Disusun Oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja Kendala yang dihadapi dalam Pembelajaran Fikih di Mtsn 02 Ciganjur?
b. Metode yang digunakan Guru dalam Pembelajaran Fikih di Mtsn 02 Ciganjur?
c. Apa saja Media yang digunakan dalam Pembelajaran Fikih di Mtsn 02 Ciganjur?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran fikih di
MtsN 02 Ciganjur.
b. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pembelajaran fikih di MtsN 02
Ciganjur.
c. Untuk mengetahui media yang digunakan dalam pembelajaran fikih di MtsN 02
Ciganjur.
D. Signifikan Penulisan
Tujuan observasi yaitu menggambarkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan objek penelitian, mengambil kesimpulan yang disusun menjadi sebuah
laporan yang relevan dan dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pembelajaran atau
studi. Beberapa hal yang dijadikan alasan mengapa sebuah observasi perlu dilakukan
adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan objek secara
langsung dan jelas tanpa perlu mengira-ngira. Observasi yang dilakukan pada
kalangan anak-anak biasa nya hasilnya lebih tepat daripada observasi pada orang
dewasa. Hal itu dikarenakan orang dewasa cenderung tanpa sadar membuat-buat
jawaban dan tidak apa adanya.
HASIL LAPORAN
b. Misi Madrasah
1. Menumbuhkan semangat belajar secara berkesinambungan.
2. Meningkatkan pembinaan akhlakul karimah melalui keteladanan.
3. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
4. Menerapkan pola pembiasaan melalui kegiatan Tadarus Al-Qur’an dan
shalat berjamaah.
5. Meningkatkan pelayanan prima dalam mendukung peningkatan mutu
madrasah.
6. Menumbuhkan semangat dalam melaksanakan Program 9K
(Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan,
Kerindangan, Kesehata, Keterbukaan dan Keteladanan).
7. Meningkatkan penguasaan teknologi modern menuju profesionalisme.
B. Temuan Penelitian
1. Hasil Wawancara Dan Observasi
No Narasumber Komponen Wawancara Hasil Wawancara
1 Ibu Khairiyyah Pengalaman mengajar di Mengajar di MTs Negeri 2
MTs Negeri 2 Ciganjur Ciganjur sejak tahun 2000,
sudah berapa lama bu? dari tahun 2000 sampai
tahun 2014 mengajar mata
pelajaran akidah akhlak,
lalu dari tahun 2015
mengajar mata pelajaran
fikih.
2 Ibu Khairiyyah Selama proses mengajar Kendala pasti ada, tetapi
apakah ada kendala dari saya selalu menekankan
siswa/siswi nya maupun kepada siswa/siswi apabila
dari penyampaian materi? selama proses belajar
berlangsung tidak ada yang
keluar masuk ruang kelas.
3 Bpk Ibnu Metode apa yang bapak Metode
gunakan selama proses ceramah,demonstrasi, tanya
pembelajaran? jawab, pemberian tugas dan
sebagainya sesuai apa
materi yang akan diberikan
kepada siswa/siswi
tersebut.
4 Bpk Ibnu Media apa yang bapak Media yang digunakan
gunakan agar siswa/siswi yaitu seperti
tidak merasa jenuh dalam menanyangkan video
proses pembelajaran? ataupun gambar yang
berakitan dengan materi
pembelajaran yang akan
disampaikan.
2. Studi Dokumen
C. Pembahasan (Masalah-Masalah Belajar)
Salah satu yang mendasari perlunya perubahan pembelajaran di kelas yang
masih sangat tradisional adalah faktor psikologis yang di tandai dengan munculnya
teori belajar yang dikenal dengan behavioristik.
“Gage dan Berliner menyatakan bahwa menurut teori behavioristik belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman” (Maziatul, 2009). Pada
intinya, teori behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika siswa yang bersangkutan
dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Menurut teori ini kegiatan
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus atau apa saja yang diberikan
guru kepada siswa dan output yang berupa respon atau reaksi/tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran di aplikasikan dari beberapa
hal seperti tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Pembelajaran
yang berpedoman pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah
objektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah tersusun dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. “Siswa di harapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang di
pahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus di pahami oleh murid” Degeng
dalam (Maziatul, 2009).
D. Analisa Penulis
Keluhan siswa mengenai cara mengajar atau metode pembelajaran yang
diberikan guru di sekolahnya, kebanyakan mereka menuntut sistem pembelajaran
yang menyenangkan dan dapat menghidupkan suasana kelas dan juga tidak ambigu.
Siswa hanya dituntut untuk mendengarkan ceramah dari guru dan apabila siswa tidak
memahami, guru menjelaskan kembali sampai siswa tersebut benar-benar mengerti
dan memahami apa yang dimaksud sang guru.
Pendidik di sini terkesan lebih mementingkan masukan atau input yaitu berupa
stimulus dan siswa harus memahami serta mendapatkan apa yang diberikan oleh guru
yakni berupa respon atau output. Guru berasumsi intinya bahwa semua hasil belajar
yang berupa perubahan tingkah laku yang bisa diamati atau jelas adanya, itu yang di
dapatkan dari hasil belajar siswa. Juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah
belajar yang sesungguhnya, bahwa apa yang terjadi diantara input dan output itu
dianggap tidak penting di perhatikan sebab tidak bisa diamati. Siswa memahami
penjelasan yang di sampaikan guru, di sini siswa telah dianggap belajar tanpa
memperhatikan apakah yang diberikan guru dan diterima oleh siswa itu berpengaruh
bagi proses belajar siswa dalam memahami pelajarannya.
Demikian yang diperoleh dari salah satu hasil wawancara dengan siswa yang
peneliti wawancarai, sebagai sampel untuk mengetahui proses pembelajaran di MTs
02 Ciganjur.
Permasalahan guru sendiri, dari hasil wawancara terhadap sebagian guru-guru
yang mengajar di MTs 02 Ciganjur, kesulitan guru dalam pembelajaran kebanyakan
minimnya metode yang di gunakan pendidik dalam menghadapi peserta didik yang
memiliki pola belajar yang beragam dan minimnya pengetahuan guru mengenai apa-
apa yang di butuhkan siswa dalam pembelajaran.
Sebagian besar guru tidak menyadari akan pengalaman pembelajaran di kelas
pada umumnya yang masih bersifat tradisional. Kebanyakan guru di kelas hanya
berceramah menerangkan konsep, memberikan contoh soal dan latihan soal,
kemudian mengadakan ulangan harian tanpa harus memperhatikan kebutuhan siswa
dalam belajar.
Guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan kepada siswanya. Siswa
harus menerima suapan itu tanpa ada perlawanan, tanpa aktif berfikir, orang yang
belajar dianggap sebagai individu yang pasif tanpa bisa memberikan kritik apakah
pengetahuan yang di terimanya benar atau tidak. Akibatnya siswa menjadi sangat
pasif, tidak kreatif dan tidak produktif. Bila hal ini tidak segera diatasi maka tidak
heran bila pemahaman siswa terhadap pelajaran masih belum maksimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran