Anda di halaman 1dari 16

“SEJARAH LEMBAGA PENDIDIKAN DI

INDONESIA”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Islam

Dosen Pengampu:
Hj. Aridlah Sendy Robikhah, M.PdI

Disusun Oleh:
1. Galuh Ivani Istina Putri (011910075)
2. Nur Kholifah (011910086)
3. Mohammad Iqbal Karim (011910083)
4. Mukamat Efendi (011910084)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahhmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah yang berjudul “Sejarah Lembaga Pendidikan di Indonesia” ini
bisa selesai pada waktunya. Sholawat serta salam kami ucapkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW rahmatan lil alamin.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen yang mengajar mata kuliah
Sosiologi Pendidikan Islam, Ibu Hj. Aridlah Sendy Robikhah, M.PdI, serta teman-
teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Lamongan, 12 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Lembaga Pendidikan Islam.....................................................3
2.2 Munculnya Lembaga Pendidikan Islam Tradisional di Indonesia............3
1. Pondok Pesantren......................................................................................4
2. Madrasah...................................................................................................5
3. Surau..........................................................................................................5
4. Meunasah...................................................................................................6
2.3 Lembaga Pendidikan Islam Modern..........................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Islam di Indonesia telah muncul dan berkembang dalam
berbagai bentuk lembaga yang bervariasi, seperti pesantren, madrasah, surau,
dan sebagainya. Dalam perkembangannya, pendidikan Islam di Indonesia
ditandai dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai
dari yang sangat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung
modern dan lengkap. Lembaga pendidikan Islam telah memainkan perannya
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya.
Pada awal perkembangan Islam di Indonesia, masjid merupakan satu-
satunya pusat berbagai kegiatan. Baik kegiatan keagamaan, sosial
kemasyarakatan, maupun kegiatan pendidikan. Awal mulanya masjid mampu
menampung kegiatan pendidikan yang diperlukan masyarakat. Namun karena
terbatasnya tempat dan ruang, mulai dirasakan tidak dapat menampung
masyarakat yang ingin belajar. Maka dilakukanlah berbagai pengembangan
secara bertahap hingga berdirinya lembaga pendidikan Islam yang secara khusus
berfungsi sebagai sarana menampung kegiatan pembelajaran sesuai dengan
tuntutan masyarakat saat itu. Dari sinilah mulai muncul beberapa istilah lembaga
pendidikan di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan lembaga pendidikan Islam?
2. Bagaimana Munculnya Lembaga Pendidikan Islam Tradisional di
Indonesia?
3. Bagaimana Lembaga Pendidikan Modern di Indonesia?

iii
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari lembaga Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui munculnya lembaga Pendidikan Islam tradisional di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui lembaga pendidikan modern di Indonesia.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Pendidikan Islam


Secara bahasa, lembaga adalah badan atau organisasi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, lembaga adalah badan atau organisasi yang
tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.1
Badan atau lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang
karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab pendidikan kepada peserta
didik sesuai dengan misi badan tersebut.
Lembaga pendidikan sebagai lembaga atau tempat berlangsungnya proses
pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu
ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Sebagian
lagi mengartikan lembaga pendidikan merupakan institusi, media, forum, atau
situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan terselenggaranya proses
pembelajaran, baik secara terstruktur maupun secara tradisi yang telah
diciptakan sebelumnya.2 Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa
lembaga pendidikan Islam merupakan institusi, badan, yayasan yang dibentuk
untuk keperluan pendidikan dan sarana untuk menanamkan nilai-nilai agama
Islam.

2.2 Munculnya Lembaga Pendidikan Islam Tradisional di Indonesia


Pada awalnya pendidikan Islam tampak sangat tradisional yang berbentuk
halaqoh-halaqoh. Apalagi bila dilihat ke belakang mulai dari zaman Nabi
diawali dengan pelaksanaan pendidikan di rumah (informal), kuttab (lembaga
pendidikan yang didirikan dekat masjid, tempat untuk belajar membaca dan
menulis Al-Quran), kemudian pendidikan di masjid dengan membentuk
halaqoh-halaqoh (lingkaran kecil, saling berkumpul dan transfer ilmu), shallon

1
Ibrahim Bafadhol, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia”, Jurnal Edukasi Islami, Vol. 6 No.
11, (2017), 60
2
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga,
dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKIS, 2009), 121

v
(sanggar-sanggar seni; kemudian berkembang menjadi tempat tukar menukar
keilmuan, transfer pengetahuan), dari masjid berubah menjadi madrasah.3 Ciri
pendidikan Islam tradisional yang sangat menonjol adalah lebih betumpu
perhatiannya terhadap ilmu-ilmu keagamaan semata dengan mengabaikan ilmu-
ilmu modern. Proses ini mulai dilakukan di rumah-rumah, kuttab, sallon, masjid
dan madrasah ilmu yang diajarkan seputar pengajaran ilmu keagamaan.
Pada awal perkembangan Islam di Indonesia, masjid merupakan satu-
satunya pusat berbagai kegiatan. Baik kegiatan keagamaan, sosial
kemasyarakatan, maupun kegiatan pendidikan. Bahkan kegiatan pendidikan
yang berlangsung di masjid masih bersifat sederhana kala itu sangat dirasakan
oleh masyarakat muslim. Maka tidak mengherankan apabila masyarakat dimasa
itu menaruh harapan besar kepada masjid sebagai tempat yang bisa membangun
masyarakat muslim yang lebih baik. Awal mulanya masjid mampu menampung
kegiatan pendidikan yang diperlukan masyarakat. Namun karena terbatasnya
tempat dan ruang, mulai dirasakan tidak dapat menampung masyarakat yang
ingin belajar. Maka dilakukanlah berbagai pengembangan secara bertahap
hingga berdirinya lembaga pendidikan Islam yang secara khusus berfungsi
sebagai sarana menampung kegiatan pembelajaran sesuai dengan tuntutan
masyarakat saat itu. Dari sinilah mulai muncul beberapa istilah lembaga
pendidikan di Indonesia yaitu:

1. Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
pondok dan pesantren. Kedua kata ini memiliki makna yang berbeda. Pondok
dalam bahasa Arab funduk yang berarti tempat singgah, sedangkan pesantren
adalah lembaga pendidikan Islam yang dalam pelaksanaan pembelajarannya
tidak dalam bentuk klasikal. Jadi, pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam nonklasikal yang peserta didiknya disediakan tempat
singgah atau pemondokan.4
3
Moh. Khoiruddin, “Pendidikan Islam Tradisional dan Modern”, Jurnal Tasyri’, Vol. 25 No. 2,
(2018), 93
4
KM. Akhiruddin, “Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara”, Jurnal Tarbiya, Vol. 1, No.1,
(2015), 197

vi
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang konon
tertua serta tumbuh dan berkembang di Indonesia khususnya di pulau Jawa
yang khas Indonesia dan sampai saat ini tetap survive. Untuk bisa dikatakan
sebuah pesantren sekurang-kurangnya harus memiliki kyai, santri, masjid,
dan pondok. Seorang yang ‘alim belum disebut sebagai kyai kecuali ia
memiliki pesantren dan santri yang tinggal di pesantren.5
Sosok kyai dalam lembaga pesantren memberikan kesan yang luar biasa
yang harus disegani dan dihormati baik oleh santrinya maupun masyarakat
sekitar. Ini karena seorang kyai merupakan tempat bertanya atau sumber
referensi, tempat menyelesaikan masalah dalam segala urusan, serta tempat
meminta nasihat dan fatwa.6
2. Madrasah
Kata madrasah dalam bahasa Arab madrasatun berarti tempat atau
wahana untuk mengenyam proses pembelajaran. Madrasah merupakan wadah
atau tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian
lainnya yang berkembang pada zamannya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa istilah madrasah bersumber dari Islam itu sendiri. Dalam
perkembangannya di Indonesia, madrasah islamiyah ini merupakan lembaga
yang berdiri jauh sebelum SD, SMP, SMU/ SMK, atau perguruan tinggi/
Universitas. Sebab madrasah adalah salah satu sarana atau media tempat yang
strategis bagi kyai/ ustadz dengan masyarakat dalam rangka menyampaikan
aspek-aspek ajaran islam. Melalui madrasah juga, para raja muslim,
menyampaikan program kenegaraan dan keagaman yang dianutnya.7
3. Surau
Surau berasal dari Sumatera Barat tepatnya di Minangkabau. Sebelum
menjadi lembaga pendidikan Islam, surau pernah digunakan sebagai tempat
peribadatan agama Hindu-Budha. Bagi masyarakat Sumatra Barat, surau
tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar saja tetapi juga berfungsi untuk

5
M. Syakur, “Sosiologi Pendidikan Islam”, Jurnal Ar-Riwayah, Vol. 7, No. 2, (2015), 181
6
KM. Akhiruddin, 203
7
Ibid, 204

vii
kegiatan lainnya seperti tempat rapat, berkumpul, dan kegiatan lainnya.
Dalam sejarah lembaga pendidikan Islam, surau telah mampu melahirkan
ulama-ulama besar yang disegani banyak masyarakat. Sebagai lembaga
pendidikan tradisional, surau menggunakan sistem pendidikan halaqah.
Materi pendidikan yang diajarkan pada awalnya masih di seputar belajar
huruf hijaiyah dan membaca Al-Quran, disamping ilmu-ilmu keislaman
lainnya, seperti keimanan, akhlak dan ibadah. Peda umumnya pendidikan ini
dilaksanakan malam hari.8
4. Meunasah
Meunasah merupakan pusat peradaban masyarakat Aceh. Sebagaimana
surau, meunasah juga mempunyai berbagai fungsi seperti tempat jual beli,
dan sebagainya. Di setiap kampung di Aceh dibangun meunasah yang
berfungsi sebagai center of culture (pusat kebudayaan) dan center of
education (pusat pendidikan) bagi masyarakat. Dikatakan center of culture,
karena meunasah ini memang memainkan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan orang Aceh dan disebutkan center of education, karena secara
formal anak-anak masyarakat Aceh memulai pendidikannya di lembaga ini.
Meunasah merupakan tingkat pendidikan terendah. Belajar di meunasah tidak
ditentukan batas umur serta tidak dipungut biaya. Dengan adanya lembaga
ini, masyarakat Aceh mempunyai fanatisme terhadap agam Islam yang
tinggi.9

Perkembangan lembaga-lembaga pendidikan pada masa awal ini tidaklah


mengherankan karena para pendahulu (penyebar agama Islam) ingin berusaha
memadukan konteks “ke-Indonesia-an dengan ke-Islam-an”. Kemudian
berkembang menjadi pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Pendidikan
Islam tradisional, ditinjau dari segi system pendidikan memliki karakteristik
sendiri dibandingkan dengan system pendidikan modern. Karakteristik dari
system pendidikan tradisional lebih mengarah kepada proses pendidikan yang
masih memakai system lama (tradisional) belum mempunyai perubahan yang
8
KM. Akhiruddin, 209
9
Ibid, 213-214

viii
sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa karekteristik pendidikan Islam
tradisional diantaranya:
1. Orientasi Pendidikan Adalah Mengemban Misi Suci
Orientasi pendidikan adalah mengemban tugas suci, menyebarkan agama.
Titik tolak ini berkembang dari para sahabat sampai pada penyebar agama Islam
awal termasuk di Indonesia. Para Wali (wali sanga) menyebarkan Islam di
Indonesia berawal dari panggilan suci, menyampaikan amanat sehingga tujuan
akhir yang ingin dicapai adalah mardlotillah, ridlo Allah SWT. Manusia pada
satu sisi sebagai hamba Tuhan yang berbanding sejajar dengan makhluk lain,
dengan segala bentuk ritualnya masing-masing, pada sisi lain sebagai puncak
ciptaan Tuhan manusia mengusung misi suci berdasarkan visi yang telah
digariskan Tuhan sebagai “khalifah”.10
2. Melestarikan ajaran Islam
Salah satu untuk melanggengkan ajaran Islam adalah dengan proses
pewarisan ajaran, budaya, adat istiadat masyarakat beragama. Melestarikan
ajaran adalah tugas setiap muslim. Tugas yang diemban didasarkan pada
panggilan suci untuk mewariskan nilai-nilai relegius pada generasi selanjutnya.
Proses pelestarian ajaran Islam ini tidak hanya dilihat dari segi keilmuan saja
tetapi juga dari pembentukan etika dan akhlak. Penanaman akhlak adalah suatu
hal yang sangat penting dalam pewarisan dan pelestarian ajaran Islam ini. Tidak
heran para peserta didik masa tradisional ini sangat santun baik kepada orang
tua, lingkungan apalagi kepada para gurunya. Adab, etika sopan santun dijadikan
alat untuk menentukan keberhasilan peserta didik.
3. Penguatan Doktrin Tauhid
Seting masyarakat masa itu belum mengenal Islam sehingga penyampaian
nilai-nilai agama sangat sederhana. Sosio-kultur masih diwarnai dengan adat-
istiadat setempat yang masih (di Indonesia) beragama Hindu, Budha, animisme
dan diamisme. Tidak jarang penyebar agama Islam memakai pendekatan
“cultural approach”. Pendekatan budaya sebagai konsekwensi dari keadaan
kultur masyarakat dimana para penyebar Islam awal berdakwah merupakan

10
Moh. Khoiruddin, 94

ix
keniscayaan. Hal ini dilakukan karena pada awal-awal-awal penyebaran agama
Islam, masyarakat masih memeluk agama dan kepercayaan setampat. Penguatan
doktrin agama dengan menanamkan aqidah-tauhid menjadi garapan pertama di
awal-awal pendidikan. Doktrin baru dengan meng”Esakan” Tuhan inilah yang
diajarkan Nabi selama belasan tahun di Mekkah. Demikian pula pola dan
metode yang dilakukan di Indonesia. Usaha ini sekaligus bertujuan untuk
memperkokoh dimensi-dimensi keimanan.11
4. Terfokus pada Pendidikan Keilmuan Islam.
Salah satu metode berfikir masyarakat tradisional Islam pada waktu itu
adalah bagaimana mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada generasinya. Sehingga
di tempat-tempat halaqoh yang diajarkan adalah terfokus pada ilmu-ilmu
keislaman. Pendidikan tradisional belum menambahkan ilmu-ilmu yang
berdimensi keduniaan. Masih seputar Al-Qur’an, Tarikh, Fikih, ibadah dan ilmu
Islam lainnya.12
5. Pendidikan Terpusat pada guru
Dalam deskriptif aliran tradisional guru menjadi pusat dalam proses
belajar mengajar. Guru sebagai tokoh sentral dalam usaha pentransferan ilmu
pengetahuan, sebagai sumber ilmu pengetahuan, serba tahu sehingga gambaran
mengenai guru adalah sosok manusia ideal yang selalu berwatak dewasa dan
semua tingkah lakunya harus digugu dan ditiru oleh para peserta didiknya. 13
Istilah yang dipakai dalam pendidikan Islam tradisional ini adalah syeikh,
ustadz, kyai. Dalam kajian pendidikan tradisional, kunci utama dalam proses
pembelajaran adalah guru. Guru harus mampu menyampaikan pelajaran,
mentransfer knowledge kepada peserta didik.
6. Sistem Pembelajaran
Sistem belajarnya memakai halaqoh, bekumpul, mengelompok setelah itu
maju satu persatu. Sehingga bisa dikatakan bahwa sistem yang dijalankan
dengan memakai dua pendekatan, kelompok dan individual. Dalam istilah
pesantren ada sorogan dan bandongan. Sistem sorogan lebih berorientasi pada
11
Moh. Khoiruddin, 96
12
Ibid, 97
13
Ibid, 98

x
pendekatan individual, bimbingan pribadi sedangkan system bandongan adalah
bimbingan kelompok. Sistem pembelajaran masih bersifat konvensional, dengan
sistem pembelajaran tidak di dalam kelas, tetapi masih bersifat berkumpul,
halaqoh maupun berkelompok. Dengan mengambil salah satu menjadi
guru/tutor. Dalam pendidikan tradisional tersebut, belum mengenal guru
profesional, siapa yang dianggap lebih mengetahui maka dia bisa menjadi
seorang mu’allim.
7. Metode Mengajar
Metode yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar adalah
metode ceramah. Metode ini paling dominan digunakan dengan diselingi dengan
metode imla’, mencatat. Dominannya metode ini disebabkan oleh beberapa hal,
pertama perkembangan pendidikan belum semodern sekarang, kedua sarana
prasarana masih sangat sederhana, ketiga saat itu metode ini sangat effektif dan
efesien, keempat tidak memerlukan waktu untuk persiapan mengajar tergantung
kelihaian guru. Metode ceramah adalah dengan cara penyampaian informasi
berupa ilmu pengetahuan melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada
peserta didik.14

2.3 Lembaga Pendidikan Islam Modern


Paradigma baru pendidikan Islam yang dimaksud di sini adalah pemikiran
yang terus dikembangkan melalui pendidikan untuk merebut kembali pendidikan
IPTEK, akan tetapi tidak melupakan pendidikan agama, sebagaimana zaman
keemasan dulu. Pencarian paradigma baru dalam pendidikan Islam di mulai dari
konsep manusia menurut Islam, pandangan Islam terhadap IPTEK, dan setelah
itu baru dirumuskan konsep atau sistem pendidikan Islam secara utuh. Jika
diartikan dalam dunia pendidikan, pendidikan tidak seharusnya tetap tanpa
adanya perubahan. Pendidikan harus melakukan paradigma/perubahan sebagai
upaya untuk membekali para peserta didik hidup di zamannya dan zaman yang
akan datang.

14
Moh. Khoiruddin, 98

xi
Menurut Babun sebagaimana yang telah dikutip oleh Khoirddin dalam
jurnalnya, bahwa dalam masa informasi ini, siapa yang mampu menguasai dunia
informasi, maka mereka akan mampu menguasai dunia. Siswa harus mampu
menguasai dunia informasi, sehingga mereka mampu hidup dan exsist di
zamannya.15 Terkait dengan hal tersebut, sudah semestinya lembaga pendidikan
tidak hanya mengajarkan tentang ulum al-din, tetapi juga harus mengajarkan
tentang IPTEK untuk menjwab tantangan zaman. Prinsip-prinsip lain dalam
paradigma baru pendidikan Islam yang ingin dikembangkan adalah: tidak ada
dikotomi antara ilmu dan agama; ilmu tidak bebas nilai tetapi bebas di nilai;
mengajarkan agama dengan bahasa ilmu pengetahuan dan tidak hanya
mengajarkan sisi tradisional, melainkan sisi rasional.
Pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan
atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk menerapkan ajaran dan nilai-nilai
Islam, sehingga dalam prakteknya pendidikan Islam di Indonesia dapat
dikelompokkan kedalam lima jenis yaitu:
1. Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah, yang menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut
sebagai pendidikan keagamaan (Islam) formal seperti pondok
pesantren /Madrasah Diniyah(Ula, Wustha, Ulya).
2. Madrasah dan pendidikan lanjutannya seperti Institut Agama Islam Negeri,
Universitas Islam Negeri yang bernaung dibawah Naungan Kementrian
Agama.
3. Pendidikan usia dini/TK, sekolah/ perguruan tinggi yang diselenggarakan
serta berada dibawah naungan Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda
dan Olah Raga.
4. Pelajaran agama Islam di sekolah/madrasah/perguruan tinggi sebagai suatu
mata pelajaran atau mata kuliah, dan sebagai program studi.
5. Pendidikan Agama Islam dalam keluarga atau ditempat ibadah, atau
diforum-forum kajian keislaman, seperti: majelis ta’lim dan institusi

15
Moh. Khoiruddin, 100

xii
lainnya yang sekarang sedang digalakkan oleh masyarakat, atau
pendidikan (Islam) melalui jalur pendidikan non formal dan informal.16

Pendidikan agama Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan


dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam. Dalam
pengertian ini, pendidikan agama Islam mencakup: Pertama, Kepala
Sekolah/Madrasah atau Pimpinan perguruan tinggi yang mengelola dan
mengembangkan aktifitas kependidikannya yang disemangati atau dijiwai oleh
ajaran dan nilai-nilai Islam, serta tenaga-tenaga penunjang pendidikan (seperti
putakawan, laboratarium, tenisi sumber belajar dan lain-lain) yang mendukung
terciptanya suasana, iklim dan budaya keagamaan disekolah/madrasah atau
perguruan tinggi tersebut; dan Kedua, komponen-komponen aktifitas
pendidikan, sepeti kurikulum atau program pendidikan, peserta didik yang tidak
sekedar pasif-reseptif, tetapi aktif kreatif, personifikasi pendidik/guru, konteks
belajar atau lingkungan, alat/media/sumber belajar, metode, dan nilai nilai Islam,
atau yang berciri khas Islam.17
Pendidikan modern, memiliki beberapa karakteristik tersendiri bila
dibandingkan dengan pendidikan tradisional. Hal ini dikarenakan pendidikan
modern, jelas lebih mengarah mengikuti perubahan zaman. Ciri khas pendidikan
Islam modern, bukan hanya bersifat ukhrowi saja, tetapi juga berbicara tentang
duniawi, sehingga pendidikan modern ini mengarah kepada 2 kebahagiaan, yaitu
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Proses pembelajarannya pun bukan
hanya terfokus kepada guru, tetapi seluruh komponen merupakan pusat
pembelajaran termasuk lingkungan dan murid. Hal ini diartikankan bahwa siswa
bukan hanya hebat disisi kognitif saja, tetapi juga dari segi afektif dan
psikomotorik juga mengena kepada siswa.18

16
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2009 ), 14
17
Ibid, 14-15
18
Moh. Khoiruddin, 102

xiii
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga
pendidikan Islam merupakan institusi, badan, yayasan yang dibentuk untuk
keperluan pendidikan dan sarana untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam.
Pada awalnya pendidikan Islam tampak sangat tradisional. Apalagi bila dilihat ke
belakang mulai dari zaman Nabi diawali dengan pelaksanaan pendidikan di rumah
(informal), kuttab, kemudian pendidikan di masjid dengan membentuk halaqoh-
halaqoh, shallon, dari masjid berubah menjadi madrasah. Ciri pendidikan Islam
tradisional yang sangat menonjol adalah lebih betumpu perhatiannya terhadap
ilmu-ilmu keagamaan semata dengan mengabaikan ilmu-ilmu modern.
Pencarian paradigma baru dalam pendidikan Islam di mulai dari konsep
manusia menurut Islam, pandangan Islam terhadap IPTEK. Pendidikan harus
melakukan paradigma/perubahan sebagai upaya untuk membekali para peserta
didik hidup di zamannya dan zaman yang akan datang. Pendidikan modern, jelas
lebih mengarah mengikuti perubahan zaman. Ciri khas pendidikan Islam modern,
bukan hanya bersifat ukhrowi saja, tetapi juga berbicara tentang duniawi,
sehingga pendidikan modern ini mengarah kepada 2 kebahagiaan, yaitu
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.

3.2 Saran
Demikian makalah ini disusun, yang mana penulis pun tentunya
menyadari bahwa makalah ini tak lepas dari kekurangan baik dalam penyusunan
maupun penyajian. Untuk itu kritik dan saran pembaca sekalian sangat kami
harapkan demi perbaikan dan evaluasi dari apa yang kami usahakan. Harapan
kami semoga bermanfaat. Aamiin.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Bafadhol, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia”, Jurnal Edukasi


Islami, Vol. 6 No. 11, 2017.
KM. Akhiruddin, “Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara”, Jurnal Tarbiya,
Vol. 1, No.1, 2015.
Moh. Khoiruddin, “Pendidikan Islam Tradisional dan Modern”, Jurnal Tasyri’,
Vol. 25 No. 2, 2018.
Moh. Roqib. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: LKIS. 2009.
M. Syakur, “Sosiologi Pendidikan Islam”, Jurnal Ar-Riwayah, Vol. 7, No. 2,
2015.
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009.

xv

Anda mungkin juga menyukai