Anda di halaman 1dari 5

C.

Jenis-Jenis Supervisi Pendidikan

1. Supervisi pengajaran
Supervisi pengajaran adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, et al, 2003). Di dalam Kebijakan
Pemerintah Republik Indonesia disebutkan inti dari supervisi akademik adalah
membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran (Depdiknas,
Ditjen PMPTK 2009). Supervisi pengajaran merupakan bagian dari supervisi
pendidikan, di samping supervisi administratif atau manajerial. Pada
hakekatnya supervisi pengajaran adalah proses pemberian bantuan kepada guru
dengan jalan memberikan dorongan, rangsangan atau bimbingan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar. Secara singkat Wiles
(1987) mengatakan bahwa supervisi merupakan bantuan untuk perbaikan
pengajaran. Glickman (1980), mengungkapkan supervisi pengajaran adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut, tampak bahwa hakekat supervisi
pengajaran bukan menilai performansi guru dalam mengelola proses belajar
mengajar, tetapi membantu guru mengembangkan kemampuannya. Evaluasi
terhadap guru dilakukan dalam rangka menggali data yang ditindaklanjuti
dengan pembinaan dan pengembangan kemampuan guru. Dalam hal ini
Soetopo (2007) mengemukakan 3 aspek evaluasi keberhasilan guru, yaitu
aspek personal guru, aspek profesional guru, aspek sosial guru. Aspek personal
guru meliputi penampilan sehari-hari, cara berbicara dan berinisiatif,
keseimbangan emosi, keramahtamahan; aspek profesional meliputi
perencanaan mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, evaluasi
pembelajaran; dan aspek sosial meliputi hubungan dengan kepala sekolah, guru
yang lain, petugas tata usaha, petugas lainnya, murid, orang tua murid, dan
masyarakat. Melalui evaluasi terhadap keberhasilan guru tersebut maka akan
ditemukan tingkat keberhasilan dan ketidakberhasilan guru sehingga
pembinaan dan pengembangan kemampuan guru dapat dilaksanakan secara
tepat.
Bafadal (2007) menyimpulkan ada tiga konsep pokok dalam
pengertian supervisi pengajaran. Pertama, supervisi pengajaran harus secara
langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola
proses belajar mengajar. Kedua, perilaku supervisor dalam membantu guru
mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas
waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Ketiga, tujuan
akhir supervisi pengajaran adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi
belajar bagi murid-muridnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan supervisi jelas arahnya yaitu pengembangan kemampuan guru
yang berakhir dengan peningkatan kemampuan siswa. Kemampuan yang perlu
dikembangkan pada diri guru diistilahkan dengan kompetensi guru. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dinyatakan
kompetensi guru kelas SD/MI meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
2. Supervisi klinis
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih
ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam
proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan
bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan,
pengamatan, dan analisis intelektual yang intesif terhadap penampilan
mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang
rasional. Adapun ciri-ciri supervisi klinis menurut La sulo adalah sebagai
berikut : Bimbingan supervisor kepada guru/ calon guru bersifat bantuan,
bukan perintah atau intruksi. Jenis ketrampilan yang akan di supervisi
diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan disupervisi dan disepakati
melalui pengkajian bersama antar guru dan supervisior.
Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai ketrampilan
mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa
ketrampilan tertentu saja. Instrumen supervisi dikembangkan disepakati
bersama antara supervisor dan guru berdasarkan kontrak. Balikan diberikan
dengan segera dan secara objektif. Meskipun supervisor telah menganalisis dan
menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi
atau pertemuan balikan guru/ calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis
penampilannya.
Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada
memerintah atau menga-rahkan. Supervisi berlangsung dalam suasana terbuka
dan supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi
dan diskusi balikan. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan
atau peningkatan dan perbaikan ketrampilan mengajar.
Supervisi klinis merupakan pembinaan profesional yang dilakukan
secara sistematis kepada guru sesuai kebutuhan guru yang bersangkutan
dengan tujuan untuk membina keterampilan mengajarnya. Pembinaan itu
dilakukan dengan cara yang memungkinkan guru menemukan sendiri cara-cara
untuk memperbaiki kekurangannya sendiri (dalam suatu pengakuan yang jujur
dan tulus).
Lebih lanjut dikemukakan oleh R.Weller Supervisi klinis adalah bentuk
supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui suatu
siklus yang sistematik dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
intensif dan cermat tentang penampilan yang mengajar nyata, serta bertujuan
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. K.A. Acheson & M.D. Gall
(1980) mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu guru
memperkecil ketidaksesuaian atau kesenjangan tingkah laku mengajar yang
nyata dengan tingkah laku yang ideal.
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi
klinis adalah suatu proses kepemimpinan dalam pendidikan yang bertujuan
membantu pengembangan profesional guru khususnya dalam penampilan
mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif
sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
Supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki perilaku guru-guru dalam
proses belajar mengajar, terutama yang kronis, secara aspek demi aspek yang
intensif, sehingga mereka dapat mengajar dengan baik. Ini berarti perilaku
yang tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang lain.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan
supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada
mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar
mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara
memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Ibarat seorang dokter yang
akan mengobati pasiennya, mula-mula dicari dulu sebab dan jenis penyakitnya
dengan jalan menanyakan kepada pasien apa yang dirasakannya, di bagian
mana dan bagaimana rasanya. Setelah diketahui dengan jelas apa penyakitnya,
maka diberikan saran atau pendapat tentang bagaimana sebaiknya agar
penyakit itu tidak semakin parah, dan pada waktu itu juga dokter memberikan
resep obatnya.
Di dalam supervisi klinis cara “memberikan obatnya” dilakukan setelah
supervisor mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru
mengajar dengan mengadakan “diskusi balikan” antara supervisor dan guru
yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “diskusi balikan” adalah diskusi
yang dilakukan segera setelah guru selesai mengajar, dan bertujuan untuk
memperoleh balikan tentang kebaikan maupun kelemahan yang terdapat
selama guru mengajar serta bagaimana usaha untuk memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, I. 2007. Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru.
Kumpulan Materi Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah Pendidikan
Menengah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2009. Dimensi Kompetensi
Supervisi Akademik. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah Kerja
Pengawas Sekolah. Jakarta: Depdiknas- Ditjen PMPTK.
Glickman, C. D. , Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2003. Supervision and
Instructional Leadership: A Developmental Approach. 6th Edition.
Boston: Ally and Bacon, Inc.
Glickman, C. D. 1980. Developmental Supervision: Alternative Practices for
Helping Teachers to Improve Instruction. Virginia, Alexandria:
Association for Supervision and Curriculum Development
Hawkins, P. and Shohet, R. 2006. Supervision in the Helping Professions. New
York: Open University Press. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru
Soetopo, H. 2007. Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Kumpulan Materi
Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah Menengah. Jakarta: Direktorat
Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK.
Wahyudi, 2009. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi
Pembelajar (Learning Organization). Cet.II; Bandung: Alfabeta
Wiles, K. 1987. Supervision for Better School. New York, Englewood Cliffs:
Prentice Hall

Anda mungkin juga menyukai