MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr. H. Maslani, M.Ag.
Oleh :
Resa Aprilia
NIM. 2190040063
KELAS KARYAWAN – B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019 M / 1441 H
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kita semua dapat menjalankan kewajiban kita yaitu menuntut ilmu sebagai
bekal kesempurnaan ibadah kita kepada-Nya. Shalawat serta salam tercurah kepada suri
tauladan baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat, tabi’in, itba tabi’in dan
kepada kita sebagai umatnya yang semoga mendapatkan syafa’at darinya, Aamiin.
Atas segala kehendak-Mu Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah
Hadits Tarbawi program pascasarjana mengenai “Kurikulum Pendidikan Islam dalam
Perspektif Hadits Tarbawi”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
Bapak Dr. H. Maslani, M.Ag. yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah
ini serta rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan revisi makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran agar penyusunan
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan semoga
makalah ini bemanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
A. Simpulan .................................................................................................................... 16
B. Saran .......................................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Syaodih., Sukmadinata, Nana (2000). Pengembangan kurikulum : teori dan praktik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm.23
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum (Diakses : Desember 3, 2019)
3
Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm.3.
4
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany (1997), Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang. hlm.476.
1
mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup, baik yang
bersifat manual maupun mental dan sosial. Dalam pandangan Islam berarti
pandangan hidup, sikap dan keterampilan hidup tersebut harus dijiwai oleh ajaran
Islam dan nilai Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunah/ Al Hadis.
Kurikulum Pendidikan Islam yang berarti rancangan pendidikan dan pembelajaran
pendidikan islam yang diberikan kepada peserta didik agar dapat menjadi pribadi
yang beriman, bertaqwa dan memiliki keterampilan dalam hidup harus dijiwai oleh
ajaran islam dan nilai islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah
sehingga menjadi pribadi yang kamil.5
Keutamaan mempelajari kurikulum bagi seseorang yang menekuni dunia
pendidikan adalah suatu kegiatan yang tidak boleh terlewatkan, karena berbicara
pendidikan berarti berbicara kurikulum di dalamnya. Demikian halnya dengan
pendidikan islam tentunya terdapat kurikulum di dalamnya. Ditambah lagi bahwa
pendidikan islam harus berdasar pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, sudah tentu setiap
hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan islam tidak terlepas dari kedua
pusaka tersebut. Oleh karena itu, makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata
kuliah hadits tarbawi terkait dengan analisis kurikulum pendidikan islam dalam
perspektif hadits tarbawi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kurikulum pendidikan islam ?
2. Apa dasar dan prinsip kurikulum pendidikan islam ?
3. Apa karakteristik dan komponen kurikulum pendidikan islam ?
4. Bagaimana pandangan hadits tarbawi tentang kurikulum pendidikan
islam ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi kurikulum pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui dasar dan prinsip kurikulum pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui karakteristik dan komponen kurikulum pendidikan
islam.
4. Untuk mengetahui pandangan hadits tarbawi tentang kurikulum
pendidikan islam.
5
Agus Zaenul Fitri (2003), Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam; dari Normatif –
Filosofis ke Praktis. Bandung:Alfabeta, hlm.72.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
6
Muhaimin, (2005) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Yogyakarta: Pustaka Setia.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 1-2
3
Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian atau kesinambungan. Tujuan
yang harus dicapai harus tergambar di dalam program yang tertuang di dalam
kurikulum, bahkan program itulah yang mencerminkan arah dan tujuan yang
diinginkan dalam proses kependidikan.
Oleh karena itu, kurikulum merupakan factor yang sangat penting dalam
proses kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan islam. Segala hal yang harus
diketahui atau diresapi serta dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam
kurikulum itu. Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana
bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Jadi, kurikulum menggambarkan kegiatan
belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan.
Di dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan
yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada peserta didik, dan peserta didik
mempelajarinya, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang
dipandang perlu, karena mempunya pengaruh terhadap anak didik, dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan islam, misalnya olahraga, kepramukaan, widya wisata,
seni budaya, mempunyai pengaruh cukup besar dalam proses mendidik anak didik,
sehingga perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum.
Adapun pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks islam inheren
dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara
bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut
manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan
saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang
lingkup pendidikan islam: informal, formal dan non formal.
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan islam sebagai suatu proses
penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan
nilai-nilai islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia
dan memetik hasilnya di akhirat.
Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan islam.
Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan islam adalah mempersiapkan manusia
supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya,
sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus,
profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya. Sedangkan Ahmad D. Marimba
memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran islam.
4
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah
suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan
sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan
kandungan pendidikan tersebut. Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang
membentuk pendidikan yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian
disimpulkan lebih lanjut yaitu ”sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam
diri manusia”. Jadi, definisi pendidikan islam adalah, pengenalan dan pengakuan
yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-
tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam
tatanan wujud dan kepribadian.
Oleh karena itu, kurikulum pendidikan islam bisa diartikan
penemuan pengalaman dan kegiatan peserta didik dalam proses belajar mengajar
yang berdasarkan islam atau system pendidikan yang islami.7
7
Ihsan Hamdani, (2001) Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Setia. hlm. 3-5
5
1. Dasar Agama
Dasar ini hendaknya menjadi ruh dan target tertinggi dalam kurikulum. Dasar
agama dalam kurikulum pendidikan islam jelas harus diajarkan dengan berpedoman
kepada Al-Qur’an, Al-Hadits, Al-Sunnah, dan sumber-sumber yang bersifat furu’
lainnya.
2. Dasar Falsafah
Dasar ini memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan islam secara filosofis,
sehingga tujuan, isi, dan organisasi kurikulum mengandung suatu kebenaran dan
pandangan hidup dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran,
baik ditinjau dari segi ontology, epistemology, maupun aksiologi.
3. Dasar Psikologis
Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan
dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik, sesuai dengan tahap kematangan
dan bakatnya, memperhatikan kecakapan pemikiran dan perbedaan perorangan antar
satu peserta didik dengan yang lainnya.
4. Dasar Sosial
Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan islam yang
tercermin pada dasar social yang mengandung ciri-ciri masyarakat islam dan
kebudayaannya, baik dari segi pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir dan adat
kebiasaan, seni dan sebagainya. Sebab, tidak ada suatu masyarakat yang tidak
berbudaya dan tidak ada suatu kebudayaan pun yang tidak berada pada masyarakat.
Kaitannya dengan kurikulum pendidikan islam yaitu sudah tentu kurikulum harus
mengakar terhadap masyarakat dan perubahan serta perkembangannya.
Dasar-dasar diatas sekiranya dapat dijadikan sebagai landasan utama
pendidikan islam. Diharapkan kerikulum pendidikan islam dapat mengantarkan
pendidikan islam pada tujuan yang tepat8 :
Menurut Kilpatrick, suatu kurikulum yang baik perlu didasarkan pada tiga
prinsip, sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas hidup anak didik pada setiap jenjang sekolah.
2. Menjadikan kehidupan actual anak ke arah perkembangan dalam suatu
kehidupan yang bulat dan menyeluruh (all round living). Ia dapat
berkembang ke arah tingkat kehidupan masyarakat yang paling baik yang
harus diusahakan oleh sekolah yang tidak menghambat masyarakat serta
perkembangan kualitas yang tinggi dari hidup anak didik.
8
Muzayyin Arifin, (2003) Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. hlm. 24-27
6
3. Mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas
keberhasilan sekolah, sehingga anak didik mampu berkembang dalam
kemampuannya yang actual untuk aktif memikirkan hal-hal baru yang baik
diamalkan. Dengan demikian ia dapat mempertanggungjawabkan atas apa
yang diperbuat secara kecakapan efektif untuk mengamalkannya secara
bijaksana melalui pertimbangan yang matang.
Apabila kurikulum yang didasarkan ketiga prinsip tersebut dapat dirumuskan
menjadi program pengajaran di sekolah, maka sudah pasti sekolah akan mampu
menghasilkan manusia paripurna. Prinsip-prinsip inilah yang disebut
dengan emerging curriculum (kurikulum yang mendorong anak didik untuk maju).
7
Apabila ditinjau lebih khusus lagi, kurikulum pendidikan islam memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Dalam kurikulum pendidikan islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak
didik untuk bertauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dianut harus berasal
dari ajaran islam
2. Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang
memiliki keyakinan kepada Tuhan
3. Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan
berlandasankan kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits
4. Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan akliah peserta
didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan yang konkret
5. Pembinaan akhlak peserta didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari
tuntunan islam
6. Tidak ada batasan untuk kurikulum, karena ciri khas kurikulum islam senantiasa
relevan dengan perkembangan zaman bahkan menjadi filter kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya didalam kehidupan masyarakat.
Beberapa ciri-ciri kurikulum pendidikan islam yang telah disebutkan diatas,
dapat dipahami bahwa kurikulum pendidikan islam menekankan aspek spiritual
tinggi dan akhlak yang mulia.
Adapun komponen-komponen kurikulum pendidikan islam yang disebutkan
oleh Ahmad Tafsir adalah tujuan pendidikan, isi atau mata pelajaran, metode atau
proses dalam kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.9
9
Ahmad Tafsir. (2008). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda karya.
hlm.35
8
BAB III
PEMBAHASAN
Kosakata :
َخطًّا : ِ سبِيل:
هللا
Garis
َْم Jalan Allah
10
Diriwayatkan oleh Abu Daud Ath-Thoyalisy dalam Musnadnya no. 244, Ath-Thobary
dalam Tafsirnya 8/88, Muhammad bin Nashr Al-Marwazy dalam As-Sunnahno.11, Sa’îd bin
Manshur dalam Tafsirnya 5/113 no 935, Ahmad 1/435, Ad Darimy 1/78 no 202, An-Nasai dalam Al-
Kubro 5/94 no.8364 dan 6/343 no.11174, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan 1/180-181 no.6-
7, Al-Hakim dalam Mustadraknya 2/348 dan lain-lainnya. Dan hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al-
Albany dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fî Ash-Shohihain.
9
adalah sahabat Nabi Muhammad dan orang keenam yang masuk Islam, dengan
demikian apa yang beliau sampaikan sudah jelas kedudukannya yaitu termasuk
hadits yang shohih.
Jika dikaitkan dengan kurikulum berdasar pada kosakata, maka tidak
ditemukan satu pun hadits yg secara khusus mengandung mufrodat kurikulum.
Namun penulis mencoba menganalisis hadits yang berkaitan dengan kurikulum
sesuai dengan teori dan pendapat para ilmuan khususnya tentang kurikulum
pendidikan islam.
Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan Manhaj, yakni jalan
yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.
Merujuk pada pernyataan ini jelas hadits di atas berkaitan dengan makna kurikulum
sebagai jalan terang yang harus dilalui manusia dalam kehidupannya. Dalam hadits
di atas terdapat kata “Sabilillah” yang artinya jalan Allah. Setiap apa yang hendak
kita lakukan haruslah berdasar pada petunjuk Allah, yaitu yg tersurat dalam A-
Qur’an dan Hadits. Begitupun dengan kurikulum, alur pendidikan diatur sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tentunya kurikulum pendidikan islam
ini pun berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman utama. Kurikulum
menjadi pedoman terlaksananya kegiatan belajar-mengajar secara formal, dengan
demikian semua sistem pendidikan terprogram dan mempunyai tujuan pasti,
sehingga semua elemen pendidikan bersinergi untuk mencapai tujuan kurikulum
yang diharapkan.
Kembali pada konteks jalan yang terang, Allah SWT menguatkan hadits di
atas dengan firman-Nya dalam Q.S Al-Maidah ayat 15-16 yang berbunyi :
10
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS.
Al-Ma`idah : 15-16)
Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally
dalam kitab tafsir jalalain mengatakan bahwa (Dengan kitab itu Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya) maksudnya dengan Alquran dan dengan
jalan beriman (ke jalan-jalan keselamatan) jalan yang menyelamatkan mereka (dan
mengeluarkan mereka dari kegelapan) yakni kekafiran (kepada cahaya) yakni
keimanan (dengan izin-Nya) dengan iradat-Nya (serta membimbing mereka ke jalan
yang lurus) yakni agama Islam.11
Dalam studi hadits tarbawi kurikulum berupa bentangan nilai, budaya,
karakter, prinsip, ajaran yang terbentang dalam khazanah hadits, yang merupakan
contoh dari penerapan Al-Qur’an oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlaquhul Qur’an,
wa khuluquhul adhim. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
اَ ِِّدبم ْوا اَ ْوََل َد مك ْم: صلَّى هللام َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ِ َعن َعلِ ٍي ر
َ ال َر مس ْو مل هللا
َ َ ق: ال
َ َض َي هللام َع ْنهم ق َ ِّ ْ
ِ ب اَ ْه ِل ب ْيتِ ِه و قِرأَةم الْ مقرأ ِ ِ
َن فَِإ َّن ََحْلَةَ الْ مق ْرأَ من ِ ِْف ْ َ َ َ ِِّ ب نَبِيِِّ مك ْم َو مح ٍص
ِِّ مح: ال َ َعلَى ثََلث خ
11
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin Al-Suyuti, (1990). Terjemahan Tafsir
Jalalain Terj. Bahrun Abu Bakar. Bandung: CV Sinar Baru). hlm.67
11
islami.12 Sehingga bisa disimpulkan bahwa definisi kurikulum pendidikan islam
relevan dengan beberapa hadits yang diperkuat oleh ayat Al-Qur’an.
Kosakata :
ِ كِ تاب:
هللا مسنَّ ةَ نَبِ يِِّ ِه:
َ َ Kitab Allah Sunnah Nabi-Nya
12
Ihsan Hamdani. Op.Cit. hlm. 3-5
13
Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm.
Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah,
hlm. 12-13
12
Dasar Psikologi memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang
sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik, sesuai dengan tahap
kematangan dan bakatnya, memperhatikan kecakapan pemikiran dan perbedaan
perorangan antar satu peserta didik dengan yang lainnya. Sebagaimana hadits
Rasulullah SAW :
- ،َ َع ْن َس َّوا ٍر أَِِب ََحْ َزة،يل ِ ِ َّ يَ ْع ِِن الْيَ ْش مك ِر- ،َح َّدثَنَا مم َؤَّم مل بْ من ِه َش ٍام
َح َّدثَنَا إ ْْسَاع م- ي
ٍ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن مش َع ْي- ِف
،ب ُّ ِْي َّ ُّال أَبمو َد ماو َد َو مه َو َس َّو مار بْ من َد ماو َد أَبمو ََحْ َزةَ ال مْم َزِِن
َ ْ الص َ َق
ِ ِ
َ ِوه ْم َعلَْي َها َو مه ْم أَبْنَاءم َع ْش ِر سن
ني َوفَ ِِّرقموا بَ ْي نَ مه ْم ِِف ض ِربم م َ َِو مه ْم أَبْ نَاءم َس ْب ِع سن
ْ ني َوا
ِض
اجع َ ال َْم
Telah menceritakan kepada kami Muammal ibn Hisyam yaitu al-Yasykariy
telah bercerita Isma’il dari Sawwar Abi Hamzah telah berkata Abu Dawud dan dia
Sawwar ibn Daud Abu Hamzah al-Mazni as-Shirafi dari ‘Umar ibn Syu’aib dari
ayahnya dari neneknya telah berkata: Bersabda rasulullah SAW” Suruhlah anak-
anakmu melaksanakan shalat ketika berumur 7 (tujuh) tahun, dan pukullah mereka
jika tidak mau melaksanakan shalat, dan pisahkan tempat tidur mereka (putra dan
putri)”. (H.R. Abu Dawud)14
Hadist ini menegaskan bahwa, ketika seorang anak menginjak usia 10 tahun
maka instink yang dimilikinya sedang menuju ke arah perkembangan dan ingin
membuktikan eksistensi dirinya. Oleh karena itu, ia harus diperlakukan secara hati-
hati dengan menyangkal semua penyebab kerusakan dan arah penyimpangan.
Caranya antara lain dengan memisahkan tempat tidur mereka (putra dan putri). Hal
ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Mahmud Junus bahwasanya aspek rohani
termasuk dimensi yang harus dijadikan sebagai isi kurikulum dalam pendidikan
melalui perintah shalat pada usia 7 (tujuh) tahun dan juga bersinggungan dengan
14
Sulaiman ibn al-Asy’as Abu Daud al-sajastani al-ajdi, tt : hlm 187
13
dasar psikologis yang ditawarkan al-Syaibani sebagai dasar pokok dalam kurikulum
pendidikan Islam.
Dari uraian kedua hadits di atas dapat disimpulkan bahwa dasar dan prinsip
kurikulum pendidikan islam tidak terlepas dari kajian hadits tarbawi.
[]رواه الرتمذي وقال حديث حسن وِف بعض النسخ حسن صحيح
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal
radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda :
“Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan
kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang
baik“. (Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan
dikatakan hasan shahih).
Kosakata :
ِ
ات َِّق للاه : bertakwalah kepada Allah السيِئهةه
َّ : keburukan
هحْي ثُ هما ُكْنت: dimana saja kamu berada ا ْْله هسنهةه : kebaikan
14
Hadits ini menjelaskan tentang menjaga pergaulan yang baik merupakan
kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut
dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan. Sesuai dengan karakteristik
kurikulum pendidikan Islam yang memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
Dari semua hadits tarbawi yang telah dipaparkan penulis, dapat diambil
benang merah bahwa pendidikan islam erat kaitannya dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Termasuk dalam penyusunan kurikulum, penerapan dan hasil yang hendak dicapai
oleh pendidikan islam semua sesuai dan relevan dengan apa yang tersurat dan
tersirat dalam Al-Qur’an dan hadits. Hanya saja dalam memahami materi tentang
kurikulum pendidikan islam diperlukan berbagai macam literature untuk bisa lebih
memahami dengan baik materi tersebut, sehingga berbagai perbaikan dapat terarah
menuju tujuan yang sama, yaitu menuju Ridho Allah SWT.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun simpulan dari makalah ini adalah :
1. kurikulum pendidikan islam adalah segala mata pelajaran yang dipelajari dan
juga semua pengalaman yang harus diperoleh serta semua kegiatan yang
harus dilakukan anak termasuk juga pengalaman yang memiliki dasar,
prinsip, komponen serta karakteristik yang menekankan aspek spiritual tinggi
dan akhlak yang mulia.
2. Kurikulum pendidikan Islam didasari oleh 4 pilar utama, yaitu : dasar agama,
dasar falsafah, dasar psikologis dan dasar sosial. Pada prinsipnya kurikulum
pendidikan islam mempunyai 3 prinsip yaitu : 1) Meningkatkan kualitas
hidup anak didik pada setiap jenjang sekolah. 2) Menjadikan kehidupan
actual anak ke arah perkembangan dalam suatu kehidupan yang bulat dan
menyeluruh (all round living). 3) Mengembangkan aspek kreatif kehidupan
sebagai suatu uji coba atas keberhasilan sekolah.
3. Karakteristik kurikulum pendidikan islam menekankan aspek spiritual tinggi
dan akhlak yang mulia. Adapun komponen-komponen kurikulum pendidikan
islam adalah tujuan pendidikan, isi atau mata pelajaran, metode atau proses
dalam kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.
4. Meski tidak ditemukan satu pun hadits yg secara khusus mengandung
mufrodat kurikulum, namun banyak hadits tarbawi yang relevan dengan
berbagai hal terkait dengan teori dan pendapat para ahli tentang kurikulum
pendidikan islam. Bisa dipastikan pula bahwa teori tentang kurikulum,
khususnya kurikulum pendidikan islam yang muncul baik dari filsuf klasik
maupun kontemporer tidak terlepas dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar,
pedoman dan rujukan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
16
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini. Sifat
kajiannya pun masih bersifat konseptual - analitik yang berbasis spekulatif. Maka
penulis menyarankan kepada pembaca untuk bisa mengkaji ulang konsep-konsep di
atas beserta analisisnya.
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada kritik dan saran dalam penyusunaan makalah, silahkan
sampaikan kepada penulis. Apabila ada kesalahan mohon dapat dimaafkan dan
dimaklumi, karena penulis adalah hamba Allah yang tidak luput dari kesalahan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Agus Zaenul Fitri. 2003. Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam; dari Normatif –
Filosofis ke Praktis. Bandung: Alfabeta.
Ahmad Tafsir. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda
karya.
Diriwayatkan oleh Abu Daud Ath-Thoyalisy dalam Musnadnya no. 244, Ath-
Thobary dalam Tafsirnya 8/88, Muhammad bin Nashr Al-Marwazy
dalam As-Sunnahno.11, Sa’îd bin Manshur dalam Tafsirnya 5/113 no 935,
Ahmad 1/435, Ad Darimy 1/78 no 202, An-Nasai dalam Al-Kubro 5/94
no.8364 dan 6/343 no.11174, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-
Ihsan 1/180-181 no.6-7, Al-Hakim dalam Mustadraknya 2/348 dan lain-
lainnya. Dan hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dan Syaikh
Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fî Ash-Shohihain.
Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu
Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal
Minnah fil Intisharis Sunnah.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum (Diakses : Desember 23, 2019)
Ihsan Hamdani. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Setia.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin Al-Suyuti. 1990. Terjemahan Tafsir
Jalalain Terj. Bahrun Abu Bakar. Bandung: CV Sinar Baru).
Muhaimin. 2005 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Yogyakarta: Pustaka
Setia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Muzayyin Arifin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany. 1997. Falsafah Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Sulaiman ibn al-Asy’as Abu Daud al-sajastani al-ajdi. tt.
Syaodih., Sukmadinata, Nana. 2000. Pengembangan kurikulum : teori dan praktik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
18