmu tetapi tidak
diamalkan. Ungkapan inilah yang memberitahukan kita akan pentingnya
mengamalkan ilmu, agar kita tidak seperti orang Yahudi yang mendapat
murka Alloh.
8
2. Al-Qur’an Surat Al-‘Ashr ayat 3
Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.” Ayat ini menyebutkan tentang kriteria orang-orang yang
terbebas dari justifikasi “rugi”.
Diantaranya ada dua syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh seorang
hamba yakni sebagai berikut:
9
yang dilancarkan kepada orang-orang yang mengamalkan amal ma’ruf
dan nahi munkar.
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan
membuat dia faqih (paham) tentang ilmu agama.”(HR Bukhari dan Muslim).
10
Hendaklah seorang muslim mengetahui pentingnya mengamalkan ilmunya,
karena seorang yang tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu tersebut akan
menjadi penghujat dirinya, sebagaimana hadits Abu Barzah .
Rasulullah bersabda:
وعن علمه ماذا عمل: ومنها،ال تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن أربع
فيه
“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti
hingga ia ditanya tentang empat hal -diantaranya-: tentang ilmunya, apa yang
telah ia amalkan darinya.” [Hadits dikeluarkan oleh At-Tirmidzy (7/101 Tuhfah)
beliau berkata: “hadits hasan shahih. “Lihat Ash-shahihah karya Al-Albany
(946). lqtidha Al-Ilmi Al-‘Amalkarya Khathib Al-Baghdady (hal 16 dan
selanjutnya) . Shahih Targhib Wa Tarhib,(1/125).]
11
Malik bin Dinar berkata,
من طلب العلم للعمل وفقه هللا ومن طلب العلم لغير العمل يزداد بالعلم فخرا
“Barangsiapa yang mencari ilmu (agama) untuk diamalkan, maka Allah akan
terus memberi taufik padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari ilmu, bukan
untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya sebagai kebanggaan (kesombongan)”
(Hilyatul Auliya’, 2: 378).
إذا تعلم العبد العلم ليعمل به كسره علمه وإذا تعلم العلم لغير العمل به زاده فخر
“Jika seorang hamba mempelajari suatu ilmu dengan tujuan untuk diamalkan,
maka ilmu itu akan membuatnya semakin merunduk. Namun jika seseorang
mempelajari ilmu bukan untuk diamalkan, maka itu hanya akan membuatnya
semakin sombong (berbangga diri).” (Hilyatul Auliya’, 2: 372).
مثل من تعلم علما ال يعمل به كمثل طبيب معه دواء ال يتداوى به
“Permisalan orang yang memiliki ilmu lantas tidak diamalkan adalah seperti
seorang dokter yang memiliki obat namun ia tidak berobat dengannya.” (Hilyatul
Auliya’, 4: 71).
12
Ibrahim Al Harbi berkata,
حملني أبي الى بشر بن الحارث فقال يا أبا نصر ابني هذا مشتهر بكتابة الحديث
والعلم فقال لي يا بني هذا العلم ينبغي أن يعمل به فان لم يعمل به كله فمن كل
مائتين خمسة مثل زكاة الدراهم
“Ayahku pernah membawaku pada Basyr bin Al Harits, lanta ia berkata, “Wahai
Abu Nashr (maksudnya: Basyr bin Al Harits), anakku sudah masyhur dengan
penulisan hadits dan ia terkenal sebagai orang yang berilmu.” Lantas Basyr
menasehatiku, “Wahai anakku, namanya ilmu itu mesti diamalkan. Jika engkau
tidak bisa mengamalkan seluruhnya, amalakanlah 5 dari setiap 200 (ilmu) seperti
halnya hitungan dalam zakat dirham -perak- (yaitu 1/40 atau 2,5%).” (Hilyatul
Auliya’, 8: 347)
13
Ma’ruf Al Karkhi berkata,
إذا أراد هللا بعبد خيرا فتح هللا عليه باب العمل وأغلق عنه باب الجدل وإذا أراد
بعبد شرا أغلق عليه باب العمل وفتح عليه باب الجدل
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba, Dia akan membuka
baginya pintu amal dan akan menutup darinya pintu jidal (suka berdebat atau
bantah-bantahan). Jika Allah menginginkan kejelekan pada seorang hamba, Dia
akan menutup baginya pintu amal dan akan membuka baginya pintu jidal (suka
berdebat)” (Hilyatul Auliya’, 8: 361).
14
Artinya :
ُ فَيَدُور، ِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَار، ِيُجَاﺀُ بِالرَجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَار
مَا، ُ فَيَقُولُونَ أَىْ فُﻼَن، ِ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَارِ عَلَيْه، ُكَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاه
ْشَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْﺖَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوﻑِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْﺖُ آمُرُكُم
ِ وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيه، ِبِالْمَعْرُوﻑِ وَالَ آتِيه
Artinya :
“Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam
neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar
seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di
sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah
15
kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang
melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu
memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya.
Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang
mengerjakannya. ” (HR. Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)
Maka hati-hatilah dari salah niat. Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َمَنْ تَعَلَمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللَهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ غَيْرَ اللَهِ فَلْيَتَبَوَأْ مَقْعَدَهُ مِن
ِالنَار
“Siapa yang belajar agama karena selain Allah -atau ia menginginkan denagn
ilmu tersebut selain Allah-, maka hendaklah ia menempati tempatnya di neraka. ”
(HR. Tirmidzi no. 2655. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib,
sedangkan Syaikh Al Albani mendhoifkan hadits ini).
Belajar bukan untuk berdebat. Niat belajar yang benar adalah untuk memperbaiki
diri sendiri terlebih dahulu.
ِالَ تَعَلَمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاﺀَ وَالَ لِتُمَارُوا بِهِ السُفَهَاﺀَ وَالَ تَخَيَرُوا بِه
16
“ Janganlah belajar ilmu agama untuk berbangga diri di hadapan para ulama
atau untuk mendebat orang-orang bodoh, dan jangan mengelilingi majelis untuk
maksud seperti itu. Karena barangsiapa yang melakukan demikian, maka neraka
lebih pantas baginya, neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ibnu Majah no. 254.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ada empat hal yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minta pada Allah untuk
dijauhkan,
ُاللَهُمَ إِنِى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ الَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ الَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ الَ تَشْبَع
َوَمِنْ دَعْوَةٍ الَ يُسْتَجَابُ لَه
“Allahumma inni a’udzu min ‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa yakhsya’, wa
min nafsin laa tasyba’, wa min da’watin laa yustajaabu lahaa
(artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa
puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan).” (HR. Muslim no. 2722).
Amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari adzab Allah. Dalam
mengamalkan ilmu kita harus memperhatikan hal-hal berikut,diantaranya :
1. Jangan melihat tempat dan waktu dalam mengamalkan ilmu
2. Meskipun sedikit amalkan ilmumu,
3. Janganlah menunggu masa tua dalam mengamalkan ilmu.
4. Jangan beranggapan ilmu itu bisa mengangkat derajat mu bila tanpa
diamalkan.
17
ibadah dirinya bisa mencapai derajat tinggi,itu menunjukan kesombongan dirinya
(ia sudah merasa cukup amal ibadahnya)”
Al Hasan berkata : “Mencari surga tanpa beramal adalah suatu dosa,dari
jenis dosa-dosa yang lain”
Nabi Isa bersabda: “Orang yang mempelajari suatu ilmu tetapi tidak mau
mengamalkannya,bagaikan seorang wanita yang berbuat zina ditempat
tersembunyi,lalu ia hamil dan perut wanita itu semakin besar,yang akhirnya
ketahuan dia hamil. Begitu juga dengan orang yang tidak mau mengamalkan
ilmunya,pada hari kiiamat nanti Allah akan memperlihatkan dia dihadapan
semua makhluk yang hadir di Makhsyar”
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20