Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan
Secara umum, kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktvitas tugas dari orang-orang dalam
kelompok. Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau
karyawan yang akan dipimpin. Kepemimpinan juga melibatkan pembagian
kekuasaan (power). Pemimpin memiliki power yang lebih besar dibandingkan
dengan yang dipimpin.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, mengarahkan, dan
mengkoordinasikan segala kegiatan organisasi atau kelompok untuk mencapai
tujuan organisasi dan kelompok. Jika diterapkan dalam dunia pendidikan,
kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk mengajak, mempengaruhi,
menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan orang yang terlibat dalam
pendidikan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini mengandung makna bahwa
seorang pemimpin harus dapat memberikan pengaruh kepada staf agar mereka
bekerja secara sukacita dan penuh kreatif dalam mencapai tujuan. Sedangkan
pengertian kepemimpinan dalam pendidikan adalah (dalam hal ini kepala
sekolah) merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk
mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah
agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran yang telah ditetapkan.
Pemimpin tidak sama dengan manajer. Pemimpin biasanya dikaitkan
dengan orang yang mempunyai semangat yang tinggi, kharisma yang tinggi, dan
kemampuan memotivasi orang lain yang sangat tinggi. Sementara manajer
biasanya dikaitkan dengan orang yang mampu merencanakan, mengelola, dan
mengendalikan organisasi dengan baik. Presiden Soekarno barangakali contoh
seorang pemimpin yang efektif, karena hanya dengan pidatonya, beliau mampu

4
menggerakkan bangsa Indonesia melawan penjajah. Sementara para manajer
biasanya memotivasi karyawannya dengan inisiatif gaji. Kata-kata saja dari
manajer tidak cukup kuat memotivasi karyawannya.

B. Prinsip-prinsip Kepemimpinan
Menurut Bernes dalam buku Prilaku Dalam Keorganisasian Kaizen
mengatakan seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pertama kepada
manusia baru kemudian pada hasilnya, sehingga tanggung jawab pemimpin
merupakan kebalikan dari tugas supervisor. Prinsip kepemimpinan menurut
Bernez, yaitu:
1. Mengadakan peningkatan secara terus menerus. Sudah menjadi sifat
alamiah suatu tugas dapat dilaksanakan secara sukses, maka kita harus
selalu mengalihkan perhatian pada suatu yang baru. Keberhasilan
bukanlah suatu hasil akhir dari suatu tugas, keberhasilan adalah suatu
langkah maju berikutnya.
2. Mengakui masalah secara terbuka. Keterbukaan sebagai kekuatan yang bisa
mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat.
3. Bagi organisasi tradisional, ilmu pengetahuan adalah kekuasaan pribadi.
Tetapi bagi organisasi Kaizen, ilmu adalah untuk saling dibagikan dan
hubungan komunikasi yang mendukungnya adalah sumber efisiensi yang
besar.
4. Menciptakan tim kerja. Dalam organisasi Kaizen tim adalah bahan
bangunan dasar yang membentuk struktur organisasi. Masing-masing
karyawan secara individual memberikan sumbangan berupa reputasi akan
efisiensi, prestasi kerja dan peningkatannya.
5. Memberikan proses hubungan kerja yang benar. Dalam organisasi kaizen
tidak menyukai hubungan yang saling bermusuhan dan penuh kontroversi
yang terjadi dalam perusahaan.

5
6. Mengembangkan disiplin pribadi. Disiplin di tempat kerja merupakan sifat
alamiah dan menuntut pengorbanan pribadi untuk menciptakan suasana
harmonis dengan rekan sekerja di dalam tim dan prinsip-prinsip utama
perusahaan.
7. Memberikan informasi pada karyawan. Informasi merupakan hal yang penting
dalam perusahaan.
8. Memberikan wewenang pada setiap karyawan. Melalui pelatihan berbagai
keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab, pengambilan keputusan, akses
sumber-sumber data dan anggaran, timbal balik reputasi perusahaan, dan
penghargaan, maka para karyawan kaizen memiliki cara sendiri untuk
mempengaruhi diri mereka sendiri dan urusan perusahaan.

C. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing,
membangun, memberi motivasi kerja, mengarahkan organisasi, menjalin
jaringan komunikasi yang baik, memberikan pengawasan yang efisien, dan
membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan
target dan perencanaan. Agar kelompok berjalan dengan efektif, pemimpin
harus melaksanakan fungsi utama, yaitu;
1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah yaitu
menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.
2. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial yaitu segala sesuatu
yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar persetujuan dengan
kelompok lain, penengahan perbedaan kelompok dan sebagainya.
3. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama,dengan
penuh rasa kebebasan.
4. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan
eksistensi organisasi.

6
D. Peran Kepemimpinan
Menurut Burt Nanus yang dikutip lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Manajemen Jakarta . Seorang pemimpin diharapkan dapat
berperan sebagai berikut.
1. Pemberi arah
Seorang pemimpin diharapkan mampu memberi pengarahan,
sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana efektifitas maupun
efisiensi pelaksanaan dalam upaya pencapaian tujuan.
2. Agen perubahan
Seorang pemimpin sebagai katalisator perubahan pada lingkungan
eksternal. Untuk itu, pemimpin harus mampu mengantisipasi
perkembangan dunia luar, serta menganalisis implikasinya terhadap
organisasi, menetapkan visi yang tepat untuk menjawab hal yang utama
dan prioritas atas perubahan tersebut, mempromosikan penelitian, serta
memberdayakan karyawan menciptakan perubahan-perubahan yang penting.
3. Pembicara
Pemimpin sebagai pembicara ahli, pendengar yang baik, dan
penentu visi organisasi merupakan penasihat negosiator organisasi dari
pihak luar, agar memperoleh informasi dukungan, ide dan sumberdaya
yang bermanfaat bagi perkembangan organisasi.
4. Pembina
Pemimpin adalah pembina tim yang memberdayakan individu-
individu dalam organisasinya dan mengarahkan prilaku mereka sesuai visi
yang telah dirumuskan. Dengan kata lain ia berperan sebagai mentor,
yang menjadikan visi menjadi realitas.

7
E. Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan
Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin
yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan
moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Adapun
persyaratan-persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang baik adalah
sebagai berikut:
 Rendah hati dan sederhana
 Bersifat suka menolong
 Sabar dan memiliki kestabilan emosi
 Percaya kepada diri sendiri
 Jujur, adil dan dapat dipercaya
 Keahlian dalam jabatan

F. Pengertian Supervisi Pendidikan


Supervisi adalah segala bantuan dari pemimpin sekolah, yang tertuju
kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di
dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti
bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode
mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase
seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis
edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik terhadap fisik material.
Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa
proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar,
pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya. Supervsi ialah suatu

8
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Supervisi pendidikan menurut Ametembun adalah pembinaan kearah
perbaikan situasi pendidikan atau peningkatan mutu pendidikan. Fungsi
pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol
melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau
program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan
mengandung pengertian luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-
kondisi atau syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk
terciptanya situasi belajar-mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-
syarat itu.

G. Tujuan Supervisi Pendidikan


Ada empat pola pokok kegiatan supervisi yaitu motivatif, asitentif,
empowering dan improving. Ke empat pola kegiatan itu di lakukan seseorang
yang diberi pengakuan atau diakui serta dipandang memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya terhadap orang yang memerlukan dalam kapasitas sebagai
pribadi maupun tugas serta organisasi dan pengembangan karier. Kegiatan ini di
sekolah berlangsung antara supervisior dengan guru-guru dalam sistem
pendidikan yang berlangsung.
Berdasarkan ruang lingkup supervisi dapat dibagi kepada supervisi
umum (general supervison) dan supervisi klimis (climical supervision). Supervisi
umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan
pendidikan seperti pengelolaan bangunan, pengelolaan sekolah, administrasi
ketatausahaan sekolah, pengelolaan keuangan dan management pendidikan.
Supervisi klinis adalah supervisi yang terkait langsung dengan usaha perbaikan
proses belajar mengajar.
Jadi secara hirearkis, pola kegiatan supervisi dapat dikembangkan
berdasarkan tujuannya sesuai dengan hierarkis atau level bidang tugas supervisi

9
itu demikian pula halnya tujuan supervsi dapat diperinci berdasarkan jenisnya.
Namun demikian tujuan supervisi secara umum adalah :
1. Memberikan motivasi pelayanan untuk menjalan tugas secara benar, efektif,
efisien dan mampu mengakselerasi pencapaian tujuan secara maksimal.
2. Memberikan bantuan pelayanan jasa untuk mengatasi kesalah studi dan
profesi dan berbagi masalah karier.
3. Memberdayakan spirit, etos kerja dan peringkat pengetahuan.
4. Meningkatkan keterampilan profesional dalam bidang tugas.
5. Menumbuhkan akselarasi pencapaian tujuan secara lebih khusus pada
supervisi klimis.
Tujuan supervisi secara umum adalah perbaikan kualitas pembelajaran bila
dilihat dari tujuan supervisi secara fungsioanal dapat dibagi kepada tujuh yaitu:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
2. Melengkapi kepemipinan sekolah.
3. Memperluas pengalaman para guru.
4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
5. Memfasilitasi dan evalusasi secara berkesinambungan.
6. Memberi pengetahuan dan skill kepada setiap personal.
7. Mengintegrasikan tujuan.
8. Mengakselerasi pencapaian tujuan.
Ke empat tujuan itu dispesifikasi kepada:
1. Perbaikan cara mengajar dengan menumbuhkan kepribadian guru yang baik.
2. Analisis konstruktif dan inforcement pola tingkah laku yang telah berhasil dan
menghindari ketidakberhasilan (tidak mencela dan mengukur tingkah laku
yang tidak baik (belum berhasil)).
3. Mengefektifkan prosedur pembelajaran.
4. Memaksimalkan pengembangan kurikulum.
5. Memperbaiki dan mengembangkan penampilan dan cara mengajar.
6. Memberikan pengayaan pengetahuan dan informasi pembelajaran.

10
7. Mendiskusikan berbagai kelemahan dalam pembelajaran.

H. Fungsi Supervisi Pendidikan


1. Fungsi motivasi
Adalah peran supervisi bagi terbangunnya proses motivasi tenaga
kependidikan agar sungguh-sungguh menjalankan tugasnya secara benar.
Maksudnya supervisi sesungguhnya diarahkan untuk mendorong supervisi
bekerja dengan sungguh-sungguh, terampil dan professional. Fungsi ini
sangat essensial sekaligus menjadi pembeda dengan pengawasan atau
controlling yang tidak memandang perlu ada proses mendorong atau motivasi
dalam pelaksanaan pengawasannya.
2. Fungsi asistensi
Fungsi asistensi atau memberikan bantuan bantuan kepada supervis
yang mengalami kesulitan ataupun kelemaham dalam melaksanakan tugas.
Diantara supervise ada yang sadar memiliki kelemahan tetapi ada juga yang
tidak. Supervisor dapat memainkan fungsi asistensi dalam tugasnya
3. Fungsi empowering
Adalah tugas fungsi supervisi untuk memberdayakan baik bersifat
power to yaitu memberikan kemampuan maupun membangkitkan
kemampuan (power in) menurut bakat, maupun kompetensi supervise
sehingga kinerjanya makin baik dan professional. Ataupun mengembangkan
kemampuan dengan bersama-sama.
4. Fungsi improvement
Fungsi improvement atau peningkatan kualitas, baik dalam bentuk
kemampuan, wawasan supervise ataupun menyempurnakan kualitas
sehingga bertambah bagus kualitas kerja.
5. Fungsi evaluasi
Adalah fungsi evaluatif atau supervisi memiliki kegunaan untuk
menilai. Dari penilaian beban kerja supervise itu dapat diberikan umpan

11
balik untuk kelancaran dan perbaikan mutu termasuk guna keperluan
efektivitas kordinasi semua usaha sekuler atau efesiensi kepemimpinan
Pendidikan serta pengintegrasian tujuan dan penselarasan keterampilan
tenaga kependidikan.
6. Fungsi korektif
Yaitu peran supervise untuk menemukan dan memberi tahukan
pekerjaan yang keliru atau tidak tepat. Sama halnya fungsi ini juga
berlangsung secra terbuka dan dikoreksi Bersama supervisor dengan
supervise.
7. Fungsi investigatif
Berarti supervisi dalam perannya bersifat menyelidiki atau mencari
keterangat. Dalam istilah yang lebih cocok kata investigasi diganti dengan
fact finding. Kata itu berkolaborasi tidak partisipatif atau terkesan
menyelediki sembunyi-sembunyi, sedangkann fact finding dilakukan secara
bersama sehingga lebih sesuai dengan cara kerja dan karakteristik supervise.
8. Fungsi akseleratif
Adalah fungsi supervise untuk mengadakan kondisi percepatan
pencapaian tujuan sehingga supervisor dapat berfungsi sebagai guide.
Dengan adanya petunjuk dan pengarahan secara cepat dan mudah tercapai.
Fungsi ini juga membina dan mengembangkan kreatifitas.

12
I. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Patrick B. Forsyth & Wayne K. Hoy dalam bukunya Effektive
Supervision, pelaksanaan supervision. pelaksanaan supervisi berdasarkan teori
praktek untuk meningkatkan mutu pekerjaan atau pembelajaraan dilandasi
beberapa asumsi:
1. Yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan atau pembelajaraan tidak ada
orang lain kecuali guru atau pekerja itu sendiri.
2. Guru-guru/pegawai semestinya diberi kebebasan untuk meningkatkan kualitas
mengajar mereka sendiri sesuai keunikannya.
3. Setiap perubahan didalam tingkah laku mengajar atau bekerja memerlukan
dorongan atau dukungan sosial sebagai simulasi professional dan intelektual.
4. Dengan pola supervisi yang tradisional tampaknya kualitas pengajaran sukar
dicapai peningkatannya.
5. Peningkatan kulaitas pendidikan pengajaran nampaknya lebih tinggi
keberhasilannya apabila digunakan pendekatan yang tidak mencekam dengan
situasi yang menyenangkan, santai yaitu dengan prilaku yang bersifat
kekeluargaan, peningkatan dalam situasi kebapakan bukan sebagai atasan
akan mencapai hasil lebih efektif.
Dari itu kegiatan supervisi haruslah berlandaskan prinsip-prinsip sebagai
berikut.
1. Prinsip ilmiah yaitu melaksanakan tugas dengan berdasarkan fakta, data,
konkrit yang objektif menggunkan alat ukur atau instrumen yang dapat
dijadikan sumber informasi.
2. Terbuka yaitu berpegang pada prinsip terbuka, tidak menyembunyikan
sesuatu baik jadwal materi, maupun hasil ataupun berbagai temuan kelemahan
ataupun kelebihan dalam kinerja profesi sepervise.
3. Demokratis, yaitu menjalankan kegiatan supervisi dalam suasana saling
menghargai, menghormati, sharing dan kekeluargaan dalam visi dan misi.

13
4. Kooperatif supervisi harus dijalankan dengan berlandaskan prinsip kerjasama
dan secara optimal diarahkan untuk mencapai tujuan bersama dengan
menciptakan situasi yang kondusif.
5. Konstruktif, supervisi dilakukan berdasarkan prinsip konstruktif maksudnya
kegiatan supervisi haruslah dijalankan secara optimal untuk membina,
membangunan dan memberdayakan potensi keilmuan, profesi kepribadian
supervisee.
6. Integral komprehensif
Supervisi hendaknya memperhatikan semua aspek secara terpadu. Tidak
parsial, untuk itu perlu pendekatan dan pandangan yang bersifat sistematik.
Semua subsistem sekolah sesungguhnya saling terkait satu sama lain baik staf
sekolah, pemimpin, guru, kurikulum, sarana pembiayaan, kesiswaan,
kehumasan dan tata laksana lainnya.
7. Reseachable
Supervisi dijalankan berdasarkan prinsip reseachable maksudnya
seorang supervisor harus memandang kegiatan supervisi sebagai upaya
melakukan penelitian perbaikan.
Ketujuh prinsip ini sangat mendasar bagi pelaksanaan supervisi secara
ideal. Namun menurut catatan ada beberapa hal yang harus selalu diwaspadai.
Hal itu secara tidak disadari membuat prinsip-prinsip tersebut menyimpang
dalam aplikasinya, antara lain:
1. Supervisi dilakukan sebagai kegiatan menginspeksi sehingga timbul
ketidakmampuan menyesuaikan diri (maladjustment).
2. Supervisi dilakukan dengan tiba-tiba tanpa pemberitahuan sehingga supervise
merasa terjabak.
3. Secara tidak sadar senang dipuji, menjaga prestise, sok wibawa atau dari
pihak supervisee yang menjaga jarak.
4. Saran yang diberikan tidak spesifikasi sehingga tidak memberikan feed back
untuk peningkatan dan perbaikan.

14
5. Hasil supervisi tidak didiskusikan bersama dan acapkali tidak segera
disampaikan untuk dinilai bersama.
6. Cenderung menyalahkan, menggurui, instruktif dan tidak memberikan
himbauan, usulan dan saran yang simpatik.

15

Anda mungkin juga menyukai