Dosen pengampu :
Disusun oleh :
Pendidikan Fisika 2A
JAKARTA
2019
2
Manajemen Peserta Didik
A. Pengertian Peserta Didik dan Manajemen Peserta Didik
Menurut Suharsimi Arikunto (1986), peserta didik adalah siapa
saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan.
Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dengan
demikian, peserta didik adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur,
jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin
mengembangkan potensi dirinya baik pada aspek akademis maupun
nonakademis melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan.1
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah
sampai dengan mereka lulus sekolah.2 Manajemen peseta didik selain
melakukan pencatatan data peserta didik dan meliputi aspek-aspek yang
secara operasional dapat digunakan untuk membantu kelancaran
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan
di sekolah. Manajemen Peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara
kontinu terhadap seluruh peserta didik dalam lembaga bersangkutan agar
proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.3
1
Dr. Badrudin, M. Ag. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks, 2014 hlm.20
2
Dr. Eka Prihatin, M. Pd. Manajemen Peserta Didik. Bandung: ALFABETA, 2019 hlm. 4
3
Dr. Badrudin, M. Ag, Op. cit. hlm.23
3
tertib dan dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah
dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
4
dan minatnya karena hal itu dapat menunjang terhadap perkembangan
diri peserta didik secara keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan
kesejanteraan peserta didik, hal itu sangat penting karena kemungkinan
dia akan memikirkan pula kesejahteraan teman sebayanya.5
5
Dr. Eka Prihatin, M. Pd, Op. Cit. hlm. 9-10
5
5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong kemandirian
peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi
peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika
sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantngan
peserta didik sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-
kegiatan manajemen peserta didik.
6. Kegiatan yang diberikan kepada peserta didik harus fungsional bagi
kehidupan peserta didik baik di sekolah atau di masyarakat.6
6
Pendekatan ini menekankan pada perlunya lingkungan yang
kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optomal.
Kedua pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
sendiri, akan tetapi kita dapat menyatukan kedua pendekatan tersebut
sehingga dapat memunculkan pendekatan baru yang berpijak pada
perlunya disediakan lingkungan yang kondusif sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, tetapi perlu tetap dipegang
kendali kedisiplinan yang tinggi dengan memperhitungkan kehadiran,
tugas dan pemenuhan aturan sekolah yang berlaku, hal itu agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan tertib, disamping menekankan untuk
menjadi masyarakat yang terdepan diperlukan kedisiplinan.9
7
a. Kebijaksanaan penerimaan peserta didik,
b. System penerimaan peserta didik,
c. Kriteria penerimaan peserta didik baru,
d. Prosedur penerimaan peserta didik baru, dan
e. Problema penerimaan peserta didik baru.12
3. Orientasi Peserta Didik
Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka
kemudian akan memasuki masa orientasi peserta didik di sekolah.
orientasi ini dilakukan dari hari-hari pertama masuk sekolah. Pada
bagian ini secara berurutan terdiri dari
a. Alasan dan batasan orientasi peserta didik,
b. Tujuan dan fungsi orientasi peserta didik,
c. Hari-hari pertama di sekolah,
d. Peran orientasi peserta didik.13
4. Mengatur Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik
Kehadiran peserta didik di sekolah sangat penting, karena jika
peserta didik tidak hadir di sekolah, tentu aktivitas belajar mengajar di
sekolah tidak dapat dilaksanakan. Kehadiran peserta didik di sekolah
adalah suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar
mengajar.
a. Rekap kehadiran
b. Faktor-faktor penyebab ketidakhadiran
c. Sumber-sumber penyebab ketidakhadiran14
5. Pengelompokan Peserta Didik
Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka perlu
dikelompokkan atau diklasifikasikan. Pengklasifikasian diperlukan
bukan dimaksudkn untuk mengotak-kotakkan peserta didik, tetapi
justru dimaksudkan untuk membantu keberhasilan mereka. Kegiatan
yang termasuk dalam bagian ini yaitu
12
Ibid, hlm. 41-71
13
Ibid, hlm. 72-81
14
Ibid, hlm. 81
8
a. urgensi pengelompokan,
b. wacana pengelompokan,
c. jenis-jenis pengelompokan, dan
d. pengelompokan dan penjurusan.15
6. Mengatur Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
Evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik sangat perlu
dilakukan, agar diketahui perkembangan mereka dari waktu ke waktu.
Evaluasi hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah dapat menampilkan performa sesuai
yang diharapkan. Kegiatan yang termasuk dalam bagian ini yaitu,
a. alasan perlunya evaluasi hasil belajar peserta didik,
b. batasan evaluasi hasil belajar peserta didik,
c. teknik-teknik evaluasi hasil belajar peserta didik,
d. kriteria-kriteria evaluasi hasil belajar peserta didik,
e. tindak lanjut evaluasi hasil belajar peserta didik.16
7. Mengatur Kenaikan Tingkat Peserta Didik
Kenaikan kelas dapat diatur sesuai dengan kebijakan dari
msing-masing sekolah. Dalam kenaikan kelas sering terjadi masalah-
masalah yang memerlukan penyelesaian secara bijak. Masalah ini
dapat diperkecil jika data-data tentang hasil evaluasi siswa obyektif
dan mendayagunakan fungsi. Juga para guru harus berhati-hati dalam
memberikan nilai hasil evaluasi belajar kepada siswa.17
8. Mengatur Peserta Didik yang Mutasi dan Drop Out
Mutasi dan drop out seringkali membawa masalah di dunia
pendidikan. Oleh karena itu, keduanya harus ditangani dengan baik,
agar tidak mengakibatkan keruwetan dan keribetan yang berlarut-larut,
sehingga pada akhirnya akan mengganggu aktivitas sekolah secara
keseluruhan.18
15
Ibid, hlm. 95 - 113
16
Ibid, hlm. 117 - 139
17
Ibid, hlm. 143
18
Ibid, hlm. 152
9
9. Kode Etik, Pengadilan, Hukuman dan Disiplin Peserta Didik
Pendidikan disini didasarkan atas norma-norma tertentu bagi
peserta didik. Norma-norma dan aturan-aturan tersebut, mengharuskan
peserta didik untuk mengikutinya. Selain itu, para pendidik selayaknya
juga menjadi contoh terdepan dalam dalam hal pentaatan terhadap
tradisi dan aturan yang dikembangkan di lembaga pendidikan.19
19
Ibid, hlm. 163
20
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 80
10
3) Fungsi Penyesuaian, yaitu membantu peserta didik dalam
menyesuaikan diri dengan bakat, minat, dan kemampuannya untuk
mencapai perkembangan yang optimal.
Tujuan dilakukannya bimbingan di sekolah anatara lain :
1) Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri
2) Mengembangkan pengetahuan tentang jenjang pendidikan dan
jenis pekerjaan serta persyaratannya.
3) Mengembangkan pengetahuan tentang berbagai nilai dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat
4) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
5) Mengembangkan kemampuan merencanakan masa depan dengan
bertolak bakat, minat dan kemampuannya.
6) Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan minat, dan bakatnya
dalam perencanaan masa depan. Baik yang menyangkut
pendidikan maupun pekerjaan yang tepat.
7) Mengatasi kesulitan dalam belajar dan hubungan sosial
Ruang lingkup bimbingan di sekolah, yaitu :21
1) Layanan kepada peserta didik
a) Dilihat dari jenis permasalahan yang dihadapi peserta didik,
mencakup : bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
pendidikan, bimbingan pekerjaan ( bimbingan karir)
b) Dilihat dari urutan kegiatan, mencakup : layanan orientasi,
layanan pengumpulan data pribadi, layanan pemberian
informasi, layanan penempatan, layanan penyuluhan, layanan
pengiriman (referal), layanan tindak lanjut
2) Layanan kepada guru
3) Layanan kepada kepala sekolah
4) Layanan kepada calon peserta didik ( feeder school)
5) Layanan kepada orang tua
21
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 90-92
11
6) Layanan kepada dunia kerja, terutama dilaksanakan di sekolah
kejuruan
7) Layanan kepada lembaga-lembaga dan masyarakat lain.
b. Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan
layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan
menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-
informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui
koleksi bahan pustaka.22
Perpustakaan sekolah merupakan perangkat kelengkapan
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah sangatlah
penting. Perpustakaan sekolah sering disebut sebagai jantungnya
sekolah, karena yang menjadi denyut nadi proses pembelajaran di
sekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan juga dipandang sebagai
kunci bagi ilmu pengetahuan dan inti setiap proses pembelajaran di
sekolah.
Tujuan perpustakaan sekolah23 :
1) Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca
khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan
2) Mendidik peserta didik agar mampu memelihara dan
memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien
3) Meletakkan dasar kearah belajar mandiri
4) Memupuk bakat dan minat
5) Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari atas usaha dan
tanggungjawab sendiri.
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai pelengkap pendidikan yaitu :
1) Menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan belajar
mengajar
22
Dr. Eka Prihatin, M. Pd, Op. Cit. hlm. 40
23
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 95
12
2) Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat untuk kegiatan
konsultasi bagi peserta dan pendidik
3) Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan
rekreatif yang berkaitan dengan bidang budaya dan dapat
meningkatkan selera mengembangkan daya kreatif.
4) Melaksanakan layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan
menarik sehingga pendidikan peserta didik tertarik dan terbiasa
dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.
Perpustakaan sekolah diselenggarakan di setiap sekolah.
Penyelenggaraannya adalah guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah,
baik sebagai ahli perpustakaan atau guru yang ditugaskan di
perpustakaan dan telah mendapat kursus/latihan sebelumnya.
Layanan perpustakaan bertujuan untuk menyajikan informasi
untuk peningkatan proses belajar mengajar serta rekreasi bagi semua
warga sekolah dengan mempergunakan bahan pustaka.
Secara operasional layanan perpustakaan terdiri dari layanan
sirkulasi, referensi, dan bimbingan membaca.
Ada tiga jenis layanan perpustakaan sesuai dengan sasaran yang
ditujunya yaitu24 :
1) Layanan kepada guru, melalui kegiatan berikut :
a) Meningkatkan pengetahuan guru mengenai subyek yang
menjadi bidang.
b) Membantu guru dalam mengajar di kelas dengan
menyediakan alat audio-visual dan lain-lain.
c) Menyediakan bahan pustaka pesanan yang diperlukan mata
pelajaran tertentu
d) Menyediakan bahan informasi bagi kepentingan penelitian
yang diperlukan oleh guru dalam rangka meningkatkan
profesinya.
24
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 100
13
e) Untuk SD menyediakan jam bercerita, pembacaan buku, dan
permainan boneka.
f) Mengisi jam pelajaran yang kosong.
2) Layanan kepada peserta didik, meliputi :
a) Menyediakan bahan pustaka yang memperkaya dan
memperluas cakrawala kurikulum
b) Menyediakan bahan pustaka yang dapat membantu peserta
didik memperdalam pengetahuannya mengenai subyek yang
diminatinya.
c) Menyediakan bahan untuk meningkatkan keterampilan
d) Menyediakan kemudahan untuk membantu peserta didik
mengadakan penelitian.
e) Meningkatkan minat baca peserta didik dengan cara
mengadakan bimbingan membaca, bagaimana menggunakan
perpustakaan, mengenalkan jenis-jenis koleksi, buku,
bercerita, membaca keras, membuat isi ringkas, kliping dan
lain-lain.
3) Layanan terhadap manajemen sekolah.
Perpustakaan secara aktif membantu pimpinan sekolah dan
guru dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan, pemanduan dan
penilaian progam pendidikan di sekolah.
Organisasi dan tata laksana perpustakaan sekolah adalah :
a) Sebagai perangkat pendidikan di sekolah
b) Unit pelaksana teknis
c) Mata rantai dalam sistem nasional layanan perpustakaan
Sebagai perangkat pendidikan di sekolah, perpustakaan
merupakan bagian integral dari sekolah. Perpustakaan berfungsi
sebagai pusat belajar dan mengajar, pusat informasi, pusat
penelitian sederhana dan rekreasi sehat.25 Sebagai unit pelaksana
teknis di sekolah, perpustakaan di pimpin oleh seorang kepala
25
Dr. Eka Prihatin, M. Pd, Op. Cit. hlm. 48
14
perpustakaan yang di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala
sekolah. Perpustakaan sekolah melaksanakan kegiatan teknis yang
mencakup keadaan, pengolahan, penyusunan buku dan katalog.
Sedangkan kegaiatan layanan sirkulasi, layanan buku rujukan, dan
layanan baca.
Sebagai mata rantai dalam sistem nasional layanan
perpustakaan dalam rangka meningkatkan kemampuan
menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan, perpustakaan dapat
melakukan kerja sama dengan perpustakaan lain. Koleksi
perpustakaan sekolah terutama terdiri dari bahan pustaka yang
menjadi bahan pokok dan penunjang kurikulum sekolah yang
sesuai dengan jenis dan jenjangnya.
Jenis koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari :
1) Bahan cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur, pamflet,
guntingan surat kabar, majalah, dan sebagainya.
2) Bahan bukan cetak, seperti karya tulis guru dan murid, peta
gambar, globe, relif, slide, filmstrip, film, pita rekaman, dan
sebagainya.26
Menurut isi/cakupannya, koleksi perpustakaan sekolah
yang berupa buku, terdiri atas : buku-buku teks pelengkap, buku-
buku rujukan seperti kamus, ensiklopedia, almanak, buku tahunan,
terbitan pemerintah, buku-buku bacaan fiksi/rekaan dan
sebagainya. Perbandingan koleksi antara buku non fiksi dan fiksi
disarankan sebagai berikut : untuk SD 60 : 40, untuk SMP 70 : 30,
untuk SLTA 75 : 25.
Jumlah koleksi dasar disarankan dengan perbandingan 10
judul buku untuk seorang murid. Koleksi dasar 50 % dari jumlah
koleksi minimal. Selanjutnya untuk pengembangan, diperlukan
setiap tahun penambahan koleksi kurang lebih 10 % lagi untuk
pemeliharaan dan penggantian.
26
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 119
15
Sebelum siap dipinjamkan, bahan pustaka perlu
diorganisasikan/diolah berdasarkan peraturan dan ketentuan yang
telah dibakukan. Untuk klasifikasi digunakan sistem DDC ( Idewey
Decimal Classification), untuk teknis pelaksanaan digunakan
pedoman penyelenggaraan perpustakaan sekolah.
Tenaga perpustakaan terdiri dari27 :
1) Pustakawan, adalah seorang guru pustakawan, yaitu guru yang
disamping tugas mengajar juga mengolah perpustakaan. Untuk
ini diperlukan pendidikan ilmu dan teknologi perpustakaan
kurang lebih 6 bulan (630 jam). Guru perpustakaan mempunyai
kedudukan sejajar dengan guru.
2) Tenaga pembantu, adalah tenaga pustakawan pembantu dan
tenaga administrasi, seorang guru atau tenaga administrasi
dengan pengetahuan perpustakaan sedikitnya 10 jam.
Sekolah dengan jumlah murid 250-300 orang
membutuhkan satu orang pustakawan pembantu sekaligus
menjabat kepala perpustakaan. Sedangkan sekolah dengan jumlah
murid 300-700 orang membutuhkan dua orang tenaga pustakawan
pembantu. Sekolah dengan jumlah murid 750 orang keatas,
memerlukan satu orang pustakawan pembantu. Pada jam-jam
tertentu di luar jam pelajaran, beberapa murid yang berprestasi
dapat diikut sertakan dalam pengelolaan perpustakaan sekolah,
jumlahnya dua smpai empat orang secara bergiliran.
Gedung atau ruang perpustakaan berfungsi sebagai :
1) Tempat penyimpanan bahan pustaka
2) Tempat aktivitas layanan perpustakaan
3) Tempat bekerja petugas perpustakaan.
Lokasi perpustakaan mempunyai persyaratan berada di
pusat gedung sekolah sehingga mudah dicapai dan tempatnya
tenang.
27
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 125
16
Tata ruang : ruang perpustakaan diatur agar layanan berlangsung
lancar, memungkinkan pertukaran udara dan masuknya sinar
matahari, dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik.
Dekorasi : cat ruangan tidak menyilaukan dan tidak suram.
Penerangan : jika mungkin menggunakan cahaya matahari sebagai
sumber penerangan tetapi tidak langsung kena buku.
Suhu udara : ruangan diusahakan sejuk sehingga menunjang
senang belajar di perpustakaan. Suhu yang baik sekitar 22 derajat
celcius dengan kelembaban 45-50 %. Jika tidak dapat
menggunakan penyejuk udara tanamilah pohon-pohon penyejuk.28
Jenis ruangan : ruangan perpustakaan dibagi berdasarkan
aktivitas perpustakaan, yaitu :
Ruangan penyimpanan koleksi bahan pustaka
Ruangan penerbitan berkala
Ruangan alat audio-visual
Ruangan baca
Ruangan pengolahan
Ruangan layanan pembaca
Ruangan pustakawan
Ruangan serba guna
Ruangan antar-ruangan.
17
Katalog kabinet
Rak atlas
Papan pengumuman/papan panjang
Perbaot (mebelair) dan perlengkapan untuk ruang pengolahan.
c. Layanan Kantin / Kafetaria
Kantin / warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolahan,
supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan
cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol
kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai
makanan yang bersih dan bergizi. Peranan lain kantin sekolah yaitu
supaya para peserta didik tidak berkeliaran mencari makanan keluar
lingkungan sekolah. 29
Pengelola kantin sebaiknya dipegang oleh orang dalam atau
keluarga karyawan sekolah yang bersangkutan. Agar segala makanan
yang dijual di kantin tersebut terjamin dan bermanfaat bagi peserta
didik.
d. Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan di sekolahbiasanya dibentuk sebuah wadah
bernama Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS). Usaha Kesehatan Sekolah
adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah.
Sasaran utama UKS adalah untuk meningkatkan atau membina
kesehatan murid dan lingkungan hidupnya.
Progam Usaha Kesehatan Sekolah adalah sebagai berikut :
1) Mencapai lingkungan hidup yang sehat
2) Pendidikan kesehatan
3) Pemeliharaan kesehatan di sekolah
18
memenuhi persyaratan “School Plant”, misalnya gedung sekolah harus
ditanami rumput, air yang bersih, WC tersedia dan memenuhi
persyaratan serta dibersihkan setiap hari, ruangan kelas harus bersih
dan nyaman. Inilah yang dimaksud dengan mencapai lingkungan
hidup di sekolah.30
30
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 143
19
Sarana angkutan (transportasi) bagi peserta didik merupakan
salah satu penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Para
peserta didik akan merasa aman dan dapat masuk/pulang sekolah
dengan waktu yang tepat. Transportasi diperlukan terutama bagi para
peserta didikditingkat pra sekolah dan pendidikan dasar.
Penyelenggaraan transportasi sebaiknya dilaksanakan oleh sekolah
yang bersangkutan atau pihak swasta (misalnya dengan cara
abodemen).31
f. Layanan Asrama
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari
orang tuanya diperlukan adanya asrama. Selain manfaat untuk peserta
didik, asrama mempunyai manfaat bagi peserta didik dan petugas
asrama tersebut. Manfaat asrama bagi peserta didik yaitu32 :
1) Tugas sekolah dapat dikerjakan dengan cepat dan sebaik-baiknya
terutama jika berbentuk tugas kelompok.
2) Sikap dan tingkah laku peserta didik dapat diawasi oleh petugas
asrama dan para pendidik.
3) Jika diantara peserta didik mempunyai kesulitan (kiriman dari
orang tua terlambat, sakit, dan sebagainya) dapat saling membantu.
4) Meringankan kecemasan orang tua terhadap putra-putrinya.
5) Dapat juga merupakan salah satu cara untuk mengendalikan tingkah
laku remaja yang kurang baik (negatif).
Manfaat asrama bagi pendidik/petugas asrama :
a) Mengetahui, memahami dan menguasai tingkah laku peserta didik,
bukan hanya terbatas di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
b) Guru dapat dengan cepat mengontrol tugas yang diberikan kepada
peserta didik33.
31
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 150
32
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 154
33
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm. 215-222
20
G. Evaluasi Kegiatan Peserta Didik
Menurut Wand dan Brown (dalam Syaiful Nahri Djamarah dan
Aswan Zain, 2002: 57), evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil belajar peserta didik
berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar siswa baik yang berupa
kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.34
Secara garis besar ada dua macam alat evaluasi, yaitu tes dan
nontes. Dalam penggunaan alat evaluasi berupa tes, hendaknya guru
membiasakan diri tidak hanya menggunakan tes objektif saja tetapi juga
diimbangi dengan tes uraian. Tes adalah penilaian yang komprehensif
terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.
Dalam suatu kelas, tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk
mengukur keberhasilan peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan
program pengajaran. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur
keberhasilan peserta didik, ada tiga jenis tes, yaitu:
1. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga berdasarkan kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Kedudukan
diagnostis adalah dalam menemukan letak kesulitan belajar peserta
didik dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar.
2. Tes Formatif
Tes formatif atau evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah mengikuti suatu
program tertentu. Jenis penilaian ini juga berfungsi untuk memperbaiki
proses belajar-mengajar.
3. Tes Sumatif
Tes sumatif atau evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhir
pemberian sekelompok program atau pokok bahasan. Jenis penilaian
34
Dr. Badrudin, M. Ag. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks, 2014 hlm. 61
21
ini berfungsi untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar peserta
didik.35
35
Ibid, hlm. 62-63
36
Dr. Eka Prihatin, M. Pd. Manajemen Peserta Didik. Bandung: ALFABETA, 2019 hlm. 74-75
22
Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin memang
perlu, kendati pun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari ganjaran
yang perlu diambil. Karena itu hukuman yang diberikan kepada peserta
didik yang melanggar peraturan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
(Ornstein dan Eggen yang dikutip oleh Maman Rahman: 1998) sebagai
berikut.
a. Hukuman diberikan secara hormat dan penuh pertimbangan
b. Berikan kejelasan/ alasan mengapa hukuman diberikan
c. Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosioanl
d. Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir
kejadian
e. Hindari hukuman yang bersifat fisik
f. Jangan menghukum kelompok/ kelas apabila kesalahan dilakukanoleh
seseorang
g. Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman
h. Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan
i. Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah
j. Jangan menggunakan standar hukuman ganda
k. Jangan mendendam
l. Konsisten dengan pemberian hukuman
m. Jangan mengancam dengan ketidakmungkinan
n. Jangan memberi hukuman berdasarkan selera.37
37
Ibid, hlm. 99-100
23
diterima dengan pertimbangan daya tampung kelas/jumlah kelas yang
tersedia, serta pertimbangan rasio murid dan guru. Secara ideal rasio
murid dan guru adalah 1:30; (2) menyusun program kegiatan kesiswaan
yaitu visi dan misi sekolah, minat dan bakat siswa, sarana dan
prasarana yang ada, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan
yang tersedia.
2. Rekrutmen peserta didik
Rekrutmen peserta didik adalah proses pencarian, penentuan peserta
didik yang akan menjadi peserta didik di lembaga spendidikan yang
bersangkutan. Langkah-langkah dalam perekrutan peserta didik ini
adalah (1) membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang
terdiri dari semua guru, tenaga TU dan dewan sekolah/komite sekolah.
(2) pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik
baru yang dilakukan secara terbuka. Yang didalamnya memuat
informasi tentang gambaran singkat lembaga pendidikan, persyaratan
pendaftaran siswa baru (syarat umum dan khusus), cara pendaftaran,
waktu dan tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat
seleksi, dan pengumuman hasil seleksi.
3. Seleksi peserta didik
Seleksi peserta didik yaitu kegiatan memilih dan memilah calon peserta
didik yang layak untuk diterima di lembaga pendidikan berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Adapun cara-cara seleksi yang dapat
digunakan adalah (1) melalui tes atau ujian, yaitu tes psikotest, tes
jasmani, tes kesehatan, tes akademik, atau tes ketrampilan; (2) melalui
penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada prestasi
yang diraih oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau
kesenian; (3) berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN (untuk
SMP/SMA).38
4. Orientasi
38
Dr. Badrudin, M. Ag, op. cit. hlm. 31
24
Orientasi merupakan kegiatan mengenalkan situasi dan kondisi
lembaga pendidikan tempat peserta didik menempuh pendidikan.
Orientasi ini dilakukan ketika calon peserta didik dinyatakan diterima
di lembaga pendidikan yang bersangkutan. Lingkungan yang dimaksud
adalah lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Tujuan
dari orientasi adalah agar siswa mengerti dan mentaati peraturan yang
berlaku di sekolah, saling mengenal peserta didik yang satu dengan
yang lainnya, peserta didik dapat aktif dalam kegiatan yang
diselenggarakan sekolah, dan siap menghadapi lingkungan baru secara
fisik, mental dan emosional.
5. Penempatan peserta didik
Penempatan peserta didik yaitu pembagian peserta didik yang
dilakukan dengan cara pembagian kelas. Pembagian ini dilakukan agar
proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
Pembagian ini dilakukan dengan memperhatikan bakat dan minat
siswa, sesuai dengan persamaan umur siswa, kemampuan siswa dalam
menerima mata pelajaran yang diberikan, dan hal- hal lain yang
ditetapkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
6. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan yang dimaksud adalah mencatat hal- hal yang dianggap
penting yang ada pada diri seorang peserta didik. Pencatatan dapat
berupa pelanggaran ataupun keluhan dari peserta didik. Pelaporan
adalah melaporkan hal- hal yang telah dicatat kepada pihak ketertiban
dan BK. Pencatatan ini dilakukan bertujuan agar lembaga pendidikan
mampu memberikan bimbingan secara maksimal kepada peserta didik.
Hal ini dilakukan sejak pertama peserta didik diterima di sekolah
sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Sedangkan pelaporan
dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam
perkembangan peserta didik di sebuah lembaga. Adapun pencatatan
yang diperlukan untuk mendukung data mengenai siswa adalah (1)
buku induk siswa, berisi catatan tentang peserta didik yang masuk di
25
sekolah , pencatatan disertai dengan nomor induk siswa/no pokok; (2)
buku klapper, pencatatannya diambil dari buku induk dan penulisannya
diurutkan berdasar abjad; (3) daftar presensi, digunakan untuk
memeriksa kehadiran peserta didik pada kegiatan sekolah; (4) daftar
catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik beserta
riwayat keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini
mendukung program bimbingan dan penyuluhan disekolah.39
26
dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit
dari perasaan-perasaan yang menekan41.
L. Manajemen kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual terkait dengan aktualisasi diri atau
pemenuhan tujuan hidup yang merupakan tingkatan motivasi yang
tertinggi. Yang dimaksud dengan manajemen kecerdasan spiritual
adalah bagaimana mengelola kebutuhan dan kemampuan diri untuk
menemukan arti dan menghasilkan nilai melalui pengalaman yang
mereka hadapi42.
Mengelola Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual berkembang sejalan dengan kemampuan orang
mengelola dirinya. Dalam arti, mengelola diri berarti mengelola segala
pikiran, emosi dan keinginan yang datang dan pergi. Kemudian
dibutuhkan kesadaran, tidak melampaui ego, sehingga orang bisa hidup
sepenuhnya dan membaktikan dirinya untuk kebaikan semua
makhluk43.
M. Hubungan peserta didik dengan pendidikan karakter masuk dalam ranah
manajemen pendidikan karakter.
Pendidikan karakter peserta didik ini dapat diperoleh dalam lingkungan
sekolah, seperti :
Pendidikan budi pekerti yang diajarkan dalam sebuah mata pelajaran
merefleksikan prioritas pendidikan nilai bagi setiap peserta didik.
Mata pelajaran yang memuat pembentukan watak, seperti pelajaran agama,
seni, sastra, dan olahraga
Menerapkan kegiatan pembelajaran yang aktif
Menerapkan kegiatan pembelajaran kontekstual44
41
Ely Manizar, Mengelola Kecerdasan Emosi. (2016.Palembang: Tadrib) Vol II no. 2
42
Eva Hotnaidah Saragih, Kecerdasan Spiritual dan pengaruhnya terhadap kinerja
karyawan dan organisasi. Diambil dari www.manajemenppm.wordpress.com 2013
43
Reza A.A Wattimena, Kecerdasan Spiritual. Diambil dari https://rumahfilsafat.com
2018
44
Cut Zahri Harun, Manajemen Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter. 2013
Vol III no. 3
27
28
DAFTAR PUSTAKA