Anda di halaman 1dari 6

Hakikat manusia menurut Islam dan tujuan akhir pendidikan Islam

Pengertian hakikat
Menurut bahasa artinya kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.

. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA


Dibandingkan dengan makhlukm lainnya, manusia mempunyai kelebihan . Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanpun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Di samping itu, manusia di beri akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan allah. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaikbaiknya (at-tiin,95:4). Manusia tetap bermartabat mulia, kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternative) tetap hidup dengan ajaran allah (QS. Al-anam:165). Oleh karena ilmu manusia di lebihkan dari makhluk lainnya. A. Tujuan penciptaan manusia Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu allah. Pengertian penyembahan kepada allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan

berarti ketundukan manusia dalam hokum allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia. Oleh kerena penyembahan harus dilkukan secara suka rela, karena allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual

penyembahannya. Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah allah ciptakan. B. Fungsi dan peran manusia Berpedoman pada al-quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempolori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran allah. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antanya adalah: Belajar Mengajarkan ilmu Membudayakan ilmu Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

4. Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT


a. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.

Makna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan quu anfusakun waahlikun naran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka). b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus

dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil allah di muka bumi, serta pegolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.

Tujuan akhir Penddidikan Islam Tujuan adalah arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas. Menurut Zakiah Darajat tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan Islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam Al-Quran disebut muttaqin. Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa. Ini sesuai benar dengan pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam tujuan

pendidikan nasional yang akan membentuk manusia Pancasialis yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan Pendidikan Islam (Umum) Tujuan umum itu dapat dijabarkan kepada tiga aspek, yaitu : 1. Menyempurnakan manusia dengan Kholiknya (hablu min Allah). Semakin dekat dan terpelihara hubungan dengan Kholik akan semakin tumbuh dan berkembang keimanan seseorang hingga mencapai kesadaran akan penerimaan ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan larangannya. 2. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya (hablu min an-naas). Memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antara manusia dan lingkungan merupakan upaya manusia agar terjadi interaksi antar sesama manusia baik dengan muslim maupun agama lainnya. Sehingga tampak betapa citra Islam dalam masyarakat yang ditunjukkan oleh tingkah laku para pemeluknya. 3. Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua hubungan yang dua itu dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan secara serasi, seimbang dan selaras dalam bentuk tindakan. Al-Attas (1979:1) menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik. Ini terlalu umum. Marimba (1964:39) berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim. Ini pun amat umum; ia memang menyebutnya sebagai tujuan akhir. Al-Abrasyi (1974:15) menghendaki tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia. Ini juga amat umum. Munir Mursyi (1977:18) menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan menurut Islam adalah manusia sempurna. Ini pun terlalu umum, sulit dioperasikan; maksudnya, sulit dioperasikan dalam tindakan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan secara nyata. Muhammad Quthb (1988:17), tatkala membicarakan tujuan pendidikan, menyatakan bahwa tujuan pendidikan lebih penting dari pada sarana pendidikan. Sarana pendidikan pasti berubah dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, bahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Akan tetapi, tujuan pendidikan tidak berubah. Yang dimaksud ialah tujuan pendidikan yang umum itu. Menurut Quthb (1988:21), tujuan umun pendidikan adalah manusia yang taqwa. Itulah manusia yang baik menurutnya. Itu diambilnya dari Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya: Sungguh yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan Allah ialah yang paling tinggi tingkat ketakwaannya.

Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam (1977) berkesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah (Ashraf, 1989:2). Dari sini dapat dilihat bahwa para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa tujuan umum (sebagian menyebutnya tujuan akhir) pendidikan Islam ialah manusia yang baik itu ialah manusia yang beribadah kepada Allah; Quthb menghendaki manusia yang baik itu ialah manusia yang takwa kepada Allah. Ungkapan-ungkapan itu sesungguhnya berbeda dari segi redaksi; esensi yang dikandungnya sama. Al-Aynayi (1980:153-217) membagi tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ialah beribadah kepada Allah, maksudnya membentuk manusia yang beribadah kepada Allah. Selanjutnya ia mengatakan bahwa tujuan umum ini sifatnya tetap, berlaku di segala tempat, waktu, dan tujuan.

Tujuan Pendidikan Islam (Khusus) Tujuan pendidikan yang khusus dapat berubah sesuai dengan kondisi tertentu. Namun bagian yang mendasar dalam tujuan pendidikan yang khusus tidak pernah berubah. Menurut Abdul Fattah Jalal (1988:119), tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Ia mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip surat Al-Takwir ayat 27, Jalal menyatakan bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi, menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia (sekali lagi: seluruh manusia). Manusia yang menghambakan diri kepada Allah. Yang dimaksud dengan menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Ini diketahui dari ayat 56 surat Al-Dzariyat: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. Ayat AlQuran yang senada dengan ayat di atas dapat juga dilihat umpamanya pada surat Al-Baqarah ayat 21, Al-Anbiya ayat 25, dan An-Nahl ayat 36. Jalal (1988:123-124) menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah haji dan mengucap syahadat. Di luar itu bukan ibadah. Sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, fikiran, perasaan yang diharapkan (disandarkan) kepada Allah. Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan,

pemikiran yang disangkutkan dengan Allah. Dalam kerangka inilah maka tujuan pendidikan haruslah mempersiapkan manusia untuk beribadah seperti itu, agar ia menjadi hamba Allah (ibad Al-Rahman). Dengan melihat tujuan umum seperti ini dapatlah dibuat rumusan tujuan pendidikan yang lebih khusus, yaitu dengan mempelajari lebih dahulu apa saja aspek ibadah tersebut. Aspek ibadah yang pertama ialah apa yang oleh fuqaha disebut ibadat, yaitu rukun Islam yang disebut di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari maupun oleh Muslim, yang berisi rukun Islam yang lima itu. Aspek ibadah yang ini merupakan kewajiban orang Islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Aspek ibadah yang kedua ialah aspek amal untuk mencari rezeki. Allah berfirman: Dan menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah ke segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya dan hanya kepada-Nya lah kalian kembali. (Al-Mulk:15). Perintah rezeki itu mengandung perintah agar mempelajari cara mencari rezeki tersebut. Oleh karena itu, perlu diajarkan teori-teori filsafat, sains, dan teknik-tekniknya. Setiap macam ibadah itu dapat menghasilkan sekurang-kurangnya satu tujuan khusus pendidikan. Diantara ibadah tersebut ialah berbuat baik kepada orang tua, menafkahkan harta dijalan Allah, berbuat baik kepada kerabat, menafkahkan harta, tidak kikir, dan tidak berlebihan, jujur dalam menimbang, tidak mencampuri urusan orang lain, rendah hati, adil, menjauhi perbuatan keji dan munkar, tidak dzalim, dan tidak bermusuhan, menepati janji dan sumpah, dan mengenakan perhiasan yang halal.

Anda mungkin juga menyukai