Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS

DALAM PENDIDIKAN
Oleh : Arham Junaidi Firman
ABSTRAK
Supervisi bukan hanya bertujuan sekedar kontrol melihat apakah segala kegiatan telah
dilaksanakan sesuai rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi
juga memperhatikan keadaan kinerja guru apakah dia sukses dalam mengajar atau tidak selain
itu supervisi juga memperhatikan dan membantu guru dalam menghadapi masalah atau
kelemahan guru dalam mngajar sehingga dia bisa sukses dalam mengajar atau mendidik. Untuk
itulah di adakannya supervisi klinis. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaan lebih ditekankan pada mencarai sebabsebab kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung
pula diusahakan bagaiman cara mengajar, dan kemudian secara langsung pula diuasahakan
bagaiamana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.
Kata kunci: Implementasi, Supervisi Klinis, Pendidikan.
A.

Pendahuluan
Pada dasarnya kegiatan supervisi pendidikan merupakan rangkaian kegiatan dari
administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan adalah mencakup kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian pendidikan. Mengadakan supervisi adalah mengadakan
pengawasan dan penilaian dari apa yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam
kegiatanpendidikan. Tidak hanya melihat hasilnya, tetapi bagaimana prosesnya. Orientasinya
terletak pada mengapa bukan hanya pada apa.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam peningkatan mutu
pendidikan. guru memiliki peran yang sangat strategis, baik sebagai perencana pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan penilai pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh karena guru
adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dalam proses belajar mengajar, yang perlu diperhatikan oleh guru adalah keaktifan siswa
dalam belajar. Siswa dapat berhasil dalam belajar ditentukan oleh salah satu faktor
kepentingannya adalah mengorganisasi seluruh pengelolaan belajar dalam bentuk kegiatan
belajar mengajar. Kemampuan mengorganisasi kegiatan belajar mengajar tidaklah cukup apabila
tidak dibarengi dengan motivasi kerja guru dalam proses belajar nengajar. Untuk itu setiap proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan seorang guru harus direncanakan, dilaksanakan dan
dievalusi secara sungguh-sungguh agar didapat feedback yang akurat untuk dijadikan acuan
didalam memperbaiki setiap kegiatan pembelajaran dari waktu ke waktu.
Disamping upaya-upaya peningkatan proses pembelajaran di atas diperlukan pula bantuan
para supervisor untuk lebih mengoptimalkan profesionalitas para guru di dalam mengelola

proses pembelajaran di kelas. Untuk merealisasikan harapan tersebut di atas, maka supervisor
atau pengawas pendidikan harus mampu melayani para guru dengan cara memfasilitasi,
membimbing serta memotivasi mereka sehingga kehadiran para supervisor sebagai mediator
dapat mengakses para guru ke tingkat kualitas sumber daya yang memadai.
Atas dasar kenyataan tersebut bantuan yang dimaksud adalah bagaimana agar guru dapat
menyadari bahwa ada kelemahan pada dirinya dalam mengelola proses pembelajaran dan
menemukan upaya pemecahannya. Untuk itu diperlukan supervisi klinis sebagai salah satu
teknik membantu guru dalam mengembangkkan profesionalisme dalam mengelola proses
pembelajaran. Membantu pengembangan profesional guru, khususnya dalam penampilan
mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan
untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. Bantuan yang diberikan hendaknya sesuai
dengan permasalahan dan kesulitan yang dialami oleh guru dalam pembelajaran. Dengan adanya
bantuan guru akan bisa optimal mengerahkan kemauan yang dimiliki dalam mengajar.
B.

Konsep Dasar Supervisi Klinis


Dalam konsep kuno supervisi disamakan dengan inspeksi dalam artian mencari kesalahan.
Sedangkan dalam konsep modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar sebagai bantuan bagi guru untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar.
Namun kenyataannya di masyarakat, masih banyak orang beranggapan bahwa supervisi
pendidikan masih identik dengan pengawasan yang bersifat inspeksi. Akibatnya tingkah laku
seperti rasa kaku, ketakutan pada atasan, tidak berani berinisiatif, bersikap menunggu instruksi,
dan birokratis lainnya bagi para guru.
Sesungguhnya konsep supervisi pada awalnya adalah adanya kebutuhan sesuatu dalam
landasan pengajaran dengan cara membimbing guru, memilih metode mengajar, dan
mempersiapkan guru untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan kreatifitas yang tinggi.
Secara umum supervisi berarti upaya bantuan kepada guru agar guru dapat membantu para
siswa belajar untuk menjadi lebih baik. Supervisi merupakan gabungan dari kata super yang
berarti luar biasa, istimewa, atau lebih dari yang lain, sedangkan visi artinya kemampuan untuk
melihat persoalan jauh ke depan, dengan demikian supervisi adalah suatu pandangan yang luar
biasa yang melihat permasalahan jauh melampaui batas waktu sekarang sampai yang akan
datang. (Firdaus, 2005 : 4)
Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris L. Cogan, Robert
Goldhammer, dan Richart Weller di Universitas Harvard pada akhir dasawarsa 50-an dan awal
dasawarsa 60-an. Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinis, yaitu: pertama,
pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan
analisis secara hati-hati. Melalui pengamatan dan analisis ini, supervisor akan mudah
mengembangkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran. Kedua,guru profesional
yang ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yang kolegial dari pada cara yang
autoritarian. Konsep dasar supervisi klinis adalah kolegial, kolaboratif, memiliki keterampilan
layanan dan perilaku etis. (Sahertian, 2000 : 58).

Acheson dan Gall menyatakan bahwa supervisi klinis ialah proses membina guru untuk
memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan prilaku mengajar seharusnya/yang
ideal. Sementara itu lucio (1979, h.20) membatasi maksud supervisi klinis hanya untuk
menolong guru-guru agar mngerti inovasi dan mengubah performan mereka agar cocok dengan
inovasi itu.
Pengertian supervisi klinis bisa dibaca dari istilah klinis sendiri. Clinical artinya berkenaan
dengan menangani orang sakit, maka guru pun dapat diagnosis orang dalam proses belajar
mengajar, untuk menemukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar
dengan baik. Kemudian aspek-aspek itu diperhatkan satu per satu secara intensif. Jadi supervisi
klinis itu merupakan satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah
diketahui sebelumnya. Hanya dengan cara seperti rupanya Acheson & gall dan lucio
memperkecil jurang perilaku nyata dengan perilaku ideal para guru yang seringkali terjadi pada
inivasi-inovasi pendidikan. (Pidarta, 1992 : 249-250).
Supervisi klinis merupakan salah satu teknik supervisi tipe demokratik. (Harahap, 1983 :
15). Menurut Bolla, supervisi klinis merupakan suatu proses bimbingan kepada guru yang
bertujuan untuk membantu pengembangan profesionalnya, khususnya dalam penampilan
mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena
prosedur pelaksanaan lebih ditekankan pada mencari sebab-sebab kelemahan yang terjadi di
dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara
mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki
kelemahan atau kekurangan tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil simpulan bahwa supervisi klinis adalah
suatu teknik supervisi yang dilakukan oleh supervisor untuk memmberikan bantuan yang bersifat
profesional yang diberikan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar melalui bimbingan yang intensif yang
disusun secara sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan
meningkatkan profesionalisme guru.
Bimbingan yang diberikan tidak bersifat instruksi atau perintah akan tetapi diberikan dengan
cara sedemikian rupa sehingga memotivasi guru untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat
untuk memperbaiki kekurangan yang dialami dalam proses pembelajaran.Supervisi klinis
difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar
sebenarnya dengan tujuan mengadakan modifikasi yang rasional.
Dalam prakteknya supervisi klinis mempersyaratkan hubungan intens antara supervisor dan
guru ketimbang yang terjadi pada evaluasi tradisional. Supervisi klinis sebagai intervensi yang
direncanakan dalam dunia tiruan, karenanya tidak hanya memperhatikan perilaku guru dan
anteseden perilaku ini juga berkaitan dengan ketidak utuhan dengan asumsi, kepercayaan, tujuan
dan perilaku guru. Supervisor dalam praktek supervisi klinis dapat dilakukan oleh sejawat guru
atau kepala sekolah atas dasar kesepakatan bersama baik yang berkaitan dengan teknik
pengajaran maupun hal lainnya. Oleh karena itu inti dari supervisi klinis adalah perbaikan

pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah
dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar
secara berkelanjutan dan konsisten. (Purwanto, 1990 : 91).
Istilah klinis dalam supervisi memberikan unsur-unsur khusus sebagai berikut :
1) Hubungan tatap muka antara supervisor
5) Analisis dan interpretasi observasi
dengan calon guru dalam proses
dilakukan secara bersama antara
supervisi terjalin dengan baik.
supervisor dan calon guru.
2) Hubungannya
terpusat
pada
6) Pemberian bimbingan oleh supervisor
keinginan/kerisauan (concern) calon
lebih bersifat pembinaan.
7) Berlangsung dalam suasana akrab
guru yang terpusat pada tingkah laku
(intim) dengan sikap saling terbuka dari
aktual di kelas.
3) Observasi dilakukan secara langsung dan
supervisor dan guru, tanpa kecurigaan
cermat.
dan tekanan. (Gunawan, 1996 : 207)
4) Data observasi dideskripsikansecara
mendetail.
8) Kritikan/Tanggapan :
9) Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa konsep dasar dari
supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan kepada guru yang bertujuan untuk membantu
pengembangan profesionalnya, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi
dan analisis data secara teliti dan obyektif, sehingga dalam prosedur pelaksanaannya lebih
ditekankan pada mencari sebab-sebab kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar,
dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara mengajar, dan kemudian secara
langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.
10)
11) C. Ciri-Ciri dan Tujuan Supervisi Klinis
12) 1.
Ciri-Ciri Supervisi Klinis
13) Supervisi klinis memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan teknik
supervisi yang lain. Menurut Pidarta, ciri-ciri supervisi klinis adalah sebagai berikut:
a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek perilaku
yang akan diperbaiki.
b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam proses belajar
mengajar yang spesifik, misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik
mengendalikan kelas dalam metode keterampilan proses, teknik menangani anak yang nakal
dan sebagainya.
c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis bersama tentang bentuk
perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori
dalam proses belajar mengajar.
d. Hipotesis di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru
yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau
direvisi.

e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama yang sudah berhasil
diperbaiki. Agar muncul kesadaran betapa pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan
secara berkelanjutan.
f. Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasar saling mempercayai dan
sama-sama bertanggung jawab.
g. Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu persatu diperbaiki
sampai guru itu bisa bekerja dengan baik, atau kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar
tidak menjadi jelek. (Pidarta, 1999 : 250).
14) Kritikan/Tanggapan :
15) Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa dari ciri-ciri
tersebut, dapat diketahui dan dibedakan antara supervisi pengajaran dan supervisi klinis.
Supervisi pengajaran lebih menekankan pada pengawasan dari supervisor terhadap guru-guru
tentang pengelolaan pembelajaran yang dikelolanya. Sedangkan supervisi klinis lebih
menekankan pada inisiatif guru untuk menyampaikan problem-problem pengajaran yang
dihadapinya untuk disampaikan kepada supervisor, dan selanjutnya dicarikan solusi terbaiknya.
Persamaannya adalah bahwa baik dalam supervisi pengajaran maupun dalam supervisi klinis
dituntut adanya kooperasi atau kerja sama yang harmonis antara supervisor dengan guru itu
sendiri, guru tidak boleh mengacuhkan supervisornya.
16)
17) 2.
Tujuan Supervisi Klinis
18) Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik.
Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada pencapian tujuan akhir dari
pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.
19) Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah yang ada sekarang ini menggambarkan suatu
keadaan yang sangat kompleks. Kompleksnya keadaan yang ada ini adalah akibat faktor-faktor
obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan penurunan hasil belajar. Oleh
karena itu perlu adanya penyelesaian yang dilakukan untuk mengembalikan semangat dan situasi
belajar mengajar yang lebih baik.
20) Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
a. Membantu guru dengan jelas dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
c. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan sumbersumber pengalaman belajar.
d. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
e. Membantu guru-guru baru disekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang
diperolehnya.
f. Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam membina
sekolah. (Maunah, 2009 : 26).
21) Sedangkan Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi klinis yaitu:
a. Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan
cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.

b. Membina guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka
pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (Sahertian, 2000 : 25).
22) Menurut Acheson dan Gall (1987:1) dalam Syaiful Sagala (2010 : 200) tujuan supervisi
klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik, dapat memecahkan
permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru,
dan membantu guru untuk berprilaku yang baik sebagai uapaya pengembangan profesioanal para
guru.
23) Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah :
a. Menyediakan feedback bagi guru yang objektif dari kegiatan mengajar guru yang baru saja
dijalankan.
b. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar.
c. Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi belajar.
d. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau
pekerjaan mereka.
e. Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terusmenerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri
24) Kelebihan yang tampak dalam penggunaan supervisi klinik yang tujuannya adalah
perbaikan pada pengajaran guru dalam proses belajar mengajar adalah sangat signifikan. Dalam
supervisi klinik yang disupervisi adalah aspek-aspek perilaku guru misalnya cara menertibkan
kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dan lainnya. Dalam memperbaiki aspek
perilaku di atas perlu sekali ada nya hipotesis bersama tentang bentuk perilaku perbaikan atau
cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajar
mengajar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan demi kelancaran pelaksanaan supervisi, maka
perlu adanya kesepakatan antara supervisor dan guru yang akan disupervisi tentang aspek-aspek
yang akan diperbaiki.
25) Kritikan/Tanggapan :
26) Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa tujuan pokok
supervisi klinis adalah meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan memfokuskan
pada perbaikan penampilan guru mengajar di kelas. Tentunya seorang supervisor dalam
melakukan supervisi harus memperhatikan tujuan dari supervisi klinis ini, agar dalam melakukan
supervisi klinis dapat terlaksana dengan baik.
27)
28) D. Pendekatan Supervisi Klinis
29) Pendekatan berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau
langkah-langkah menuju objek. Sudjana (2004) membagi pendekatan supervisi menjadi dua,
yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact).
Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan
menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media elekronik, radio,
kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu
pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu. (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham.
(2007).

30) Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung
kepada prototipe guru. Sahertian (2000) mengemukakan beberapa pendekatan, perilaku
supervisor berikut :
31) 1.
Pendekatan langsung (direktif)
32) Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.
Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih
dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis
behauioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu
respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena guru memiliki kekurangan, maka perlu
diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan
(reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan
perilaku supervisor seperti berikut ini :
a. Menjelaskan,
d. Memberi contoh,
b. Menyajikan,
e. Menerapkan tolok ukur, dan
c. Mengarahkan,
f. Menguatkan.
g. 2.
Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
h. Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan
terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung
menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
i. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik.
Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru
yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi
guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan
memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai
berikut.
a. Mendengarkan,
c. Menjelaskan,
d. Menyajikan, dan
b. Memberi penguatan,
e. Memecahkan masalah.
j. 3.
Pendekatan kolaboratif
k. Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan
direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik
supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria
dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini
didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah
perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh
dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi
berhubungan pada dua arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor
dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut.

a. Menyajikan
d. Memecahkan masalah
b. Menjelaskan
e. Negosiasi
c. Mendengarkan
f. Ketiga macam pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan
pemberian supervisi sebagai yaitu.
a. Percakapan awal (pre-conference)
d. Percakapan akhir(pasconference)
e. Analisis akhir
b. Observasi
f. Diskusi. (Sahertian, 2000 : 46-52).
c. Analisis/interpretasi
g. Kritikan/Tanggapan :
h. Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa dengan adanya
pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam supervisi klinis diharapkan supervisor akan
terbantu dalam melakukan bimbingan terhadap guru dalam mengatasi permasalahannya serta
lebih menjalin suasana yang akrab antar supervisor dengan guru agar lebih mudah dalam
melakukan supervisi.
i.
j. E. Keterampilan Dalam Supervisi Klinis
k.
Fungsi utama supervisor dalam praktek supervisi klinis adalah mengajarkan
berbagai keterampilan kepada guru. Dalam mengajar guru memerlukan keterampilan dasar
tertentu agar ia dapat mengajar lebih dan agar tujuan pelajaran dapat tercapai. Keterampilan
dasar tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Keterampilan menggunakkan bervariasi
6. Mangambangkan
dan
mencoba
dalam mengajar menggunakan stimulus,
kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan
yang terdiri dari memberi penguatan
evaluasi kirikulum
2. Variasi gaya interaksi dan pengguanaan
7. Mengajar menggunakan model dan
alat pandang dengar (variability)
strategi pembelajaran yang sesuai
3. Membuka dan menutup pelajaran
dengan kebutuhan materi pembelajaran
4. Memahami
dan
mengamati
8. Menciptaan hubungan dan bantuan
(mempresepsi)
proses
pengajatran
9. Memahami kebutuhan dan keinginan
analitis
guru
5. Menganalisis proses pengajaran secara
10. Membantu
mengembangkan
rasional
berdasarkan
bukti-bukti
ketrampilan-keterampian
11.
Mengobservasi
dan
menganalisis
pengamatan dalam bentuk data dan
penampilan
informasi yang jelas dan tepat
12. Menanggapi penampilan guru dan memberikan saran dan nasehat. (Sagala, 2010 : 250).
13. Kritikan/Tanggapan :
14. Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa dalam
mengajar guru memerlukan keterampilan dasar tertentu agar ia dapat mengajar lebih dan
agar tujuan pelajaran dapat tercapai. Dengan demikaian supervisi klinis yang merupakan
modal bagi guru dalam usaha memperbaiki pengajaran. Supervisi klinis memiliki modal
besar dalam mendukung pelaksanaan tugas mengajar guru, dan tentunya kepala sekolah
sebagai supervisor dalam meningkatkan penerapan model supervisi klinis tersebut, harus
melaksankannya dengan teratur, terencana dan berkesinambungan.

15.
16. F. Implementasi Supervisi Klinis Dalam Pendidikan
17. Banyak guru yang mengalami masalah/kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya. Kesulitan tersebut dapat disebabkan
oleh karakteristik mata pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam
aspek-aspek teknis metodologis sehingga bahan ajar kurang dipahami peserta didik.
Supervisi klinis yang dilakukan pengawas sekolah kepada guru merupakan salah satu
upaya membantu guru untuk mengatasi masalah yang dialaminya dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran. Dalam implementasi supervisi klinis dalam
pendidikan, Cogan memberi tekanan pada lima aspek, yaitu :
1. Proses supervisi klinis
4. Hubungan guru dengan supervisor
2. Interaksi antara guru dengan murid
5. Analisis data berdasarkan peristiwa
3. Performansi guru pada waktu mengajar
aktual di kelas.
18. Supervisi klinis dapat diartikan sebagai bantuan profesional kesejawatan yang diberikan
kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar guru yang bersangkutan dapat
mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap perencanaan,
tahap pengamatan perilaku guru mengajar, serta tahap analisis perilaku dan tindak lanjut.
Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan
masalah pengajaran di kelas.
19. Supervisi klinis akan terjadi jika hubungan kolegial antara pengawas dan guru telah
terjalin dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk
melakukan supervise klinis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam
pembelajaran. Selain itu, keberhasilan supervisi klinis juga akan sangat tergantung kepada
sejauhmana pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang dimilikinya
dan sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh
pengawas.
20. Prinsip-prinsip supervisi klinis pada intinya adalah bantuan kepada guru dalam
pembelajaran, bukan perintah atau instruksi yang harus dilaksanakan melainkan kesadaran kedua
belah pihak (guru dan kepala, atau guru dan pengawas, atau kepala madrasah dan pengawas)
akan pentingnya memperbaiki mutu pembelajarannya. Prinsip lain adalah membina guru dengan
penuh keikhlasan bukan keterpaksanaan, bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas guru,
memiliki program yang jelas dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hubungan antara pengawas
sebagai supervisor dengan guru sifatnya hubungan kolegial dalam suasana yang intim penuh
keterbukaan, demokratis, mengedepankan tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan mutu
pembelajaran, supervisor harus lebih banyak mendengar daripada berbicara dan fokus pada
kebutuhan dan aspirasi guru pada perilaku mengajar aktual dalam mata pelajaran yang
diampunya. (Banun Muslim, 2010 : 97-102).
21. Pelaksanaan supervisi secara klinik yang baik oleh supervisor sesuai dengan siklus atau
langkah-langkah yang ada, serta didukung pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang ciriciri dan prinsip-prinsip supervisi klinik akan dapat meningkatkan mutu atau profesionalitas

pembelajaran guru. Proses supervisi klinis merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika
supervisi dilaksanakan.
22. Kritikan/Tanggapan :
23. Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa supervisi klinis
akan terjadi jika hubungan kolegial antara pengawas dan guru telah terjalin dengan baik. Tanpa
prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk melakukan supervise klinis
terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Selain itu,
keberhasilan supervisi klinis juga akan sangat tergantung kepada sejauhmana pengawas
memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang dimilikinya dan sejauhmana guru
secara terbuka melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh pengawas.
24.
25. Tim Pakar Manajemen Pendidikan secara umum menjelaskan proses pelaksanaan
supervisi klinis dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu :
26. 1.
Tahap Pendahuluan
27. Dalam tahap ini, supervisor dan guru membicarakan rencana keterampilan yang akan di
observasi. Dalam tahap ini, diperlakukan identifikasi perhatian utama guru dan
menerjemahkannya dalam tingkah laku yang dapat dipahami. Dibutuhkan hubungan baik antara
supervisor dan guru untuk melakukan hal ini secara efektif. Secara teknis, diperlukan lima
langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan baik, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana akrab antara
4. Memilih atau mengembangkan suatu
supervisor dengan guru sebelum
instrumen observasi yang akan dipakai
membicarakan
langkah-langkah
untuk merekam tingkah laku guru yang
selanjutnya.
menjadi perhatian utamanya
2. Me-review rencana
dan
tujuan
5. Instrumen observasi yang dipilih atau
pembelajaran
dikembangkan
harus
dibicarakan
3. Me-review komponen keterampilan yang
bersama antara guru dan supervisor
akan dilatihkan dan diamati
6.
7. 2.
Tahap Pengamatan Mengajar
8. Pada tahap ini, guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen
keterampilan yang disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sedangkan, supervisor
mengamati dan mencatat atau merekam secara objektif, lengkap, dan apa adanya dari
tingkah laku guru ketika mengajar. Supervisor juga mengadakan observasi dan mencatat
tingkah laku siswa di kelas serta interaksi guru dan siswa. (Asmani, 2012 : 112).
9. Menurut Pidarta, proses melaksanakan pengamatan ada dua kegiatan yaitu guru
mengajar dengan tekanan khusus pada aspek perilaku yang diperbaiki, dan supervisor
mengobservasi. Proses melaksanakan pengamatan secara cermat, sistematis, dan obyektif
merupakan proses kedua dalam proses supervisi klinis. Perhatian observasi ini ditujukan
pada guru dalam bertindak dan kegiatan-kegiatan kelas sebagai hasil tindakan guru.
Waktu dan tempat pengamatan pembelajaran ini sesuai dengan kesepakatan bersama

antara supervisor dengan guru pada waktu mengadakan pertemuan awal.(Pidarta, 1999 :
253).
10. Langkah-langkah utama dalam tahap pengamatan mengajar ini adalah :
a. Memasuki ruangan kelas yang akan
d. Supervisor
mengamati
penampilan
diajar oleh guru bersama-sama dengan
mengajar guru dengan menggunakan
guru.
format
pengamatan
yang
telah
b. Guru memberikan penjelasan kepada
disepakati.
para siswa tentang maksud kedatangan
e. Setelah proses belajar mengajar selesai,
supervisor ke ruang kelas.
guru bersama-sama dengan supervisor
c. Guru mempersilahkan kepada supervisor
meninggalkan ruangan kelas dan
menempati
tempat
yang
telah
berpindah ke ruangan khusus untuk
disediakan.
melaksanakan
aktivitas
supervisi.
(Imron, 2011 : 63).
11. 3.
Tahap Pertemuan Umpan Balik
12. Pada tahap ini, seorang supervisor mengevaluasinya, kemudian mengintrepetasikan hasil
tersebut. Langkah-langkah utamanya adalah sebagai berikut:
a. Menanyakan perasaan dan kesan guru
e. Menginterpretasi data rekaman secara
secara umum ketika mengajar, dan
bersama-sama.
f.
Menanyakan perasaan guru setelah
memberi penguatan dalam merivisi
melihat sesuatu yang menjadi keinginan
tujuan pembelajaran.
b. Me-review target
keterampilan
dan
atau target guru dan sesuatu yang telah
perhatian utama guru.
terjadi atau tercapai
c. Menanyakan perasaan guru tentang
g. Menentukan
bersama-sama
dan
jalannya pengajaran berdasarkan target
mendorong guru untuk merencanakan
dan perhatian utamanya.
hal-hal yang perlu dilatih atau
d. Menunjukkan data hasil rekaman dan
diperhatikan di kesempatan berikutnya.
memberikan kesempatan kepada guru
menafsirkan data tersebut.

h. Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakan pengamatan


pembelajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil pengamatan.
Tujuan utama menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik adalah
menindaklanjuti apa yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamat terhadap proses
pembelajaran. Pembicaraan dalam menganalisis hasil pengamatan dan memberikan
umpan balik ini adalah ditekankan pada identifikasi serta analisis persamaan dan
perbedaan antara perilaku guru dan peserta didik yang direncanakan dengan perilaku
aktual guru dan peserta didik, serta membuat keputusan tentang apa dan bagaimana yang
seharusnya dilakukan berhubungan dengan perbedaan yang ada.
i. Proses ini merupakan proses yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan
cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat
memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga benar-benar bermanfaat bagi guru. Paling tidak ada
lima manfaat pertemuan balikan bagi guru, yaitu: (1) Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan
sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan
bersama supervisor dan guru dengan tepat, (3) supervisor bila mungkin dan perlu bisa berupaya
mengintervensi secara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan, (4)
guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri, dan (5)
guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesional diri pada
masa yang akan datang.
j. Sebelum mengadakan pertemuan balikan ini, supervisor terlebih dahulu diharuskan
menganalisis hasil pengamatan dan merencanakan apa yang akan dibicarakan dengan guru.
Begitu pula guru diharapkan menilai dirinya sendiri. Dalam pertemuan balikan ini sangat
diperlukan adanya keterbukaan antara supervisor dengan guru.
k. Maka dari itu, supervisor sebaiknya menanamkan kepercayaan pada diri guru bahwa
pertemuan balikan ini bukan untuk menyalahkan guru, melainkan untuk memberikan masukan
balikan. Pertama kali yang harus dilakukan oleh supervisor dalam setiap pertemuan balikan
adalah memberikan penguatan (reinforcment) terhadap guru. Kemudian dilanjutkan dengan
analisis bersama terhadap setiap aspek pembelajaran yang menjadi perhatian dalam kegiatan
supervisi klinis. Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan selama pertemuan balikan
ini, yaitu:
1) Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan,
kemudian supervisor berusaha memberikan penguatan (reinforcement).
2) Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Supervisor bersama guru mengidentifikasi
perbedaan antara tujuan pengajaran yang direncanakan dengan tujuan pengajaran yang
dicapai.
3) Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru. Supervisor bersama guru
mengidentifikasi target keterampilan dan perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum
dicapai.
4) Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis target keterampilan dan perhatian
utamanya.

5) Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selama proses supervisi klinis.
Supervisor memberikan kesempatan kepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan
dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses supervisi klinis.
6) Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan sekaligus menetapkan rencana
berikutnya.
l. Dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerja yang baik dalam
pertemuan awal atau perencanaan, melaksanakan pengamatan pembelajaran secara cermat,
maupun dalam menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik. Faktor yang
sangat menentukan keberhasilan supervisi klinis adalah kepercayaan pada guru bahwa tugas
supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan pembelajaran guru. Upaya
memperoleh kepercayaan guru ini memerlukan satu iklim kerja yang kolegial.(Bafadal, 2004 :
81-85).
m. Tiga tahap supervis klinis ini memberikan pelajaran berharaga bagi guru untuk
mengevaluasi kelebihan dan kelemahannya dalam proses pembelajaran. Sehingga, ia berani
mencoba metode baru yang selama ini jarang atau tidak pernah dipraktikkan, melihat respons
aktif maupun pasif dari anak didik. Dari sini guru memeperoleh gambaran nyata atas manfaat
supervisi klinis. Salah satunya adalah ubtuk memperbaiki kualitas pengajarannya sehinnga
menjadi lebih menyenangkan, kreatif, dan inovatif demi peningkatan kualitas anak didik.
(Asmani, 2012 : 114-115).
n. Kritikan/Tanggapan :
o. Dari penjelasan yang telah terdapat diatas dapat penulis pahami bahwa dalam
prosesnyasupervisi klinis lebih menekankan pada interaksi langsung guru-supervisor dan
pengembangan professional guru. Tahap pertemuan pendahuluan dimaksudkan sebagai langkah
inventarisir masalah yang dihadapi guru; tahap observasi kelas dimaksudkan sebagai tahap untuk
melihat secara real pembelajaran yang terjadi di dalam kelas; sedangkan tahap pertemuan balikan
merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang kedua tadi.
p.
q. PENUTUP
r.
s. Dalam konsep kuno supervisi disamakan dengan inspeksi dalam artian mencari
kesalahan. Sedangkan dalam konsep modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi
belajar mengajar sebagai bantuan bagi guru untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar.
Sesungguhnya konsep supervisi pada awalnya adalah adanya kebutuhan sesuatu dalam landasan
pengajaran dengan cara membimbing guru, memilih metode mengajar, dan mempersiapkan guru
untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan kreatifitas yang tinggi.
t. Supervisi klinis merupakan salah satu teknik supervisi tipe demokratik. Menurut Bolla,
supervisi klinis merupakan suatu proses bimbingan kepada guru yang bertujuan untuk membantu
pengembangan profesionalnya, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi
dan analisis data secara teliti dan obyektif. Oleh karena itu inti dari supervisi klinis adalah
perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan matang antara supervisor dan

guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan
belajar secara berkelanjutan dan konsisten.
u. Tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik,
dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan strategis,
mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk berprilaku yang baik sebagai uapaya
pengembangan profesioanal para guru. Sementara itu, pendekatan yang digunakan dalam
menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau
teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru.
v. Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan
menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media elekronik, radio,
kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu
pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu. Sedangkan fungsi utama supervisor
dalam praktek supervisi klinis adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru. Dalam
mengajar guru memerlukan keterampilan dasar tertentu agar ia dapat mengajar lebih dan agar
tujuan pelajaran dapat tercapai.
w. Supervisi klinis akan terjadi jika hubungan kolegial antara pengawas dan guru telah
terjalin dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk
melakukan supervise klinis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam
pembelajaran. Selain itu, keberhasilan supervisi klinis juga akan sangat tergantung kepada
sejauhmana pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang dimilikinya
dan sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh
pengawas.
x. Pelaksanaan supervisi secara klinik yang baik oleh supervisor sesuai dengan siklus atau
langkah-langkah yang ada, serta didukung pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang ciriciri dan prinsip-prinsip supervisi klinik akan dapat meningkatkan mutu atau profesionalitas
pembelajaran guru. Proses supervisi klinis merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika
supervisi dilaksanakan.
y.
z. DAFTAR BACAAN
aa.
ab. Bafadal, Ibrahim. 2004. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
ac. Banun Muslim, Sri. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru. Bandung : Alfabeta.
ad. Firdaus. 2005. Standar Supervisi Pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah. Derpartemen
Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
ae. Gunawan, Ary H. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
af. Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Ciawi Jaya.
ag. Imron, Ali. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
ah. Mamur Asmani, Jamar. 2012. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Jakarta: Diva
Press.

ai. Maunah, Binti. 2009. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Sukses
Offset.
aj. Pidarta, Made. 1992. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
ak. ____________. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
al. Purwanto, M. Ngalim. 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
am.Sagala, Syaiful. 2010. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta.
an. Sahertian, Piet A. dan Frans Mataheru. 2000. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan.Surabaya
: Usaha Nasional.
ao.

Anda mungkin juga menyukai