A. Pengantar
Kepemimpinan adalah komponen penting dari sebuah lembaga atau
organisasi. Kepemimpinan diperlukan untuk mengontrol, mengorganisasikan,
merencanakan serta mempengaruhi atau menggerakkan para pengikutnya untuk
mencapai tujuan dan cita-cita yang telah ditetapkan. Karena itu, keberhasilan suatu
lembaga atau organisasi sangat tergantung dari cara pemimpin dalam
menggerakkan pengikutnya. Selain itu, seorang pemimpin harus mampu menguasai
keterampilan kepemimpinan, misalnya menyusun rancangan kerja, melibatkan
pengikutnya untuk berpartisipasi, memberikan bantuan kepada para pengikutnya
dan berkolaborasi dengan banyak orang. Ketrampilan-ketrampilan tersebut
dibutuhkan agar seorang pemimpin mampu mewujudkan tujuan dari lembaga atau
organisasi yang dipimpinnya.
Sekolah merupakan organisasi yang kompleks, sehingga memerlukan
seorang pemimpin yang sungguh berkompeten untuk menjalankan pendidikan.
Keberhasilan suatu sekolah itu akan sangat ditentukan oleh keberhasilan
pemimpinnya dalam mengelola, mengorganisasikan, dan mengontrol tenaga
kependidikan yang ada di sekolah. Sayangnya, realita yang terjadi di Indonesia
menunjukkan bahwa banyak para pemimpin pendidikan, misalnya para kepala
sekolah dan para guru tidak menjalankan tugas dan tanggungjawab mereka dengan
baik. Beberapa kasus yang pernah terjadi misalnya, melakukan kekerasan kepada
peserta didik, menggelapkan dana sekolah demi kepentingan pribadi, dan kekerasan
seksual dilakukan oleh tenaga pendidik terhadap peserta didik.1
1
Data-data diperoleh dari: https://regional.kompas.com/read/2021/10/05/203607778/oknum-kepsek-di-
sumut-terjerat-kasus-korupsi-dana-bos-resmi-ditahan-sempat?page=all ;
https://mediaindonesia.com/megapolitan/433686/kepsek-dan-guru-di-depok-jadi-tersangka-kasus-
korupsi-pembangunan-sekolah;
https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6096421/kepala-sekolah-sd-di-barru-diduga-aniaya-
siswa-orang-tua-lapor-polisi;
https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-kekerasan-seksual-di-kota-batu-polisi-periksa-kepala-sekolah-
dan-guru.html
1
Berhadapan dengan realitas yang ada di Indonesia dan kesadaran akan
pentingnya kepemimpinan yang berkualitas demi perkembangan pendidikan,
penulis hendak menawarkan sebuah pendekatan atau konsep tentang kepemimpinan
yang kiranya perlu dimiliki serta dikembangkan oleh para pemimpin pendidikan.
Saat ini, memang telah banyak berkembang teori dan konsep kepemimpinan yang
ditawarkan bagi dunia. Masing-masing teori kepemimpinan memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing.
Teori kepemimpinan yang banyak dianggap efektif adalah teori
kepemimpinan transformasional,2 yakni suatu pendekatan kepemimpinan dengan
upaya untuk mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mendorong para
pengikut atau anggotanya untuk berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam organisasi tanpa unsur paksaan. Seorang pemimpin transformasional adalah
mereka yang mampu mengubah situasi, mencapai tujuan organisasi, memiliki
kebebasan, keadilan dan kepedulian terhadap para pengikutnya.
Penulis melihat bahwa karakter kepemimpinan transformasional itu sangat
diperlukan dan cocok untuk dikembangkan oleh para pemimpin pendidikan. Karena
itu, artikel ini mencoba untuk melihat apa saja keunggulan kepemimpinan
transformasional dan bagaimana implementasi kepemimpinan transformasional ini
bagi pendidikan, secara khusus bagi para pemimpin dalam lembaga pendidikan di
Indonesia.
1. Konsep Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
pengembangan atau kemajuan dari sebuah lembaga atau organisasi.
Kepemimpinan yang berkualitas dari seorang pemimpin akan berdampak bagi
kemajuan sebuah organisasinya. Perlu disadari bahwa kepemimpinan bukanlah
soal posisi, status atau jabatan yang karena itu seseorang dapat menggerakkan
pengikut. Kepemimpinan juga bukan hanya tentang intelektual atau
pengetahuan, meskipun pengetahuan juga menjadi elemen utama dalam
kepemimpinan. Douglas B. Revves dalam salah satu karyanya menyatakan
2
S. Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 1989), 10.
2
bahwa kepemimpinan adalah “those who help us center our work in a deeper
purpose are leaders we cherish, and to whom we return love, gift for gift.”3
Kata kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata “pimpin” yang
artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin melahirkan kata “memimpin”
yang berarti membimbing atau menuntun dan “pemimpin” yakni orang yang
berfungsi memimpin atau menuntun.4 Pemimpin adalah orang yang diberi
kepercayaan serta tugas dan tanggungjawab untuk mengayomi para pengikutnya
ataupun organisasi yang sedang dipimpin. Secara umum, seseorang yang dipilih
atau dipercayai sebagai pemimpin merupakan sosok yang memiliki sikap dan
tanggungjawab yang dinilai sesuai untuk memimpin suatu organisasi. “Seorang
pemimpin memiliki posisi yang istimewa dalam kelompok atau persekutuan
yang dipimpinnya, sehingga ia bertindak sebagai sarana dalam penentuan
struktur, suasana, tujuan, ideologi dan kegiatan kelompok.”5
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
memengaruhi orang lain demi tercapainya tujuan organisasi. 6 Kepemimpinan
juga dapat diartikan sebagai suatu proses dalam menghadapi orang lain untuk
memahami dan memutuskan tentang apa saja yang perlu dilakukan dan
bagaimana hal tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan pun
dapat dipahami sebagai proses memfasilitasi usaha individu atau kelompok
untuk memenuhi tujuan utama.7 Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah suatu sikap atau tindakan yang dimiliki seorang
pemimpin dalam menjalankan atau mengoordinasi suatu lembaga atau organisasi
demi tercapainya tujuan.
Keberhasilan suatu lembaga atau organisasi akan sangat ditentukan oleh
kualitas kepemimpinan. Karena itu, kepemimpinan merupakan suatu hal yang
wajib dimiliki oleh pemimpin dalam sebuah organisasi. Saat ini terdapat begitu
3
Douglas B. Reeves, The Daily Disciplines of Leadership-How to Improve Student Achievement, Staff
Motivation, and Personal Organization (San Franscisco: Jossey-Bass, 1953), 9.
4
Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi (Bandung: Alfabeta, 2013), 1.
5
Harun Y. Natonis, “Kepemimpinan Transformatif dalam Perspektif Pendidikan Agama Kristen” Jurnal
Ilmiah Musik dan Agama, Vol. 3, No. 2: 16.
6
E. Mulyasa,Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), 107.
7
Ni Putu Depi Yulia Peramesti dan Dedi Kusuma, “Kepempimpinan Ideal pada Era Generasi Milenial”
Jurnal Managenen Pemerintahan, Vol. 10, No. 1, Maret (2018): 74.
3
banyak teori maupun pendekatan dalam kepemimpinan. Beberapa tipe atau gaya
kepemimpinan itu antara lain:
a. Telling (directing/structuring)
Tipe ini menggambarkan seorang pemimpin yang senang
mengambil keputusan sendiri dengan memberikan petunjuk yang jelas dan
mengawasi secara ketat, serta memberikan penilaian atau sanksi kepada
siapa pun yang tidak melaksanakan perintah yang diinstruksikan.
b. Selling (coaching)
Tipe ini menggambarkan seorang pemimpin yang mau melibatkan
bawahan dalam pembuatan keputusan serta memberikan arahan yang jelas
tentang apa saja yang seharusnya dikerjakan.
c. Participating (developing/encouraging)
Gaya kepemimpinan tipe ini ditandai dengan adanya kesediaan dari
pemimpin untuk memberikan kesempatan kepada bawahan untuk dapat
berkembang dan bertanggung jawab serta memberikan dukungan yang
penuh demi perkembangan.
d. Delegating
Gaya kepemimpinan menjiwai para pemimpin yang memberikan
banyak tanggung jawab kepada bawahan serta memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk mengatasi persoalan.8
Secara umum, beberapa ahli membedakan kepemimpinan menjadi dua
yaitu kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional. 9 Pada
dasarnya, kepemimpinan transaksional dan transformasional merupakan dasar
dari sebuah gaya kepemimpinan. Dua gaya kepemimpinan inilah yang dilihat
memiliki dampak positif terhadap beberapa aspek yang dapat meningkatkan
efektivitas sebuah lembaga atau organisasi.
Pertama, kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin
dan bawahan yang berlandaskan transaksi atau pertukaran. Pertukaran ini
didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak yang terkait untuk
menentukan kebutuhan, spesifikasi serta kondisi imbalan yang akan diberikan
8
Ni Putu Depi Yulia Peramesti dan Dedi Kusuma, “Kepempimpinan Ideal pada Era Generasi Milenial”
Jurnal Managenen Pemerintahan, 75-77.
9
Euis Soliha dan Hersugondo, “Kepemimpinan yang Efektif dan Perubahan Organisasi” Fokus Ekonomi
Vol. 7, No. 2, Agustus (2008): 86-87.
4
kepada bawahan jika bawahan tersebut memenuhi atau mencapai syarat-syarat
yang ditentukan oleh pemimpin.10
Terdapat dua faktor utama yang menjadi ciri kepemimpinan
transaksional yakni: Contingent Reword dan Management by exception.
Contingent Reword adalah pemberian imbalan sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan. Sedangkan, Management by exception adalah transaksi
aktif dan pasif. Transaksi aktif berarti pemimpin secara terus menerus
melakukan pengawasan terhadap bawahannya demi mengantisipasi terjadinya
kesalahan, sebaliknya transaksi pasif berarti intervensi dan kritik serta koreksi
yang diberikan kepada bawahan setelah kesalahan terjadi. 11 Dengan gaya
kepemimpinan transaksional, seorang pemimpin akan mendorong bawahannya
untuk mencapai tingkat kinerja yang disepakati bersama. Baik pemimpin atau
bawahan akan bersama-sama berjuang untuk menepati kesepakatan tersebut.
Namun menurut Bass dan Avolio, hal tersebut justru menjadi kelemahan tipe
kepemimpinan transaksional karena komitmen bawahan terhadap organisasi
biasanya berjangka pendek karena komitmen bawahan terhadap organisasi akan
tergantung pada sejauh mana kemampuan organisasi dalam memenuhi keinginan
bawahan. 12
Kedua, kepemimpinan transformasional yakni kepemimpinan yang
mampu meningkatkan kebutuhan dan motivasi bawahan serta mempromosikan
perubahan dramatis dalam individual, grup dan organisasi. Bernard Bass
berpendapat bahwa pemimpin transformasional adalah seseorang yang
meningkatkan kepercayaan diri dari individual maupun grup, membangkitkan
kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan organisasi, serta mencoba untuk
menggerakkan perhatian bawahan untuk pencapaian dan pengembangan
eksistensi.13 Kepemimpinan transformasional diuraikan dalam empat ciri utama
yaitu karismatik atau idealisasi pengaruh, motivasi inspirasional, konsiderasi
10
Bruce J. Avolio and Bernard Bass, “Re-examining the Components of Transformational and
Transactional Leadership Using the Multifactor Leadership Questionnaire”, Journal of Occupational and
Organizational Psychology (1999): 441-462.
11
Euis Soliha dan Hersugondo, “Kepemimpinan yang Efektif dan Perubahan Organisasi”, 86.
12
Indah Komsiyah, “Kepemimpinan Transformatif Perkembangan dan Implementasinya pada Lembaga
Pendidikan”, Ta’allum, Vol. 04, No. 02 November (2016): 300.
13
Bruce J. Avolio and Bernard Bass, “Re-examining the Components of Transformational and
Transactional Leadership Using the Multifactor Leadership Questionnaire”, -462.
5
individu dan stimulasi intelektual. Keempat ciri utama tersebut disingkat dengan
4 I: Idealized influence, Inspirational motivation, Individualized consideration
dan Intellectual stimulation. 14
Berdasarkan uraian singkat terkait dua gaya kepemimpinan tersebut,
penulis melihat bahwa gaya kepemimpinan yang lebih efektif adalah gaya
kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional yang
dimiliki seorang pemimpin akan mengarahkan organisasi pada visi dan misi ke
depan yang lebih baik. Selain itu, kepemimpinan transformasional adalah
kepemimpinan yang diharapkan oleh berbagai bidang kehidupan, misalnya
pemerintahan, politik, agama, ekonomi, dan pendidikan. Para pemimpin
transformasional berusaha untuk merevitalisasi masyarakat dan organisasinya
secara integral dari pada memberikan instruksi kepada para pengikut yang
biasanya bersifat top and down. Para pemimpin transformasional selalu berusaha
untuk menempatkan diri sebagai mentor yang bersedia menampung berbagai
bentuk aspirasi dari para pengikutnya dan berusaha untuk mengutamakan
kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi.
14
Bernard M. Bass dan Ronald E. Riggio, Transformational Leadership, (London: Lawrence Erlbaum
Associates, 2006), 4-9.
6
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dibutuhkan lah seorang pemimpin atau
kepada sekolah yang mampu memanajemen sekolah dengan baik, memiliki
motivasi kerja yang tinggi, mampu menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif dan dapat mendukung kinerja para guru serta mampu mendorong
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ke arah yang lebih baik. Karena
itu, kepala sekolah harus sungguh memiliki kemampuan serta ketrampilan-
ketrampilan khusus untuk memimpin suatu lembaga pendidikan, misalnya
memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, mencintai tugas,
bertanggung jawab, mampu mengupayakan peningkatan kinerja guru, dan
mampu memotivasi diri sendiri serta memotivasi semua orang yang
dipimpinnya.15
Seorang kepala sekolah pada dasarnya adalah seorang perencana,
organisator, pemimpin, pengendali dan seorang motivator. Keberadaan seorang
kepala sekolah itu dapat dilihat dari gaya kepemimpinannya yang efektif
misalnya mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif, dapat menjalankan tugas dan
pekerjaan sesuai waktu yang ditetapkan, mampu membangun hubungan
harmonis dengan guru, peserta didik, karyawan, staff sekolah dan juga
masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.
Wahjosumidjo dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Kepala
Sekolah” 16
menegaskan bahwa kepemimpinan kepada sekolah merupakan (1)
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas yakni mengutamakan pencapaian
tujuan, menilai pelaksanaan tugas bawahan, menetapkan batas-batas waktu
pelaksanaan tugas, menetapkan standar pendidikan sekolah, memberikan
petunjuk-petunjuk kepada bawahan serta melakukan pengawasan serta (2)
kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia, artinya melibatkan
bawahan dalam pengambilan keputusan, bersikap sebagai sahabat, membina
hubungan kerjasama dengan baik, memberikan dukungan bagi bawahan,
15
“whitout quality leadership and skillful management, even the ideas are never implemented. Whitout
good management and on going support for their leaders, those lowes in the organization become
disillusioned in time, case to continue the change effort” Dafi F. Salisbury dalam Uray Iskandar,
“Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru” Jurnal Visi Ilmu Pendidikan: 1021.
16
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), 102.
7
memberi kepercayaan dan menghargai ide atau gagasan-gagasan dari para
bawahan.
1. Kepemimpinan Transformasional
Berdasarkan akar katanya, transformasional berasal dari kata to
transform yang berarti mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi
bentuk yang berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita dan
potensi menjadi aktual. Dalam kaitannya dengan lembaga pendidikan,
kepemimpinan transformasional berarti mengubah potensi lembaga menjadi
energi untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Dengan demikian,
kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan
dapat didefinisikan sebagai bentuk, model atau gaya yang diterapkan dalam
memengaruhi bawahan yang terdiri dari guru, tenaga administrasi, staff, siswa,
dan orangtua peserta didik.
8
Istilah kepemimpinan transformasional sendiri pertama kali
diperkenalkan oleh James MacGregor Burns pada tahun 1978 dalam bukunya
yang berjudul “Leadership”. Dalam bukunya tersebut, Burns menggunakan
istilah “Transforming Leadership” untuk menggambarkan kepemimpinan
berdaya ubah yaitu mereka yang mengubah pemikiran para pengikutnya untuk
memenuhi visi yang diucapkan pemimpinnya.17 Ia mencoba menelaah sejumlah
pemimpin nasional dan sosial sebagai contoh pemimpin yang memiliki daya
ubah, misalnya Gandhi, Martin Luther King, Abraham Lincoln, Hitler, Stalin,
dan Franklin Delano.
Popularitas buku Burns tersebut memicu munculnya penelitian-penelitian
tentang kepemimpinan transformasional lebih lanjut. Bernard M. Bass adalah
salah satu tokoh yang mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional
dari James MacGregor Burns. Dalam bukunya yang berjudul Bass and Stogill’s
Handbook of Leadership (1990), Bernard M. Bass mendefinisikan
kepemimpinan sebagai: “An interaction between two or more members of a
group that often involves a structuring or restructuring of the situation and the
perceptions and expectations of the members.” Menurutnya, pemimpin adalah
agen perubahan yang bertindak mempengaruhi orang lain dan kepemimpinan
terjadi ketika satu anggota kelompok dapat mengubah motivasi atau kompetensi
orang lain dalam kelompoknya tersebut.
Selanjutnya, Bass menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional
sebagai berikut:
Transformational leaders transform the personal values of followers to
support the vision and goals of the organization by festering an
environment where relationships can be formed and by establishing a
climate of trust in which visions can be shared.18
17
J.M. Burns, Leadership (New York: Harper & Row, 1978), 666.
18
Bernard M. Bass dan Ronald E. Riggio, Transformational Leadership, 4-5.
19
Bruce J. Avolio and Bernard Bass, “Re-examining the Components of Transformational and
Transactional Leadership Using the Multifactor Leadership Questionnaire”, 461-462.
9
Berdasarkan definisi-definisi kepemimpinan transformasional tersebut,
dapat ditarik sebuah kesimpulan bawa indikator dari kepemimpinan
transformasional adalah pembaru, memberi teladan, mendorong kinerja
bawahan, mengharmonisasikan lingkungan kerja, memberdayakan bawahan,
bertindak atas sistem nilai, selalu berusaha meningkatkan kemampuan pribadi
dan bawahan serta mampu menghadapi berbagai perubahan dan situasi yang
sulit.
21
Indah Komsiyah, “Kepemimpinan Transformatif Perkembangan dan Implementasinya pada Lembaga
Pendidikan”, 306-307.
11
anggotanya, pemimpin dapat menggunakan motivator: penghargaan,
kegentingan dan kegairahan.22
22
Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan (Yogyakarta: Kukaba, 2012), 96.
23
Marenee Lin Tengi, dkk. “A Review Theory of Transformational Leadership for School” International
Journal of Academic Research in Business and Social Sciences Vol. 7, No.3 (2017): 793-799.
24
Djokosantoso Moeljono, 13 Konsep Beyond Leadership (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012),
43
12
c. Pemimpin selalu memperjuangkan nasib staff dan anggotanya serta
memiliki kepedulian akan kebutuhan-kebutuhan anggotanya.
d. Pemimpin berani melakukan perubahan menuju tingkat produktivitas
organisasi yang lebih tinggi.
e. Pemimpin mampu membangkitkan motivasi dan semangat anggota untuk
mencapai produktivitas yang lebih tinggi.
f. Pemimpin mampu menciptakan budaya organisasi yang positif.
14
dari tahap perencanaan sampai pengambilan keputusan dan solusi terhadap
suatu permasalahan.
Ketujuh poin pedoman tersebut merupakan langkah-langkah solutif dan
strategis yang perlu dikembangkan oleh para pemimpin dalam lembaga
pendidikan. Kiranya ketujuh poin tersebut dapat direalisasikan dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari terlebih demi perkembangan dan
kemajuan pendidikan di Indonesia. Selain itu, poin-poin tersebut juga perlu
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan dalam menjalankan atau mengelola suatu lembaga
pendidikan.
26
Undang-Undang Sisdiknas No. 20, Tahun 2003.
15
menentukan visi dan tujuan pendidikan. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional tersebut, para pemimpin pendidikan kiranya perlu mengembangkan gaya
atau model kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional
itu akan membantu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan untuk
menggerakkan dan mengkoordinasikan setiap anggota dalam lembaga pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan.
James MacGregor Burns dalam bukunya “Transforming Leadership” 27
menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional sangat diperlukan untuk
mengatasi persoalan dunia, misalnya kemiskinan dan kiranya juga persoalan dalam
pendidikan. Bernard Bass pun berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional
adalah model kepemimpinan yang paling cocok dan efektif untuk menjawab
keprihatinan-keprihatinan dunia.
Menurut Bass, kepemimpinan transformasional memiliki karakter yang dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan dunia dan akhirnya mampu menemukan solusi
pada setiap persoalan yang terjadi. Para pemimpin transformasional juga dinilai
mampu bertindak responsif, tegas dan penuh afeksi dalam menentukan keputusan
yang diambil. Setiap keputusan yang dibuat oleh para pemimpin transformasional
pun diyakini dapat merangsang dan menantang para pengikutnya untuk berpikir
maju.28 Kesaksian dari James MacGregor dan Bernard Bass itu hendak penulis
gunakan untuk meyakinkan kita semua bahwa kepemimpinan transformasional
memang sangat cocok dan dibutuhkan bagi lembaga pendidikan di Indonesia.
Kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan transformasional akan mampu
memengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan guru,
staff, siswa, orangtua peserta didik dan pihak-pihak lain yang terkait untuk berperan
dalam mencapai visi dan tujuan dari lembaga pendidikan yang tentunya selaras
dengan tujuan Negara Indonesia yakni: “Mencerdaskan kehidupan Bangsa.” Penulis
juga berharap dengan dikembangkannya kepemimpinan transformasional dalam
lembaga pendidikan, kasus-kasus seperti yang penulis sebutkan dalam bagian
pengantar tidak akan terjadi lagi.
27
James MacGregor Burns, Transforming Leadership (New York: Antlantic Monthly Press, 2003)
28
Bernard M. Bass dan Ronald E. Riggio, Transformational Leadership, (London: Lawrence Erlbaum
Associates, 2006), 224-225.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Tengi, Marenee Lin dkk. “A Review Theory of Transformational Leadership for
School” International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences Vol. 7, No.3 (2017): 793-799.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Grafindo Persada, 2008.
Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20, Tahun 2003.
18