(MAKALAH)
Disusun Oleh:
ARHAM
(104210033)
Dosen Pembimbing
Dr. MARYANI, S.AG., M. HI
MAHASISWA SEMESTER IV
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2023
DAFTAR ISI
BAB I
A. Latar Belakang ................................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................................
A. Pengertian, Syarat, Rukun, dan Wajib Haji………………………….……..
B. Rangkaian Penyelengggaraan Ibadah Haji…..…………………...…………
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji merupakan ibadah yang ada di dalam agama Islam dan dilaksanakan
bagi orang yang mampu dalam melaksanakannya. Haji merupakan suatu rukun
islam yang kelima. Secara umum, setiap umat Islam sangat mendambakan untuk
pergi memenuhi pangilan Allah SWT pergi ke Tanah Suci Mekkah untuk
melakukan ibadah haji. Pergi ke Tanah suci Mekkah itu sendiri sangatlah
mengajarkan kita di dalam menghayati dan merasakan langsung melaksanakan
suatu ibadah yang benar-benar merasa sangatlah dekat dengan Allah SWT. Ibadah
haji merupakan suatu ibadah yang waktu pelaksanaan dan tata caranya telah
ditentukan.
Penyelengaraan ibadah haji dilakukan setiap tahun oleh umat islam di
Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan ibadah haji, menyebutkan bahwa pemerintah berkewajiban
memberikan pembinaan, pelayanan, dan perliindungan yang sebaik-baiknya
terhadap jema’ah haji melalui system dan manajemen penyelenggaraan ibadah
haji. Penyelenggaraan system dan manajemen haji dimaksudkan agar pelaksanaan
ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan
tunntutan agama, jama’ah dapat melaksanakan ibadah secara mandiri sehingga
diperoleh haji yang mabrur.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyelenggaraan ibadah haji?
2. Apa saja proses yang harus dilakukan?
3. Apa itu ibadah haji?
1
Said hawwa. Ibadah Haji, (Depok: Gema Insani Press, Al-Islam, 2012), hlm 15.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia,
2011), hlm. 3.
3
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah,
2009), hlm. 482.
b. Berakal. Artinya, setiap orang muslim yang waras, tidak mengalami
gangguan mental dan kejiwaan, maka ia berkewajiban untuk menunaikan
ibadah haji.
c. Dewasa (baligh). Dengan demikian anak kecil (belum baligh) yang diajak
bersama oleh orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji, maka
kewajiban ibadah haji tersebut belum gugur atas dirinya. Sehingga ia tetap
berkewajiban untuk menunaikannya saat ia telah memasuki masa akil
baligh nanti.
d. Mampu. Yang meliputi: ketersediaan alat transportasi, bekal, keamanan
jalur perjalanan, dan kemampuan tempuh perjalanan.
e. Merdeka. Seorang budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia
bertugas melakukan kewajiban yang dibebankan tuannya. Disamping itu,
budak termasuk orang yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan lain-
lain.4
Jadi syarat haji ada lima, yaitu Islam, berakal, baligh (dewasa), mampu,
dan merdeka. Jika syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka Bismillah,
mantapkan niat untuk berkunjung ke Baitullah.
3. Rukun dan Wajib Haji
Rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Jika
tidak dikerjakan, maka hajinya tidak sah. Sedangkan wajib haji adalah
kegiatan yang harus dilakukan pada saat ibadah haji, yang jika tidak
dikerjakan, maka penunai haji harus membayar dam (denda). Rukun haji ada
enam, yaitu ihram, wukuf di Arafah, thawaf ifadhah, sa’i, tahallul, dan tertib.
Berikut penjelasan masing-masing rukun tersebut:
a. Ihram. Berihram adalah niat memasuki aktivitas melaksanakan ibadah haji
atau umrah pada waktu dan tempat serta cara tertentu.
b. Wukuf di Arafah. Waktu wukuf bermula dari saat tergelincirnya matahari
(masuknya waktu dzuhur) tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbitnya fajar hari
berikutnya.
4
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah,
2009), hlm. 503
c. Tawaf ifadhah. Thawaf ifadhah adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak
tujuh kali putaran.
d. Sa‟i. Sa’i adalah berlari-lari kecil di antara bukut Shafa dan bukit Marwah.
e. Tahallul. Tahallul adalah mencukur rambut atau memotong rambut kepala
minimal tiga helai.
f. Tertib. Tertib adalah mengerjakan rukun-rukun haji secara urut mulai dari
thawaf sampai tahallul.5
Adapun wajib haji ada lima, yaitu berihram di miqat, mabit di Muzdalifah,
mabit di Mina, melontar jumrah, dan thawaf wada’. Berikut penjelasannya:
a. Berihram di miqat. Calon haji harus memulai niatnya dan dari titik awal
tempat itu yang berniat melaksanakan haji/umrah sudah harus memakai
pakaian ihram. Yalamlam adalah tempat berihram calon jamaah haji yang
datang dari arah Indonesia bila ia langsung akan menuju ke Makkah dan
Bir Ali adalah tempat berihram calon jamaah haji yang datang dari arah
Indonesia menuju ke Madinah terlebih dahulu.
b. Mabit di Muzdalifah. Mabit di Muzdalifah adalah menginap semalam di
Muzdalifah pada malam tanggal 9 Dzulhijjah. Waktunya dikerjakan
setelah wukuf di Arafah.
c. Mabit di Mina. Mabit di Mina adalah bermalam selama 3-4 hari di suatu
hamparan padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 km. Waktunya adalah
malam tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Bermalam di Mina dilakukan
semalam penuh, yang boleh dilakukan mulai sore hari sampai terbitnya
fajar, dan juga boleh bermalam paling sedikit 2/3 malam.
d. Melontar jumrah. Melontar jumrah adalah melempar batu pada sebuah
tempat yang diyakini untuk memperingati saat setan menggoda Nabi
Ibrahim agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih
putranya, Nabi Ismail.16 Tanggal 10 Dzulhijjah melontar jumrah aqabah
dengan tujuh butir kerikil. Dan pada hari-hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13
Dzulhijjah melontar ketiga jumrah.
5
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun Islam, (Jakarta: Suluk,
2011), hlm. 215
e. Thawaf wada’. Thawaf wada’ adalah suatu penghormatan terakhir kepada
Baitullah. Thawaf wada’ merupakan tugas terakhir dalam pelaksanaan
ibadah haji dan ibadah umrah di Tanah Suci.6
B. Rangkaian Penyelenggaraan Ibadah Haji
Pada Undang-undang Republik Indonesia Nomer 13 tahun 2008
disebutkan bahwa penyelenggaraan ibadah haji merupakan proses, cara, dan
perbuatan menyelenggarakan atau melaksanakan rangkaian kegiatan ibadah haji
yang meliputi pembinaan, pelayanan, perlindungan, dan pelaksanaan ibadah haji.
Pembinaan ibadah haji merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup
penerangan, penyuluhan, dan pembimbingan, tentang ibadah haji. Pelayanan
meliputi seluruh aktifitas untuk memberikan layanan kepada seluruh calon jamaah
haji dan jamaah haji, mulai dari pendaftaran hingga kembali ke Tanah Air,
termasuk pelayanan transportasi, akomodasi, serta kesehatan.
Penyelenggaraan ibadah haji meliputi aspek pembinaan, pelayanan,
perlindungan, dan pelaksanaan ibadah haji. Karena itu, penyelenggaraan ibadah
haji memerlukan manajemen organisasi. Manajemen haji merupakan suatu proses
pengaturan atau pengelolahan kegiatan haji dengan menggunakan fungsi-fungsi
manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, controlling, dan
evaluating, sehingga ibadah haji terlaksana secara efektif dan efisien.
1. Pembinaan Haji
Oganisasi pembinaan ibadah haji meliputi: pertama, Pembinaan di Tanah
Suci. Organisasi pembinaan haji memberikan rangkaian kegiatan penerangan,
penyuluhan dan pembibingan tentang haji yang meliputi: tata cara berpakaian
ihram, niat ihram dan bacaan talbiyah, tata cara tawaf, tata cara sa’i, tata cara
tahallul, tata cara wukuf, tata cara mabit di Muzdalifah, tata cara mabit di Mina,
tata cara melontar jumrah, tata cara nafar.
Kedua, pembinaan di Arab Saudi dimulai pada waktu di Bandara Jeddah,
antri menunggu pemeriksaan barang bawaan dan passport, kemudian keluar
dengan tertib. Bagi gelombang satu jamaah menuju Madinah dan bagi
gelombang dua dari Jeddah menuju Makkah hendaklah bersuci, memakai
6
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun Islam, (Jakarta: Suluk,
2011), hlm. 242
ihram, sholat dua raka’at dan berniat. Antri naik bus sesuai dengan petunjuk
petugas.
Ketiga, pembinaan di Madinah selama 8 hari. Dimulai dari melaksanakan
shalat Arbain (40 waktu) di Masjid Nabawi, ziarah ke makam Nabi, Raudloh,
Baqi, Masjid Quba, Masjid Qiblatain, Jabal Uhud dan lain-lain. Gelombang
pertama yang akan ke Makkah mengambil miqat di Bir Ali (Zulkhaifah) atau
pemondokan.
Keempat, pembinaan Di Makkah. Petugas-petugas haji membina jamaah
untuk melaksanakan umrah bagi yang haji Tamattu’, melaksanakan tawaf
qudum bagi yang berhaji Ifrad dan Qiran, shalat berjamaah, I’tikaf di Masjid
Haram, beristirahatlah dan melaksanakan ibadahibadah lainnya, pada tanggal
8 Dzulhijjah berangkat ke Arafah untuk melaksanakan wukuf tanggal 9
Dzulhijjah.
7
Departemen Agama RI, Bimbingan Manasik Haji, (Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan haji dan
Umroh, 2003), hlm. 7-12.
jadwal. Jama’ah yang tiba di Arab Saudi pada gelombang satu akan pulang ke
Indonesia pada gelombang pertama, sedangkan bagi jama’ah haji yang tiba
pada gelombang kedua di Arab Saudi terlebih dahulu akan diberangkatkan ke
Madinah untuk melaksanakan sholat arbain dan ziarah. Di samping itu,
manajemen yang profesional berimplikasi terhadap kekhusyukan jamaah
dalam melaksanakan ibadah haji. Jamaah tidak dibebani dan direpotkan dalam
urusan teknis, seperti pengurusan paspor, transportasi, dan barang-barang pada
saat kepulangan. Jamaah juga mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat
melaksanakan ibadah haji.
Penyelenggaraan ibadah haji membutuhkan manajemen yang profesional.
Fungsifungsi manajemen diimplementasikan dengan baik. Seperti, fungsi
perencanaan yang berhubungan dengan pasca haji meliputi perencanaan
pelayanan setelah selesai melaksanakan ibadah haji dan dalam rangka
kepulangan ke Indonesia. Perencanaan tersebut meliputi perencanaan
pelayanan penginapan dan akomodasi, perencanaan kepengurusan dokumen
hingga perencanaan penyambutan.8
8
Imam Syaukani, Kepuasan Jamah Haji Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1430
H/2009 M, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2011), hlm. 18-19.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan proses, cara, dan perbuatan
menyelenggarakan atau melaksanakan rangkaian kegiatan ibadah haji yang
meliputi pembinaan, pelayanan, perlindungan, dan pelaksanaan ibadah haji.
Pembinaan ibadah haji merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup
penerangan, penyuluhan, dan pembimbingan, tentang ibadah haji. Pelayanan
meliputi seluruh aktifitas untuk memberikan layanan kepada seluruh calon jamaah
haji dan jamaah haji, mulai dari pendaftaran hingga kembali ke Tanah Air,
termasuk pelayanan transportasi, akomodasi, serta kesehatan. Perlindungan
adalah upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin keselamatan dan
kenyamanan jamaah haji yang meliputi menjaga keamanan jamaah haji selama
berada di Arab Saudi dan menjaga barang-barang jamaah haji ketika berada di
pemondokan.
Ibadah Haji merupakan islam yang diwajibkan kepada setiap muslim bagi
yang mampu menunaikannya baik secara fisik maupun materi. Adapun syarat-
syarat yang harus dipenuhi yaitu, beragama islam, berakal sehat, dewasa, mampu,
dan merdeka.
B. Saran
Dengan adanya pendampingan dalam ppelaksanaan ibadah Haji maka
diharapkan untuk selalu memberikan pelayanan yang baik untk para jema’ah Haji
agar ibadah tersebut dapat di jalankan dengan khusyuk sehingga mencapai Haji
yang mabrur.
DAFTAR PUSTAKA