Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN PENDIDIKAN

(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Manajemen Pendidikan Jurusan
Pendidikan Fisika semester 2 kelas 2A)

Dosen pengampu : Dr. Abd. Aziz HSB, M.Pd.

Disusun oleh :

Pitri Nurgandari (11170161000001)


Ningrum Sri Indriani (11170161000002)
Muhammad Afta Jadid (11180163000006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. MANAJEMEN PENDIDIKAN

A.1. Hakikat Manajemen


Pengertian Manajemen umumnya diartikan sebagai proses pengaturan, perencanaan,
mengorganisasi, pengarahan, dan pengawasan. Sedangkan Menurut Terry dan Franklin
(2003: 4), "Manajemen adalah satu proses yang terdiri dari aktivitas perencanaan,
pengaturan, penggerakan, dan pengendalian, yang dilakukan untuk menentukan dan
memenuhi sasaran hasil yang diwujudkan dengan penggunaan manusia dan sumber
daya lainnya (Management is the process of designing and maintaining an environment
in which individuals, working together in groups, eficiently accomplish selected aims)."
Manajemen terkait dengan kejelasan tujuan atau sasaran dan kesiapan sumber daya serta
bagaimana proses-proses mewujudkan tujuan ini. Keempat aktivitas ini biasa disingkat
dengan POAC (Planning Organizing, Actuating and Controlling)1.
Terdapat banyak variasi definisi manajemen yang diajukan oleh para tokoh.
Perbedaan dan variasi definisi tersebut lebih disebabkan karena sudut pandang dan latar
keilmuan yang dimiliki oleh para tokoh. Akan tetapi, dari berbagai definisi yang
diajukan tidak keluar dari substansi manajemen pada umumnya yaitu usaha mengatur
seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan.

A.2. Hakikat Pendidikan

Walaupun telah sama-sama mengarah pada suatu tujuan tertentu, para ahli masih
belum seragam dalam mendefinisikan istilah pendidikan. Driyarkara (1980)
mengatakan bahwa pendidikan itu adalah memanusiakan manusia muda2. Sedangkan
dalam UU No. 20 tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dijelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 3

1
Jejen musfah, Manajemen Pendidikan,(Jakarta: Prenadamedia Group,2015),Cet. 1, hlm. 2.
2
Nanang fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2011), Cet. 11, hlm. 4.
3
Musfah, Op. Cit., hlm. 9.

1
Dari pengertian di atas, pendidikan mencakup tiga aspek. Pertama, usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Kedua, potensi
siswa berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga, ilmu yang bermanfaat bagi
individu, masyarakat, dan bangsa.4

A.3. Pengertian Manajemen Pendidikan


Manajemen pendidikan adalah gabungan dari dua kata yang mempunyai satu makna,
yaitu "manajemen" dan "pendidikan". Secara sederhana, manajemen pendidikan dapat
diartikan sebagai spesifikasi dan ciri-ciri khas yang ada dalam pendidikan. Manajemen
pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan yang dikaitkan dengan bidang pendidikan.
Hadari Nawawi (1983: 11) mengemukakan pendapat bahwa administrasi/ manajemen
pendidikan adalah ilmu terapan dalam bidang pendidikan yang merupakan rangkaian
kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerja sama sejumlah orang untuk
mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan
dilingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal.
Bush (2000: 4) memberikan pengertian manajemen pendidikan, sebagai berikut:
“Educational management is a field of study and practice concerned with the operation
of educational organizations." Djaman Satori (2008) menjelaskan bahwa, manajemen
pendidikan adalah keseluruhan proses kerja sama dengan memanfaatkan semua sumber
personel dan materiel yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Hasil yang diharapkan dari manajemen pendidikan adalah produktivitas lembaga
pendidikan. Produktivitas lembaga pendidikan dapat dilihat dari efektifitas dan efisiensi.
Efektivitas adalah kesepadanan antara masukan yang merata dan keluaran yang banyak
dan bermutu tinggi. Adapun efesiensi adalah merujuk pada motivasi belajar yang tinggi,
semangat belajar, kepercayaan berbagai pihak dan pembayaran, waktu dan tenaga yang
sekecil mungkin dengan hasil sebesar-besarnya.
Dengan demikian, maka manajemen pendidikan pada dasarnya merupakan penerapan
dari prinsip manajemen pada umumnya, sehingga manajemen pendidikan mempunyai

4
Ibid., hlm.9-10.

2
kekhasan dalam bidang tujuan, proses, dan orientasinya. Berdasarkan tujuannya,
manajemen pendidikan senantiasa harus bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu
pengembangan kepribadian dan kemampuan mengaktualisasikan potensi peserta didik.
Berdasar prosesnya, manajemen pendidikan harus dilandasi sifat edukatif yang berkenaan
dengan unsur manusia yang tidak semata-mata dilandasi prinsip efektivitas dan efisiensi
melainkan juga harus dilandasi dengan prinsip mendidik. Berdasar orientasinya,
manajemen pendidikan diorientasikan atau dipusatkan kepada peserta didik.

B. KURIKULUM
B.1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari Bahasa latin yaitu currere artinya berlari, dan curricula artinya
jarak yang ditempuh dalam suatu perlombaan, peredaran waktu, jalan kehidupan.
Kurrikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam
perlombaan dari awal sampai akhir. Sementara menurut UU No. 20 tahun 2003
mendefinidikn kurikulum sebagai prangkat rencana dan pengarturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapaitujuan pendidikan tertentu.5
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar
pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas
interaksi belajar mengajar.6

B.2. Prosedur Manajemen Kurikulum


1. Perencanaan (Planning), yaitu rangkain tindakan untuk kedepan yang bertujuan untuk
mencapai seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh
hasil yang diinginkan. 5 unsur rencana kurikulum yaitu:
a) Tujuan dirumuskan secara jelas.
b) Komprehensif, jelas untu anggota dan staff.
c) Hirerarki rencana yang fokus pada daerah yang paling penting.
d) Ekonomis, mempertimbangkan sumber yang tersedia.
e) Layak, memungkinkan perubahan.

5
Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. 1, hlm 30-
31.
6
Dinn wahyuddin, Manajemen Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 1, hlm 27.

3
2. Pengorganisasian (Organizing), yaitu pembagian dalam perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi kurikulum. Dan secara akademisi yaitu kurikulum mata pelajaran, bidang
studi, integrasi, masalah kebutuhan siswa.
3. Penyusunan Staf, yaitu fungsi yang menyediakan orang-orang untuk melksanakan
suatu sistem yang dilaksanakan dan diorganisasikan. Staffing pada hakikkatnya
meliputi rekrukmen, seleksi, hiring, penempatan, pelatihan, penilaian, kompensasi.
4. Pergerakkan (Actuating), lebih ditekankan kepada tujuan yang akan dicapai, pekerjaan
yang akan dilakukan, dan orang yang melakukannya. Pergerakan akan menjadilebih
efektif dan evisien bila meminimalkan pengeluaran waktu, tenaga, dan materal dengan
kualitas kerja yang diharapkan.
5. Pengawasan (Controlling) merupakan proses pengecekkan performance sejauh mana
tujuan telah tercapai.
6. Evaluasi, mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulumuntuk digunakan
sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum.7

B.3. Fungsi Manajemen Kurikulum


1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan kepda siswa untuk mencapai hasil yang
maksimal.
3. Meningkatkan relevansidan efektivitas pembelajaran sesuai dengan peserta didik dan
lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja pengajar dan pelajar dalam mncapai tuuan
pembelajaran.
5. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar.
6. Meningkatkan partispasi masyarakat dalam perkembangan kurikulum.8

B.4. Perkembangan Kurikulum


1. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Kurikulum ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan
arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke

7
Asep Sudarsyah dan Didng Nurdin, Manajemen Implementasi Kurikulum. (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet.
1, hlm 38-39.
8
Ibid., hlm 21.

4
kepentingan nasional. Saat itu mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada 1950.
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci setiap
mata pelajaran. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Seperti setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai keinginan agara rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana, diantaranya pengembangan
moral, kecerdasan, emosional, atau artistik, ketrampilan, dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO
(mangement by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
prosedur pengembangan sistem instruksional (PPSI)
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum ini sebagai upaya memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya,
terutama kurikulum 1975 dan 1984. Namun anatara tujuan dan proses belum berhasil.
Sehingga banyak kritik yang datang, seperti bebean belajar siswa yang terlalu berat.
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

5
Kurikulum ini sebagai pengganti kurikulum 1994. KBK mempunyai ciri-ciri
sebagai, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, beriorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
9. Kurikulum 2006, KTSP (Kuriklum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini hampir mirip dengan kurikulum 2004, bedanya kurikulum ini
mengacu pada jiwa desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti ktsp. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keteranpilan, dan aspek sikap dan perilaku.
9

Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang mampu mencapai tujuan pendidikan,
memenuhi kebutuhan lingkungan, menyesuaikan dengan kebudayaan, perkembangan
IPTEK, dan mampu menghasilkan Inovasi dan Diseminasi dalam pelaksanaannya.10

C. KESISWAAN
C.1. Pengertian Peserta Didik
Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Dengan demikian, peserta didik adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu
jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan
potensi dirinya baik pada aspek akademis maupun nonakademis melalui proses
pembelajaran yang diselenggarakan.11

C.2. Manajemen Peserta Didik

9
GMB-Indonesia, Perkembangan Kurikulum di Indonesia Hingga Kurikulum 2013, (https://gmb-
indonesia.com/2018/05/20/perkembangan-kurikulum-di-indonesia-hingga-kurikulum-2013-k13/, Diakses pada
tanggal 11 April 2019).
10
A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Hlm. 41-42.
11
Badrudin, Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks, 2014 hlm. 20.

6
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta
didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus
sekolah.12
Maka dapat kita ketahui bahwa Manajemen Peserta didik adalah seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara
kontinu terhadap seluruh peserta didik dalam lembaga bersangkutan agar proses
pembelajaran berjalan efektif dan efisien.13

C.3. Tujuan Manajemen Peserta Didik


Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta
didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah
sehingga proses pembelajaran berjalan lancar, tertib dan dapat memberikan kontribusi
bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat
peserta didik
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik
4. Peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut
dapat belajar dengan baik dan tercapainya cita-cita mereka.

C.4. Fungsi Manajemen Peserta Didik


Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi peserta
didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-
segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik
lainnya.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus adalah sebagai berikut:
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembanagan individualitas peserta didik, ialah agar
mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak

12
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik. Bandung: ALFABETA, 2019 hlm. 4.
13
Badrudin, Op. cit. hlm. 23.

7
terhambat, potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan),
kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar
peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan teman sebayanya, dengan orang
tua, keluarga, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakat.
Fungsi ini berkaitan dengan hakikat peserta didik sebagai makhluk sosial.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah
agar peserta didik tersalurkan hobinya, kesenangan, dan minatnya karena hal itu dapat
menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejanteraan peserta didik,
hal itu sangat penting karena kemungkinan dia akan memikirkan pula kesejahteraan
teman sebayanya.14

D. PROSES BELAJAR MENGAJAR

D.1. PAIKEM

PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)


menggantikan cara pembelajaran lama yang didominasi oleh metode ceramah.
PAIKEM merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sedang ceramah
berpusat pada guru. PAIKEM ini menemptakan siswa sebagai individu yang memiliki
pengetahuan dan mampu mencari sendiri pengetahuan baru dengan bimbingan guru.15

Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran mulai dari kegiatan pembuka,
inti, hingga penutupan pembelajaran. Sistem pembelajaran tidak hanya bertumpu pada
guru ataupun pada siswa tertentu saja. Dalam pelaksanaan PAIKEM ini guru harus
menguasai ragam metode pembelajaran aktif dan media pembelajaran baik visual,
audio, maupun audiovisual.16

Inovatif dan kreatif artinya siswa diarahkan pada penalaran, kritis,


mengemukakan ide, melahirkan karya dan dilatih memecahkan masalah. Siswa

14
Prihatin, Op. Cit., hlm. 9-10.
15
Musfah, Op. Cit., hlm. 122.
16
Ibid., hlm. 122.

8
sebaiknya diberikan kesempatan untuk bertanya dan menuangkan gagasan dalam
bentuk lisan maupun tulisan. Siswa diminta juga mengenali persoalan lingkungan dan
didorong mencari solusinya, melalui cara ini siswa bisa berlatih memecahkan masalah
sesuai dengan tingkat pengetahuannya.17

Pembelajaran efektif ini berarti pembelajaran yang berlangsung dengan penuh


makna. Paling dasarnya ini ditandai dengan tercapainya kompetensi dasar serta
indikator-indikatornya dalam setiap pembelajaran. Dalam konteks pengembangan
karakter, pembelajaran efektif berarti guru senantiasa menumbuhkan sikap-sikap
positif terhadap siswa. Siswa mempelajari nilai-nilai, kemudian dengan sadar
menjadikannya sebagai sikap dalam hidupnya.18

Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran yang membuat siswa


merasa betah karena lingkungannya nyaman, bersih, dan kondusif. Siswa merasa
senang saat belajar di kelas, karena yakin akan mendapatkan hal-hal baru setiap
harinya, baik dari guru maupun dari teman-temannya.19

Aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan tercermin dari beberapa metode,


yaitu short card, information search, everyone is teacher, concept map, dan
seterusnya. Siswa belajar tidak hanya dengan cara mendengarkan, tetapi terlibat
langsung sebagai individu-individu yang bebas berkreasi dan berkarya tentu
adakalanya dengan cara kerja tim.20

D.2. Metode Pendidikan

Ibnu Khaldun menyatakan bahwa ilmu-ilmu pengetahuan dalam kaitannya


dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagaimana mereka
menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib
mengetahui faedah dari metode yang digunakannnya. Mutu guru sangat terkait dengan
kemampuannya memahami metode pendidikan dan keterampilan menggunakan metode

17
Ibid., hlm. 123.
18
Ibid.
19
Ibid.
20
Ibid.

9
tersebut di depan para siswa, sehingga proses pendidikan berlangsung efektif dan
menyenangkan.21
a. Metode Perumpamaan adalah metode pendidikan yang digunakan pendidik kepada
anak didik dengan cara memajukan sebagai perumpamaan agar materinya mudah
pahami.
b. Metode Kisah adalah mendidik dengan cara menyampaikan kisah agar pendengar dan
pembaca meniru yang baik dan meninggalkan yang buruk.
c. Metode Targhib-Tarhib; metode targhib adalah pendidikan dengan menyampaikan
berita gembira/harapan kepada pelajar melalui lisan maupun tulisan, adapun metode
tarhib adalah pendidikan dengan menyampaikan berita buruk/ancaman kepada pelajar
melalui lisan ataupun tulisan.
d. Metode Dialog (Hiwar); metode ini melibatkan murid dalam pengajaran. Guru yang
menjalankan metode ini bisa mengaktifkan akal, menguatkan siswa dalam persiapan
menerima pengetahuan baru, dan menumbuhkan kecintaan siswa pada kebenaran.
e. Metode Teladan; metode keteladanan ini berarti memberikan contoh yang baik (uswah
hasanah) dalam setiap ucapan dan perbuatan pada anak didik.
f. Metode Latihan dan Praktik; metode ini lebih mudah dipahami dan dipelajari karena
menampilkan ucapan pada perbuatan, teori pada praktik dan latihan.
g. Metode Nasihat.22

E. GURU
Guru merupakan modal dan asset pendidikan apabila berhasil diberdayakan dengan
secara optimal, dan sebaliknya akan menjadi “beban” pendidikan jika pemberdayaannya tidak
dibarengi dengan kompetensi yang memadai. Guru yang berkualitas akan mampu bersaing
dan ia perlu mendapat pengembangan sehingga memiliki kompetensi yang memadai untuk
mengajar. Faktor yang menjadi penyebab mengapa pendidikan Indonesia masih rendah adalah
karena kuantitas dan kualitasnya belum memadai serta penyebaran yang belum merata.23

21
Ibid., hal. 142.
22
Ibid., hal. 143-157.
23
Kompri, Manajemen Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 161.

10
Guru yang sehari-harinya bergaul dengan siswa, tentu harus memiliki sifat dasar yang
baik agar dia dapat diterima oleh pimpinan, rekan seprofesi maupun anak didiknya.
Penerimaan seorang guru oleh siswanya ini bisa jadi karena ketulusan dari siswanya,
anggapan siswanya bahwa guru adalah orangtua yang harus dihormati (di sekolah),
kecerdasan guru dalam mengajar, ataupun karena faktor kepentingan tertentu (misalnya nilai)
seorang siswa terhadap gurunya.24
Pembentukan karakter murid sangat bergantung pada mutu guru dalam aspek
pengetahuan dan karakter pribadinya. Beberapa karakter utama yang harus dimiliki oleh
seorang guru adalah berakhlak mulia, dewasa, stabil, arif dan bijaksana, menjadi teladan,
mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri dan religious. Jika guru menunjukkan
karakter yang baik di hadapan anak didiknya, maka hal itu akan memengaruhi pembentukan
karakter anak didiknya tersebut. Akan tetapi, guru tidak akan berhasil menjadi teladan yang
baik, jika ia hanya berusaha menjadi teladan saat di lingkungan sekolah saja, namun tidak saat
berada di luar lingkungan sekolah. Perbedaan sikap guru yang berbanding jauh saat berada di
sekolah dan saat berada di luar sekolah akan memengaruhi pembentukan karakter anak
didiknya melalui teladan.25
Profesi guru jika selalu dikembangkan tentunya menghasilkan guru-guru yang
berkualitas dari segi keilmuannya. Usaha yang dilakukan dalam mengembangkan profesinya
tentu memerlukan kerja keras, sehingga dapat mempertahankan kualitasnya secara
berkesinambungan, kebijaksanaan kepala dalam penerapan strategi penerimaan guru yang
kurang bijaksana, berkaitan erat dengan kinerja guru yang rendah dalam melaksanakan tugas-
tugas pokoknya, terutama tugas dalam pelaksanaan pembelajaran dan tugas sebagai
pendidik.26

Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam memenuhi harapan guru dan
sehubungan mengembangkan profesinya, antara lain:

a. Berusaha memahami tujuan pendidikan dan pengajaran secara jelas dan konkret. Berusaha
memahami dan memilih bahan pengajaran sesuai dengan tujuan dan berusaha memahami
objek belajar subjek didik.

24
Syaifurahman, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta: Indeks, 2013), hlm. 1.
25
Musfah, Op. Cit., hlm. 183-194.
26
Kompri, Op. Cit., hlm. 183.

11
b. Mengorganisasi bahan dan pengalaman belajar dan mendayagunakan sumber belajar yang
ada serta berusaha memahami, menyeleksi dan menerapkan metode pembelajaran.
c. Berusaha memahami kesanggupan membuat dan mendayagunakan berbagai alat pelajaran
serta berusaha membimbing dan mendorong kemajuan pertumbuhan dan perkembangan
belajar subjek didik.
d. Mampu menilai program dan hasil belajar yang telah dicapai dan mengadakan penilaian
diri sendiri untuk melihat kekurangan dan keberhasilan.
e. Profesional reading (berusaha membaca bahan-bahan yang relevan dengan tugas
profesinya) dan profesional writing (berusaha menulis mengembangkan diri dengan
menulis karya tulis ilmiah dari berbagai media) serta individual conference (pertemuan
pribadi antara sejawat dan ahli lain dalam mengembangkan wawasan keilmuwan dan
wawasan proses dan strategi pembelajaran).
f. Experimentation (berusaha melakukan percobaan-percobaan dan inovasi yang ditemukan
atau strategi pembelajaran baru).27

F. BIAYA PENDIDIKAN
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendanaan Pendidikan pasal 46 dan 47 disebutkan
bahwa: pendanaan pendidikan menjadi tanggung jwab bersama antara pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat. UU No. 2 Tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan pembiayaan pendidikan mencakup:
1. Gaji guru, tenaga kependidikan lainnya, dan tenaga administrasi
2. Biaya pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana.
3. Biaya perluasan dan pengembangan.

Biaya menempati posisi penting dalam proses pendidikan. Dipastikan bahwa


lembaga pendidikan yang bagus ditopang oleh biaya yang memadai. Setiap lembaga
pendidikan membutuhkan dana untuk menopang proses pendidikan, mulai dari biaya rutin,
biaya kegiatan, hingga biaya perawatan atau perbaikan. Biaya tersebut dibutuhkan untuk
membangun ruang kelas, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, perpustakaan,

27
Ibid., hlm. 183-184.

12
laboratorium, ruang tamu, kantin, toilet, lapangan olahraga, dan mushala atau masjid, serta
taman sekolah.28

G. SARANA DAN PRASARANA

Sekolah menyediakan sarana untuk pengembangan rasa, pikir, dan raga siswa; seperti
masjid, perpustakaan, laboratorium, internet, dan tempat olahraga. Tanpa sarana yang baik,
sekolah akan sulit untuk melahirkan lulusan-lulusan yang kompeten. Sarana sekolah
diperlukan untuk keseimbangan fisik dan psikis siswa. Jadi dengan sarana yang memadai,
sekolah tidak hanya melahirkan calon ilmuwan, tetapi juga calon ulama, olahragawan, dan
seniman. Karena anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi diri mereka sendiri.
Guru mengarahkan dan melatih siswa sesuai bakatnya masing-masing.29

Media sebagai sarana yang memperlancar jalannya proses pembelajaran juga harus
diperhatikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran dalam suatu kelas terjadi suatu proses
komunikasi di mana dalam komunikasi ini terjadi penyampaian pesan yang diberikan oleh
narasumber kepada audiens dengan menggunakan alat penyampaian pesan yang biasa disebut
media. Media pendidikan itu ada lima kategori yaitu manusia, buku/perpustakaan, media
masa, alam lingkungan, dan media pendidikan.30

Perpustakaan tidak hanya berisi sumber cetak seperti buku, majalah, koran, dan jurnal,
tetapi juga sumber online seperti internet dan jurnal. Laboratorium merupakan tempat
penelitian agar siswa menguasai konsep atau teori tertentu dengan cara praktik atau
mengalami langsung. Tempat olahraga merupakan sarana melatih fisik siswa agar sehat dan
sekaligus upaya mengembangkan bakat siswa dalam bidang olahraga. Adapun masjid
merupakan tempat mengolah rasa siswa agar menjadi manusia yang beriman dan taat kepada
Allah.31

Tabel Prasarana Sekolah (Permendiknas No. 24 Tahun 2007)

SD/MI SMP/MTs SMA/MA


Ruang Kelas Ruang Kelas Ruang Kelas

28
Musfah, Op. Cit., hlm. 220.
29
Ibid., hlm. 228.
30
Kompri, Op. Cit., hlm. 386.
31
Musfah, Loc. Cit.

13
Ruang Perpustakaan Ruang Perpustakaan Ruang Perpustakaan
Laboratorium IPA Laboratorium IPA Ruang laboratorium biologi
Ruang Pimpinan Ruang Pimpinan Ruang laboratorium fisika
Ruang Guru Ruang Guru Ruang laboratorium kimia
Tempat beribadah Tempat beribadah Ruang laboratorium komputer
Ruang UKS Ruang UKS Ruang laboratorium bahasa
Jamban Ruang tata usaha Ruang pimpinan
Gudang Ruang konseling Ruang Guru
Tempat bermain/berolahraga Ruang Organisasi kesiswaan Tempat beribadah
Jamban Ruang UKS
Gudang Ruang tata usaha
Ruang sirkulasi Ruang konseling
Tempat bermain/berolahraga Ruang Organisasi kesiswaan
Jamban
Gudang
Ruang sirkulasi
Tempat
bermain/berolahraga32

H. EVALUASI
H.1. Penilaian Auntentik
Pengukuran hasil belajar harus mencakup sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.
Penilaian autentik (authentic assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan
atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(Kemendikbud, 2013). Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Penilaian autentik merupakan penilaian proses, di mana siswa dinilai sejak awal belajar, saat
belajar, hingga di akhir pelajaran. penilaian autentik lebih bermakna dibandingkan dengan tes
pilihan ganda. Jenis penilaian autentik yaitu: Penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian
protofolio, dan penilaian tertulis.33

32
Ibid., hlm. 230.
33
Ibid., hlm. 234.

14
I. KELEMBAGAAN
I.1. Visi dan Misi Sekolah
Visi sekolah yaitu tujuan atau cita-cita sekolah jangka panjang, dan untuk
mewujudkan visinya sekolah menyusun misi yang berisi sejumlah program dalam kegiatan
jangka pendek dan menengah.34
I.2. KKG dan MGMP
Kelompok kerja guru (KKG) dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)
adalah wadah pengembangan guru tingkat dasar (KKG) dan tingkat menengah dan atas
(MGMP). KKG dan MGMP adalah organisasi guru non-stuktural dan nonprofit yang
pengelolaan dan pendanaannya dari, oleh, dan untuk guru.35
I.3. Manajemen Berbasis Madrasah (MBM)
Madrasah merupakan tempat melahirkan generasi cerdas dan karakter.
Pembentukan generasi tersebut dilakukan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.
Keberhasilan upaya tersebut terletak juga pada mutu pendidik dan tenaga kependidikan.
Pelaksanaan MBM merupakan satu indikator mutu. Rendahnya mutu madrasah disebabkan
olehh beberapa faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal salah satunya yaitu lemahnya kepemimpinan madrasah. Pimpinan
madrasah tidak berorientasi pada kualitas. Sedangkan faktor eksternal diantaranya
minimnya bantuan pemerintah.
Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) memiliki kompenen sebagai berikut:
Manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan,
manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana pendidikan serta manajemen
layanan khusus.36

I.4. Madrasah sebagai Alternatif Pendidikan Unggul

1. Pembentukan Karakter
2. Penguasaan Sains
3. Laboratorium Komputer dan Internet

34
Ibid., hlm. 254.
35
Ibid., hlm. 256.
36
Ibid., hlm. 260.

15
4. Penguasaan Life Skill
5. Agama
6. Konsep Pengembangan Madrasah Unggul

J. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Hakikat Pemimpin
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memengaruhi
perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan
adalah kemampuan untuk memengaruhi dan mengarahkan bawahan sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.37
2. Fungsi dan Peran Pemimpin
Plunkett dan Attner menjelaskan bahwa peran kepemimpinan adalah sebagai
pendidik, penasehat, penilai, dan juru bicara. Sedangkan fungsi kepala sekolah menurut
Daryanto yaitu sebagai perencana (ahli perencana strategik), organisator, pengarah,
koordinator, dan pengawas.38

37
Ibid., hlm. 300.
38
Ibid., hlm. 302-304.

16
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin. 2014. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks.

Fatah, Nanang. 2011. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

GMB-Indonesia, Perkembangan Kurikulum di Indonesia Hingga Kurikulum 2013, (https://gmb-


indonesia.com/2018/05/20/perkembangan-kurikulum-di-indonesia-hingga-kurikulum-
2013-k13/, Diakses pada tanggal 11 April 2019).
.
Hermino, Agustinus. 2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter. Bandung: Alfabeta.

Kompri. 2015. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Musfah, Jejen. 2015. Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Prihatin, Eka. 2019. Manajemen Peserta Didik. Bandung: ALFABETA.

Sudarsyah, Asep dan Didng Nurdin. 2009. Manajemen Implementasi Kurikulum. Bandung:
Alfabeta.

Syaifurahman. 2013. Manajemen dalam Pembelajaran. Jakarta: Indeks.


Tilaar, A. R. 2014. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wahyuddin, Dinn. 2014. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai