Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu
mengelola ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas maksudnya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondosif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran yang
efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menunjukkan dirinya ke
dalam dunia pendidikan, maka penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas terbagi dua kata yaitu: pengelolaan dan kelas, pengelolaan itu sendiri akar
katanya adalah “kelola” ditambah awalan pe- dan akhiran an-. Istilah lain pengelolaan adalah
“menejemen” yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Sedangkan “kelas” menurut Oemar Namanik (1987:311) adalah : suatu kelompok orang
melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru, menurut Suharsimi
Arikunto (1988:17) pengertian umum “kelas” adalah sekelompok siswa yang pada waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.[1]
Teknik-teknik pengelolaan kelas dapat digolongkan ke dalam teknik preventif dan teknik kuratif.
Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah timbulnya tingkah laku siswa yang mengganggu
kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan teknik kuratif adalah teknik untuk mengurangi tingkah
laku siswa yang mengganggu kegiatan kegiatan belajar mengajar.
a. Teknik Preventif
1) Sikap terbuka.
3) Sikap empati.
4) Sikap demokratis.
7) Mengusahakan siswa.
8) Memperjelas komunikasi.
9) Menunjukkan kehadiran.
b. Teknik Kuratif
1) Penguatan negatif.
2) Penghapusan.
3) Hukuman.
4) Membicarakan.
8) Memberikan tugas yang menuntut kekuatan fisik bagi siswa yang menunjukkan
menguasai.
10) Tidak memberikan respon ekspresi wajah tetap bagi siswa yang menunjukkan tingkah laku
membalas mendendam.
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan, karena ada tujuan itulah guru selalu
berusaha mengelola kelas walaupun terkadang kelelahan fisik maupun fikiran dirasakan. Guru
sadar tanpa mengelola kelas yang baik maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya, itu
sama saja membiarkan jalannya pengajaran tanpa memmembuka hasil yaitu mengantarkan anak
didik dari tidak berilmu menjadi berilmu.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, secara
umum tujuan pengelolaan kelas adalah :
“Penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas, fasilitas yang ddisediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.”
Menurut Suharsimi Arikunto (1988:68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar
setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien.[3]
Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku
anak didik adalah :
2) Tidak ada standar prilaku dalam bekerja kelompok. Misalnya : ribut, bercakap-cakap,
pergi ke ana kemari, dan sebagainya.
3) Reaksi negatif terhadap anggota dalam bekerja kelompok, misalnya: ribut, bermusuhan,
mengucilkan dan merendahkan kelompok bodoh.
5) Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/ terganggu, misalnya: bila didatangi monitor, tamu-
tamu, iklim yang berubah dan sebagainya.
6) Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya: dalam lembaga yang alat-alat belajarnya
kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.
7) Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah seperti tugas-tugas
tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya.[4]
Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-
pendekatan kelas, sebab dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa
pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif
yang baik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya, seorang guru terlebih dahulu harus
menetepkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan sangat cocok dengan hakikat masalah yang
ingin diatangulangi. Dan sebaiknya seorang guru tidak hanya mengelola kelas saja atau seorang
guru tidak akan berhasil baik setiap kali menangani kasus kelas. Namun guru yang profesional
harus mengelola kelas dengan sebaik mungkin. Bila guru gagal mengelola kelas pada tahap
pertama, maka guru masuh bisa melakukan analisa ulang terhadap situasi dengan melakukan
pendekatan yang kedua, dan seterusnya.[5]
1) Pendekatan kekuasaan,
2) Pendekatan kebebasan,
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif.
Dan setiap guru yang masuk ke dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah
pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah
pengajaran adalah usaha untuk membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran
secara langsung, sedangkan masalah manajemen untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi sedemikian rupa, sehingga proses interaksi edukatif dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.[7]
2) Tantangan
Penggunaan tantangan atau kata-kata kan meningkatkan gairah siswa untuk belajar ssehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3) Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar-mengajar yang bervariasi merupakan
kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan kelas yang kondusif. Dengan adanya
variasi menghindari kejenuhan para peserta didik dalam prosse pembelajaran.
Pada dasarnya, mengajar dan mendidik menekankan hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan hal-hal yaitu penekanan
yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari
kesalahan yang dapat mengganggu jalnnya proses interaksi edukatif.
Tujuan dan akhir pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri,
karena itu guru sebaiknya memotivasi anak didiknya untuk melaksanakan disiplin diri dan
menjadi teladan.[8]
G. Kesimpulan
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu
mengelola ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas maksudnya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondosif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran yang
efektif dan efisien.
Teknik-teknik pengelolaan kelas dapat digolongkan ke dalam teknik preventif dan tekhnik
kuratif. Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah timbulnya tingkah laku siswa yang
mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan teknik kuratif adalah tekhnik untuk
mengurangi tingkah laku siswa yang mengganggu kegiatan kegiatan belajar mengajar.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, secara
umum tujuan pengelolaan kelas adalah :
“Penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas, fasilitas yang ddisediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.”
Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku
anak didik adalah :
2) Tidak ada standar prilaku dalam bekerja kelompok. Misalnya : ribut, bercakap-cakap, pergi
ke ana kemari, dan sebagainya.
3) Reaksi negatif terhadap anggota dalam bekerja kelompok, misalnya: ribut, bermusuhan,
mengucilkan dan merendahkan kelompok bodoh.
5) Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/ terganggu, misalnya: bila didatangi monitor, tamu-
tamu, iklim yang berubah dan sebagainya.
6) Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya: dalam lembaga yang alat-alat belajarnya
kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.
2) Tantangan
3) Bervariasi
PENDAHULUAN
Aspek penting lain dalam pengolalaan pengajaran evaluasi atau penilaian. Evaluasi atau
penilaian dalam pengajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar,tetapi juga harus
dilakukan terhadap proses pengajaran itu sendiri. Dengan penilaian dapat dilakukan revisi desain
pengajaran dan strategi pengajaran pengajaran. Dengan kata lain,ia dapat berfungsi sebagai umpan
pengajaran masih kurang dapat perhatian dibandingkan oleh penilaian terhadap hasil pengajaran
yang dicapai pesreta didik. Oleh sebab itu, upaya remedial pengajaran jarang dilakukan oleh para
guru, sehingga strategi pengajaran tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti dari waktu
ke waktu dan dari situasi ke situasi. Kecendrungan ini hamper terjadi semua tingkat dan jenjang
pendidikan.
PEMBAHASAN
Kata evaluasi merupakan pengindonesiaan dari kata evaluation dalam bahasa inggris, yang lazim
diartikan dengan penaksiran. Kata kerjanya adalah evaluate yang berarti menaksir atau menilai.
1. Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses kegiatan
untuk menentukan nilai sesuatu.
2. Raka Joni (1975) mengartikan evaliuasi sebagai berikut:
Suatu proses dimana kita mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan
mempertimbangkan payokan-patokan tertentu; patokan-patokan mana yang mengandung
pengertian baik-tidak baik, memadai-tidak memadai, memenuhi syarat-tidak memenuhi syarat.
Dengan perkataan lain kita menggunakan value judgement.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas sangatlah jelas bahwa evaluasi adalah suatu proses
menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai
suatu tujuan.2[2]
Validitas. Artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
Reablitas. Suatu alat evaluasi memiliki rehabilitas, bila menunjukkan ketetapan hasilnya.
Objektivitas. Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya
interpretasi yang tidak ada hubunganna dengan alat evaluasi itu.
Efisiensi. Suatu alat evaluasi seapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan uang
yang banyak.
Kegunaan/kepraktisan. Ciri lain dari alat evaluasi ialah usefulness (harus berguna). Untuk
memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga dapat memberikan bimbingan sebaik-baiknya
bagi para siswanya.3[3]
Penilaian proses bertujuan menilai efektivitas dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan
untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Objek dan sasaran penilaian
proses adalah komponen-komponen sistem pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan
masukan proses maupun dengan keluaran, dengan semua dimensinya.
Komponen masukan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni masukan mentah (raw input),
yaitu peserta didik, dan masukan alat (instrumental input), yakni unsur manusia dan nonmanusia
yang mempengaruhi terjadinya proses.
Komponen proses adalah interaksi semua komponen pengajaran seperti bahan pengajaran,
metode dan alat, sumber belajar, sistem penilaian, dan lain-lain.
Komponen keluaran adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah menerima proses
pengajaran. Penilaian keluaran lebih banyak dibahas dalam penilaian hasil. Penilaian terhadap
masukan mentah, yakni peserta didik sebagai subjek belajar, mencakup aspek-aspek berikut.
3. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar baik dari segi cara belajar, waktu belajar, keteraturan belajar, suasana belajar,
dan lain-lain merupakan faktor penunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Kebiasaan ini perlu diketahui oleh guru bukan hanya untuk menyelesaikan pengajaran dengan
kebiasaan yang menunjangbprestasi atau sebaliknya. Kebiasaan belajar yang salah harus diperbaiki
dan ditinggalkan dan guru mencoba mengembangkan kebiasaan belajar baru yang lebih bermakna.
1. Kurikulum. Kurikulum adalah program belajar untuk peserta didik, terdiri dari pengetahuan ilmiah,
pengalaman, dan kegiatan belajar mereka yang telah disusun secara sistematis untuk mencapai
tujuan program, isi dan struktur program, dan strategi pelaksanaan oleh program.
2. Sumber dan sarana belajar. Sumber belajar mencakup manusia dan nonmanusia yang dapat
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, sedangkan sarana belajar adalah fasilitas
dan perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan belajar seperti alat bantu, laboratorium,
perpustakaan, dan sebagainya.
3. Kemampuan guru mengajar. Kemampuan guru mengajar merupakan dimensi paling utama untuk
melakukan penilaian monitoring. Aspek-aspek pengelolaan kelas yang dilakuakn oleh guru melalui
profil guru mengajar sangat mempengaruhi kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.
D. Penilaian Hasil Pengajaran
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengelolan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatn belajar dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran ang telah ditetapkan. Hasil belajar, menunjukkan pada prestasi belajar,
sedangkan prestasi belajar itu merupakan indicator adanya dan derajat perubahan tingkah laku
siswa.
a) Aspek penerimaan, yakni kesadaran pekaterhadap segala gejala dan stimulus serta menerima atau
menyelesaikan stimulus atau gejala tersebut.
b) Sambutan, yakni aktif mengikuti dan melaksanakan sendiri suatu gejala di samping
menyadari/menerimanya.
c) Aspek penilaian, yakni perilaku yang konsisten, stabil mengandung kesungguahan kata hati dan
control secara aktif terhadap perilakunya.
d) Aspek organisasi, yakni perilaku menginternalisasi, mengorganisasi dan memantapkan interaksi
antara nilai-nilai dan menjadikannya sebgai suatu pendirian yang teguh
e) Aspek karakteristik diri dengan suatu nilai atau kompleks nilai, ialah menginternalisasikan suatu
nilai ke dalam system nilai dalam diri individu, yang berprilaku konsisten dengan system nilai
tersebut.
3) Ranah Keterampilan
Sasaran keterampilan reproduktif:
a) Aspek keterampilan kognitif, mislanya masalah-masalah yang familier untuk dipecahkan dalam
rangka menentukan ukuran-ukuran ketepatan dan kecepatan melalui latihan-latihan (drill) jangka
panjjang, evaluasi dilakukan dengan metode-metode objektif tertutup.
b) Aspek keterampilan psikomotorik dengan te tundakan terhadap pelaksanaan tugas yang nyata atau
yang disimulasikan, dan berdasarkan criteria ketepatan, kecepatan, kualitas penrapan secara
objektif.
c) Aspek keterampilam reaktif, dilaksanakansecara langsung pengamatan ibjektif terhadap tingkah
laku pendekatan atau penghindaran; secara tak langsung dengan kuesioner sikap.
d) Aspek ketermapilan interaktif, secara langsung dengan menghitung frekuensi kebiasaa dan cara-
cara yang baik yang dipertunjukkan pada kondisi-kondisi tertentu.
Evaluasi keterampilan produktif:
a) Aspek keterampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yng tidak familier untuk dipecahkan dan
pemecahannya tidak begitu rumit, dengan menggunakan metode terbuka tertutup (open ended
methods).
b) Aspek keterampilan psikomotorik, ykani tugas-tugas produktif yang menuntut perencanaan
strategi. Evaluasi terhadap hasil dan proses perencanaan ialah dengan observasi dan diskusi
c) Aspek keterampilan reaktif, secara langsung mengamati system nilai masyarakat dalam
tindakannya di luar sekolah.
d) Aspek keterampilan interaktif dengan observasi ketermapilan dalam situasi senyata.6[6]
2. Alat penilaian, penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan bukan tes
sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif.7[7]
Alat evaluasi dibagi menjadi dua jenis, yakni: penilaian dengan tes dan penilaian bukan dengan
tes. Penilaian dengan tes, ada dua macam tes: (1) educational test, untuk mengukur kemampuan
siswa disekolah atau prestasi belajar, (2) mental test, atau tes intelegensi, untuk mengukur
intelegensi seseorang, (3). Aptitude test, untuk mengetahui bakat seseorang. Tes lisan dan tes
tertulis. Bentuk tersebut banyak digunakan oleh guru, karena penting untuk diukur ketercapainya
tujuan-tujuan pembelajaran.
Keuntungan penggunaan tes lisan (oral tes), ialah sebgai berikut:
a. Tes ini memberikan pengalaman melakukan ekspresi secara lisan pada para siswa.
b. Siswa mendapat manfaat tertentu dengan mendengarkan respon/jawaban dari siswa lainnya.
c. Pertanyaan-pertanyaan lisan yang dijawab oleh siswa lebih banyak terhadap pertanyaan tertulis
dalam jangka waktu yang sama.
d. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa segera dapat diketahui dan diperbaiki pada waktu itu
juga.
e. Tes tertulis banyak menggunakan penglihatan yang sewaktu membaca dan menulis sesuatu
jawaban.
f. Pengaruh-pengaruh factor luar pada waktu ujian, misalnya sulit menyatakan pendapat secara lisan,
dapat dihindari.8[8]
3. Prosedur pelaksanaan tes. Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan
sumatif.9[9] Hasil evaluasi formatif dijadikan dasar bagi penyempurna proses belajar mengajar.
Oleh karena itu standar yang digunakan harus “standar mutlak” . dengan menggunakan standar
mutlak, tes ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah
dicapai oleh murid dan bukan untuk mengetahui status setiap murid dibandingkan dengan murid-
murid lainnya dalam kelas yang sama. Pengelolaan evaluasi sumatif dapat ditmepuh dengan
menggunakan stndar norma relative (PAN), karena hasil yang dicapai murid lebih menggambarkan
statusnya dibandingkan dengan teman lainnya dalam kelas yang sama. Untuk pengisian raport dan
ijazah, standar nomra relative dipandang lebih sesuai untuk digunakan.10[10]
E. PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN
Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian berdasarkan kebijakan kurikulum
berbasis 2001 adalah:
a. Valid, artinya penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.
b. Mendidik, artinya penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian belajar
siswa.
c. Berorientasi pada kompetensi, artinya penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang
dimaksud dalam kurikulum.
d. Adil, artinya penilaian adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar belakang social-
ekonomi ,budaya, bahasa, dan gender.
e. Terbuka, artinya criteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi
semua pihak (siswa, guru, sekolah, orang tua, dan pihak lain yang terkait).
f. Berkesinambungan, artinya penilaia dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus-menerus
untuk meperoleh gambaran tentang perkembangn belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya.
g. Menyeluruh, artinya enilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur termasuk
mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa.
h. Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami, mepunyai arti, berguna, dan bias
ditindaklanjuti oleh semua pihak (Fajar, 2002: 184)
Dalam melaksanakan penilaian hendaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain,
sebagai berikut:
Adapun yang diukur adalah kecakapan nyata (penguasaan mutlak) seseorang mengenai bidang
pengajaran tertentu setelah jangka waktu pendidikan tertentu tanpa membandingkan dengan hasil
yang dicapai itu dibandingkan dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
1. Penilaian formatif
a. Fungsi Penilaian
Penilaian formatif adalah jenis penilaian yang fungsinya untuk memperbaiki proses belajar
mengajar.
b. Waktu Pelaksanaan
Penilaian formatif ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses belajar
mengajar/pada akhir unit pelajaran yang singkat seperti Satuan Pelajaran.
c. Aspek Tingkah Laku yang Dinilai
Karena penilaian formatif itu dilakukan untuk menilai hasil belajar dari suatu proses belajar
mengajar pada akhir unit pengajaran yang singkat, maka aspek tingkah laku yang dinilai cenderung
terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan segi psikomotor (keterampilan) yang terkandung
dalam tujuan khusus pengajaran. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan
penilaian formatif tidaklah tepat.
d. Cara Menyusun Soal
Sesuai dengan fungsi dan tujuan penilaian, maka soal tes pada penilaian formatif harus disusun
sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus pengajaran yang hendak dicapai.
Oleh karena itu, soal tes harus dibuat secara langsung dengan menjabarkan Tujuan Khusus
Pengajaran ke dalam bentuk pertanyaan.
e. Pendekatan Penilaian yang Digunakan
Sesuai dengan fungsi dan tujuan penilaian, maka pada penilaian formatif sasaran penilaian itu
adalah kecakapan nyata setiap peserta didik.
f. Cara Pengelolaan Hasil Penilaian
Pertama
Menghitung angka persentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal.
Kedua
Menghitung persentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan.
Ketiga
Menghitung persentase jawaban yang benar yang dicapai setiap peserta didik dalam tes secara
keseluruhan
g. Penggunaan Hasil Penilaian
Pertama
Atas dasar angka persentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal, guru dapat
mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang bersangkutan dengan soal tes perlu dibicarakan
lagi secara umum atau tidak.
Kedua
Atas dasar angka persentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan, guru akan dapat
menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengajar.
Ketiga
Dengan mengetahui persentase jawaban yang benar yang dapat dicapai setiap peserta didik dalam
tes secara keseluruhan, guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada setiap
peserta didik sehingga guru mendapatkan bahan yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan,
apakah seorang peserta didik perlu mendapatkan bantuan/pelayanan khusus dari guru untuk
mengatasi kesulitan dalam belajar.
2. Penilaian Sumatif
a. Fungsi Penilaian
Penilaian sumatif adalah jenis penilaian yang fungsinya untuk menentukan angka kemajuan/hasil
belajar peserta didik.
b. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi dan tujuan penilaian, maka penilaian sumatif ini dilakukan untuk menilai hasil
belajar yang jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar seperti pada akhir program
pengajaran.
c. Aspek Tingkah laku yang Dinilai
Karena penilaian sumatif itu dilakukan untuk menilai hasil belajar dari suatu proses belajar
mengajar jangka panjang seperti pada akhir program pengajaran, maka fungsinya tidak lagi untuk
memperbaiki proses belajar mengajar setiap peserta didik. Sebab pada akhir program pengajaran,
guru telah berkali-kali melakukan penilaian formatif pada akhir satuan pengajaran. Oleh karena itu,
aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan), psikomotor
(ketrampilan) dan afektif (sikap dan nilai).
d. Cara Menyusun Soal
Penyusunan soal-soalnya harus didasarkan atas tujuan-tujuan umum pengajaran yang ada di dalam
program pengajaran, oleh karena itu, soal-soalnya harus representative atau mewakili setiap tujuan
umum pengajaran yang ada didalam program pengajaran tersebut. Namun demikian, jika guru
masih memiliki soal-soal tes untuk setiap satuan pelajaran yang telah diberikan selama program
pengajaran, maka penilaian pada akhir program pengajaran dapat disesuaikan dengan tujuan
umum pengajaran tersebut, asal soal-soal itu dipilih/diseleksi sedemikian rupa, sehingga benar-
benar mewakili setiap tujuan umum pengajaran yang terkandung di dalam program pengajaran.
e. Pendekatan penilaian yang Digunakan
Pada penilaian sumatif kedua pendekatan dalam penilaian dapat digunakan penilaian yang
bersumber pada kriteria mutlak dan penilaian yang bersumber pada norma relatif (kelompok).
f. Cara Pengolahan hasil Penilaian
1. Pengolahan Hasil Penilaian Berdasarkan ukuran Mutlak
Jika pengolahan hasil penilaian itu berdasarkan ukuran/kriteria mutlak, maka yang harus dicari
ialah persentasi jawaban yang benar yang dicapai oleh peserta didik. Kemudian angka persentasee
tersebut diubah ke dalam skala penilaian yang dikehendaki umpamanya skala penilaian 0-10.
2. Pengolahan Hasil Penilaian Berdasarkan Norma Relatif (Kelompok)
Untuk mengolah hasil penilaian yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai yang standar
seperti skala nilai 0-10 (C-Score), skala nilai 0-100 (T-Score), nilai Z (Z-Score) dan persentil
(Percentile). Untuk mengubah nilai/skor mentah ke dalam skors terjabar berdasarkan skala
penilaian tertentu, maka prosedur/langkah-langkah berikut harus ditempuh.
Pertama : Menyusun distribusi/frekuensi skors yang diperoleh peserta didik.
Kedua : Menghitung angka rata-rata.
Ketiga : Menghitungstandar deviasi
Keempat : Mengubah skors ke dalam skala penilaian yang dikehendaki.
g. Penggunaan Hasil Penilaian
Pada penilaian sumatif, hasil penilaian itu antara lain digunakan untuk:
1) Menentukan kenaikan kelas
2) Menentukan angka raport
3) Menentukan seleksi
4) Menentukan lulus tidaknya peserta didik
5) Mengetahui status setiap peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lainnya dalam
kelompok yang sama.
H. Cara Penilaian
1. Cara Kuantitatif, yaitu apabila hasil yang telah dicapai siswa disajikan dalam bentuk angka.
Rentangan angka yang dapat diambil guru dalam penyajiannya ada 0-5, atau rentangan 0-10,
atau rentangan 0-100.
2. Cara Kualitatif, yakni apabila hasil prestasi belajar siswa disajikan dalam bentuk pernyataan atau
penggolongan seperti:
a. Lulus, Belum Lulus (BL), dan Tidak Lulus.
b. Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang dan Gagal. (IKIP Yogyakarta).
c. Sangat memuaskan, Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang dan Jelek (IKIP Jakarta).
d. Cumlaude, Amat baik, Baik, Cukup dan Tidak Lulus (IAIN Raden Intan).13[13]