Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan yang merupakan suatu organisasi memerlukan tidak


hanya seorang manajer untuk mengelola sumber daya lembaga pendidikan
yang lebih banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan
administratif lainnya, tetapi juga memerlukan pimpinan yang mampu
menciptakan sebuah visi dan semua komponen individu yang terkait dengan
lembaga pendidikan. Pemimpin maupun manajer diperlukan dalam
pengelolaan lembaga pendidikan. Berbeda dengan organisasi lain, lembaga
pendidikan merupakan bentuk organisasi moral yang berbeda dengan bentuk
organisasi lainnya. Sebagai suatu organisasi, kesuksesan lembaga pendidikan,
tidak hanya di tentukan oleh kepemimpinan pendidikan, tetapi juga oleh
tenaga kependidikan lainnya dan proses lembaga pendidikan itu sendiri.
Kepemimpinan

pendidikan

berkewajiban

untuk

mengkoordinasikan

ketenagaan pendidikan di lembaga pendidikan untuk menjamin teraplikasinya


peraturan pada lembaga pendidikan.
Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan mengerakkan
orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan
serangkaian kegiatan diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang
terlibat dalam organisasi yang dipimpinnya. Dengan kata lain tercapai atau
tidak tujuan suatu organisasi sangat tergantung pada pimpinannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari kepemimpinan?
2. Apa pengertian dari kepemimpinan pendidikan ?
3. Mengapa diperlukannya kepemimpinan pendidikan dalam manajemen di
sekolah ?
4. Bagaimana model-model kepemimpinan pendidikan ?
5. Bagaimana gaya kepemimpinan dalam pendidikan ?
6. Bagaimana fungsi kepemimpinan pendidikan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian kepemimpinan
2. Mengetahui pengertian kepemimpinan pendidikan
3. Mengetahui sebab diperlukannya manajemen pendidikan dalam
manajemen di sekolah
4. Mengetahui model-model kepemimpinan pendidikan
5. Mengetahui gaya kepemimpinan dalam pendidikan
6. Mengetahui fungsi kepemimpinan pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu masalah yang komplek dan sulit, karena sifat
dasar kepemipinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi,
perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga
pemahaman tentan kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.
Kepemimpian melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam yang terjadi di
antara orang-orang yang menginginkan perubahan yang signifikan, dan
perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh
pemimpin dan pengikutnya (bawahan).
Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara
etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar pimpin yang jika mendapat awalan me menjadi memimpin
yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain
yang sama pengertiannya adalah mengetuai, mengepalai, memandu dan
melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri.
Adapun pemimpin berarti orang yang memimpin atau mengetuai atau
mengepalai. Sedang kepemimpinan menunjukkan pada semua perihal dalam
memimpin, termasuk kegiatannya Sebenarnya kepemimpinan merupakan
cabang dari ilmu administrasi, khususnya ilmu administrasi negara. Ilmu
administrasi adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial, dan merupakan
salah satu perkembangan dari filsafat. Sedang inti dari administrasi adalah
manajemen.
Keberhasilan suatu organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan yang
ingin diraih, bergantung pada kepemimpinan seorang pemimpin. Jadi
kepemimpian menduduki fungsi kardinal dan sentral dalam organisasi,

manajemen maupun administrasi. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai


depenisi kepemimpinan. Antara lain :
1. Menurut Seokarto Indrafachrudi kepemimpinan adalah kemampuan dan
kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menunutun, menggerakan dan jika perlu memaksa
orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu
yang dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
2. Menurut Nanang Fattah Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang
mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di
dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
3. Menurut Kartini Kartono Pemimpin adalah seorang pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan
disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian
satu atau beberapa tujuan.
4. Menurut Soetopo Hendyat kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam
membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan
dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.
Menurut Mochammad Teguh kepemimpinan

mempunyai menjadi 3 kata

kunci, yaitu
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation consept),
artinya kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka
jika tidak ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin;
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan
lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja,
karena dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang
menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin
sesuatu;
c. Kepemimpinan

berarti

mempengaruhi

harus melakukan

orang-orang

lain

untuk

mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha


mempengaruhi

pengikutnya

dengan

berbagai

cara,

seperti

menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi


teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman,
restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan

demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat


membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi
mereka demi keberhasilan organisasi.
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua
sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Pendidikan
sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi dari beberapa pendapat diatas,
penyusun dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu
kemampuan untuk mendorong atau mempengaruhi dalam lingkup penggerakan
pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Dalam kegiatannya pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan
dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan
dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat
dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin
di dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan, misalnya
orang tua di rumah, guru disekolah, kepala sekolah di sekolah maupun
pengawas pendidikan di kantor pembinaan pendidikan dan di daerah
pelayanannya. Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan
pendidikan. Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara
pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan
berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan
individu-individu yang dipimpin (ada relasi inter-personal). Kepemimpinan ini
bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi
dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian satu

tujuan tertentu. Dengan demikian, pemimpin tersebut ada apabila terdapat satu
kelompok atau satu organisasi.
B. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Banyak definisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, tergantung pada perspektif yang
digunakan. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya pada
bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan, industri dan bidang-bidang
lainnya. Ordway Tead memberikan rumusan "Leadership is the activity
influencing people to cooperate some good which they come to find desirable".
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja
sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Sarros dan Butchatsky
(1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing
others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as
well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut,
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan
tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
organisasi. Demikian juga, Slamet santosa mendefinisikan kepemimpinan
sebagai "usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia
menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan
kelompok yang telah disepakati". Menurut Ngalim Purwanto "Kepemimpinan
sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang
tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga
tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang
memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa
implikasi, antara lain: Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau
pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau
bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin.
Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan

tidak akan ada juga. Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang
yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya
untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Sementara itu berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Th 2003, pendidikan
bermakna usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dipeerlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi kepemimpinan dalam pendidikan
dapat

dimaknai

suatu

kemampuan

dan

kesiapan

seseorang

untuk

mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah


agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran yang telah ditetapkan. Secara sederhana kepemimpinan pendidikan
dapat diartikan adalah pihak-pihak yang menentukan tercapainya tujuan
pendidikan sebagaimana diamanatkan undang-undang.
C. Model Kepemimpinan Masa Lalu
1. Model Watak Kepemimpinan
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba
meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin,
seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan
berbicara, kesupelan dalam bergaul, status social ekonomi, dan lain-lain
(Bass 1960, Stogdill 1974).
Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori factor pribadi
yang membedakan antara pemimpin dan pengikut yaitu kapasitas, prestasi,
tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak
studi yang menunjukkan bahwa factor-faktor yang membedakan antara
pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung
dengan hasil-hasil studi yang lain.

Disamping itu watak pribadi bukanlah factor yang dominant dalam


menentukan keberhasilan kinerja managerial para pemimpin. Hingga tahun
1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk untuk
mengindifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin
yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara
karakteristik, watak dengan efektifitas kepemimpinan, walupun positif tetapi
signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970).
Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa apabila kepemimpinan
didasarkan pada factor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para
pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak segnifikan. Kegagalan studistudi tentang kepemimpinan pada periode awal ini yang tidak berhasil
meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin
dan kepemimpinan membuat para peneliti untuk mencari factor-faktor lain
(selain factor watak), seperti misalnya factor situasi yang diharapkan dapat
secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan
pengikut.
2. Model Kepemimpinan Situasional
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak
kepemimpinan dengan focus utama factor situasi sebagai variable penentu
kemampuan kepemimpinan.
Studi-studi

kepemimpinan

situasional

mencoba

mengidentifikasi

karakteristik situasi atau keadaan sebagai factor penentu utama yang


membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi
secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek
kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan
watak kepribadian pemimpin.
Hencley (1973) menyatakan bahwa factor situasi lebih menentukan
keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan watak pribadinya, menurut
pendekatan kepemimpinan situasional ini seseorang bisa dianggap sebagai

pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang


dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik
situasi khusus yang mempengaruhi kinerja para pemimpin.
Hoy dan Miskel (1987) menyatakan bahwa terdapat empat factor yang
mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat structural organisasi, iklim atau
lingkungan organisasi, karakteristik tugas atau peran dan karakteristik
bawahan.
Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena
kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian
model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat
memprediksikan kecakapan kepemimpinan yang mana yang lebih efektif
dalam situasi tertentu
3. Model Pemimpin Yang Efektif
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang type-type
tingkah laku para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin
dapat dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan dan
konsiderasi.
a. Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana
pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam
rangka mencapai tujuan organisasi serta sejauh mana para pemimpin
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka, dimensi ini
dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi.
b. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat
hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh
mana pemimpin memperhatikan kebutuhan social dan emosi bagi
bawahan, misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan
penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi.
Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan

kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan


hubungan manusiawi.
Halpin (1966) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif
cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek diatas. Dia
berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata
kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur dan mempunyai
hubungan dan persahabatan yang sangat baik. Secara ringkas model
kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang
efektif adalah pamimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan
manusia sekaligus dalam organisasinya.
4. Model Kepemimpinan Kontingensi
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan
antara karakteristis watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan fariabelfariabel situasional.
Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang
berbeda membutuhkan type kepemimpinan yang berbeda, maka model
kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni
pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi / variable situasional dengan
watak atau tingkah laku dan criteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel
1987).
Fiedler (1967) beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas
kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan dan sesuai
situasi yang dihadapinya. Menurutnya ada tiga factor utama yang
mempengaruhi

kesesuaian

situasi

dan

ketiganya

ini

selanjutnya

mempengaruhi keefektifan pemimpin, ketiga factor tersebut adalah:


a. Hubungan antara pemimpin dan bawahan, yaitu sampai sejauh mana
pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan untk mengikuti
petunjuk pemimpin.

10

b. Struktur tugas yaitu sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi


didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana tugas-tugas tersebut
dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
c. Kekuatan posisi, yaitu sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan
yang dimiliki oleh pemimpin, karena posisinya diterapkan dalam
organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai
dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga
menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin menggunakan otoritasnya
dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan
pangkat.
Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna
dibandingkan

model-model

sebelumnya

dalam

memahami

aspek

kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat


menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif
antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variable
situasional.
D. Model-model kepemimpinan masa kini (sekarang)
1. Model Kepemimpinan Transaksional.
Kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan
bawahan serta ditetapkan dengan jelas peran dan tugas-tugasnya.
Menurut

Masi

and

Robert

(2000),

kepemimpinan

transaksional

digambarkan sebagai mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain


antara pemimpin dan bawahannya (Contingen Riward), intervensi yang
dilakukan oleh pemimpin dalam proses organisasional dimaksudkan untuk
mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang melibatkan interaksi
antara pemimpin dan bawahannya bersifat pro aktiv.
Kepemimpinan transaksional aktif menekankan pemberian penghargaan
kepada bawahan untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu

11

secara pro aktif seorang pemimpin memerlukan informasi untuk


menentukan apa yang saat ini dibutuhkan bawahannya.
Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa prinsip
utama dari kepemimpinan transaksional adalah mengaitkan kebutuhan
individu pada apa yang diinginkan pemimpin untuk dicapai dengan apa
penghargaan yang diinginkan oleh bawahannya memungkinkan adanya
peningkatan motivasi bawahan. Steers (1996).
2. Model Kepemimpinan Transformasional
Teori ini mengacu pada kemampuan seorang pemimpin untuk memberikan
pertimbangan dan rangsangan intelektual yang individukan dan yang
memiliki charisma. Dengan kata lain pemimpin transformasional adalah
pemimpin yang mampu memperhatikan keprihatinan dan kebutuhan
pengembangan diri pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra untuk
mencapai tujuan kelompok.
Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang
pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya
untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu pemimpin transaksional
cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.
Untuk memotifasi agar bawahan melekukan tanggung jawab mereka, para
pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada system pemberian
penghargaan dan hukuman pada bawahannya.
Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa pamimpin transformasional
merupakan pemimpin yang kharismatik dan mempunyai peran sentral dan
strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin
transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan
visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan
bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka
butuhkan.

12

Yamarino dan Bass (1990), pemimpin trasformasional harus mampu


membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi
kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.
Bass

dan

Avolio

(1994),

mengemukakan

bahwa

kepemimpinantransformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya


sebagai The Four Is:
a. Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,
menghormati sekaligus mempercayai (Pengaruh ideal).
b. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang
mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi
bawahan (Motivasi-inspirasi)
c. Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual).
d. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin
yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan
bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
bawahan akan pengembangan karir (konsederasi individu).
Banyak peneliti dan praktisi managemen yang sepakat bahwa model
kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang
terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky
1996).
Hasil survey Parry (2000) yang dilakukan di New Zealand, menunjukkan
tidak ada pertentangan dengan penemuan-penemuan sebelumnya tentang
efektifitas kepemimpinan transformasional. Disamping itu Parry juga
berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional dapat dilatihkan,
pendapat ini didasarkan pada temuan-temuannya yaitu keberhasilan
pelatihan kepemimpinan transformasional yang dilakukan di New Zealand
sebagai berikut:

13

a. Berhasil

meningkatkan

kemampuan

pelaksanaan

kepemimpinan

transformasional lebih dari 11% (dilihat dari peningkatan hasil usahanya)


setelah dua hingga tiga bulan dilatih.
b. Berhasil meningkatkan kegiatan kerja bawahan sebesar 11% setelah dua
hingga tiga bulan dilatih.
E. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan
yang memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan
kegiatan yang dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan
dipimpinnya sehingga akan mempengaruhi

kualitas hasil kerja yang akan

dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.


Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan
ini. Sebagai pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan
cara bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang
lain untuk turut serta mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Berdasarkan sifat dan konsep kepemimpinan maka ada tiga tipe pokok
kepemimpinan yaitu: tipe otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi.
1. Tipe otoriter (the autocratic style of leadership)
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan atau policy dasar
ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan
kepada bawahannya. Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa
mengadakan

konsultasi

sebelumnya

dengan

orang-orang

yang

dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi bahwa maju mundurnya


organisasi hanya tergantung pada dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh,
belajar keras, tertib dan tidak boleh dibantah.
2. Tipe Laissez faire (laissez-faire style of leadership)
Pada tipe laissez faire ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluasluasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedure dan apa yang
akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka
mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam

14

penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf


lembaga pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka
meminta pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis,
maka barulah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang
dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima
atau menolah pendapat tersebut.
Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan
menyelenggarakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak
pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa
dilakukan

selagi

anggota/guru-guru

dalam

sekolah

tersebut

menghendakinya.
3. Tipe demokratis (demokratic style of leadership)
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan
seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah
yang

bersifat

demikian

akan

akan

selalu

menghargai

pendapat

anggota/guru-guru yang ada dibawahnya dalam rangka membina


sekolahnya.
Sifat kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih
dari 500 hasil research tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan
dengan baik maka kita akan dapat mempergunakan sikap kepemimpinan
yang baik pula. (R.Tjung Wiraputra, 1976 hl 37).
Dalam hasil research itu menunjukkan bahwa

untuk

mencapai

kepemimpinan yang demokratis, aktivitas pemimpin harus:


a. Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif.
b. Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan
memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua
anggota kelompok yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi
kekuasaan dan tanggungjawab.
Pemimpin demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat
bijaksana di dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat
dikatakan bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru
seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu
15

bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika


dibutuhkan. Dalam kepemimpinannya peimpin sekolah berusaha supaya
bawahannya kelak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Syarat
Seorang Pemimpin dalam Suatu Organisasi
Untuk menjadi seorang pemimpin maka harus ada syarat syarat khusus.
Sehingga seseorang yang akan menjadi pemimpin adalah seseorang yang
benar benar pantas dan dapat melakukan tanggung jawab nya secara
eoptimal dan efisien.
Terdapat 3 hal penting dalam kosep kepemimpinan atara lain:
1. Kekuasaan
Kekuasaan adalah otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin untuk memberikan pengaruh serta menggerakkan
bawahan atau pengikutnya berbuat sesuatu pada rangka penyelesaian
tugas tertentu terkait dengan organisasi.
2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan anugerah atau takdir Tuhan. Kemampuan ini
merupakan sebuah keunggulan dan kelebihan. Sehingga dengan
kewibawaan seorang pemimpin mampu menyuruh bawahannya atau
pengikutnya

untuk

mengikuti

semua

yang

dikatakannya

dan

mematuhinya.
3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan
kecakapan secara teknis maupun sosial yang dimiliki seorang pemimpin
melebihi dari anggota biasa.
Sementara itu Stodgill yang dikutip James A. Lee mengatakan pemimpin
harus mempunyai kelebihan sebagai persyaatan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan
menilai.
2. Prestasi, gelar kerjasama, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
3. Tanggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.

16

4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tingi, kooperatif, mampu bergaul.


5. Status, kedudukan sosial ekonomi cukup tinggi dan benar
M. Ansori Ardiansyah menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak
harus memiliki tiga ciri, yaitu :
a. Penglihatan Sosial, Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti
gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat sehari-hari;
b. Kecakapan Berfikir Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus
mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seorang
pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang
c.

terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi;


Keseimbangan Emosi, Orang yang mudah naik darah, membuat ribut
menandakan emosinya belum mantap dan tidak memililki keseimbangan
emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang
pemimpin harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka
seorang pemimpin harus mempunyai keseimbangan emosi.

Seorang pemimpin khususnya di bidang kependidikan dikatakan berhasil


apabila memenuhi kriteria keberhasilan lembaga pendidikan sebagai berikut:
1. Input,

yaitu

tingkat

ketersediaan

dan

pendayagunaan

masukan

instrumental dan lingkungan.


2. Proses,

yaitu

tingkat

efisiensi

dan

efektivitas

penyelenggaraan

pembelajaran.
3. Output, yaitu tingkat pencapaian lembaga dan hasil belajar.
4. Outcome, yaitu dampak langsung dan tidak langsung.
F. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Kepribadian.
kepribadian yang kuat akan membentuk karakter diri menjadi tegas, cerdas dan
ikhlas dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Karakter diri

17

akan mengembangkan pribadi yang percaya diri, berani, bersemangat, murah hati,
dan memiliki kepekaan sosial.
2. Memahami tujuan. Dengan memahami tujuan pendidikan dengan baik, kepala
sekolah akan selalu berjalan sesuai rel-rel hukum yang benar dalam mencapai
tujuan sekolah. Dengan pemahaman yang baik kepala sekolah tidak akan
menghalalkan segala cara, semua akan berjalan sesuai aturan yang berlaku.
3. Memiliki Pengetahuan yang Luas, dengan memiliki akar pengetahuan yang luas,
seorang kepala sekolah akan senantiasa menerima kritik dan saran sebagai tolok
ukur dan pijakan dalam bertindak dan menentukan kebijakan terutama kebijakan
yang menyangkut kepentingan orang banyak. Dan kepala sekolah akan selalu
menjadi manusia pembelajar.
4. Memiliki Kompetensi Profesional, keterampilan profesional yang terkait dengan
tugasnya sebagai Kepala Sekolah, yaitu :
a. Keterampilan teknis, yaitu melaksanakan fungsi manajemen sekolah
dengan benar meliputi : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
kontrol terhadap seluruh aspek kegiatan persekolahan dan mampu
memberdayakan seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah, baik
sumberdaya bergerak maupun sumberdaya tidak bergerak.
b. Hubungan kamanusian, yaitu menyadari diri sebagai pribadi yang
memiliki kekurangan sehingga senantiasa bekerja sama dengan orang
lain, memotivasi, mendorong guru dan staf untuk maju, dan memberikan
pengayoman kepada semua pihak.
5. Memiliki Keterampilan konseptual, seorang kepala sekolah harus memiliki
ketrampilan konseptual sehingga dapat dengan benar mengembangkan konsep
pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari
jalan pemecahannya dengan tepat tanpa mengakibatkan gejolak apapun.
Dalam mengembangkan sekolah perlu dipahami dan dilaksanakan prinsip-prinsip
kepemimpinan secara umum yang berlaku, yaitu :
1. Konstruktif, artinya Kepala Sekolah harus mendorong dan membina setiap
staf untuk berkembang.
2. Kreatif, artinya Kepala Sekolah harus selalu mencari gagasan dan cara baru
dalam melaksanakan tugas.
3. Partisipatif, artinya mendorong keterlibatan semua pihak yang terkait dalam
setiap kegiatan di sekolah.
4. Kooperatif, artinya mementingakan kerja sama dengan staf dan pihak lain
yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.

18

5. Delegatif, artinya berupaya mendelegasikan tugas kepada staf sesuai dengan


tugas / jabatan serta kemampuan mereka.
6. Integratif, artinya selalu mengitegrasikan semua kegiatan sehingga dihasilkan
sinergi untuk mencapai tujuan sekolah.
7. Rasional dan Objektif, artinya dalam melaksnakan tugas atau bertindak selalu
berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif.
8. Pragmatis dalam menetapkan kebijakan atau target. Kepala Sekolah harus
mendasarkan pada kondisi nyata sumber daya yang dimiliki sekolah.
9. Keteladanan, artinya dalam memimpin sekolah, Kepala Sekolah dapat
menjadi contoh yang baik.
10. Adaptabel dan Fleksibel, artinya Kepala Sekolah harus dapat beradaptasi
dalam menghadapi situasi dan paradigma baru serta menciptakan situasi kerja
yang kondusif.
Dewasa ini sangat banyak Model atau Gaya Kepemimpinan yang dapat
diterapkan oleh para pimpinan atau lembaga dalam lembaga yang dipimpinnya.
Kepala Sekolah dapat memilih dan menerapkan model atau gaya kepemimpinan
yang sesuai dengan situasi maupun kondisi staf yang dipimpinnya. Diantara
model dan gaya kepemimpinan tersebut adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Delegatif : dalam gaya kepemimpinan ini kepala
sekolah lebih banyak memberikan dukungan dan mendelegasikan tugas dan
wewenang kepada staf sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh staf
tersebut. Sehingga staf yang memiliki kemampuan baik akan termotivasi dan
akan bekerja yang baik.
2. Gaya Kepemimpinan Partisifatif : Kepala Sekolah berpartisipasi aktif dalam
mendorong staf untuk menggunakan kemampuannya secara optimal, jika
mengahadapi staf yang memilki kamapuan kerja baik tetapi motivasi
kerjanya kurang.
3. Gaya Kepemimpinan Konsultatif : Kepala Sekolah banyak memberikan
bimbingan sehingga kemampuan staf secara bertahap meningkat, jika
menghadapi staf yang memilki kerja yang kurang baik tetapi memilki
motivasi kerja baik.
4. Gaya Kepemimpinan Instruktif : Kepala Sekolah lebih banyak memberi
petunjuk yang spesifik dan secara ketat mengawasi staf dalam mengerjakan
tugasnya.
G. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

19

Dalam model Kepemimpinan modern, kepemimpinan Kepala Sekolah ada tujuh


fungsi pokok yang sering kita sebut dengan akronim EMASLIM, yaitu : Kepala
Sekolah sebagai :
1. Educator
2. Managjer
3. Administrator,
4. Supervisor,
5. Leader,
6.Inovator,
7.Motivator.
1. Kepala Sekolah sebagai Educator
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala
sekolah. Dan kepala sekolah sebagai guru (edukator) tidak dapat lepas dari tugas
utamanya yaitu mendidik. Dalam hal ini sebagai kepala sekolah, yang dididik
bukan hanya siswa, akan tetapi seluruh staf dan seluruh warga sekolah yang
dipimpin.
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Sebagai

manajer,

kepala

sekolah

dalam

melaksanakan

tugasnya

harus

melakukannya dengan prinsip-prinsip manajemen yang benar dengan menjalankan


fungsi : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan kontrol. Fungsi-fungsi
tersebut harus dijalankan pada seluruh aspek kegiatan yang ada di sekolah.
3. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Sebagai administrator, berarti kepala sekolah harus menjalankan seluruh kegiatan
administrasi sekolah, dan bertanggung jawab atas terlaksananya seluruh kegiatan
administrasi di sekolah.
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Sebagai supervisor, kepala sekolah harus melakukan supervisi pada seluruh
kegiatan yang ada di sekolah, dan melakukan kontrol agar seluruh kegiatan
berjalan pada rel kebijakan yang telah ditetapkan.
5. Kepala Sekolah sebagai Leader
Sebagai leader atau pemimpin, kepala sekolah harus menjalankan fungsi
kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah sebagai leader
harus menetapkan garis-garis besar kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan
operasional, dan kepala sekolah bertanggung jawab atas terlaksananya seluruh
kebijakan tersebut.
6. Kepala Sekolah sebagai Inovator

20

Sebagai inovator, kepala sekolah harus senantiasa mencari jalan pembaruan agar
sekolah senantiasa berkembang mengikuti perkembangan iptek. Kepala Sekolah
harus menjadi agen pembaharuan.
7. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus senantiasa memberikan motivasi dan
dorongan kepada semua pihak untuk maju, berkembang sesuai dengan keinginan
individu,

dan

berkembang

guna

memajukan

institusi/lembaga.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam makalah ini yaitu :
1. Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan.
Secara etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berasal dari kata dasar pimpin yang jika mendapat awalan me menjadi
memimpin yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing.
Perkataan lain yang sama pengertiannya adalah mengetuai, mengepalai,
memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat
mengerjakan sendiri.
2. Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful
behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal
for the benefit of individual as well as the organization or common good".
Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu
perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk
memberikan manfaat individu dan organisasi.

21

3. Kepemimpinan dalam pendidikan dapat dimaknai suatu kemampuan dan


kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan
menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan. Secara
sederhana kepemimpinan pendidikan dapat diartikan adalah pihak-pihak
yang menentukan tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan
undang-undang.
4. Model kepemimpinan masa lalu, yaitu :
a. Model Watak Kepemimpinan
b. Model Kepemimpinan Situasional
c. Model Pemimpin Yang Efektif
5. Model Kepemimpinan Masa Kini, yaitu :
a. Model Kepemimpinan Transaksional.
b. Model Kepemimpinan Transformasional
6. Tipe-tipe kepemimpinan dalam pendidikan, yaitu :
a. Tipe otoriter (the autocratic style of leadership)
b. Tipe Laissez faire (laissez-faire style of leadership)
c. Tipe demokratis (demokratic style of leadership)

22

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, 2012. http://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/11/konsepdasar-kepemimpinan-pendidikan/. Di akses pada tanggal 3 Mei


2014. Pada pukul 13:30 wib
Ristanti, 2012. http://dijenotes.blogspot.com/2012/06/makalah-kepemimpinanpendidikan.html. Di akses pada tanggal 3 Mei 2014. Pada pukul
15:00 wib.
Riswanto, 2011. http://gurupinilih.blogspot.com/2008/05/model-kepemimpinanpendidikan.html. Di akses pada tanggal 3 Mei 2014. Pada pukul
15:30 wib.

Siswoyo, rudi. 2010. http://rudisiswoyo89.blogspot.com/. Di akses pada tanggal 3


Mei 2014. Pada pukul 13:00 wib
Yatik, 2010. http://yatik-kepemimpinandalampendidikan.blogspot.com/. Di akses
pada tanggal 3 Mei 2014. Pada pukul 14:00 wib.

23

Anda mungkin juga menyukai