Anda di halaman 1dari 33

Makalah

Pengertian, Aspek, Ruang Lingkup, Subtansi, Tujuan, Landasan,


Implementasi, Peta Konsep, dan Konsep Penanamannya dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak MI

Dikumpulkan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Akidah Akhlak MI


Dosen Pengampu:

Miftahul Jannah, M,Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1

Asmiati
Halimatus Sa‟diah
Kamaliah
Munadia Mawaddati
Muslimah
Nurul Jannah
Risnawati
Saidatul Rahmah
Siti Aminah

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QURAN (STIQ) AMUNTAI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarganya,
sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang ini sebagai
pemenuhan tugas perkuliahan pada sekolah tinggi ilmu Al-Qur‟an (STIQ) Amuntai telah di
selesaikan. Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali menerima
bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memberikan
bantuan tersebut terutama kepada :
1. Bapak Dr. H. M. Saberan Afandi, MA selaku ketua Sekolah Ilmu Alquran (STIQ)
Amuntai.
2. Ibu Miftahul Jannah, M.Pd, selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Akidah
Akhlak MI yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam proses penyelesaian makalah ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya teriring
do‟a yang tulus semoga Allah SWT memberi ganjaran yang berlipat ganda. Aamiin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan mendapat
taufiq serta inayah dari Allah SWT.

Amuntai, 19 September 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4


A. Pengertian Akidah Akhlak MI ................................................................................ 4
B. Aspek dan Ruang Lingkup Akidah Akhlak ............................................................ 8
C. Subtansi Pembelajaran Akidah Akhlak MI............................................................. 10
D. Tujuan Pembelajaran Akidah akhlak MI ................................................................ 13
E. Landasan Perspektif Pembelajaran Akidah Akhlak MI .......................................... 15
F. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak MI..................................................... 18
G. Peta Konsep Transfer, Transfer of knowledge, transfer of methodology, dan
transfer of Values dalam pembelajaran Akidah Akhlak MI dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak MI .................................................................................................. 19
H. Konsep Penanaman Hablumminallah, Hablumminannas dan Hablumminal „Alam
dalam Pembelajaran Akidah Akhlak MI................................................................. 24

BAB III PENTUP ............................................................................................................... 27

A. Kesimpilan .............................................................................................................. 27
B. Saran ....................................................................................................................... 28

DAFTAR PSTAKA ............................................................................................................ 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata


pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan
keyakinan atau keimanan yang benar, mempelajari bagaimana tata cara berinteraksi
dengan manusia serta hubungan manusia dengan sang khalik (habliminallah).
Dengan ini diharapkan siswa tertanam keteladanan dan pembiasaan dalam
mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh
perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu,
materi Pendidikan Akidah Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan agama,
akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan
ketakwaan yang kuat dan kehidupannya dihiasi dengan akhlak yang mulia
1
dimanapun mereka berada.

Pembelajaran akhlak ialaah pembelajaran tentang bentuk batin seseorang yang


kelihatan pada tindak tanduknya atau tingkah lakunya, di dalam pelaksanaan
pembelajaran berarti bagaimana proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai
tujuan supaya yang diajar berakhlak baik, artinya orang yang diajarkan punya
bentuk batin yang baik menurut ajaran Islam dan Nampak dalam perilakunya sehari-
hari, atau dalam bentuk sederhana adalah bagaimana cara orang berakhlak terpuji
menurut ajaran Islam. Jadi hakikat pembelajaran Akidah Akhlak adalah apa
sebenarnya intisari atau dasar dari keyakinan dan perilaku (yang berdasarkan bentuk
batin) yang baik menurut ajaran Islam dan bagaimana cara atau proses manusia
untuk memperlajarinya, agar manusia memahami ajaran itu dengan baik. Jika
disederhanakan lagi maka program ini dimaksudkan adalah bagaimana agar
mahasiswa mengetahui dan memahami apa sebenarnya dasar atau intisari dari ajaran

1
Zainuddin, Pengembangan Buku Ajar Akidah Akhlak Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
Madrasah, Universitas Ibrahimy, Vol. 3, No. 2, 2019, hal. 217

1
tentang keyakinan dan perilaku yang baik dalam ajaran Islam, serta bagaimana
proses atau cara untuk mengajarkannya kepada siswa.2

Dalam Pendidikan Islam khususnya pada mata pelajaran Akidah Akhlak MI


kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu
system Pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
Pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksaan pembelajaran mata
pelajaran Akidah Akhlak. Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian
ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh penduduk (guru) kepada anak didik,
tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena
mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Islam.3

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian akidah akhlak mi
2. Bagaimana aspek dan ruang lingkup akidah akhlak
3. Bagaimana subtansi pembelajaran akidah akhlak mi
4. Bagaimana tujuan pembelajaran akidah akhlak mi
5. Bagaimana landasan perspektif pembelajaran akidah akhlak mi
6. Bagaimana implementasi pembelajaran akidah akhlak mi
7. Bagaimana peta konsep transfer, transfer of knowledge, transfer of methodology,
dan transfer of values dalam pembelajaran akidah akhlak mi sep dalam
pembelajaran akidah akhlak mi
8. Bagaimana konsep penanaman hablumminallah, hablumminannas dan
hablumminal „alam dalam pembelajaran akidah akhlak mi

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akidah akhlak mi
2. Untuk mengetahui aspek dan ruang lingkup akidah akhlak

2
Misnan, Peta konsep Pembelajaran Aqidah Akhlak, STAI Sumatera Medan, Jurnal Hikmah,
Vol.15, No. 2, 2018, hal. 149
3
Surawardi, Telaah Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah, Guidance and Counseling,
Vol. 1, No. 1, hal. 2

2
3. Untuk mengetahui Subtansi pembelajaran akidah akhlak mi
4. Untuk mengetahui Tujuan pembelajaran akidah akhlak mi
5. Untuk mengetahui Landasan perspektif pembelajaran akidah akhlak mi
6. Untuk mengetahui Implementasi pembelajaran akidah akhlak mi
7. Untuk mengetahui peta Konsep Peta Konsep Transfer, Transfer of knowledge,
transfer of methodology, dan transfer of Values dalam pembelajaran Akidah
Akhlak MI
8. Untuk mengetahui konsep Penanaman Hablumminallah, Hablumminannas dan
Hablumminal „Alam dalam Pembelajaran Akidah Akhlak MI

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akidah Akhlak MI

1. Pembelajaran
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pembelajaran adalah proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.4 Maksudnya adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar santri, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar santri yang bersifat internal.

Pembelajaran adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan


kualitas manusia, sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam
pelaksanaanya berada dalam satu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis
dan jenjang Pengajaran semuanya berkaitan dalam suatu sistem Pengajaran yang
integral.5

2. Akidah
Kata “„aqidah” diambil dari kata dasar “al-„aqdu” yaitu ar-rabth ( ikatan), al-
Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-
syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-
itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-
jazmu (penetapan).6

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan
diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.

4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2012), hal 23

5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam integrasi Edukatif, (Jakarta : PT.
AdsiMahasatya 2005), hal. 22
6
Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta : PP. Al-Munawwir, 2004), hal. 1023
4
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang
disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-
Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid
menjadi inti rukun iman. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati
seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.

Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi) Yaitu perkara yang wajib


dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu
kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.7

Aqidah menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit
dengan keraguan-raguan.

Adapun aqidah menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy adalah sejumlah kebenaran
yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan
apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang
tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat
keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena
orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan


perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Dalam
pengertian lengkapnya, aqidah adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang
menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Ia tidak beranak
dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupaiNya. Keyakinan
terhadap keesaan Allah SWT disebut juga „Tauhid‟, dari kata „Wahhada-Yuwahidu‟,

7
Zainal Arifin, Islam Aqidah dan Syari‟ah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 19
5
yang artinya mengesakan. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati
seorang secara pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah.8

3. Akhlak
Dari sudut kebahasaan kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari
khuluqun ( ) yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun
( ) yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq ( ) yang
berarti sang pencipta, demikian pula dengan mkhluqun ( ) yang berarti yang
9
diciptakan.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah ini kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih yang selanjutnya
dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat
mengatakan, bahwa akhlak adalah: Sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.10
Sementara itu Imam al-Ghazali yang selanjutnya dikenal sebagai Hujjatul
Islam (Pembela Islam), mengatakan, akhlak adalah; Sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.11
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, dalam Mu‟jam al-Wasith, Ibrahim
Anis mengatakan bahwa akhlak adalah: Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.12
Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak ada yang
bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya. Definisi-definisi

8
Asmaran, Pengantar Studi Akidah dan Akhlak, (Jakarta : Rajawali Press, 2001), hal 5-7
9
Zahruddin , dkk, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal .1
10
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, (Yogyakarta, Belukar, 2004) hal 2
11
Zainuddin, Seluk Belum Pendidikan Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hal. 44
12
Ibrahim Anis, Al- Mu‟jam al –Wasith,(Kairo: Dar al ma‟arif, 1972), hal. 202.

6
akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat
melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan bahwa
seseorang sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka sikap dermawan tersebut
telah mendarah daging, kapan dan di manapun sikapnya itu dibawanya, sehingga
menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Jika orang tersebut
kadang-kadang dermawan, dan kadang-kadang bakhil, maka orang tersebut belum
dapat dikatakan sebagai seorang yang dermawan. Demikian juga jika kepada orang
lain mengatakan bahwa ia termasuk orang yang taat beribadah, maka sikap taat
beribadah tersebut telah dilakukannya di manapun ia berada.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat
yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan
sadar. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan tidur,
hilang ingatan, mabuk, atau perbuatan reflek seperti berkedip, tertawa dan sebagainya
bukanlah perbuatan akhlak. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh
orang yang sehat akal pikirannya. Namun karena perbuatan tersebut sudah mendarah
daging, sebagaimana disebutkan pada sifat yang pertama, maka pada saat akan
mengerjakannya sudah tidak lagi memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi. Hal
yang demikian tak ubahnya dengan seseorang yang sudah mendarah daging
mengerjakan shalat lima waktu, maka pada saat datang panggilan shalat ia sudah tidak
merasa berat lagi mengerjakannya, dan tanpa pikir-pikir lagi ia sudah dengan mudah
dan ringan dapat mengerjaknnya.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan
yang bersangkutan. Oleh karena itu jika ada seseorang yang melakukan suatu
perbuatan, tetapi perbuatan tersebut dilakukan karena paksaan, tekanan atau ancaman
dari luar, maka perbuatan tersebut tidak termasuk ke dalam akhlak dari orang yang
melakukannya.

7
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Jika kita menyaksikan
orang berbuat kejam, sadis, jahat, dan seterusny, tapi perbuatan tersebut kita lihat
dalam pertunjukkan film, maka perbuatan tersebut tidak dapat disebut perbuatan
akhlak, karena perbuatan tersebut bukan perbuatan yang sebenarnya. Berkenaan
dengan ini, maka sebaiknya seseorang tidak cepat-cepat menilai orang lain sebagai
berakhlak baik atau berakhlak buruk, sebelum diketahui dengan sesungguhnya bahwa
perbuatan tersebut memang dilakukan dengan sebenarnya. Hal ini perlu dicatat,
karena manusia termasuk makhluk yang pandai bersandiwara, atau berpura-pura.
Untuk mengetahui perbuatan yang sesungguhnya dapat dilakukan melalui cara yang
kontinyu dan terus-menerus.
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya
akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena
Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.
Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena Allah tidak dapat
dikatakan perbuatan akhlak.
Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh menjadi suatu ilmu yang
berdiri sendiri, yaitu ilmu yang memiliki ruang lingkup pokok bahasan, tujuan,
rujukan, aliran dan para tokoh yang mengembangkannya. Kesemua aspek yang
terkandung dalam akhlak ini kemudian membentuk satu kesatuan yang saling
berhubungan dan membentuk suatu ilmu.13

B. Aspek dan Ruang Lingkup Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat
mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami
rukun iman dengan sederhana serta pengalaman dan pembiasaan berakhlak islami secara
sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai
bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Ruang Lingkup mata pelajaran Akidah
Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

13
Asmaran, Pengantar Studi Akidah dan Akhlak, (Jakarta : Rajawali Press, 2001), hal. 67

8
1. Aspek Akidah (Keimanan) meliputi:
a. Kalimat tayyibah sebagai materi pembiasaan meliputi: Laa Ilaaha Illallah,
Basmalah, Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar, ta‟awudz, Masya Allah,
Assalamu‟alaikum, Shalawat, Tarji‟, Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah,
dan Istighfar.
b. Al-asma‟ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Khaliq,
al- Rahman, ar-Rahim, as-Sami‟, ar-Razzaq, al-Mughni, al-Hamid, asy-Sakur,
al-Quddus, ash-Shamad, Al-Muhaimin, al-„Azhim, al-Karim, al-Kabir, al-
Malik, al-Bathin, al-Walii, al-Mujib, al-Wahab, al-„Alim, ash-Zhahir, ar-
Rasyid, al-Hadi, as-Salam, al-Mu‟min, al-Lathif, al-Baqi, al-Bashir, al- Muhyi,
al-Mumiit,al-Qawii, al-Hakim, al-Jabbar, al-Mushawwir, al Qadiir, al-
Ghafuur, al-Afuww, ash-Shabur, dan al-Haliim.
c. Iman Kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat tayyibah,
al-asma‟ al-husna dan pengenalan terhadap shalat lima waktu sebagai
manifestasi iman kepada Allah.
d. Menyakini rukun iman (iman kepada Allah. Malaikat-MalaikatNya, Kitab-
KitabNya, Rasul-Rasul-rasulNya,dan Hari Akhir serta Qada dan Qadar
Allah)14
2. Aspek Akhlak meliputi:
a. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap
semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan santun,
syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih
sayang, taat, rukun, tolong menolong, hormat dan patuh, sidik amanah, tablig,
fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan,
optimis, qanaah, dan tawakal.
b. Menghindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap
semester dan jenjang kelas, yaitu: Hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong,
sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud,
kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.15

14
Surawardi, Telaah Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal: Guidance and
Counseling, Volume 1 Issue 1
15
Surawardi, Telaah Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal: Guidance and
Counseling, Volume 1 Issue 1

9
3. Aspek Adab Islami, meliputi:
a. Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur buang air kecil/besar,
berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.
b. Adab terhadap Allah, yaitu: Adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
c. Adab kepada sesama, yaitu: adab kepada orang tua, saudara, guru, teman, dan
tetangga.
d. Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, ditempat
umum, dan dijalan.16
4. Aspek Kisah Teladan meliputi:
Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa
kecil Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan‟an, Kelicikan saudara-saudara
Nabi Yusuf AS, Tsa‟labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu Lahab, Qarun, Nabi
Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus, dan Nabi Ayub.17

C. Subtansi Pembelajaran Akidah Akhlak MI

Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyyah memiliki


kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari dan
mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan
menghindari aqhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-Akhlak al-karimah ini sangat
penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu,
bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari
era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk Menumbuhkembangkan akidah


melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah SWT. Dan Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari

16
Surawardi, Telaah Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal: Guidance and
Counseling, Volume 1 Issue 1
17
Surawardi, Telaah Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal: Guidance and
Counseling, Volume 1 Issue 1

10
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial,
sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

Pada pembelajaran aqidah akhlak MI, dimana Pendidik tidak hanya mengajarkan
materi saja. Tetapi, sebagai pendidik harus memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik
agar bisa menjadi contoh untuk peserta didik. Peserta didik merupakan seorang peniru
ulung. Setiap saat, mata anak selalu mengamati, telinganya menyimak, dan pikirannya
mencerna apa pun yang guru lakukan. karena Pendidik adalah role model untuk Peserta
didik.

Pembentukan aqidah akhlak MI berfungsi sebagai upaya peningkatan pengetahuan


siswa tentang aqidah akhlak, pengembangan atau peningkatan keimanan dan ketaqwaan
siswa. Pada pembelajaran aqidah akhlak ini, ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan
nama yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong
manusia supaya membentuk hidup yang lurus dan melakukan kebaikan yang
mendatangkan manfaat bagi sesama manusia.

Eksistensi guru sangat menentukan dalam membina akhlak peserta didik, karena
disamping guru berperan sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pengarah yang
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi terhadap diri
peserta didik di sekolah. Dengan demikian para guru hendaknya memahami prinsip-
prinsip bimbingan dan menerapkan dalam peroses belajar mengajar, dan seorang guru
hendaknya selalu memberikan atau mengarahkan anak didiknya kepada hal-hal yang
sesuai dengan ajaran agama Islam.

Akhlak yang tertuang dalam perbuatan manusia tidak dapat di bentuk dalam
masyarakat hanya dengan menyampaikan ajaran-ajaran atau hanya dengan perintah-
perintah atau larangan-larangan saja. Untuk menanamkan akhlak agar dapat berubah,
sangat diperlukan pendiidkan terus menerus dalam masa yang panjang, dan menuntut
untuk adanya pengamatan yang kontinyu.

Pengamalan dan pembelajaran Aqidah Akhlak dalam kehidupan sehari-hari sangat


penting sekali terutama jika di ajarkan sejak dini. Akhlak ibarat keadaan jiwa yang kokoh,
agar generasi penerus bangsa menjadi generasi yang memang unggul. Setelah materi
Aqidah Akhlak MI disampaikan kepada peserta didik, diharapkan Peserta didik memiliki
perilaku-perilaku akhlak yang mulia dan menjauhi atau meninggalkan perilaku-perilaku
11
akhlak yang tercela. Bilamana perbuatan-perbuatan yang timbul dari jiwa itu baik, maka
keadaannya disebut “Akhlak yang baik” seperti jujur, rendah hati, sabar, dan sebagainya,
takut pada Tuhan, bermoral, serta terhindar dari “Akhlak yang buruk” seperti dusta,
takabbur, khianat, dan sebagainya.

Jika sejak masa kanak-kanaknya, anak tumbuh berkembang dengan berpijak pada
landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat, bersandar, minta
pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, ia akan memiliki potensi dan respon secra
instingtif di fdalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, disamping itu terbiasa
melakukan akhlak mulia. Sebab benteng pertahan religius yang berakar pada hati
sanubarinya. Kebiasaan mengingat Allah yang telah dihayati dalam dirinya dan intropeksi
diri yang telah menguasai seluruh pikiran dan perasaannya, dan telah memisahkan anak
dari sifat-sifat negatif, kebiasaan-kebiasaan dari tradisi jahiliyah yang rusak. Bahkan
menerimanya terhadap setiap kebaikan akan menjadi salah satu kehiasan dan
kesenangannya terhadap keutamaan, dan kemuliaan akan menjadi akhlak dan sifat yang
paling menonjol.18

Jika pendidikan anak jauh dari akidah Islam, terlepas dari arahan religius dan tidak
berhubungan dengan Allah, maka tidak diragukan lagi bahwa anak akan tumbuh dewasa
diatas dasar kefasikan, penyimpangan, kesesatan dan kefakiran. Bahkan ia akan mengikuti
hawa nafsu dan bergerak dengan nafsu negatif dan bisikan-bisikan setan, sesuai dengan
tabiat, fisik, keinginan dan tuntutannya yang rendah.19

Setiap materi memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya


materipelajaran agama aspeklainnya. Adapun karakteristik materi Aqidah dan Akhlaq
adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan materi yang dikembangkan dari


ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-
Quran dan Al-Hadits.
2. Prinsip-prinsip Akhlaq adalah pembentukan sikap dan kepribadian seseorang
agar berakhlak mulia atau Akhlaq Al-Mahmudah dan mengeliminasi akhlak
tecela atau akhlak Al-Madzmumah sebagai manifestasi akidahnya dalam

18
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy-Syifa‟, 1981),
hal. 174
19
Abdullah Nashih Ulwan, hal. 175.
12
perilaku hidup seseorang dalam berakhlak kepada Allah dan Rasul-Nya,
kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada alam serta makhluk
lain.
3. Materi Aqidah dan Akhlaq merupakan salah satu rumpun materi pembelajaran
agama di madrasah (Al-Qur‟an Hadits, Aqidah Akhlaq, Syari‟ah/Fiqih Ibadah
Muamalah dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi
sumber nilai dan landasan moral spiritual yang kokoh dalam pengembangan
keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian Aqidah dan Akhlaq yang
terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya.
4. Materi Aqidah dan Akhlaq menekankan keutuhan dan keterpaduan antara
pengetahuan, sikap, dan perilaku atau lebih menekankan pembentukan ranah
efektif dan psikomotorik yang dilandasi oleh ranah kognitif.
5. Tujuan materi Aqidah dan Akhlaq adalah untuk membentuk peserta didik
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki akhlaq mulia.
Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi
Muhammad SAW, untuk memperbaiki akhlak manusia.20

D. Tujuan Pembelajaran Akidah akhlak MI


Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI
yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan
penghayatan terhadap al-asma‟ ul-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan
pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian
contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.21
Berdasarkan Permenag No 2 tahun 2008 Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat :
1. Menumbuh kembangkan Aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang keimanan danketakwaannya kepada Allah SWT.

20
Satrawijaya tresna, pengembangan program pengajaran,( PT rineka cipta. Jakarta : 1991)

21
Fitri Erning Kurniawati, Pengembangan Bahan Ajar Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal
Penelitian, Vol. 9, No. 2, 2015, hal. 11

13
2. Mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial,
sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah islam.22

Secara substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam


memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan Akhlakul Karimah dan
adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada
dan Qadar.

Mata pelajaran aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan pola tingkah laku
peserta didik yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan, penalaran, perasaan dan
indra. Pendidikan aqidah akhlak dengan bertujuan semacam itu harus melayani
pertumbuhan peserta didik dalam segala aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual,
imajinasi, jasmaniah, ilmiah maupun bahasa. Pendidikan aqidah akhlak harus mendorong
semua aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup
berdasarkan nilai-nilai islam. 23

Hal ini sesuai dengan firman Allah :

ٍ ُ‫َو اِنَّ َك لَعَلى ُخل‬


) ٤ ( ‫ق َع ِظي ٍْم‬

“ Dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) bener-bener berbudi pekerti yang agung “ (


Q.S. Al-Qalam 68 : 4 ) 24

Setelah melalui proses belajar maka peserta didik diharapkan dapat mencapai tujuan
belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar, yaitu kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah menjalani proses belajar.Sudjana berpendapat, hasil belajar adalah
kemampuan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajar. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa peserta
didik telah melakukan perbuatan belajar yang umumnya meliputi pengetahuan,

22
Permenag No 2 tahun 2008 Mata pelajaran Akidah Akhlak
23
Fitri Fatimatuzahroh dkk, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Akidah Akhlak melalui Metode Lectures Vary, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 7, No 1, 2019, hal. 3
24
Q.S Al-Qalam 68 : 4
14
keterampilan, dan sikap sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta
didik.

Untuk dapat mencapai suatu tujuan pembelajaran maka sebaiknya pendidik harus
mampu menggunakan suatu metode pembelajaran.Penggunaan metode dalam
pembelajaran aqidah akhlak sangat penting dalam pencapaian materi kepada peserta
didik, apalagi peserta didik di masa duduk di MI yang sangat memerlukan arahan dan
bimbingan. Metode dalam pembelajaran mempunyai peran penting dalam penyampaian
materi aqidah akhlak pada proses pembelajaran.

E. Landasan Perspektif Pembelajaran Akidah Akhlak MI

Pendidikan berasal dari kata didik yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan (KBBI). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan defenisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik dalam mewujudkan manusia yang cerdas, beraklak
mulia serta memiliki keterampilan sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat melalui
pengajaran dan pelatihan.25

Landasan-Landasan perspektif Pembelajaran Akidah Akhlak MI

1. Landasan Teologis

Landasan adalah alas, tumpuan, dasar. Maka dalam hal ini berarti bahwa tumpuan
atau dasar yang dipakai dalam hal mengajar. Teologis ialah ilmu yang berhubungan
dengan keagamaan yakni ilmu yang berlandaskan dengan Allah SWT. Sehingga landasan

25
Melkianus Suluh, Perspektif Pendidikan Nasional, (Nusa Tenggara Barat, Jurnal Penelitian dan
Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika, 2018), hal. 2, Vol. 2, No. 1.
15
teologis adalah landasan atau dasar yang berkenaan dengan firman Allah SWT. tentunya
juga berhubungan dengan ajaran Islam.Ajaran Islam tentunya memiliki pokok ajaran
Islam. Pokok ajaran Islam yaitu iman (aqidah), Islam (syari‟ah), dan ihsan (akhlak). 26

Landasan teologi pendidikan Islam berangkat dari pemahaman bahwa al Qur‟an


diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk hudan li al-nâs. Dzat yang mengetahui
secara pasti tentang maksud al-Qur‟an yang sebenarnya adalah Allah SWT. Manusia
dengan potensi akalnya mencoba menjelaskan maksud Allah SWT dalam kalam-Nya itu.
Dasar pijakannya justru karena tujuan kehadiran Al-Qur‟an sebagai hudan/petunjuk itu.
Sebagai petunjuk, bisa menunjukkan manakala petunjuk itu dapat dipahami. Pemahaman
terhadap sesuatu yang harus dipahami itu tidak terlepas dari suatu penjelasan (tafsir).
Dengan demikian, cukup beralasan ketika manusia pada dasarnya menebak-nebak
maksud Allah SWT karena secara teologis manusia itu tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan teologis itu dapat ditutupi ketika manusia melalui potensi akalnya
menggunakan kaidah keilmuan yang dapat dipertanggunjawabkan. Hasil “tebakan” yang
bersifat dzanni itu mengandaikan adanya upaya agar setiap “tebakan” itu selalu
diupayakan lebih baik.27

2. Landasan Yuridis

Landasan yuridis yaitu menyangkut atau berkenaan dengan hukum, biasanya diatur
dalam bentuk Peraturan Perundang-Undangan. Dalam undang-undang sistem pendidikan
Nasioanal nomor 20 tahun 2003 pasal 3 ditetapkan tentang fungsi pendidikan Nasional
Yaitu: “ pendidikan Nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta bangsa yang bermantabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang Demokratis serta bertanggung jawab.
Hal ini berarti pendidikan merupakan kebutuhan seluruh warga Negara agar dapat
menjadi manusia yang bermartabat. Oleh karena itu pemerintah dan swasta yang

26
Muhammad Asraruddin Al Jumhuri, Belajar Aqidah Akhlak: Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas
Tauhid dan Akhlak Islamiyah, (Yogyakarta, Deepublish, 2015), hal. 13.
27
Undang Burhanudin, Landasan Metodologis Teologi Pendidikan Islam, (Bandung, UIN Sunan Gunung
Djati, 2012), hal. 275, Vol. XVII, No. 2.

16
bersinergi untuk membangun dan menyediakan sarana prasarana melalui satua pendidikan
yang dinamakan sekolah.28

Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang menjadi dasar dalam


pengembangan kurikulum dan pendidikan.29 Landasan yuridis dalam pendidikan
merupakan suatu sekumpulan perangkat konsep peraturan perundang-undangan dalam
penyelenggaraan pendidikan di suatu negara. Landasan yuridis dan politis ini bersifat
ideal dan normatif bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan
pendidikan, sehingga mau tidak mau pihak-pihak yang terlibat dalam proses
penyelenggaraan pendidikan harus patuh terhadap perundang-undangan yang ada.
Meskipun kondisi sosial-geografis tiap daerah berbeda-beda adanya landasan yuridis
dalam pendidikan justru mengatur bagaimana kebijakan pendidikan dapat berjalan secara
merata.

Landasan yuridis, kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan dalam bidang


pendidikan dapat terhindar dari benturan-benturan kebutuhan pihak-pihak yang terkait
dalam penyelenggaraan pendidikan. Adanya landasan yuridis membuat segala hak dan
kewajiban pendidikan setiap peserta didik sebagai input dalam suatu proses pendidikan
dapat terpelihara dengan baik.30

3. Landasan Psikologis

Pada dasarnya psikologi merupakan dasar-dasar pemahaman pengkajian sesuatu dari


karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu.Psikologi
diperlukan dalam menentukan isi/materi pembelajaran yang diberikan kepada anak didik
agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta
didik. Karena materi pelajaran dan proses belajar mengajar itu harus sejalan dengan
perkembangan anak didik.31

28
Nurussalami, Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak Pada MTS Darul Aman Aceh
Besar, ( Aceh, Jurnal Intelektualita, 2016), hal. 124, Vol. 124, No. 1.
29
Melkianus Suluh, Perspektif Pendidikan Nasional, hal. 2, Vol. 2, No. 1.
30
Bagus Rachmad Saputra, Darmaji, Ahmad Supriyanto, Nurul Ulfatin, Urgensi Landasan Yuridis-
Politis dalam Kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Malang, Jurnal Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang,
2020), hal. 74-75, Vol. 20, No. 2.
31
Asfiati, Pendekatan Humanis dalam Pengembangan Kurikulum, hal. 76.
17
Landasan psikologis ialah landasan untuk memahami terhadap anak didik yang
berhubungan dengan aspek kejiwaan. Hal tersebut merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidik dalam pendidikan. Sehingga hal tersebut penting untuk dipahami
oleh seorang pendidik.Seperti halnya, ketika seorang pendidik ingin mengetahui jati diri
seorang anak didik maka disinilah perlunya pendidik memiliki bekal atau pengetahuan
tentang ilmu kejiwaan, diantaranya cara-cara untuk mngetahui individu-individu setiap
anak didik. Karena tidak mungkin anak didik yang satu dengan anak didik yang lainnya
semuanya memiliki jati diri atau kejiwaan yang sama. Begitu juga dengan cara belajar
anak didik.

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari
pengalaman. Sesuai dengan pengertian belajar, sejatinya, segala bentuk perkembangan
yang dirasakan oleh manusia sangat didasari dari proses belajar. Bagaimanapun bentuk
dan proses belajar yang dilalui seseorang akan berkontribusi besar dalam perkembangan.
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar yang
selalu terkait dengan belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi
dengan orang lain atau lingkungannya.

Seperti contoh, teori Behaviorisme. Teori Behaviorisme ini meyakini bahwa


lingkungan sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku. Dari itu, pengkondisian
lingkungan menjadi prasyarat untuk membentuk sebuah perilaku yang telah ditetapkan.
Maka dari itu, lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku belajar anak
didik.Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa seorang pendidik harus bisa dalam
mendesain kelas dan lingkungan belajarnya. Oleh karena itu, pendidik juga mampu
menguasai dan memahami terkait dengan ilmu kejiwaan atau psikologi.32

F. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak MI

Dalam pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan oleh guru. Tahapan-tahapan ini merupakan tahapan yang memang sudah
ditentukan dengan metode E-Learning,Cooperative Learning, dan Media FlashCard
Tahapan dalam pembelajaran ummi ada 7 tahapan yaitu:

32
Nurussalami, Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak Pada MTS Darul Aman Aceh
Besar, hal. 124, Vol. 4, No. 1
18
1. Pembukaan yaitu bagian pengondisian para siswa untuk siap belajar, dilanjutkan dengan
salam, tanya kabar, dan do‟a bersama.
2. Apersepsi yaitu mengulang kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya untuk dapat
dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan pada anak.
3. Penanaman konsep yaitu proses menjelaskan materi / pokok bahasan yang akan diajarkan
pada hari ini.
4. Pemahaman konsep yaitu memahamkan kepada anak terhadap konsep yang telah
diajarkan dengan cara melatih anak-anak dalam membacanya.
5. Latihan yaitu melancarkan bacaan anak dengan cara mengulang-ngulang contoh atau
latihan yang ada pada halaman pokok bahasan atau halaman latihan.
6. Evaluasi yaitu pengamatan sekaligus penilaian melalui buku prestasi terhadap
kemampuan dan kualitas bacaan anak satu persatu.
7. Penutup yaitu pengondisian anak untuk tetap tertib kemudian membaca do‟a penutup dan
diakhiri dengan salam penutup dari Ustadz atau Ustadzah.

Dengan ketujuh tahapan tersebut murid diharapkan dapat fokus memperhatikan


pembelajaran akidah akhlak. Jika tahapan-tahapan tersebut dilakukan dengan baik dan
konsisten, anak-anak akan lebih mudah menerima pembelajaran. Untuk teknik evaluasi
pembelajaran Akidah Akhlak dilakukan setelah latihan. Guru memberikan nilai di admin
penilaian dan dibuku prestasi yaitu buku penilaian yang dimiliki setiap anak. 33

G. Peta Konsep Transfer, Transfer of knowledge, transfer of methodology, dan


transfer of Values dalam pembelajaran Akidah Akhlak MI
1. Transfer of Knowledge

Knowledge adalah istilah yang digunakan untuk menyebut pengetahuan manusia


secara umum, dalam arti segala macam bentuk pengetahuan tanpa membedakan sifat-sifat
spesitik pengetahuannya Wang dan Noel menjelaskan mengenai perbedaan transfer
pengetahuan, berbagi pengetahuan, dan pertukaran pengetahuan. Berbagi pengetahuan
diartikan sebagai ketetapan informasi pekerjaan dan cara untuk membantu orang lain
untuk memecahkan masalah, berkolaborasi untuk menemukan ide baru atau untuk

33
Andriyansyah, Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak Di MI Darul Ulum Kota Bekasi, Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran, Volume 02, Nomor 01, April 2018, hal. 143.

19
membantu melakukan implementasi suatu keputusan atau kebijakan baru. Cummings
menyatakan bahwa berbagi pengetahuan dapat terjadi dengan korespondensi tertulis atau
komunikasi tatap muka melalui jaringan anter para ahli, ookumen, atau bentuk
pengetahuan lainnya. Transfer pengetahuan melibatkan dua kegiatan yaitu berbagi
pengetahuan dan pengaplikasian pengetahuan tersebut yang dilakukan oleh penerima
pengetahuan. Biasanya transfer pengetahuan lebih dicent kkan dengan perpindahan
pengetahuan antar unit yang berbeda, antar bagian organisasi, antar organisasi dan pada
individu Meskipun sebenamya pertukaran pengetahuan menurut Cabrera dapat disamakan
dengan berbagi pengetahuan tetapi pertukaran pengetahuan terdiri dari dua bagian berbagi
pengetahuan ST (menyediakan pengetahuan yang dia miliki untuk orang lain) dan
pencarian pengetahuan (mencari pengetahuan untuk orang lain). Dalam implementasinya
transfer pengetahuan diperlukan individu atau pihak yang pandai melakukannya.

Transfer of Knowledge adalah proses belajar suatu unit organisasi (individu,


kelompok, departemen, atau divisi) berdasarkan pengalaman dari unit organisasi lain.
Pada tingkat individu, transfer pengetahuan memiliki makna sebagai sebuah proses
duplikasi pengetahuan dari sumber pengetahuan ke penerima. Pendidikan merupakan
tingkatan dari keberhasilan suatu transfer pengetahuan, disini diamsumsikan bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah keberhasilan tranfer beajar.34

Dalam proses transfer pengetahuan terdapat proses penciptaan pengetahuan yang


dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang saat menjadikan sebuah informasi sebagai
pengetahuan untuk dirinya sendiri.

Menurut Nonaka, adanya pengetahuan dikarenakan interaksi antara pengetahuan tacit


dan pengetahuan eksplisit bukan hanya pengetahuan tacit atau pengetahuan eksplisit saja.
Antara kedua pengetahuan ini saling berinteraksi dan tidak dapat berjalan sendiri, dengan
hanya mengikuti pengetahuan eksplisit tanpa pengetahuan tacit saja dapat menghilangkan
makna dari pengetahuan itu sendiri.

Menurut Jonjoubsong, pengetahuan tacit lebih menunjukkan pengetahuan mengenai


bagaimana “know how”, sedangkan pengetahuan lainnya dikaitkan dengan sistem
operasional dari pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan yang dapat dilihat menerangkan

34
Joni Zulhendra, “Implementasi Knowledge Management System Pendidikan,” Jurnal Ilmiah
Psikologi Belajar 2, no. 5 (2017): Hal. 38.

20
sesuatu dinamakan “know-what”, pengetahuan yang menjelaskan mengenai cara
dinamakan “know-how", pengetahuan yang menjelaskan teori dinamakan “know-why”,
dan pengetahuan pribadi dinamakan “know-who.” Dengan demikian, pengetahuan
memiliki unsur-unsur yaitu know, knowing, knower, knowledge. Know berkaitan dengan
apa yang diketahui, knowing untuk mengetahui dalam kata sifat, knower untuk orang
yang mengetahui dan knowledge untuk objek pengetahuan.35

Proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge), proses pembelajaran pada


kenyataannya tidak hanya tergantung pada penguasaan materi pembelajaran oleh sang
guru. Guru yang menguasai materi pembelajaran secara tuntas tidak selalu menjadi
tanggungan bahwa proses pembelajarannya akan berhasil.

Penguasaan materi pembelajaran hanyalah salah satu aspek yang harus dipenuyai oleh
seorang guru agar dapat mengajar dengan lancar dan tidak menjadikan anak didik
kebingungan saat menghadapi kesulitan. Tetapi hal sesungguhnya yang sangat berperan
adalah bagaimana komunikasi pendidikan tersebut dijalankan, bagaimana proses transfer
pengetahuan dan keterampilan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

Oleh karena itulah, maka kita perlu menyadari bahwa komunikasi atau bagaimana
seorang guru mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada anak didik menjadi salah
satu kondisi yang sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Semakin bagus
proses komunikasi, maka semakin bagus anak didik menerima penyampaian materi
tersebut dan selanjutnya pemahaman anak didik akan meningkat.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam ruang kelasnya adalah upaya
untuk menciptakan hubungan timbak balik (two ways system) sehingga proses akan
berlangsung secara dinamis. Kedinamisan sebuah proses pembelajaran sangat diharapkan
tercipta agar hasil proses didapatkan secara maksimal. Hubungan antar personal yang
terjadi di dalam proses pembelajaran adalah mengarah pada terciptanya hasil yang
memberikan kemudahan bagi pelaku proses pembelajaran menyampaikan dan menerima
segala informasi pembelajaran.

Siklus Transfer of Knowledge

35
Galih Maulana. Lc, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta Selatan: Rumah Belajar
Pusbilbhing, 2018).

21
Menurut Project Management Institute , menjelaskan bahwa Knowledge Transfer
memiliki siklus hidup dengan langkah langkah sebagai berikut:

Assessing

Appliying

Identifying

Sharing

Capturing

Kelima langkah-langkah tersebut dapat dilihat di bawah ini:

1) Mengidentifikasi (identifying) Proses untuk menentukan pengetahuan apa


yang perlu ditransfer ke penerima pengetahuan.
2) Menangkap (capturing) Mengumpulkan pengetahuan apa penting yang perlu
ditransfer. Sugiyani menyatakan bahwa kurangnya keberhasilan penerapan
transfer of knowledge pada suatu organisasi di masa lampau kebanyakan
disebabkan antara lain pada metode meng-capture knowledge dan knowledge
dimana terjadi keengganan untuk menulis knowledge dalam bentuk artikel dan
kesulitan memahami tulisan dalam bentuk artikel dari sisi penerima
knowledge. Sugiyani juga menyatakan bahwa kebanyakan bahasa yang
digunakan untuk merepresentasikan knowledge dan hasil pemikiran dibuat
dalam bentuk format teks. mumi. Namun, representasi tekstual adalah bentuk
yang susah dipahami khususnya bagi orang-orang yang Membaca teks:
Represents knowledge dalam terbiasa membaca bentuk visual bergantung pada
gratis daripada teks Representasi visual pada dasamya lebih mudah dimengerti
daripada pernyataan tekstual, seperti video, power point, ataupun media
penyampaian maten secara visual lainnya.

Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya menanamkan kecerdasan dalam berpikir,


penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai
dengan nilainilai luhur yang menjadi jati dirinya. Pendidikan karakter yang ditanamkan
dalam pendidikan Islam adalah penciptaan fitrah siswa yang berakhlakul karimah, karena

22
nilai-nilai yang banyak disebutkan secara eksplisit dalam al-Quran dan Hadits yang
merupakan inti dari ajaran Islam adalah terciptanya akhlakul karimah, yang meliputi
akhlak dalam hubungannya dengan Allah swt, dengan diri sendiri, dengan sesama
manusia, dengan alam dan makhluk lainnya. Oleh karenanya jika akhlaknya hilang, dalam
artian tidak dimiliki dan direalisasikan peserta didik maka itu berarti gagal esensi dari
tujuan ajaran-ajaran agama Islam.

2. Transfer Of Value (Transfer Nilai Moral)

Nilai-nilai atau values merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah
perusahaan. CFBS (Center for Business Studies) mendapatkan satu poin yang menarik,
yaitu hampir semua dari mereka yang berhasil melewati lintas generasi, mempertahankan
nilai-nilai yang ditanamkan oleh para pendiri mereka dengan kuat. Nilai atau Value
merupakan beberapa pusat keinginan atau kepercayaan perihal keputusan akhir yang
menunjukkan sesuatu yang benar atau salah, baik atau buruk, penting atau tidak penting
dalam mengambil keputusan, bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. 36

Secara umum, nilai terbagi kedalam beberapa macam.

a) Nilai Material, adalah segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
b) Nilai Vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengandalkan kegiatan atau aktivitas .
c) Nilai Kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Tujuan pendidikan disamping dikenal dengan Transfer of knowledge seorang


mu‟allim (guru) kepada student (pelajar) tetapi bahkan lebih dari hal tersebut yakni dengan
mengintegralkan antara Transfer of knowledge dengan transfer of value (mentransfer nilai)
sehingg agenerasi yang dilahirkan bukan hanya intelektual semata juga berakhalakul
karimah. Selain itu, pendidikan juga merupakan kerja budaya yang menuntut peserta didik
untuk selalu mengembangkan potensi dan daya kreativitas yang dimilikinya agar tetap

36
Muhammad Julkarnaian, “ANALISIS PENGARUH TRANSFER OF VALUE TERHADAP
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MI AL-HIDAYAH NGAWI,” Jurnal Diskursus
Islam 1, no. 1 (Desember 2017).

23
survive dalam hidupnya. Karena itu, daya kritis dan partisipatif harus selalu muncul dalam
jiwa peserta didik.

Disini penulis dapat memberikan gambaran bahwa pada pembelajaran akidah akhlak
di jenjang MI, guru selain harus mentransferkan keilmuannya kepada peseta didik, guru
jug harus menanamkan sebuah nilai moral terahdap kegiatan pembelajaran tersebut kepada
peserta didiknya. Nilai moral tersebut bisa berbentuk sebuah ketaladanan dari guru itu
sendiri, sehingga peserta didik mencontoh apa yang dilakukan oleh gurunya. Atau bisa
juga berbentuk kisah teladan dalam pembelajaran akidah akhlak baik kisah Nabi dan
Rasul, para sahabat, dan tokoh islami lainnya. Mealui kisah teladan tersebut guru dapat
memberikan transfer of value kepada siswanya dengan mengambil nilai moral cerita
tersebut.

3. Transfer Of Metodology

Transfer ini mendorong guru agar lebih menekankan pandangan terlebih terhadap
peserta didik. Guru harus memahami bahwa karakter siswa itu berbeda-beda dan tidak
sama. Peran guru disini adalah berusaha memahami karakter siswa masing-masig siswa
dan menerapkan pembelajaran akidah akhak sesuai dengan karakter siswa. Guru harus
bisa membeangun pembelajaran yang berbasis PAIKEM. Selain, itu apabila terdapat anak
didik yang memilki bekrebutuhan khusus dalam belajar, disinilah guru harus bisa
memberikan pembelajaran dengan cara yang sesaui dengan anak didik yang berkebutuhan
khusus

H. Konsep Penanaman Hablumminallah, Hablumminannas dan Hablumminal


‘Alam dalam Pembelajaran Akidah Akhlak MI

Akidah dan akhlak merupakan dua hal menjadi pondasi utama dalam ajaran Islam,
sehingga memiliki cakupan yang luas dan mendalam. Akidah merupakan hubungan
makhluk dengan Tuhan (hablumminallah) sedangkan akhlak adalah hubungan antar
sesama makhluk ciptaan-Nya (hablumminannas dan hablumminal „alam). Beberapa pakar
mengatakan bahwa ajaran utama dalam Islam ada tiga yaitu tauhid, akhlak dan ibadah.

24
Dapat juga diartikan dalam tiga prinsip yaitu iman (keyakinan agama), islam/ibadah
(peribadatan, kewajiban agama) dan ihsan (perilaku baik).37

Akidah dan akhlak memiliki hubungan yang sangat erat. Akidah sangat berpengaruh
terhadap perilaku sesorang dalam menghadapi kehidupan, karena akidah menjadi
landasan terciptanya akhlak yang baik pada seseorang. Akhlak yang baik terwujud atas
perjuangan antara akal dan nafsu yang saling mendominasi sehingga waktu demi waktu
berubah menjadi kebiasaan dan perangai tetap. Perilaku yang baik dan akhlak yang mulia
menjadi salah satu bukti dari keimanan yang kuat. Karena itu, akidah dan akhlak sering
disandingkan karena memiliki keterikatan yang erat satu sama lain.38

Nabi Muhammad Saw mengajarkan akidah pada masa-masa awal dakwah beliau dan
menyempurnakan akhlak manusia dengan menjadi teladan yang paling sempurna. Dengan
kata lain, akidah merupakan hubungan vertikal, kemudian akhlak merupakan hubungan
horizontal. Akidah dan akhlak yang menjadi pondasi utama ajaran Islam, bukanlah hal
yang sederhana untuk diajarkan apalagi pada pendidikan formal, terlebih pada usia anak-
anak. Oleh karena itu, pembelajaran akidah akhlak di MI disederhanakan lagi berdasarkan
kemampuan peserta didik agar lebih mudah dipahami.39

Pada Madrasah Ibtidaiyah pembelajaran akidah akhlak merupakan salah satu bagian
dari mata pelajaran PAI, yang mana tujuan dari pelajaran PAI itu adalah untuk
menyiapkan siswa dalam memahami prinsip-prinsip agama Islam, baik terkait dengan
akidah, akhlak, syariah dan perkembangan budaya Islam, sehingga memungkinkan siswa
dapat melaksanakan kewajiban beragama dengan baik terkait hubungan dengan Allah
Swt, sesama manusia, maupun semua makhluk hidup dan alam semesta.40

Berikutnya, akidah dan akhlak dalam pembelajaran PAI di MI juga memiliki


komponen-komponen yang menjadi ciri khasnya. Komponen-komponen penting ini,
selain berkaitan dengan ranah pemahaman dan keterampilan, terdapat dua hal lain yang
menjadi ciri khas utama yang membedakan dari pembelajaran yang lain yaitu keteladanan
dan pembiasaan. Keteladanan sebagai langkah awal dalam pembentukan akidah dan

37
Rahmat Solihin,“Akidah dan Akhlak dalam Perspektif Pembelajaran PAI di Madrasah Ibtidaiyah”,
Jurnal Kependidikan Dasr Berbasis Sains, Vol. 5 No. 1, 2020, hal. 84.
38
Rahmat Solihin, hal. 86.
39
Rahmat Solihin, hal. 84.
40
Rahmat Solihin, hal. 86.
25
akhlak yang baik, kemudian dilanjutkan dengan pembiasaan yang akan membuat akidah
dan akhlak yang baik tersebut menjadi alami dalam nurani siswa. Tanpa adanya kedua hal
ini, maka akidah dan akhlak dalam pembelajaran PAI di MI hanyalah menyentuh pada
ranah kognitif saja dan melupakan ranah yang lain.41

Keteladanan menjadi sangat penting dalam pembelajaran akidah dan akhlak. Social
learning theory mengatakan bahwa siswa membutuhkan figur yang bisa mereka tiru.
Untuk itu, materi mengenai keteladanan banyak disajikan dalam pembelajaran. Terlebih
lagi jika keteladanan ini diberikan langsung oleh guru sebagai pengajar. Sosok guru yang
siswa lihat akan menjadikannya role model dalam pembentukan akidah dan akhlak siswa.
Karena itu, tugas seorang guru hendaklah memiliki akidah dan akhlak yang baik terlebih
dahulu sebelum mengajarkan hal ini kepada siswa. Maka, keteladanan memang menjadi
hal yang sangat penting dalam pembentukan akidah dan akhlak yang baik.42

Keteladanan sebagai langkah awal, harus dilanjutkan dengan pembiasaan yang terus
menerus kepada siswa. Jika sebelumnya siswa melakukan adab-adab terpuji sebagai bukti
dari akidah dan akhlaknya yang baik dengan terpaksa, maka dengan dibiasakan secara
terus menerus siswa akan mulai berubah hingga karakternya mulai terbentuk dan
melakukan adab-adab terpuji dengan tanpa paksaan karena berasal dari nuraninya sendiri.
Al-Qur‟an sendiri secara tersirat banyak menggunakan metode pembiasaan untuk
mendidik kepribadian manusia atau mengubah kebiasaan mereka, cara yang digunakan
Al-Qur‟an adalah dengan menerapkan dan mempraktekkan pikiran, kebiasaan dan tingkah
laku yang akan ditanamkan. Keteladanan dan pembiasaan ini tidak dapat dilakukan oleh
hanya satu orang guru, akan tetapi semua penduduk sekolah harus saling bekerjsama.
Keteladanan dan pembiasaan merupakan kunci utama dalam keberhasilan pembelajaran
akidah dan akhlak.43

41
Rahmat Solihin, hal. 93.
42
Rahmat Solihin, hal. 93.
43
Rahmat Solihin, hal. 93-94.
26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akidah merupakan dimensi pokok ajaran islam. Ibarat bangunan, akidah adalah fondasi
yang di atasnya berdiri syari‟at. Akhlak merupakan bentuk jamak dari Khulq. Khulq
berasal dari Bahasa Arab yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Sedangkan definisi akhlak secara istilah berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.

Akidah Akhlak di MI merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari
tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma‟
al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan
akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran akidah-
akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab islami dalam kehidupan sehari- hari sebagai
manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.

Ruang Lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi aspek
akidah (keimanan), aspek akhlak,aspek adab islami, aspek kisah teladan. Secara
substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyyah memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari dan mempraktikkan
aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari
aqhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-Akhlak al-karimah ini sangat penting
untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu,
bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari
era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata pelajaran aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan pola tingkah laku
peserta didik yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan, penalaran, perasaan dan
indra. Pendidikan aqidah akhlak dengan bertujuan semacam itu harus melayani

27
pertumbuhan peserta didik dalam segala aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual,
imajinasi, jasmaniah, ilmiah maupun bahasa.

Landasan-Landasan perspektif Pembelajaran Akidah Akhlak MI Landasan Teologis,


Landasan Yuridis, Landasan Psikologis. Dalam pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak
ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh guru. Tahapan-tahapan ini merupakan
tahapan yang memang sudah ditentukan dengan metode E-Learning,Cooperative
Learning, dan Media FlashCard

Transfer of Knowledge adalah proses belajar suatu unit organisasi (individu,


kelompok, departemen, atau divisi) berdasarkan pengalaman dari unit organisasi lain.
Pada tingkat individu, transfer pengetahuan memiliki makna sebagai sebuah proses
duplikasi pengetahuan dari sumber pengetahuan ke penerima. Tujuan pendidikan
disamping dikenal dengan Transfer of knowledge seorang mu‟allim (guru) kepada student
(pelajar) tetapi bahkan lebih dari hal tersebut yakni dengan mengintegralkan antara
Transfer of knowledge dengan transfer of value (mentransfer nilai) sehingg agenerasi
yang dilahirkan bukan hanya intelektual semata juga berakhalakul karimah. Transfer
Transfer Of Metodology mendorong guru agar lebih menekankan pandangan terlebih
terhadap peserta didik. Guru harus memahami bahwa karakter siswa itu berbeda-beda dan
tidak sama. Peran guru disini adalah berusaha memahami karakter siswa masing-masig
siswa dan menerapkan pembelajaran akidah akhak sesuai dengan karakter siswa.

Akidah dan akhlak merupakan dua hal menjadi pondasi utama dalam ajaran Islam,
sehingga memiliki cakupan yang luas dan mendalam. Akidah merupakan hubungan
makhluk dengan Tuhan (hablumminallah) sedangkan akhlak adalah hubungan antar
sesama makhluk ciptaan-Nya (hablumminannas dan hablumminal „alam). Beberapa pakar
mengatakan bahwa ajaran utama dalam Islam ada tiga yaitu tauhid, akhlak dan ibadah.
Dapat juga diartikan dalam tiga prinsip yaitu iman (keyakinan agama), islam/ibadah
(peribadatan, kewajiban agama) dan ihsan (perilaku baik).

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermafaat bagi kita
semua.
28
DAFTAR PUSTAKA
Andriyansyah, Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak Di MI Darul Ulum Kota Bekasi,
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 02, Nomor 01, April 2018.
Anis, Ibrahim,Al- Mu‟jam al –Wasith,Kairo: Dar al ma‟arif, 1972.
Arifin, Zainal, Islam Aqidah dan Syari‟ah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Asmaran, Pengantar Studi Akidah dan Akhlak, Jakarta : Rajawali Press, 2001.
Asraruddin Al Jumhuri, Muhammad, Belajar Aqidah Akhlak: Sebuah Ulasan Ringkas
Tentang Asas Tauhid dan Akhlak Islamiyah, Yogyakarta, Deepublish, 2015.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Erning Kurniawati, Fitri, Pengembangan Bahan Ajar Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah,
Jurnal Penelitian, Vol. 9, No. 2, 2015.
Fatimatuzahroh, Fitri dkk, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Akidah Akhlak melalui Metode Lectures Vary, Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam, Vol. 7, No 1, 2019.
Julkarnaian, Muhammad, “ANALISIS PENGARUH TRANSFER OF VALUE TERHADAP
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MI AL-HIDAYAH
NGAWI,”
Jurnal Diskursus Islam 1, no. 1, Desember 2017.
Maulana, Galih, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta Selatan: Rumah Belajar
Pusbilbhing, 2018.
Misnan, Peta konsep Pembelajaran Aqidah Akhlak, STAI Sumatera Medan, Jurnal
Hikmah, Vol.15, No. 2, 2018.
Nashih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: Asy-Syifa‟,
1981.
Nurussalami, Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak Pada MTS Darul Aman
Aceh Besar, Aceh, Jurnal Intelektualita, 2016, hal. 124, Vol. 124, No. 1.
Permenag No 2 tahun 2008 Mata pelajaran Akidah Akhlak
Q.S Al-Qalam 68 : 4
Rachmad Saputra, Bagus, Darmaji, Ahmad Supriyanto, Nurul Ulfatin, Urgensi Landasan
Yuridis-Politis dalam Kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Malang, Jurnal Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Malang, 2020), Vol. 20, No. 2.
Satrawijaya tresna, pengembangan program pengajaran, PT rineka cipta. Jakarta : 1991
29
Solihin, Rahmat,“Akidah dan Akhlak dalam Perspektif Pembelajaran PAI di Madrasah
Ibtidaiyah”, Jurnal Kependidikan Dasr Berbasis Sains, Vol. 5 No. 1, 2020.
Suluh, Melkianus, Perspektif Pendidikan Nasional, (Nusa Tenggara Barat, Jurnal Penelitian
dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika, 2018), hal. 2, Vol. 2, No. 1.
Surawardi, Telaah Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah, Guidance and
Counseling, Vol. 1, No. 1.
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, Yogyakarta, Belukar, 2004.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam integrasi Edukatif, Jakarta : PT.
AdsiMahasatya 2005
Undang Burhanudin, Landasan Metodologis Teologi Pendidikan Islam, (Bandung, UIN
Sunan Gunung Djati, 2012, hal. 275, Vol. XVII, No. 2.
Warson, Ahmad, Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta : PP. Al-Munawwir, 2004.
Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Zainuddin, Pengembangan Buku Ajar Akidah Akhlak Untuk Meningkatkan Pemahaman
Siswa Madrasah, Universitas Ibrahimy, Vol. 3, No. 2, 2019.
Zainuddin, Seluk Belum Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta : Bumi Aksara, 2001
Zulhendra, Joni,“Implementasi Knowledge Management System Pendidikan,” Jurnal Ilmiah
Psikologi Belajar 2, no. 5 2017.

30

Anda mungkin juga menyukai