Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Supervisi Pendidikan Islam Dr. H. Ahmad Salabi M.Pd.

IMPLEMENTASI SUPERVISI MODEL KLINIS


DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh:
MUHAMMAD JAUHARI
210211030067

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan kegiatan
proses pembelajaran sebagai upaya untuk tercapainya tujuan pendidikan. Penanggung
jawab dalam proses belajar mengajar adalah guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan
banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena
guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai pendidik merupakan faktor penentu
kesuksesan setiap usaha pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa signifikan posisi
guru dalam dunia pendidikan.
Dalam sistem pengajaran dan pendidikan saat ini para guru dituntut
untukmeningkatkan kualitas layanan dalam kualifikasi profesionalismenya, untuk itu guru
harus dibina dan ditata kembali kemampuannya. Hal ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya, supervisor berkewajiban
membantu guru memberi dukungan yang dapat melaksanakan tugas guru dengan baik
sebagai pendidik maupun pengajar.
Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan
kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, ia
harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip
supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat. Kepala sekolah harus mampu
mengarahkan dan mengkoordinasi segala kegiatan. Tugas demikian tidak lain adalah
tugas supervisi. Jadi dapat tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan itu sangat bergantung
pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Dewasa ini terdapat kecenderungan kegiatan supervisi pengajaran mengarah
kepada supervisi klinis. Hal ini dapat dipahami karena mengajar tidak dapat dipandang
sekedar proses penyampaian pengetahuan saja, tetapi suatu perbuatan yang kompleks,
yang mengandung secara serempak banyak unsur yang untuk itu harus ada kerjasama
semua pihak terutama guru yang ada di sekolah tersebut. karena guru selain sebagai
pengajar dan pendidik mempunyai tanggung jawab lain yaitu membantu kepala sekolah
agar proses pembelajaran di sekolah lebih baik lagi dalam semua aspek.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Bagaimanakah pengertian supervisi klinis ?
2. Apa yang membedakan supervise klinis dengan supervise lain?
3. Bagaimanakah tujuan supervisi klinis?
4. Bagimana karakteristik supervisi klinis?
5. Bagaimana prinsip-prinsip yang digunakan dalam supervise klinis?
6. Bagaimana prosedur atau proses supervisi klinis ?

C Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian supervisi klinis
2. Untuk mengetahui supervise klinis dengan supervise lain
3. Untuk mengetahui tujuan supervisi klinis
4. Untuk mengetahui karakteristik supervisi klinis
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam supervise klinis
6. Untuk mengetahui prosedur atau proses supervisi klinis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan dan Karakteristik Supervisi Klinis


1. Definisi Supervisi Klinis
Menelaah pengertian supervisi diawali dulu dengan memahami asal
katanya secara etimologis, “supervisi berasal dari kata super and vision. Super yang
artinya diatas, dan vision mempunyai arti melihat atau pandangan, jadi supervisi
diartikan melihat dari atas”.1
Dengan demikian supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan diatas atau lebih
tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Menurut arti katanya, “istilah klinis dikaitkan dengan istilah klinik dalam
dunia kedokteran, yaitu tempat orang sakit yang datang ke dokter untuk diobati”. 2
“Pengertian supervisi klinis bisa dibaca dari istilah klinis itu sendiri. Clinical artinya
berkenaan dengan menangani orang sakit. Sama halnya dengan mendiagnosis orang
sakit, maka guru pun dapat di diagnosis dalam proses belajar mengajar, untuk
menemukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan
baik Dalam supervisi klinis, guru disamakan dengan pasien, sedangkan pengawas
disamakan dengan dokter yang dapat mengobati pasien. Seperti halnya dokter yang
tidak pernah berinisiatif atau memulai datang ke pasien untuk menanyakan kepada
pasien apakah dia sakit atau memerlukan obat, maka pasienlah yang dengan kemauan
dirinya sendiri datang ke dokter untuk disembuhkan penyakitnya. Klinis memiliki
arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik. Supervisi klinis termasuk
bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinik karena prosedur
pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang
terjadi dalam proses belajar mengajar dan langsung pula diusahakan bagaimana cara
memperbaiki kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran. Perbaikan yang
dilakukan harus secara konsisten dan berkelanjutan.
Secara umum dapat disimpulkan jika supervisi klinis adalah perbaikan
pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan matang antara supervisor dan

1
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 99
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 38

4
guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas
pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten.

2. Tujuan Supervisi Klinis


a. Tujuan umum
Untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru dikelas
selama proses pembelajaran. Dalam hubungan inilah supervisi klinis
merupakan kunci untuk menciptkan kemampuan guru profesional.
Pembentukan profesional guru bertujuan untuk menunjang pembahruan
pendidikan serta untuk memerangi kemrosotan pendidikan terutama harus
dimulai dengan cara mengajar dikelas.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus supervisi klinis adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan suatu balikan bagi guru secara objektif dari kegiatan yang
baru saja mereka lakukan, hal tersebut merupakan cermin agar guru dapat
melihat apa sebenarnya mereka perbuat saat mengajar, sebab apa yang
mereka lakukan mungkin sekali sangat berbeda dengan perkiraan mereka.
2. Mendiagnosis, memecahkan dan membantu memecahkan masalah
mengajar.
3. Membantu guru mengembangkan keterampilan mengajar menggunakan
strategi pembelajaran.
4. Sebagai salah satu dasar untuk membantu guru dalam kemajuan
pendidikan untuk promosi jabatan atau pekerjaan mereka.
5. Perhatian utama pada kebutuhan guru dalam mengajar
6. Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan
diri secara terus menerus dalam karis dan profesi mereka secara mandiri. 3

3. Karakteristik Supervisi Klinis


Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis bagi supervisor dan guru
diperlukan karakteristik agar arah yang ditempuh sejalan dengan rencana program
yang ditentukan sebelumnya, adapun karakteristik sebagai berikut:

3
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal.91

5
a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan
intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
b. Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada
guru yaitu: keterampilan mengamati dan memahami proses pengajaran;
keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan
bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat; keterampilan dalam kurikulum
dan mengajar.
c. Fokus supervisi klinis adalah perbaikan cara guru melaksanakan tugas
mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.
d. Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan
dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan atas
bukti-bukti pengamatan.
e. Fokus supervisi klinis adalah pada masalah mengajar dalam jumlah
keterampilan yang tidak terlalu banyak, dan juga mempunya arti vital bagi
pendidikan.
f. Fokus supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas
keputusan/penilaian yang tidak didukung oleh bukti nyata.
g. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima yang
dinamis. Dalam hal ini supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan
mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan pendidikan.
h. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai
analisis jalannya pengajaran.
i. Tiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk
mengemukakan pokok persoalan, mengajarnya sendiri, dan mengembangkan
gaya mengajarnya. 4

Pendapat lain dikemukakan oleh Jerry H. Makawimbang bahwa supervisi klinis,


memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi diberikan berupa bantuan, sehingga inisiatif tetap berada di tangan
tenaga kependidikan.

4
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 6,hal.247-248

6
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala
sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan
supervisor.
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasi guru.
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor
lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru.
f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik.
g. Adanya penguatan dan umpan balik dari supervisor terhadap perubahan
perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.5
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis lebih
berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif. Masalah tersebut bukan
untuk menekan bawahan, akan tetapi untuk dianalisis dan dilakukan pemecahan
masalah secara bersama-sama.
B. Perbedaan Supervisi Klinis dan Supervisi Non Klinis
Perbedaan supervis klinis dan nonklinis6 diungkapkan oleh Supriyanto sebagai
berikut :
SUPERVISI NON
NO ASPEK SUPERVISI KLINIS
KLINIS
1 Prakarsa dan tanggung Terutama oleh supervisor Diutamakan oleh guru
jawab
2 Hubungan supervisor Relasi guru-siswa atau Relasi kolegial yang
dan guru atasan-bawahan sederajat dan interaktif
3 Sifat supervisor Cenderung direktif atau Bantuan yang demokratis
otoritatif
4 Sasaran supervisor Samar-samar atau sesuaiDiajukan guru sesuai
keinginan supervisor kebutuhannya, dikaji
bersama sesuai kontrak
5 Ruang lingkup supervisi Umum dan halus Terbatas sesuai kontrak
6 Tujuan Supervisi Cenderung evaluatif Bimbingan yang analitik
dan deskriptif
7 Peran supervisor dalam Banyak memberitahu dan Banyak bertanya untuk

5
Jerry H. Makawimbang, Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 35-36
6
Supriyanto, Eko, Dkk. Supervision: Bunga Rampai Supervisi Pendidikan From Control To Help.
Yogyakarta. H. 29

7
pertemuan pengarahan membantu analisis diri
8 Feedback / Balikan Atas kesimpulan Dengan analisis dan
supervisor interpretasi bersama atas
data observasi sesuai
kontrak

C. Prinsip -Prinsip Pelaksanaan Supervisi Klinis


Dalam melaksanakan supervisi klinis terdapat beberapa prinsip-prinsip yang
dijadikan dasar/patokan dalam setiap kegiatannya, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Terpusat pada guru ketimbang supervisor. Prinsip ini menekankan tanggung
jawab dalam meningkatkan/mengembangkan keterampilan mengajar dan
menganalisis serta mencari cara-cara meningkatkan keterampilan mengajar itu
lebih disesuaikan dengan kebutuhan guru yang bersangkutan.
2. Hubungan guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang direktif. Prinsip ini
menekankan bahwa antara supervisor dan guru pada hakikatnya sederajat dan
saling membantu dalam meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalnya.
Disini supervisor sebagai tenaga pengajar yang sudah lama berpengalaman
berkewajiban membantu guru yang kurang berpengalaman.
3. Demokratik ketimbang otoritatif. Prinsip ini menekankan kedua belah pihak harus
bersifat terbuka, artinya masing-masing pihak, supervisor dan guru berhak
mengemukakan pendapat secara bebas, namun kedua belah pihak berkewajiban
mengkaji dan mempertimbangkan pendapat pihak lain untuk mencapai
kesepakatan.
4. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru. Prinsip ini
mengemukakan bahwa kebutuhan mendapatkan pelayanan supervisi itu
bersumber dan dirasakan manfaatnya oleh guru.
5. Umpan balik dari proses belajar mengajar guru diberikan dengan segera hasil
penilaiannya harus sesuai dengan kontrak yang telah disetujui bersama.
6. Supervisi yang diberikan bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
mengajar dan sikap profesional guru. 7

7
Ibid., h. 32-33

8
Tidak jauh berbeda dengan diatas, Piet A. Sahertian dalam bukunya yang berjudul
Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia mengidentifikasi prinsip-prinsip supervisi klinis antara lain:
1. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih
dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong
untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor.
2. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang
dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan guru.
4. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang mereka sungguh
alami.
5. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk
diperbaiki. 8

D. Prosedur Pelaksanaan Supervisi Klinis dan Siklus Pndekatan Klinis


1. Proses atau Tahapan Supervisi Klinis
Langkah-langkah dalam proses supervisi klinis adalah sebagai berikut:
a. Tahap pertemuan awal
Tahap pertama dalam proses supervisi klinis adalah tahap pertemuan awal
(preconference). Pertemuan awal ini dilakukan sebelum melaksanakan observasi
kelas, sehingga banyak juga teoritisi supervisi klinis yang menyebutnya dengan
istilah tahap pertemuan sebelum observasi (preobservation conference). “Dalam
tahap ini diperlukan identifikasi perhatian utama guru dan menerjemahkannya
dalam tingkah laku yang dapat dipahami. Dibutuhkan hubungan baik antara
supervisor dan guru untuk melakukan ini secara efektif”. 9
Tujuan utama pertemuan awal ini adalah “untuk mengembangkan secara
bersama-sama antara supervisor dan guru, kerangka kerja observasi kelas yang
akan dilakukan. Hasil pertemuan awal ini adalah kesepakatan (contract) kerja
antara supervisor dan guru”.

8
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 39
9
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), h.
112

9
Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini tercipta kerja
sama dan komunikasi yang baik antara supervisor dan guru.
Pada pertemuan pendahuluan ini tidak perlu membutuhkan waktu yang
lama. “Dalam pertemuan awal ini supervisor bisa menggunakan waktu 20 sampai
30 menit, kecuali jika guru mempunyai permasalahan khusus yang membutuhkan
diskusi panjang. Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di satu ruang yang netral,
misalnya kafetaria atau bisa juga di kelas. Pertemuan di ruang kepala sekolah atau
supervisor kemungkinannya akan membuat guru menjadi tidak bebas”.
Secara teknis diperlukan lima langkah dalam pelaksanaan pertemuan
pendahuluan:
1) Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru,
2) Melakukan titik ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran,
3) Melakukan titik ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan
diamati,
4) Memilih atau mengembangkan instrumen observasi,
5) Membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang
instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan. 10

b. Tahap observasi
Tahap kedua dalam proses supervisi klinis adalah tahap observasi
pengajaran secara sistematis dan objektif. “Pada tahap ini, guru melatih tingkah
laku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang disepakati dalam
pertemuan pendahuluan. Sedangkan supervisor mengamati dan mencatat atau
merekam secara objektif, lengkap dan apa adanya dari tingkah laku guru ketika
mengajar”.
Langkah-langkah tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Persiapan. Baik supervisor maupun guru bersiap-siap untuk melakukan
supervisi.
2) Guru dan supervisor mulai memasuki ruang kelas. Guru terus mengajar dan
supervisor duduk di kursi belakang kelas mengamati guru mengajar.

10
Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. 2, h. 249

10
3) Sikap supervisor. Supervisor harus dapat membawa diri sebaikbaiknya dalam
melaksanakan supervisi di kelas. Supervisor perlu berhati-hati melakukan
tindakan, baik dalam sikap duduk maupun gerakan-gerakan yang lain.
4) Cara mengamati. Supervisor ketika melakukan supervisi akan mengamati guru
yang disupervisi secara teliti.
5) Mengakhiri supervisi. Pada saat sudah selesai mengajar, guru dan supervisor
mengikuti para siswa keluar kelas. 11

c. Tahap pertemuan balikan


Tahap ketiga dalam proses supervisi klinis adalah tahap pertemuan balikan.
“Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakan observasi
pengajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil observasi.
Tujuan utama pertemuan balikan ini adalah menindak lanjuti apa saja yang dilihat
oleh supervisor, sebagai observer, terhadap proses belajar mengajar”.
Pertemuan balikan ini merupakan tahap yang penting untuk
mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan
ini harus deskriptif, konkret dan bersifat memotivasi, sehingga betul-betul
bermanfaat bagi guru. Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru,
yaitu:
1) Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan, sehingga bisa termotivasi dalam
mengajarnya.
2) Isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor dan guru
dengan tepat.
3) Supervisor, bila mungkin perlu bisa berupaya mengintervensi guru secara
langsung untuk memberikan bantuan dan bimbingan.
4) Guru bisa dilatih dengan tehnik ini untuk melakukan supervisi terhadap
dirinya sendiri.
5) Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis
profesional diri pada masa yang akan datang. 12

11
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 133-134
12
Jerry H. Makawimbang, op. cit., h. 42

11
Langkah-langkah utama dalam tahap pertemuan balikan ini adalah:
1) Supervisor memberi penguatan pada guru tentang proses belajar yang baru
dilaksanakan.
2) Supervisor dan guru memperjelas kontrak yang dilakukan mulai tujuan sampai
pelaksanaan evaluasi.
3) Supervisor menunjukkan hasil observasi berdasarkan format yang disepakati.
4) Supervisor menanyakan perasaan guru dengan hasil observasi tersebut.
5) Supervisor meminta pendapat guru tentang penilaian dirinya sendiri.
6) Supervisor dan guru membuat kesimpulan dan penilaian bersama.
7) Supervisor dan guru membuat kontrak pembinaan berikutnya.13

2. Siklus Pendekatan Klinik


Tiga tahap pokok dalam proses supervisi klinis yaitu tahap pertemuan awal,
tahap observasi mengajar, dan tahap pertemuan balikan sebenarnya berbentuk
siklus. Rincian ketiga tahap ini telah dibahas di muka dan terangkum dalam
gambar berikut ini.

TAHAP TAHAP OBSERVASI


PERTEMUAN AWAL MENGAJAR
1. Menganalisis rencana 1. Mencatat peristiwa
pelajaran. selama pengajaran.
2. Menetapkan bersama 2. Catatan harus
aspek-aspek yang objektif dan selektif.
akan di observasi
dalam mengajar.

TAHAP PERTEMUAN BALIKAN

1. Menganalisis hasil observasi bersama guru.


2. Menganalisis perilaku mengajar.
3. Bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk
membantu perkembangan keterampilan mengajar berikutnya.

13
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan
Pengawas Sebagai Gurunya Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 57

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens
berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan
praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara
berkelanjutan dan konsisten.
2. Tujuan Supervisi Klinis memiliki tujuan umum dan ujuan khusus. Tujuan umum
adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru
dikelas selama proses pembelajaran, sedangkan tujuan khusus memiliki bebrapa
hal spesifik yang pada intinya adalah untuk mendiagnosis dan mencari
pemecahan masalah untuk menuju peningkatan profesinalitas guru melalui
kerjasama kolegial dengan supervisor
3. Supervisi Klinis memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan
model supervisi lainnya yang nonklinis
4. Dalam melaksanakan supervisi klinis terdapat beberapa prinsip-prinsip yang
dijadikan dasar/patokan dalam setiap kegiatannya
5. Prosedur Pelaksanaan Supervisi Klinis dijalankan melalui beberapa proses atau
Tahapan Supervisi Klinis yakni : a) Tahap pertemuan awal, b) Tahap observasi,
c) Tahap pertemuan balikan atau feedback. Tahapan atau proses ini membentuk
siklus pendekatan supervisi klinik

13
DAFTAR PUSTAKA
.
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru:
Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013),

Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina


Profesional Guru, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),

Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2012),

Jerry H. Makawimbang, Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya: Analisis di Bidang


Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013),

Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011)

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004)

Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 6

Supriyanto, Eko, Dkk. Supervision: Bunga Rampai Supervisi Pendidikan From Control
To Help. Yogyakarta.

Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. 2,

14

Anda mungkin juga menyukai