Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN PENDIDIKAN

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Dosen pengampu :

Dr. Abd. Aziz HSB, M.Pd

Disusun oleh :

Rizky Fajar B (11150163000006)

Reni Maya Sari (11150163000070)

Vella Ataqqi (11150163000085)

Pendidikan Fisika 2A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
2019

2
Manajemen Peserta Didik
A. Pengertian Peserta Didik dan Manajemen Peserta Didik
Menurut Suharsimi Arikunto (1986), peserta didik adalah siapa
saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan.
Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dengan
demikian, peserta didik adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur,
jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin
mengembangkan potensi dirinya baik pada aspek akademis maupun
nonakademis melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan.1
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah
sampai dengan mereka lulus sekolah.2 Manajemen peseta didik selain
melakukan pencatatan data peserta didik dan meliputi aspek-aspek yang
secara operasional dapat digunakan untuk membantu kelancaran
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan
di sekolah. Manajemen Peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara
kontinu terhadap seluruh peserta didik dalam lembaga bersangkutan agar
proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.3

B. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik


Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses
belajar mengajar di sekolah sehingga proses pembelajaran berjalan lancar,

1
Dr. Badrudin, M. Ag. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks, 2014 hlm.20
2
Dr. Eka Prihatin, M. Pd. Manajemen Peserta Didik. Bandung: ALFABETA, 2019 hlm. 4
3
Dr. Badrudin, M. Ag, Op. cit. hlm.23

3
tertib dan dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah
dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:


1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta
didik
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan),
bakat dan minat peserta didik
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik
4. Peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapainya cita-cita
mereka.

Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah sebagai


wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin,
baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial,
aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus adalah sebagai
berikut:4
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembanagan individualitas peserta
didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi
individualitasnya tanpa banyak terhambat, potensi bawaan tersebut
meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus
(bakat), dan kemampuan lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta
didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan
teman sebayanya, dengan orang tua, keluarga, dengan lingkungan
sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakat. Fungsi ini
berkaitan dengan hakikat peserta didik sebagai makhluk sosial.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan
peserta didik, ialah agar peserta didik tersalurkan hobinya, kesenangan,
4
Ibid, hlm. 40

4
dan minatnya karena hal itu dapat menunjang terhadap perkembangan
diri peserta didik secara keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan
kesejanteraan peserta didik, hal itu sangat penting karena kemungkinan
dia akan memikirkan pula kesejahteraan teman sebayanya.5

C. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik


Prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam
melaksanakan tugas. Prinsip manajemen peserta didik adalah pedoman
yang harus diikuti dalam melakukan pengelolaan peserta didik, prinsip-
prinsip tersebut adalah:
1. Manajemen peserta didik sebagai bagian dari keseluruhan manajemen
sekolah, sehingga harus mempunyai kesamaan visi, misi, dan tujuan
manajemen sekolah secara keseluruhan. Penempatan manajemen
peserta didik ditempatkan pada kerangka manajemen sekolah, tidak
boleh ditempatkan diluar sistem sekolah.
2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik harus mengemban
visi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.
3. Kegiatan manajemen peserta didik harus diupayakan untuk
mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar
belakang dan mempunyai perbedaan bakat. Perbedaan-perbedaan yang
ada pada peserta didik tidak diarahkan bagi munculnya konflik di
antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami
dan menghargai. Sehingga setiap peserta didik memiliki wahana untuk
berkembang secara optimal.
4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya
pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah
terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing yaitu peserta didik.
Pembimbingan tidak akan terlaksana dengan baik manakala peserta
didik tidak mau dibimbing.

5
Dr. Eka Prihatin, M. Pd, Op. Cit. hlm. 9-10

5
5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong kemandirian
peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi
peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika
sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantngan
peserta didik sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-
kegiatan manajemen peserta didik.
6. Kegiatan yang diberikan kepada peserta didik harus fungsional bagi
kehidupan peserta didik baik di sekolah atau di masyarakat.6

D. Pendekatan Manajemen Peserta Didik


Yaeger, mengemukakan bahwa ada dua pendekatan yang digunakan
dalam manajemen Peserta Didik yaitu pendekatan kuatitatif (the quatitatif
approach) dan pendekatan kualitatif (the qualitative approach).7
Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada segi administratif dan
birokratik lembaga pendidikan, dimana peserta didik diharapkan
memenuhi segala tuntutan dan harapan lembaga pendidikan dengan
asumsi bahwa apabila peserta didik memenuhi segala aturan, tugas dan
harapan yang didinginkan oleh lembaga pendidikan maka akan
menjadikan peserta didik yang berjiwa matang dan tercapai segala
harapannya. Secara oprasional pendekatan ini mengharuskan:8
1. Kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah.
2. Memperketat presensi.
3. Penuntun disiplin yang tinggi dari peserta didik.
4. Menyelesaikan tugas tepat waktu.
Pendekatan kualitatif menitikberatkan kepada kesejahteraan peserta
didik, dengan asumsi bahwa jika peserta didik senang dan sejahtera, maka
mereka dapat belajar dengan baik dan merasa senang untuk
mengembangkan diri di sekolah.
6
Ibid, hlm. 11-12
7
Eka Prihatin, Op. Cit. Hlm. 12
8
Taqwa, Pendekatan Manajemen Peserta Didik, Journal of Islamic Education Management
Oktober 2016, Vo.1, No.1, Hal 53

6
Pendekatan ini menekankan pada perlunya lingkungan yang
kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optomal.
Kedua pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
sendiri, akan tetapi kita dapat menyatukan kedua pendekatan tersebut
sehingga dapat memunculkan pendekatan baru yang berpijak pada
perlunya disediakan lingkungan yang kondusif sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, tetapi perlu tetap dipegang
kendali kedisiplinan yang tinggi dengan memperhitungkan kehadiran,
tugas dan pemenuhan aturan sekolah yang berlaku, hal itu agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan tertib, disamping menekankan untuk
menjadi masyarakat yang terdepan diperlukan kedisiplinan.9

E. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik


Secara umum manajemen kesiswaan atau manajemen peserta didik
sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu
penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan
pembinaan disiplin.10 Secara rinci, ruang lingkup peserta didik adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan Peserta Didik
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam manajemen
kesiswaan yaitu mengadakan perencanaan. Peserta didik harus
direncanakan, karena dengan adanya perencanaan segala sesuatunya
dapat dipikirkan dengan matang. Dengan demikian, masalah-masalah
yang muncul akan dapat ditangani sesegera mungkin.11
2. Penerimaan Peserta Didik Baru
Penerimaan peserta didik baru adalah salah satu kegiatan
manajemen peserta didik yang sangat penting. Dalam penerimaan
peserta didik baru  ini meliputi beberapa tahapan, yaitu
9
Ibid, hlm 54
10
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011),
hlm. 206
11
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 20

7
a. Kebijaksanaan penerimaan peserta didik,
b. System penerimaan peserta didik,
c. Kriteria penerimaan peserta didik baru,
d. Prosedur penerimaan peserta didik baru, dan
e. Problema penerimaan peserta didik baru.12
3. Orientasi Peserta Didik
Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka
kemudian akan memasuki masa orientasi peserta didik di sekolah.
orientasi ini dilakukan dari hari-hari pertama masuk sekolah. Pada
bagian ini secara berurutan terdiri dari
a. Alasan dan batasan orientasi peserta didik,
b. Tujuan dan fungsi orientasi peserta didik,
c. Hari-hari pertama di sekolah,
d. Peran orientasi peserta didik.13
4. Mengatur Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik
Kehadiran peserta didik di sekolah sangat penting, karena jika
peserta didik tidak hadir di sekolah, tentu aktivitas belajar mengajar di
sekolah tidak dapat dilaksanakan. Kehadiran peserta didik di sekolah
adalah suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar
mengajar.
a. Rekap kehadiran
b. Faktor-faktor penyebab ketidakhadiran
c. Sumber-sumber penyebab ketidakhadiran14
5. Pengelompokan Peserta Didik
Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka perlu
dikelompokkan atau diklasifikasikan. Pengklasifikasian diperlukan
bukan dimaksudkn untuk mengotak-kotakkan peserta didik, tetapi
justru dimaksudkan untuk membantu keberhasilan mereka. Kegiatan
yang termasuk dalam bagian ini yaitu
12
Ibid, hlm. 41-71
13
Ibid, hlm. 72-81
14
Ibid, hlm. 81

8
a. urgensi pengelompokan,
b. wacana pengelompokan,
c. jenis-jenis pengelompokan, dan
d. pengelompokan dan penjurusan.15
6. Mengatur Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
Evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik sangat perlu
dilakukan, agar diketahui perkembangan mereka dari waktu ke waktu.
Evaluasi hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah dapat menampilkan performa sesuai
yang diharapkan. Kegiatan yang termasuk dalam bagian ini yaitu,
a. alasan perlunya evaluasi hasil belajar peserta didik,
b. batasan evaluasi hasil belajar peserta didik,
c. teknik-teknik evaluasi hasil belajar peserta didik,
d. kriteria-kriteria evaluasi hasil belajar peserta didik,
e. tindak lanjut evaluasi hasil belajar peserta didik.16
7. Mengatur Kenaikan Tingkat Peserta Didik
Kenaikan kelas dapat diatur sesuai dengan kebijakan dari
msing-masing sekolah. Dalam kenaikan kelas sering terjadi masalah-
masalah yang memerlukan penyelesaian secara bijak. Masalah ini
dapat diperkecil jika data-data tentang hasil evaluasi siswa obyektif
dan mendayagunakan fungsi. Juga para guru harus berhati-hati dalam
memberikan nilai hasil evaluasi belajar kepada siswa.17
8. Mengatur Peserta Didik yang Mutasi dan Drop Out
Mutasi dan drop out seringkali membawa masalah di dunia
pendidikan. Oleh karena itu, keduanya harus ditangani dengan baik,
agar tidak mengakibatkan keruwetan dan keribetan yang berlarut-larut,
sehingga pada akhirnya akan mengganggu aktivitas sekolah secara
keseluruhan.18

15
Ibid, hlm. 95 - 113
16
Ibid, hlm. 117 - 139
17
Ibid, hlm. 143
18
Ibid, hlm. 152

9
9. Kode Etik, Pengadilan, Hukuman dan Disiplin Peserta Didik
Pendidikan disini didasarkan atas norma-norma tertentu bagi
peserta didik. Norma-norma dan aturan-aturan tersebut, mengharuskan
peserta didik untuk mengikutinya. Selain itu, para pendidik selayaknya
juga menjadi contoh terdepan dalam dalam hal pentaatan terhadap
tradisi dan aturan yang dikembangkan di lembaga pendidikan.19

F. Layanan Khusus yang Menunjang Manajemen Peserta Didik


a. Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam PP No. 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar dan PP
No. 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah digunakan istilah
bimbingan. Pengertian bimbingan menurut PP No. 29 tahun 1990 Bab
X pasal 27, yaitu bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka
upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan
masa depan. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Menurut
Hendyat Soetopo bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan
kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan
tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan
yang optimal, sehingga mereka memahami dan mengarahkan diri serta
bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat.20
Fungsi bimbingan di sekolah ada tiga yaitu :
1) Fungsi Penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih
jenis sekolah lanjutannya, memilih progam, memilih
lapanganpekerjaan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan
cita-citanya.
2) Fungsi Pengadaptasian, yaitu membantu guru atau tenaga edukatif
lainnya untuk menyesuaikan progam pengajaran yang disesuaikan
dengan minat, kemampuan, dan cita-cita peserta didik.

19
Ibid, hlm. 163
20
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 80

10
3) Fungsi Penyesuaian, yaitu membantu peserta didik dalam
menyesuaikan diri dengan bakat, minat, dan kemampuannya untuk
mencapai perkembangan yang optimal.
Tujuan dilakukannya bimbingan di sekolah anatara lain :
1) Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri
2) Mengembangkan pengetahuan tentang jenjang pendidikan dan
jenis pekerjaan serta persyaratannya.
3) Mengembangkan pengetahuan tentang berbagai nilai dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat
4) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
5) Mengembangkan kemampuan merencanakan masa depan dengan
bertolak bakat, minat dan kemampuannya.
6) Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan minat, dan bakatnya
dalam perencanaan masa depan. Baik yang menyangkut
pendidikan maupun pekerjaan yang tepat.
7) Mengatasi kesulitan dalam belajar dan hubungan sosial
Ruang lingkup bimbingan di sekolah, yaitu :21
1) Layanan kepada peserta didik
a) Dilihat dari jenis permasalahan yang dihadapi peserta didik,
mencakup : bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
pendidikan, bimbingan pekerjaan ( bimbingan karir)
b) Dilihat dari urutan kegiatan, mencakup : layanan orientasi,
layanan pengumpulan data pribadi, layanan pemberian
informasi, layanan penempatan, layanan penyuluhan, layanan
pengiriman (referal), layanan tindak lanjut
2) Layanan kepada guru
3) Layanan kepada kepala sekolah
4) Layanan kepada calon peserta didik ( feeder school)
5) Layanan kepada orang tua

21
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 90-92

11
6) Layanan kepada dunia kerja, terutama dilaksanakan di sekolah
kejuruan
7) Layanan kepada lembaga-lembaga dan masyarakat lain.
b. Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan
layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan
menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-
informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui
koleksi bahan pustaka.22
Perpustakaan sekolah merupakan perangkat kelengkapan
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah sangatlah
penting. Perpustakaan sekolah sering disebut sebagai jantungnya
sekolah, karena yang menjadi denyut nadi proses pembelajaran di
sekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan juga dipandang sebagai
kunci bagi ilmu pengetahuan dan inti setiap proses pembelajaran di
sekolah.
Tujuan perpustakaan sekolah23 :
1) Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca
khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan
2) Mendidik peserta didik agar mampu memelihara dan
memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien
3) Meletakkan dasar kearah belajar mandiri
4) Memupuk bakat dan minat
5) Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari atas usaha dan
tanggungjawab sendiri.
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai pelengkap pendidikan yaitu :
1) Menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan belajar
mengajar

22
Dr. Eka Prihatin, M. Pd, Op. Cit. hlm. 40
23
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 95

12
2) Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat untuk kegiatan
konsultasi bagi peserta dan pendidik
3) Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan
rekreatif yang berkaitan dengan bidang budaya dan dapat
meningkatkan selera mengembangkan daya kreatif.
4) Melaksanakan layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan
menarik sehingga pendidikan peserta didik tertarik dan terbiasa
dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.
Perpustakaan sekolah diselenggarakan di setiap sekolah.
Penyelenggaraannya adalah guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah,
baik sebagai ahli perpustakaan atau guru yang ditugaskan di
perpustakaan dan telah mendapat kursus/latihan sebelumnya.
Layanan perpustakaan bertujuan untuk menyajikan informasi
untuk peningkatan proses belajar mengajar serta rekreasi bagi semua
warga sekolah dengan mempergunakan bahan pustaka.
Secara operasional layanan perpustakaan terdiri dari layanan
sirkulasi, referensi, dan bimbingan membaca.
Ada tiga jenis layanan perpustakaan sesuai dengan sasaran yang
ditujunya yaitu24 :
1) Layanan kepada guru, melalui kegiatan berikut :
a) Meningkatkan pengetahuan guru mengenai subyek yang
menjadi bidang.
b) Membantu guru dalam mengajar di kelas dengan
menyediakan alat audio-visual dan lain-lain.
c) Menyediakan bahan pustaka pesanan yang diperlukan mata
pelajaran tertentu
d) Menyediakan bahan informasi bagi kepentingan penelitian
yang diperlukan oleh guru dalam rangka meningkatkan
profesinya.

24
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 100

13
e) Untuk SD menyediakan jam bercerita, pembacaan buku, dan
permainan boneka.
f) Mengisi jam pelajaran yang kosong.
2) Layanan kepada peserta didik, meliputi :
a) Menyediakan bahan pustaka yang memperkaya dan
memperluas cakrawala kurikulum
b) Menyediakan bahan pustaka yang dapat membantu peserta
didik memperdalam pengetahuannya mengenai subyek yang
diminatinya.
c) Menyediakan bahan untuk meningkatkan keterampilan
d) Menyediakan kemudahan untuk membantu peserta didik
mengadakan penelitian.
e) Meningkatkan minat baca peserta didik dengan cara
mengadakan bimbingan membaca, bagaimana menggunakan
perpustakaan, mengenalkan jenis-jenis koleksi, buku,
bercerita, membaca keras, membuat isi ringkas, kliping dan
lain-lain.
3) Layanan terhadap manajemen sekolah.
Perpustakaan secara aktif membantu pimpinan sekolah dan
guru dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan, pemanduan dan
penilaian progam pendidikan di sekolah.
Organisasi dan tata laksana perpustakaan sekolah adalah :
a) Sebagai perangkat pendidikan di sekolah
b) Unit pelaksana teknis
c) Mata rantai dalam sistem nasional layanan perpustakaan
Sebagai perangkat pendidikan di sekolah, perpustakaan
merupakan bagian integral dari sekolah. Perpustakaan berfungsi
sebagai pusat belajar dan mengajar, pusat informasi, pusat
penelitian sederhana dan rekreasi sehat.25 Sebagai unit pelaksana
teknis di sekolah, perpustakaan di pimpin oleh seorang kepala

25
Dr. Eka Prihatin, M. Pd, Op. Cit. hlm. 48

14
perpustakaan yang di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala
sekolah. Perpustakaan sekolah melaksanakan kegiatan teknis yang
mencakup keadaan, pengolahan, penyusunan buku dan katalog.
Sedangkan kegaiatan layanan sirkulasi, layanan buku rujukan, dan
layanan baca.
Sebagai mata rantai dalam sistem nasional layanan
perpustakaan dalam rangka meningkatkan kemampuan
menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan, perpustakaan dapat
melakukan kerja sama dengan perpustakaan lain. Koleksi
perpustakaan sekolah terutama terdiri dari bahan pustaka yang
menjadi bahan pokok dan penunjang kurikulum sekolah yang
sesuai dengan jenis dan jenjangnya.
Jenis koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari :
1) Bahan cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur, pamflet,
guntingan surat kabar, majalah, dan sebagainya.
2) Bahan bukan cetak, seperti karya tulis guru dan murid, peta
gambar, globe, relif, slide, filmstrip, film, pita rekaman, dan
sebagainya.26
Menurut isi/cakupannya, koleksi perpustakaan sekolah
yang berupa buku, terdiri atas : buku-buku teks pelengkap, buku-
buku rujukan seperti kamus, ensiklopedia, almanak, buku tahunan,
terbitan pemerintah, buku-buku bacaan fiksi/rekaan dan
sebagainya. Perbandingan koleksi antara buku non fiksi dan fiksi
disarankan sebagai berikut : untuk SD 60 : 40, untuk SMP 70 : 30,
untuk SLTA 75 : 25.
Jumlah koleksi dasar disarankan dengan perbandingan 10
judul buku untuk seorang murid. Koleksi dasar 50 % dari jumlah
koleksi minimal. Selanjutnya untuk pengembangan, diperlukan
setiap tahun penambahan koleksi kurang lebih 10 % lagi untuk
pemeliharaan dan penggantian.

26
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 119

15
Sebelum siap dipinjamkan, bahan pustaka perlu
diorganisasikan/diolah berdasarkan peraturan dan ketentuan yang
telah dibakukan. Untuk klasifikasi digunakan sistem DDC ( Idewey
Decimal Classification), untuk teknis pelaksanaan digunakan
pedoman penyelenggaraan perpustakaan sekolah.
Tenaga perpustakaan terdiri dari27 :
1) Pustakawan, adalah seorang guru pustakawan, yaitu guru yang
disamping tugas mengajar juga mengolah perpustakaan. Untuk
ini diperlukan pendidikan ilmu dan teknologi perpustakaan
kurang lebih 6 bulan (630 jam). Guru perpustakaan mempunyai
kedudukan sejajar dengan guru.
2) Tenaga pembantu, adalah tenaga pustakawan pembantu dan
tenaga administrasi, seorang guru atau tenaga administrasi
dengan pengetahuan perpustakaan sedikitnya 10 jam.
Sekolah dengan jumlah murid 250-300 orang
membutuhkan satu orang pustakawan pembantu sekaligus
menjabat kepala perpustakaan. Sedangkan sekolah dengan jumlah
murid 300-700 orang membutuhkan dua orang tenaga pustakawan
pembantu. Sekolah dengan jumlah murid 750 orang keatas,
memerlukan satu orang pustakawan pembantu. Pada jam-jam
tertentu di luar jam pelajaran, beberapa murid yang berprestasi
dapat diikut sertakan dalam pengelolaan perpustakaan sekolah,
jumlahnya dua smpai empat orang secara bergiliran.
Gedung atau ruang perpustakaan berfungsi sebagai :
1) Tempat penyimpanan bahan pustaka
2) Tempat aktivitas layanan perpustakaan
3) Tempat bekerja petugas perpustakaan.
Lokasi perpustakaan mempunyai persyaratan berada di
pusat gedung sekolah sehingga mudah dicapai dan tempatnya
tenang.

27
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 125

16
Tata ruang : ruang perpustakaan diatur agar layanan berlangsung
lancar, memungkinkan pertukaran udara dan masuknya sinar
matahari, dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik.
Dekorasi : cat ruangan tidak menyilaukan dan tidak suram.
Penerangan : jika mungkin menggunakan cahaya matahari sebagai
sumber penerangan tetapi tidak langsung kena buku.
Suhu udara : ruangan diusahakan sejuk sehingga menunjang
senang belajar di perpustakaan. Suhu yang baik sekitar 22 derajat
celcius dengan kelembaban 45-50 %. Jika tidak dapat
menggunakan penyejuk udara tanamilah pohon-pohon penyejuk.28
Jenis ruangan : ruangan perpustakaan dibagi berdasarkan
aktivitas perpustakaan, yaitu :
 Ruangan penyimpanan koleksi bahan pustaka
 Ruangan penerbitan berkala
 Ruangan alat audio-visual
 Ruangan baca
 Ruangan pengolahan
 Ruangan layanan pembaca
 Ruangan pustakawan
 Ruangan serba guna
 Ruangan antar-ruangan.

Jenis perabot dan perlengkapan perpustakaan yang diperlukan


adalah sebagai berikut :
 Meja sirkulasi/layanan
 Rak penitipan/loker
 Rak buku
 Rak majalah
 Rak surat kabar
 Meja baca dan kursi
 Meja belajar
28
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 128

17
 Katalog kabinet
 Rak atlas
 Papan pengumuman/papan panjang
 Perbaot (mebelair) dan perlengkapan untuk ruang pengolahan.
c. Layanan Kantin / Kafetaria
Kantin / warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolahan,
supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan
cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol
kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai
makanan yang bersih dan bergizi. Peranan lain kantin sekolah yaitu
supaya para peserta didik tidak berkeliaran mencari makanan keluar
lingkungan sekolah. 29
Pengelola kantin sebaiknya dipegang oleh orang dalam atau
keluarga karyawan sekolah yang bersangkutan. Agar segala makanan
yang dijual di kantin tersebut terjamin dan bermanfaat bagi peserta
didik.

d. Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan di sekolahbiasanya dibentuk sebuah wadah
bernama Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS). Usaha Kesehatan Sekolah
adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah.
Sasaran utama UKS adalah untuk meningkatkan atau membina
kesehatan murid dan lingkungan hidupnya.
Progam Usaha Kesehatan Sekolah adalah sebagai berikut :
1) Mencapai lingkungan hidup yang sehat
2) Pendidikan kesehatan
3) Pemeliharaan kesehatan di sekolah

Gedung sekolah merupakan tempat para peserta didik belajar


dan menghabiskan sebagian waktunya. Karena itu sekolah hendaknya
29
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 140

18
memenuhi persyaratan “School Plant”, misalnya gedung sekolah harus
ditanami rumput, air yang bersih, WC tersedia dan memenuhi
persyaratan serta dibersihkan setiap hari, ruangan kelas harus bersih
dan nyaman. Inilah yang dimaksud dengan mencapai lingkungan
hidup di sekolah.30

Pendidikan kesehatan dimulai dengan cara memberikan


informasi bahwa kebiasaan hidup sehat merupakan modal utama
dalam kehidupan, misalnya tempat tinggaltempat tinggal yang sehat,
mandi dua kali sehari, makanan bergizi, dan sebagainya.

Peranan guru sangat besar dalam pendidikan kesehatan. Guru


harus menegur peserta didiknya yang berpakaian dan berbadan kotor,
sewaktu-waktu guru mengajak peserta didik untuk mengajak peserta
didik untuk membersihkan lingkungan sekolah/kerja bakti.
Pemeriksaan kesehatan umum maupun khusus diadakan secara
berkala. Sejak masuk kelas satu, sudah mulai diajarkan hidup sehat,
lingkungan sehat, pemberantasan penyakit, sehingga peserta didik
terpelihara kesehatan jasmani dan rohaninya.

Penyelenggaraan UKS memerlukan kerja sama antara seluruh


warga sekolah. Setiap warga sekolah hendaknya menjalankan tugasnya
sebaik-baiknya. Kepala sekolah dan para guru sebagai penanggung
jawab umum, sedangkan peserta didik membantu pelaksanaan UKS,
dengan piket secara bergiliran. Disamping penanggungjawab umum,
hendaknya ada penanggungjawab bidang pendidikan kesehatan,
bidang kebersihan lingkungan kelas sehat, bidang pemeliharaan
(pemeriksaan/pemeliharaan) kesehatan dan penanggungjawab
mengenai usaha-usaha yang dijalankan sekolah, usaha berternak,
bertelur, dan lain-lain.

e. Layanan Transportasi Sekolah

30
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 143

19
Sarana angkutan (transportasi) bagi peserta didik merupakan
salah satu penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Para
peserta didik akan merasa aman dan dapat masuk/pulang sekolah
dengan waktu yang tepat. Transportasi diperlukan terutama bagi para
peserta didikditingkat pra sekolah dan pendidikan dasar.
Penyelenggaraan transportasi sebaiknya dilaksanakan oleh sekolah
yang bersangkutan atau pihak swasta (misalnya dengan cara
abodemen).31
f. Layanan Asrama
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari
orang tuanya diperlukan adanya asrama. Selain manfaat untuk peserta
didik, asrama mempunyai manfaat bagi peserta didik dan petugas
asrama tersebut. Manfaat asrama bagi peserta didik yaitu32 :
1) Tugas sekolah dapat dikerjakan dengan cepat dan sebaik-baiknya
terutama jika berbentuk tugas kelompok.
2) Sikap dan tingkah laku peserta didik dapat diawasi oleh petugas
asrama dan para pendidik.
3) Jika diantara peserta didik mempunyai kesulitan (kiriman dari
orang tua terlambat, sakit, dan sebagainya) dapat saling membantu.
4) Meringankan kecemasan orang tua terhadap putra-putrinya.
5) Dapat juga merupakan salah satu cara untuk mengendalikan tingkah
laku remaja yang kurang baik (negatif).
Manfaat asrama bagi pendidik/petugas asrama :
a) Mengetahui, memahami dan menguasai tingkah laku peserta didik,
bukan hanya terbatas di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
b) Guru dapat dengan cepat mengontrol tugas yang diberikan kepada
peserta didik33.

31
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 150
32
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm 154
33
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Op. Cit, hlm. 215-222

20
G. Evaluasi Kegiatan Peserta Didik
Menurut Wand dan Brown (dalam Syaiful Nahri Djamarah dan
Aswan Zain, 2002: 57), evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil belajar peserta didik
berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar siswa baik yang berupa
kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.34
Secara garis besar ada dua macam alat evaluasi, yaitu tes dan
nontes. Dalam penggunaan alat evaluasi berupa tes, hendaknya guru
membiasakan diri tidak hanya menggunakan tes objektif saja tetapi juga
diimbangi dengan tes uraian. Tes adalah penilaian yang komprehensif
terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.
Dalam suatu kelas, tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk
mengukur keberhasilan peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan
program pengajaran. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur
keberhasilan peserta didik, ada tiga jenis tes, yaitu:
1. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga berdasarkan kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Kedudukan
diagnostis adalah dalam menemukan letak kesulitan belajar peserta
didik dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar.
2. Tes Formatif
Tes formatif atau evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah mengikuti suatu
program tertentu. Jenis penilaian ini juga berfungsi untuk memperbaiki
proses belajar-mengajar.
3. Tes Sumatif
Tes sumatif atau evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhir
pemberian sekelompok program atau pokok bahasan. Jenis penilaian

34
Dr. Badrudin, M. Ag. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks, 2014 hlm. 61

21
ini berfungsi untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar peserta
didik.35

H. Dasar-Dasar Pengelompokan Peserta Didik


Hendayat Soetopo (1982) mengemukakan lima dasar
pengelompokan peserta didik, yaitu: friendship grouping, achievement
grouping, aptitude grouping, attention or interest grouping, dan intelegent
grouping.
a. Pengelompokan berdasarkan kesukaan memilih teman (friendship
grouping)
Friendship grouping adalah pengelompokan peserta didik didasarkan
atas kesukaan memilih teman. Masing-masing peserta didik diberi
kesempatan unutk memilih anggota kelompoknya sendiri serta
menetapkan orang-orang yang dijadikan sebagai pemimpin
kelompoknya.
b. Pengelompokan berdasarkan prestasi (achievement grouping)
Achievement grouping adalah suatu pengelompokan yang didasarkan
atas prestasi peserta didik.
c. Pengelompokan berdasarkan bakat (aptitude grouping)
Aptitude grouping adalah suatu pengelompakan peserta didik yang
didasarkan atas kemampuan dan bakat mereka.
d. Pengelompokan berdasarkan minat (attention or interest grouping)
Attention or interest grouping adalah pengelompokan peserta didik
yang didasarkan atas perhatian mereka atau minat mereka.
e. Pengelompokan berdasarkan kecerdasan (intelegent grouping)
Intelegent grouping adalah pengelompokan yang didasarkan hasil tes
kecerdasan atau intelegensi.36

I. Problematika Hukuman Peserta Didik

35
Ibid, hlm. 62-63
36
Dr. Eka Prihatin, M. Pd. Manajemen Peserta Didik. Bandung: ALFABETA, 2019 hlm. 74-75

22
Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin memang
perlu, kendati pun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari ganjaran
yang perlu diambil. Karena itu hukuman yang diberikan kepada peserta
didik yang melanggar peraturan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
(Ornstein dan Eggen yang dikutip oleh Maman Rahman: 1998) sebagai
berikut.
a. Hukuman diberikan secara hormat dan penuh pertimbangan
b. Berikan kejelasan/ alasan mengapa hukuman diberikan
c. Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosioanl
d. Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir
kejadian
e. Hindari hukuman yang bersifat fisik
f. Jangan menghukum kelompok/ kelas apabila kesalahan dilakukanoleh
seseorang
g. Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman
h. Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan
i. Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah
j. Jangan menggunakan standar hukuman ganda
k. Jangan mendendam
l. Konsisten dengan pemberian hukuman
m. Jangan mengancam dengan ketidakmungkinan
n. Jangan memberi hukuman berdasarkan selera.37

J. Langkah-Langkah Perencanaan Peserta Didik


Langkah yang harus dilakukan terhadap perencanaan peserta
didik, meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan peserta didik
Analisis kebutuhan peserta didik adalah menetapkan siswa yang
dibutuhkan oleh lembaga pendidikan. Dengan memperhatikan dua hal
penting, yaitu: (1) merencanakan jumlah peserta didik yang akan

37
Ibid, hlm. 99-100

23
diterima dengan pertimbangan daya tampung kelas/jumlah kelas yang
tersedia, serta pertimbangan rasio murid dan guru. Secara ideal rasio
murid dan guru adalah 1:30; (2) menyusun program kegiatan kesiswaan
yaitu visi dan misi sekolah, minat dan bakat siswa, sarana dan
prasarana yang ada, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan
yang tersedia.
2. Rekrutmen peserta didik
Rekrutmen peserta didik adalah proses pencarian, penentuan peserta
didik yang akan menjadi peserta didik di lembaga spendidikan yang
bersangkutan. Langkah-langkah dalam perekrutan peserta didik ini
adalah (1) membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang
terdiri dari semua guru, tenaga TU dan dewan sekolah/komite sekolah.
(2) pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik
baru yang dilakukan secara terbuka. Yang didalamnya memuat
informasi tentang gambaran singkat lembaga pendidikan, persyaratan
pendaftaran siswa baru (syarat umum dan khusus), cara pendaftaran,
waktu dan tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat
seleksi, dan pengumuman hasil seleksi.
3. Seleksi peserta didik
Seleksi peserta didik yaitu kegiatan memilih dan memilah calon peserta
didik yang layak untuk diterima di lembaga pendidikan berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Adapun cara-cara seleksi yang dapat
digunakan adalah (1) melalui tes atau ujian, yaitu tes psikotest, tes
jasmani, tes kesehatan, tes akademik, atau tes ketrampilan; (2) melalui
penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada prestasi
yang diraih oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau
kesenian; (3) berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN (untuk
SMP/SMA).38
4. Orientasi

38
Dr. Badrudin, M. Ag, op. cit. hlm. 31

24
Orientasi merupakan kegiatan mengenalkan situasi dan kondisi
lembaga pendidikan tempat peserta didik menempuh pendidikan.
Orientasi ini dilakukan ketika calon peserta didik dinyatakan diterima
di lembaga pendidikan yang bersangkutan. Lingkungan yang dimaksud
adalah lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Tujuan
dari orientasi adalah agar siswa mengerti dan mentaati peraturan yang
berlaku di sekolah, saling mengenal peserta didik yang satu dengan
yang lainnya, peserta didik dapat aktif dalam kegiatan yang
diselenggarakan sekolah, dan siap menghadapi lingkungan baru secara
fisik, mental dan emosional.
5. Penempatan peserta didik
Penempatan peserta didik yaitu pembagian peserta didik yang
dilakukan dengan cara pembagian kelas. Pembagian ini dilakukan agar
proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
Pembagian ini dilakukan dengan memperhatikan bakat dan minat
siswa, sesuai dengan persamaan umur siswa, kemampuan siswa dalam
menerima mata pelajaran yang diberikan, dan hal- hal lain yang
ditetapkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
6. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan yang dimaksud adalah mencatat hal- hal yang dianggap
penting yang ada pada diri seorang peserta didik. Pencatatan dapat
berupa pelanggaran ataupun keluhan dari peserta didik. Pelaporan
adalah melaporkan hal- hal yang telah dicatat kepada pihak ketertiban
dan BK. Pencatatan ini dilakukan bertujuan agar lembaga pendidikan
mampu memberikan bimbingan secara maksimal kepada peserta didik.
Hal ini dilakukan sejak pertama peserta didik diterima di sekolah
sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Sedangkan pelaporan
dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam
perkembangan peserta didik di sebuah lembaga. Adapun pencatatan
yang diperlukan untuk mendukung data mengenai siswa adalah (1)
buku induk siswa, berisi catatan tentang peserta didik yang masuk di

25
sekolah , pencatatan disertai dengan nomor induk siswa/no pokok; (2)
buku klapper, pencatatannya diambil dari buku induk dan penulisannya
diurutkan berdasar abjad; (3) daftar presensi, digunakan untuk
memeriksa kehadiran peserta didik pada kegiatan sekolah; (4) daftar
catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik beserta
riwayat keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini
mendukung program bimbingan dan penyuluhan disekolah.39

K. Manajemen kecerdasan emosional atau manajemen Emosi


Menurut Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intellegence,
emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Sedangkan Anthony Robbins menunjuk emosi sebagai sinyal
untuk melakukan suatu tindakan.
Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali
dorongn hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan
kecakapan sosial. Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi
biasanya menonjol dalam kehidupan nyata, misalnya menjadi
pemimpin, memiliki hubungan luas, mudah bergaul, mempunyai
karakter baik dan disiplin diri, serta kemampuan-kemampuan dasar
untuk mencapai kesuksesan hidup40.
Untuk itu manajemen kecerdasan emosional atau manajemen
emosi ini adalah bagaimana memanajemen diri sendiri guna
mengontrol tindak tanduk dalam melakukan segala sesuatu.
 Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani emosinya dengan baik sehingga berdampak positif dalam
melaksanakan tugas, peka terhadap kata hati sehingga dapat mencapai
tujuannya. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur
diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan
39
Ibid, hlm. 32
40
Dwi mulyanto, Manajemen Emosi. Diambil dari www.kompasiana.com 2010

26
dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit
dari perasaan-perasaan yang menekan41.
L. Manajemen kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual terkait dengan aktualisasi diri atau
pemenuhan tujuan hidup yang merupakan tingkatan motivasi yang
tertinggi. Yang dimaksud dengan manajemen kecerdasan spiritual
adalah bagaimana mengelola kebutuhan dan kemampuan diri untuk
menemukan arti dan menghasilkan nilai melalui pengalaman yang
mereka hadapi42.
 Mengelola Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual berkembang sejalan dengan kemampuan orang
mengelola dirinya. Dalam arti, mengelola diri berarti mengelola segala
pikiran, emosi dan keinginan yang datang dan pergi. Kemudian
dibutuhkan kesadaran, tidak melampaui ego, sehingga orang bisa hidup
sepenuhnya dan membaktikan dirinya untuk kebaikan semua
makhluk43.
M. Hubungan peserta didik dengan pendidikan karakter masuk dalam ranah
manajemen pendidikan karakter.
Pendidikan karakter peserta didik ini dapat diperoleh dalam lingkungan
sekolah, seperti :
 Pendidikan budi pekerti yang diajarkan dalam sebuah mata pelajaran
merefleksikan prioritas pendidikan nilai bagi setiap peserta didik.
 Mata pelajaran yang memuat pembentukan watak, seperti pelajaran agama,
seni, sastra, dan olahraga
 Menerapkan kegiatan pembelajaran yang aktif
 Menerapkan kegiatan pembelajaran kontekstual44

41
Ely Manizar, Mengelola Kecerdasan Emosi. (2016.Palembang: Tadrib) Vol II no. 2
42
Eva Hotnaidah Saragih, Kecerdasan Spiritual dan pengaruhnya terhadap kinerja
karyawan dan organisasi. Diambil dari www.manajemenppm.wordpress.com 2013
43
Reza A.A Wattimena, Kecerdasan Spiritual. Diambil dari https://rumahfilsafat.com
2018
44
Cut Zahri Harun, Manajemen Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter. 2013
Vol III no. 3

27
28
DAFTAR PUSTAKA

Administrasi Pendidikan UPI, Tim Dosen. 2011. Manajemen Pendidikan.


Bandung: ALFABETA.
Badrudin. 2014. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks.
Dwi Mulyanto, Dwi. 2010. Manajemen Emosi. Diambil dari
www.kompasiana.com.
Ely Manizar, Ely. 2016. Mengelola Kecerdasan Emosi. Palembang: Tadrib Vol
II no. 2
Hotnaidah Saragih, Eva. 2013. Kecerdasan Spiritual dan pengaruhnya terhadap
kinerja karyawan dan organisasi. Diambil dari
www.manajemenppm.wordpress.com.
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: ALFABETA.
Taqwa. 2016. Pendekatan Manajemen Peserta Didik. Journal of Islamic
Education Management, Vo.1, No.1

Anda mungkin juga menyukai