Anda di halaman 1dari 19

REVISI MAKALAH

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN PERSPEKTIF


HADITS
"Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Hadits Tarbawi"
Dosen Pengampu: Bapak Dr. Maslani, M.Ag

Disusun Oleh :
Muhammad Tafrihuddin (NIM: 2190040058)
Kelas : Semester I PAI K-B

PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena
berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul " manajemen sarana
dan prasarana pendidikan perspektif hadits". Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Hadits Tarbawi.
Shalawat serta salam semoga selalu terpancarkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah mengajarkan akhlak baik kepada kita dan menjadi contoh teladan nomor satu di
dunia bagi seluruh manusia yang ingin meraih kebahagiaan di dunia dan di akherat.
Penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Maslani, M.Ag. yang
telah memberikan ilmunya pada mata kuliah Hadits Tarbawi dan telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun tugas ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua khususnya
dalam mata kuliah Hadits Tarbawi.

Bandung, Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2

BAB II .............................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN............................................................................................................... 2

A. Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan .................................. 2

B. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................... 4

C. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam ............................... 5

D. Pandangan Hadits Tarbawi Mengenai Manajemen Sarana dan Prasarana


Pendidikan.............................................................................................................................. 9

1. Hadits dan Terjemah tentang Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan9

2. Hadits Manajemen Pemilihan Sarana dan Prasarana Pendidikan .................. 10

3. Masjid sebagai Sarana dan Prasarana Pendidikan.......................................... 11

4. Rumah Sebagai Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................................ 13

BAB III ........................................................................................................................... 15

PENUTUP ...................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 15

B. Saran .................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sarana prasarana pendidikan merupakan salah satu standar Nasional pendidikan yang
harus dipenuhi oleh penyelenggara satuan pendidikan, sehingga melengkapi sarana prasarana
menjadi hal yang mutlak, sesuai dengan Undang-Undang 166 Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 pasal 45 yang berbunyi : “Setiap satuan pendidikan formal
dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social,
emosional, dan kejiwaan peserta didik.1
Sarana pendidikan yaitu peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar,
seperti gedung, ruang kelas, meja kursi serta alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang
dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pembelajaran, seperti halaman, kebun, taman
sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar
mengajar, seperti taman sekolah untuk pembelajaran biologi, halaman sekolah sebagai
sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.2
Keberadaan sarana pendidikan mutlak dibutuhkan dalam proses pendidikan, sehingga
termasuk dalam komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan proses
pendidikan. Tanpa sarana pendidikan, proses pendidikan akan mengalami kesulitan yang
sangat serius, bahkan bisa menggagalkan pendidikan. Suatu kejadian yang mesti dihindari
oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Proses pendidikan dilaksanakan untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan. Agar tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai maka perlu
diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan tujuan pendidikan itu. Dari sekian
faktor penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu faktor yang dominan. Sebab didalam proses pembelajaran itulah
terjadinya internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya maupun norma-norma secara
langsung. Karena itu, kegiatan belajar mengajar merupakan ujung tombak untuk tercapainya

1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan Undang-Undang
republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: VisiMedia, 2007). hlm.30.
2
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013). hlm.86.

1
pewarisan nilai-nilai diatas. Untuk itu perlu sekali dalam proses pembelajaran itu diciptakan
suasana yang kondusif agar peserta didik benar-benar tertarik dan ikut proses itu.3
Dalam kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif itu sarana dan
prasarana pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Sehingga baik buruknya
manajemen sarana dan prasarana pendidikan akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, pemakalah tertarik untuk membahas
tentang Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Perspektif Hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan ?
2. Apa prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan?
3. Bagaimana proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan?
4. Bagaimana pandangan hadits tarbawi tentang manajemen sarana dan prasarana
pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan ?
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan?
3. Untuk mengetahui proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan?
4. Untuk mengetahui pandangan hadits tarbawi tentang manajemen sarana dan
prasarana pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Manajemen berasal dari kata “to manage” yang artinya mengatur. G.R Terry
menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan
perencanaan, pengarahan, dan pengendalian, yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya.4 Jika diaplikasikan pada manajemen penyelenggara pendidikan
sekolah, pengertian manajemen adalah sebagai usaha pemimpin sekolah untuk memperoleh
hasil dalam mencapai tujuan program sekolah melalui usaha orang lain, dengan proses dan

3
Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), 179
4
Barnawi dan M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2014)
hlm 47-83.

2
prosedur, perangsangan, pengorganisasian, pengarahan dan pembinaan pada pelaksanaan
dengan memanfaatkan meterial dan fasilitas. (Rukmana dan Yati, 2001:37).
Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses
belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur, dan efisien.5 Misalnya: gedung,
ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan
atau pengajaran. Seperti halaman, kebun, taman, jalan menuju madrasah, tetapi jika
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman madrasah untuk
pengajaran biologi, halaman madrasah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan.
Dari paparan di atas, maka manajemen sarana prasarana dapat diartikan sebagai proses
kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien.6
Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada harus didaya
gunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran. Pengelolaan sarana dan
prasarana tersebut dimaksudkan agar penggunaannya bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana
dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi pada proses pendidikan secara
optimal dan berarti. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,
pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.7 Sarana dan
prasarana pendidikan itu dalam lembaga pendidikan Islam sebaiknya dikelola dengan sebaik
mungkin dengan mengikuti kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut:8
1. Lengkap, siap dipakai setiap saat, kuat dan awet.
2. Rapi, indah, bersih, anggun, dan asri sehingga menyejukkan pandangan dan
perasaan siapa pun yang memasuki komplek lembaga pendidikan Islam.
3. Kreatif, inovatif, responsif dan bervariasi sehingga dapat merangsang timbulnya
imajinasi peserta didik.
4. Memiliki jangkauan waktu yang panjang melalui perencanaan yang matang untuk
menghindari kecenderungan bongkar pasang bangunan.

5
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), 273
6
ulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf, 2006), 85
7
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi, dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002),49-5
8
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), 17

3
5. Memiliki tempat khusus untuk beribadah maupun pelaksanaan kegiatan sosio-
religius seperti mushalla atau masjid.
Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses
sebagaimana terdapat dalam manajemen yang pada umumnya, yaitu mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh
sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan semua sarana dan prasarana
yang mendukung terhadap proses pembelajaran. Tujuan daripada pengelolaan sarana dan
prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan
sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif
dan efisien. Berkaitan dengan tujuan ini. Bafadal (2003) menjelaskan secara rinci tentang
tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut:9
1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana sekolah melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah memiliki
sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan.
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan
efisien.
3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga
keadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua
personil sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan
sekolah/sekolah islam yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang
menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada di sekolah islam. Di samping itu
juga diharapkan tersedianya alat-alat fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif,
kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun
murid-murid sebagai pelajar.
B. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksimal. Menurut Bafadal prinsip-prinsip
tersebut antara lain:10
1. Prinsip pencapaian tujuan

9
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf, 2006), 86
10
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf, 2006), 87

4
Pada dasarnya manajemen perlengkapan sekolah di lakukan dengan maksud agar
semua fasilitas sekolah dalam keadaan kondisi siap pakai. Oleh sebab itu, manajemen
perlengkapan sekolah dapat di katakan berhasil bilamana fasilitas sekolah itu selalu siap
pakai setiap saat, pada sat seorang personel sekolah akan menggunakannya.
2. Prinsip Efisiensi
Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sekolah di
lakukan dengan perencanaan yang hati-hati, sehingga bisa memperoleh fasilitas yang
berkualitas baik dengan harga yang relatif murah. Dengan prinsip efisiensi berarti bahwa
pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga
dapat mengurangi pemborosan. Maka perlengkapan sekolah hendaknya di lengkapi dengan
petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya. Petunjuk teknis tersebut di komunikasikan
kepada semua personil sekolah yang di perkirakan akan menggunakannya. Selanjutnya,
apabila di pandang perlu, di lakukan pembinaan terhadap semua personel.
3. Prinsip Administratif
Yaitu manajemen sarana dan prasarana disekolah harus selalu memperhatikan undang-
undang, instruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab
Di Indonesia tidak sedikit adanya kelembagaan pendidikan yang sangat besar dan maju.
Oleh karena besar, sarana dan prasarananya sangat banyak sehingga manajemennya
melibatkan banyak orang. Bilamana hal itu terjadi maka perlu adanya pengorganisasian kerja
pengelolaan perlengkapan pendidikan. Dalam pengorganisasiannya, semua tugas dan
tanggung jawab semua orang yang terlibat itu perlu di deskripsikan dengan jelas.
5. Prinsip kekohesifan
Dengan prinsip kekohesifan berarti manajemen perlengkapan pendidikan di sekolah
hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak. Oleh
kerena itu, walaupun semua orang yang terlibat dalam pengelolaan perlengkapan itu telah
memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, namun antara satu dengan yang lainnya
harus selalu bekerja sama dengan baik.
C. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan aktivitas-
aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi, serta
penghapusan sarana dan prasarana pendidikan islam. Hal ini menunjukkan bahwa perlu
adanya suatu proses dan keahlian di dalam mengelolanya. Dan tindakan prefentif yang tepat
akan sangat berguna bagi instansi. Dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan agar
5
dalam kondisi siap pakai, diperlukan tugas khusus yang menanganinya. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu guru dalam mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, utamanya yang
berkaitan erat dengan sarana dan prasarana yang menunjang.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenap proses
pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung maupun tidak
langsung dalam menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Proses-proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan
pendayagunaan meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan
penghapusan.11 Kelima proses tersebut dapat dipadukan sehingga membentuk suatu siklus
manajemen sarana dan prasarana sebagai berikut :

Perencanaan

Penghapusan Pengadaan

Penggunaan Pengaturan

Gambar.1 Siklus Manajemen Sarana dan Prasarana


1. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan islam merupakan suatu proses analisis
dan penetapan kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga muncullah
istilah kebutuhan yang diperlukan (primer) dan kebutuhan yang menunjang. Dalam proses
perencanaan ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti baik berkaitan dengan karakteristik
sarana dan prasarana yang dibutuhkan, jumlahnya, jenisnya dan kendalanya (manfaat yang
didapatkan), beserta harganya. Berkaiatan dengan ini Jones (1969) menjelaskan bahwa
perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis
jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan di sekolah menurut Sukarna (1987) adalah
sebagai berikut:

11
Barnawi dan M. Arifin. Manajemen Sarana dan Prasarana. (Jogjakarta : 2014), hal. 48

6
a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh
setiap unit kerja dan atau mengiventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.
b. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu.
c. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang
tersedia sebelumya.
d. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia.
Dalam hal ini, jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan semua
kebutuhan yang diperlukan, maka perlu diadakan seleksi terhadap semua kebutuhan
perlengkapan yang telah direncanakan dengan melihat urgensi setiap perlengkapan
yang diperlukan.
e. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan dana atau
anggaran yang tersedia, maka perlu diadakan seleksi lagi dengan melihat skala
prioritas mengenai perlengkapan yang paling penting.
f. Penetapan rencana pengadaan akhir.
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana di Sekolah
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah pada hakekatnya adalah
kelanjutan dari program perencanaan yang telah disusun sekolah sebelumnya. Sistem
pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
adalah seperti yang disebutkan dibawah ini :
a. Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang diberikan pemerintah
kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya terbatas sehingga pengelola sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.
b. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara langsung
maupun melalui pemesanan terlebih dahulu.
c. Meminta sumbangan wali murid atau mengajukan proposal bantuan pengadaan
sarana dan prasarana sekolah ke lembaga sosial yang tidak mengikat.
d. Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam
e. Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar barang yang dimiliki
dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.
3. Pengaturan / Inventarisasi sarana dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan barang-barang milik
negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-
pedoman yang berlaku. Hal ini sesuai dengan keputusan menteri keuangan RI Nomor Kep.
225/MK/V/4/1971 bahwa barang milik negara berupa semua barang yang berasal atau dibeli
7
dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barang dibawah
penguasaan kantor departemen dan kebudayaan, baik yang berada di dalam maupun luar
negeri.
Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurut Bafadal
(2003) meliputi :
a. Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan di dalam buku penerimaan
barang, buku bukan inventaris, buku (kartu) stok barang.
b. Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris.
Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau menuliskannya
pada badan barang perlengkapan yang tergolong sebagai barang inventaris.
Tujuannya adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua
perlengkapan pendidikan di sekolah baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung
jawab, maupun jenis golongannya. Biasanya kode barang itu berbentuk angka atau
numerik yang menunjukkan departemen, lokasi, sekolah, dan barang.
c. Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang tergolong barang inventaris harus
dilaporkan. Laporan tersebut sering disebut dengan istilah laporan mutasi barang.
Pelaporan dilakukan dalam periode tertentu, sekali dalam satu triwulan. Dalam satu
tahun ajaran misalnya, pelaporan dapat dilakukan pada bulan juli, oktober, januari,
dan april tahun berikutnya.
4. Penggunaan Sarana Dan Prasarana pendidikan
Pendayagunaan sarana dan prasarana adalah proses yang di dalamnya mencangkup
aspek penggunaan. Suatu barang atau benda yang di miliki harus jelas kegunaannya sehingga
barang atau benda tersebut dapat dimanfaatkan dengan efektif.
5. Penghapusan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan
prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah
proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana
dari daftar inventaris, karena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi
sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di
sekolah.

8
D. Pandangan Hadits Tarbawi Mengenai Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
1. Hadits dan Terjemah tentang Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ً هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬


‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ي َع ْن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن َع ْمروب ِْن ْال َع‬
ِ ‫اص َر‬ َ ‫ُر ِو‬
ُ‫ْش أَبَدًا َوا ْع َم ْل ِِلَ ِخ َرتِ َك َكأَنَّ َك ت َ ُم ْوت‬ َ ٌَ‫ اِ ْع َم ْل ِل ُد ْن‬: ‫سلَّ َم‬
ُ ٌ‫اك َكأَنَّ َك ت َ ِع‬ َ ‫ص َّل هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬
َ
‫َغدًا‬
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash bahwa Rasulullah Saw bersabda “
beramalah (bekerjalah) untuk duniamu seakan-akan hidup selamanya dan beramallah untuk
akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok.
Analisis Isi Kandungan Hadits
Hadits di atas menjelaskan bahwa begitu pentingnya perencanaan dalam kegiatan
aktivitas apapun, suatu kegiatan administrasi yang baik dan tidak gegabah harus diawali
dengan suatu perencanaan yang matang dan baik dilaksanakan demi menghindari kesalahan
dan kegagalan yang tidak diinginkan. perencanaan yang baik berdasarkan kebutuhan dan
disesuaikan dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingannya. pun demikian dengan
kegiatan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan, sangat perlu disiapkan perencanaan
yang matang sesuai dengan kebutuhan lembaga pendidikan tertentu, sehingga dalam
pengadaan sarana dan prasarana bisa terlaksana dengan efektif dan efisien.
Dalam kegiatan pembelajaran khususnya, kebutuhan akan sarana dan prasarana
pendidikan perlu direncanakan secara cermat dan teliti baik berkaitan dengan karakteristik
sarana dan prasarana yang dibutuhkan, jumlahnya, jenis dan kendalanya (manfaat yang
didapatkan), beserta harganya.
Jones (1969) menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang
diprogramkan di sekolah, secara rinci prosesnya akan diuraikan dibawah ini diantaranya:
a) Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh
setiap unit kerja dan atau mengiventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.
b) Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu.
c) Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang
tersediasebelumya.
d) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia.
Dalam hal ini, jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan semua
kebutuhan yang diperlukan, maka perlu diadakan seleksi terhadap semua kebutuhan

9
perlengkapan yang telah direncanakan dengan melihat urgensi setiap perlengkapan
yang diperlukan.
e) Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan dana atau
anggaran yang tersedia, maka perlu diadakan seleksi lagi dengan melihat skala
prioritas menngenai perlengkapan yang paling penting.
f) Penetapan rencana pengadaan akhir.
g) Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah
2. Hadits Manajemen Pemilihan Sarana dan Prasarana Pendidikan

)‫ع َمالً ا َ ْن ٌُتْ ِقنَهُ (رواه طبرنً عن عائٌشة‬


َ ‫ع ِم َل اَ َح ُد ُك ْم‬
َ ‫إِ َّن هللاَ ٌ ُِحبُّ إِ َذا‬
“Sesungguhnya Allah Swt. lebih suka jika diantara kalian ketika beramal/bekerja selalu
melakukan pekerjaan tersebut secara terarah” (Hadits Riwayat Imam Thobroni An aisyah
R.A)
Analisis Isi Kandungan Hadits
Hadits ini menjelaskan bahwa segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar dan
teratur. Prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan asal-asalan. Arah
pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-cara mendapatkannya yang transparan
merupakan amal perbuatan yang dicintai oleh Allah Swt. Dalam mengelola sarana dan
prasarana di sekolah contohnya, Menurut Ahmad Najieh bahwa dibutuhkan suatu proses yang
baik sebagaimana terdapat dalam manajemen yang pada umumnya, yaitu mulai dari
perencanaan, pemilihan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa
yang dibutuhkan oleh sekolah perlu dianalisis dan dipilih dengan cermat berkaitan dengan
semua sarana dan prasarana yang mendukung terhadap proses pembelajaran, maka proses
pemilihan sarana dan prasarana pendidikan perlu di perhatikan. Hal itu dimulai dari
bagaimana pemilihan sarana dan prasarana disesuaikan dengan analisis kebutuhan sekolah
yang sesuai dengan tujuan daripada pendidikan disekolah tersebut, juga analisis kualitas
sarana dan prasarana yang akan dbeli, agar anggaran yang dikeluarkan oleh lembaga
pendidikan atau sekolah bisa disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh sekolah.
Menurut Sutari, dalam pemilihan sarana-prasarana harus mempertimbangkan empat hal
pokok: (1) tujuan yang hendak dicapai; (2) saranaprasarana yang dapat digunakan; (3)
pendidik bagimana yang akan menggunakan, dan (4) sarana-prasarana itu akan digunakan
bagi objek didik bagaimana.21 Sedangkan menurut Jalaluddin dan Usman Said, dalam
memilih sarana dan prasarana yang digunakan harus mempertimbangkan: (1) siapa dan
bagaimana penggunaannya; (2) untuk tujuan apa digunakan; (3) pendidik bagaimana yang

10
akan menggunakan; (4) digunakan bagi peserta didik yang bagaimana; (5) situasi apa; (6)
sesuaikan sarana-prasarana itu dengan lingkungan alam sekitar, jenis kelamin, bakat, usia,
dan tingkat perkembangan peserta didik
Kesinambungan antara Hadits dan teori yaitu keduanya telah menggambarkan betapa
pentingnya pemilihan suatu sarana dan prasarana pendidikan, karena sarana dan prasarana
mempunyai peranan yang sangat penting bagi terlaksananya proses pembelajaran di sekolah
serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah baik secara khusus maupun secara
umum.
3. Masjid sebagai Sarana dan Prasarana Pendidikan
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

‫سلَّ َم ٌَقُو ُل َم ْن‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫ان بْنَ َعفَّانَ قَا َل‬ ِ ‫عثْ َم‬
ُ ‫َع ْن‬
ُ‫َّللاُ لَهُ فًِ ْال َجنَّ ِة ِمثْلَه‬ ِ َّ ِ ‫َبنَى َم ْس ِجدًا‬
َّ ‫ّلِل َبنَى‬
Dari Utsman bin Affan -radhiyallahu‟anhu- dia berkata; Aku mendengar Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membangun masjid ikhlas karena
Allah maka Allah akan membangunkan baginya yang serupa dengannya di surga.” (HR.
Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi‟ as-Shalah)
Analisis Isi Kandungan Hadits
Berdasarkan matan hadis diatas dapat diambil aspek tarbawinya bahwa Rasulullah
memberikan keterangan bahwa masjid sebagai sarana beribadah dan juga sarana untuk
berkumpul menuntut ilmu. Membangun masjid untuk kepentingan umat untuk beribadah dan
menuntut ilmu bernilai ibadah dan balasannya adalah surga. Pada umumnya sahabat
berkumpul di masjid untuk menunaikan shalat-shalat fardhu, maka beliau lebih banyak
menyelenggarakan majelis-majelis keilmuan di masjid. Masjid dengan demikian menjadi
tempat yang resmi sekaligus murni untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, serta untuk
mengulangi pelajaran, nasihat dan petunjuk.
Fungsi mesjid sebagai sarana dan prasarana pendidikan dijabarkan dengan beberapa
fungsi. Pertama, Fungsi Edukatif Sebagaimana telah disebutkan di depan, bahwa pada saat
Rasulullah berhijrah dari kota Makkah ke kota Madinah, langkah pertama yang dipikirkan
dan dibangun beliau adalah masjid. Di masjid inilah seluruh muslim bisa membahas dan
memecahkan persoalan hidup mereka. Di masjid diadakan musyawarah untuk mencapai
berbagai tujuan, menjauhkan diri dari berbagai kerusakan dan meluruskan aqidah. Dengan
adanya masjid, dijadikanlah tempat tersebut untuk berhubungan dengan Allah untuk
memohon ketentraman, kekuatan, pertolongan, kesabaran, ketangguhan, kesadaran,
11
kewaspadaan dan aktifitas yang penuh semangat. Quraish Shihab menjelaskan peranan
masjid Nabawi di zaman Rasulullah antara lain: tempat ibadah, tempat konsultasi dan
komunikasi, tempat pendidikan, tempat santunan sosial, tempat latihan militer, tempat
pengobatan, tempat perdamaian dan pengadilan, aula dan tempat menerima tamu, tempat
tawanan perang dan pusat penerangan dan pembelaan agama.12 Begitu sentralnya fungsi
masjid pada waktu itu, sehingga masjid tidak saja digunakan untuk melaksanakan shalat
semata, tetapi lebih dari itu masjid berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam yang sangat
urgen dalam mentransfer ilmu pengetahuan Islam. Di dalam masjid diadakan proses belajar al
Qur‟an, al Hadis, Fiqih, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra Arab. Pendidikan bagi wanita
juga dipentingkan, tetapi tidak bercampur dengan laki-laki. Rasulullah menyediakan waktu
secara khusus untuk memberikan kuliah kepada kaum wanita.
Menurut Hasan Langgulung, masjid pada mulanya digunakan untuk pendidikan rendah
bagi anak-anak. Akan tetapi kaum muslimin lebih suka kelas bimbingan anak-anak dilakukan
pada tempat yang khusus, yaitu al Suffah dan al Kuttaab yang berada di samping masjid. Hal
ini dikhawatirkan anak-anak akan merusak masjid dan biasanya mereka tidak dapat
memelihara kebersihan masjid.13 Masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan
pendidikan. Sebab akan terlihat hidupnya sunnah-sunnah Islam, menghilangnya bid‟ah-
bid‟ah dan menghilangnya stratafikasi rasa dan status ekonomi dalam pendidikan. Kedua,
Fungsi Sosial Politik Sosial politik dalam Islam tidak lain adalah dakwah itu sendiri. Sebab
tujuan dakwah Rasulullah adalah agar umat kembali ke jalan Allah. Dan tempat yang
kondusif untuk memberikan penyadaran tersebut adalah masjid. Masjid merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang Islam. Masjid pada zaman nabi menjadi pusat kegiatan untuk
membina masyarakat demi terciptanya persatuan dan kesatuan dalam satu kesatuan sosial dan
satu kesatuan politik. Kaum Anshar dan Muhajirin yang berasal dari daerah yang berbeda
dengan membawa adat dan kebiasaan yang berbeda, sebelum bersatu membentuk masyarakat
Islam, berasal dari suku-suku bangsa yang berselisih. Ketiga, Fungsi Ibadah Fungsi utama
masjid adalah tempat sujud kepada Allah, tempat untuk shalat dan beribadah kepada-Nya.
Ibadah berarti mengabdi, yakni mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah, dengan penuh
rasa taat, patuh dan tunduk. Di dalam masjid dilaksanakan segala aktifitas ibadah seperti
shalat berjama‟ah, zikir, tilawah al Qur‟an, i‟tikaf dan sebagainya. Dan masjid juga
mempunyai makna tempat dilakukannya segala aktifitas keagamaan dalam dimensi ibadah

12
al-Hamid al-Husaini. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW. Bandung: Pustaka Hidayah.
2009. h. 294
13
Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka al Husna, 1988),

12
sosial yang lebih luas. Meskipun demikian dalam hal fungsi masjid sebagai tempat ibadah,
pengertian masjid dapat lebih luas dari sebuah bangunan tempat ibadah. Hal ini sebagaimana
terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Jabir bin Abdullah,
bahwa Rasulullah bersabda: Muhammad bin Sunnan menceritakan kepada kami, ia berkata:
Hasyim telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Said bin an Nashir telah menceritakan
kepada kami, ia berkata: Hasyim telah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Sayyar telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata: Yazid, yaitu Ibn Shuhaib al Faqir telah berkata: Jabir
bin Abdullah telah mengabarkan kepada kami, bahwa nabi SAW telah berkata: Aku telah
diberikan lima perkara yang belum pernah diberikan kepada orang lain sebelumku, aku
mendapatkan pertolongan dalam perjalanan satu bulan, telah dijadikan bumi ini masjid dan
suci baginya, maka dimana saja umatku berada ketika datang waktu shalat, maka hendaklah
ia shalat, dan juga telah dihalalkan bagi harta rampasan yang belum pernah dihalalkan bagi
siapapun sebelumku, aku juga diberikan syafaat, dan setiap nabi diutus untuk umatnya
masing-masing, sedangkan aku diutus untuk umat manusia semuanya. Keempat, Fungsi
Pengabdian Kepada Masyarakat Memakmurkan masjid berarti memakmurkan umat dalam
arti yang luas. Masjid sebagai pusat pengabdian kepada masyarakat maksudnya setiap
muslim hendaknya memberikan pelayanan untuk jama‟ah masjid. Dengan demikian sifat
tolong menolong, kasih sayang dan saling memuliakan terbina melalui masjid. Salah satu
contohnya adalah pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Di zaman klasik Islam khususnya
pengelolaan zakat dikelola dan dilaksanakan di masjid.14
Dari uraian di atas, mengapa masjid dalam hadits ini termasuk ke dalam sarana dan
prasarana pendidikan?, karena masjid merupakan salah satu bangunan yang tepat guna karena
berada dalam Ridho-Nya, pun tepat sasaran karena masjid dapat menjangkau seluruh jenjang
usia. Hal ini selaras dengan teori Barnawi dan M.Arifin dalam buku manajemen sarana dan
prasarana halaman 47 yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai
kegiatan sementara, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran, pendayagunaan, pemeliharaan, penginventarisan, penghapusan, serta penataan
lahan bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah yang tepat guna dan tepat sasaran.
4. Rumah Sebagai Sarana dan Prasarana Pendidikan

‫ أنا ابن سبع اإلسالم أسلم أبً سابع سبعة و‬: ‫عثمان بن األرقم أنه كان ٌقول‬
‫كانت داره على الصفا و هً الدار التً كان النبً صلى هللا علٌه و سلم ٌكون‬
14
Moh. Ayub. Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. (Jakarta: Gema Insani Press.
1996), h.7

13
‫ باب‬,‫فٌها فٌاإلسالم و فٌها دعا الناس إلى اإلسالم (رواه الحاكم فى المستدرك‬
‫ذكر األر قم بن أبً األرقم المخزومً رضً هللا عنه‬
Terjemah Hadits “Ustman bin Arqam berkata: saya masuk Islam usia tujuh tahun, ayah
saya orang yang ke tujuh masuk Islam. Rumahnya di tanah safa dan rumah itu pernah di
tempati oleh Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah dan berdo‟a kepada manusia untuk
masuk Islam. (HR. Al- Hakim)”.
Analisis Isi Kandungan Hadits
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa Ustman bin Abi Arqam telah masuk islam
pada usia 7 tahun, ayahnya terlebih dahulu masuk islam dan termasuk golongan assabiqunal
awwalun (orang yang mula-mula masuk islam), merupakan orang yang ke tujuh dari jumlah
orang tujuh tersebut. Rumahnya terletak di daerah Safa, dan di rumah tersebut Rasulullah
pernah menempati di dalamnya untuk berdakwah atau mengajak manusia untuk masuk Islam
dan di rumah itu banyak orang yang masuk Islam. Rumah milik Abu Abdillah al-Arqam bin
Abi al-Arqam ini merupakan Madrasah pertama sepanjang sejarah Islam, tempat ilmu
pengetahuan dan amal saleh diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu
Muhammad Rasulullah Saw. Beliau sendiri yang mengajar dan mengawasi proses pendidikan
disana. Akhirnya rumah Al-Arqam yang sebelumnya disebut Dar al-Arqam (rumah Al-
Arqam), setelah dia memeluk Islam disebut dengan Dar al-Islam (Rumah Islam).
Berdasarkan matan hadits tersebut dapat diambil aspek tarbawi sebagai berikut: Pendidikan
anak diawali dari rumah. Nyatanya, rumah adalah sebuah madrasah pertama bagi anak-anak.
Rumah adalah tempat anak mendapatkan pengajaran dari orang tuanya sebelum ia terjun ke
dunia pendidikan. Seperti dalam hadits ini “ Setiap anak dilahirkan dengan membawa (dalam
keadaan) fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi”.
Telah jelas bahwa apabila di dalam rumah itu terdiri dari orang tua yang selalu mengajarkan
kebaikan kepada anak-anaknya, selalu dihiasi dengan nuansa islami akan tercipta keluarga
yang harmonis. Oleh karena itu peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah berpengaruh
terhadap perkembangan anaknya, sebab orang tua merupakan figur yang menjadi teladan bagi
anak-anak, secara tidak langsung mereka belajar dari perilaku kedua orang tuanya. Jika anak
dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia
belajar gelisah. Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri. Jika anak
dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak

14
dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan. Jika anak dibesarkan dengan
persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan mengatur dan menjaga sarana dan
prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi pada proses pendidikan
secara optimal dan berarti. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan,
pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta
penataan.
2. Prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan terdiri dari Prinsip
Mencapai Tujuan, Prinsip Efisiensi, Prinsip Administrasi, Prinsip Tanggung Jawab,
dan prinsip Kekohesifan.
3. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan terdiri dari Perencanaan Sarana
dan Prasarana Pendidikan Islam, Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Islam, Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam, dan Pengawasan dan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam.
4. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan perspektif hadits menjelaskan bahwa
proses pendidikan agama Islam pada zaman Rasulullah tidak lepas dari penggunaan
pengelolaan sarana prasarana pendidikan seperti penggunaan masjid, rumah
sahabat dijadikan sarana untuk berdakwah dan menuntut ilmu.

B. Saran
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Islam merupakan komponen pendidikan
Islam yang tak dapat dipisahkan di dalam proses pendidikan. Sarana dan prasarana
pendidikan dijadikan alat untuk memudahkan proses pembelajaran. Maka agar sarana dan
prasarana dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka dibutuhkan manajemen sarana
dan prasarana pendidikan. Rasulullah SAW pun dalam mengajarkan ilmu tak lepas dari
sarana dan prasarananya dalam mendidik sahabat. Implikasi hadits-hadits tentang sarana dan
prasarana pendidikan dijadikan acuan untuk guru PAI agar dapat menggunakan secara baik
dan maksimal sehingga proses pendidikan agama Islam berjalan dengan baik.
15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hamid al-Husaini. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW. (Bandung: Pustaka

Hidayah. 2009)

Barnawi dan M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruz

Media, 2014)

Barnawi dan M. Arifin. Manajemen Sarana dan Prasarana. (Jogjakarta : 2014)

Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka al Husna, 1988),

Husaini. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004)

Moh. Ayub. Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. (Jakarta: Gema

Insani Press. 1996)

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi, dan Implementasi, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2002)

Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013).

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,

2008)

Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf, 2006)

Ulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf, 2006)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan Undang-

Undang republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta:

VisiMedia, 2007). hlm.30.

16

Anda mungkin juga menyukai