Disusun Oleh:
MUHAMMAD JAUHARI
210211030067
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan kegiatan
proses pembelajaran sebagai upaya untuk tercapainya tujuan pendidikan. Penanggung
jawab dalam proses belajar mengajar adalah guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan
banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena
guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai pendidik merupakan faktor penentu
kesuksesan setiap usaha pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa signifikan posisi
guru dalam dunia pendidikan.
Dalam sistem pengajaran dan pendidikan saat ini para guru dituntut
untukmeningkatkan kualitas layanan dalam kualifikasi profesionalismenya, untuk itu guru
harus dibina dan ditata kembali kemampuannya. Hal ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya, supervisor berkewajiban
membantu guru memberi dukungan yang dapat melaksanakan tugas guru dengan baik
sebagai pendidik maupun pengajar.
Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan
kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, ia
harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip
supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat. Kepala sekolah harus mampu
mengarahkan dan mengkoordinasi segala kegiatan. Tugas demikian tidak lain adalah
tugas supervisi. Jadi dapat tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan itu sangat bergantung
pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Dewasa ini terdapat kecenderungan kegiatan supervisi pengajaran mengarah
kepada supervisi klinis. Hal ini dapat dipahami karena mengajar tidak dapat dipandang
sekedar proses penyampaian pengetahuan saja, tetapi suatu perbuatan yang kompleks,
yang mengandung secara serempak banyak unsur yang untuk itu harus ada kerjasama
semua pihak terutama guru yang ada di sekolah tersebut. karena guru selain sebagai
pengajar dan pendidik mempunyai tanggung jawab lain yaitu membantu kepala sekolah
agar proses pembelajaran di sekolah lebih baik lagi dalam semua aspek.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Bagaimanakah pengertian supervisi klinis ?
2. Apa yang membedakan supervise klinis dengan supervise lain?
3. Bagaimanakah tujuan supervisi klinis?
4. Bagimana karakteristik supervisi klinis?
5. Bagaimana prinsip-prinsip yang digunakan dalam supervise klinis?
6. Bagaimana prosedur atau proses supervisi klinis ?
C Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian supervisi klinis
2. Untuk mengetahui supervise klinis dengan supervise lain
3. Untuk mengetahui tujuan supervisi klinis
4. Untuk mengetahui karakteristik supervisi klinis
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam supervise klinis
6. Untuk mengetahui prosedur atau proses supervisi klinis
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 99
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 38
4
guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas
pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten.
3
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal.91
5
a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan
intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
b. Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada
guru yaitu: keterampilan mengamati dan memahami proses pengajaran;
keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan
bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat; keterampilan dalam kurikulum
dan mengajar.
c. Fokus supervisi klinis adalah perbaikan cara guru melaksanakan tugas
mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.
d. Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan
dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan atas
bukti-bukti pengamatan.
e. Fokus supervisi klinis adalah pada masalah mengajar dalam jumlah
keterampilan yang tidak terlalu banyak, dan juga mempunya arti vital bagi
pendidikan.
f. Fokus supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas
keputusan/penilaian yang tidak didukung oleh bukti nyata.
g. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima yang
dinamis. Dalam hal ini supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan
mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan pendidikan.
h. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai
analisis jalannya pengajaran.
i. Tiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk
mengemukakan pokok persoalan, mengajarnya sendiri, dan mengembangkan
gaya mengajarnya. 4
4
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 6,hal.247-248
6
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala
sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan
supervisor.
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasi guru.
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor
lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru.
f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik.
g. Adanya penguatan dan umpan balik dari supervisor terhadap perubahan
perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.5
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis lebih
berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif. Masalah tersebut bukan
untuk menekan bawahan, akan tetapi untuk dianalisis dan dilakukan pemecahan
masalah secara bersama-sama.
B. Perbedaan Supervisi Klinis dan Supervisi Non Klinis
Perbedaan supervis klinis dan nonklinis6 diungkapkan oleh Supriyanto sebagai
berikut :
SUPERVISI NON
NO ASPEK SUPERVISI KLINIS
KLINIS
1 Prakarsa dan tanggung Terutama oleh supervisor Diutamakan oleh guru
jawab
2 Hubungan supervisor Relasi guru-siswa atau Relasi kolegial yang
dan guru atasan-bawahan sederajat dan interaktif
3 Sifat supervisor Cenderung direktif atau Bantuan yang demokratis
otoritatif
4 Sasaran supervisor Samar-samar atau sesuaiDiajukan guru sesuai
keinginan supervisor kebutuhannya, dikaji
bersama sesuai kontrak
5 Ruang lingkup supervisi Umum dan halus Terbatas sesuai kontrak
6 Tujuan Supervisi Cenderung evaluatif Bimbingan yang analitik
dan deskriptif
7 Peran supervisor dalam Banyak memberitahu dan Banyak bertanya untuk
5
Jerry H. Makawimbang, Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 35-36
6
Supriyanto, Eko, Dkk. Supervision: Bunga Rampai Supervisi Pendidikan From Control To Help.
Yogyakarta. H. 29
7
pertemuan pengarahan membantu analisis diri
8 Feedback / Balikan Atas kesimpulan Dengan analisis dan
supervisor interpretasi bersama atas
data observasi sesuai
kontrak
7
Ibid., h. 32-33
8
Tidak jauh berbeda dengan diatas, Piet A. Sahertian dalam bukunya yang berjudul
Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia mengidentifikasi prinsip-prinsip supervisi klinis antara lain:
1. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih
dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong
untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor.
2. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang
dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan guru.
4. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang mereka sungguh
alami.
5. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk
diperbaiki. 8
8
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 39
9
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), h.
112
9
Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini tercipta kerja
sama dan komunikasi yang baik antara supervisor dan guru.
Pada pertemuan pendahuluan ini tidak perlu membutuhkan waktu yang
lama. “Dalam pertemuan awal ini supervisor bisa menggunakan waktu 20 sampai
30 menit, kecuali jika guru mempunyai permasalahan khusus yang membutuhkan
diskusi panjang. Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di satu ruang yang netral,
misalnya kafetaria atau bisa juga di kelas. Pertemuan di ruang kepala sekolah atau
supervisor kemungkinannya akan membuat guru menjadi tidak bebas”.
Secara teknis diperlukan lima langkah dalam pelaksanaan pertemuan
pendahuluan:
1) Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru,
2) Melakukan titik ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran,
3) Melakukan titik ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan
diamati,
4) Memilih atau mengembangkan instrumen observasi,
5) Membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang
instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan. 10
b. Tahap observasi
Tahap kedua dalam proses supervisi klinis adalah tahap observasi
pengajaran secara sistematis dan objektif. “Pada tahap ini, guru melatih tingkah
laku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang disepakati dalam
pertemuan pendahuluan. Sedangkan supervisor mengamati dan mencatat atau
merekam secara objektif, lengkap dan apa adanya dari tingkah laku guru ketika
mengajar”.
Langkah-langkah tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Persiapan. Baik supervisor maupun guru bersiap-siap untuk melakukan
supervisi.
2) Guru dan supervisor mulai memasuki ruang kelas. Guru terus mengajar dan
supervisor duduk di kursi belakang kelas mengamati guru mengajar.
10
Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. 2, h. 249
10
3) Sikap supervisor. Supervisor harus dapat membawa diri sebaikbaiknya dalam
melaksanakan supervisi di kelas. Supervisor perlu berhati-hati melakukan
tindakan, baik dalam sikap duduk maupun gerakan-gerakan yang lain.
4) Cara mengamati. Supervisor ketika melakukan supervisi akan mengamati guru
yang disupervisi secara teliti.
5) Mengakhiri supervisi. Pada saat sudah selesai mengajar, guru dan supervisor
mengikuti para siswa keluar kelas. 11
11
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 133-134
12
Jerry H. Makawimbang, op. cit., h. 42
11
Langkah-langkah utama dalam tahap pertemuan balikan ini adalah:
1) Supervisor memberi penguatan pada guru tentang proses belajar yang baru
dilaksanakan.
2) Supervisor dan guru memperjelas kontrak yang dilakukan mulai tujuan sampai
pelaksanaan evaluasi.
3) Supervisor menunjukkan hasil observasi berdasarkan format yang disepakati.
4) Supervisor menanyakan perasaan guru dengan hasil observasi tersebut.
5) Supervisor meminta pendapat guru tentang penilaian dirinya sendiri.
6) Supervisor dan guru membuat kesimpulan dan penilaian bersama.
7) Supervisor dan guru membuat kontrak pembinaan berikutnya.13
13
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan
Pengawas Sebagai Gurunya Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 57
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens
berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan
praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara
berkelanjutan dan konsisten.
2. Tujuan Supervisi Klinis memiliki tujuan umum dan ujuan khusus. Tujuan umum
adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru
dikelas selama proses pembelajaran, sedangkan tujuan khusus memiliki bebrapa
hal spesifik yang pada intinya adalah untuk mendiagnosis dan mencari
pemecahan masalah untuk menuju peningkatan profesinalitas guru melalui
kerjasama kolegial dengan supervisor
3. Supervisi Klinis memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan
model supervisi lainnya yang nonklinis
4. Dalam melaksanakan supervisi klinis terdapat beberapa prinsip-prinsip yang
dijadikan dasar/patokan dalam setiap kegiatannya
5. Prosedur Pelaksanaan Supervisi Klinis dijalankan melalui beberapa proses atau
Tahapan Supervisi Klinis yakni : a) Tahap pertemuan awal, b) Tahap observasi,
c) Tahap pertemuan balikan atau feedback. Tahapan atau proses ini membentuk
siklus pendekatan supervisi klinik
13
DAFTAR PUSTAKA
.
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru:
Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013),
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2012),
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011)
Supriyanto, Eko, Dkk. Supervision: Bunga Rampai Supervisi Pendidikan From Control
To Help. Yogyakarta.
Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. 2,
14