Anda di halaman 1dari 11

Materi/Kurikulum

Pendidikan Islam
Perspektif Hadits
Mata Kuliah : AL-Qur’an dan Hadits Tarbawy
Dosen Pengampu : H.Mahmudin, Lc.,M.H

Oleh : Kelompok 4
(Atik Bariyah, Maulida Latifah, Muhlisa Hasanah, Nadia
Rahmah, Puteri Herlianni, Rike Parita Rijkiyani)
Hadits Riwayat Tirmidzi
‫رسولالل ّ َ ِه َصلّى‬ُ ‫قال‬
َ : ‫عنه قال‬ ُ ‫رضياللَّه‬
َ ‫عفان‬
َ ‫عثمان بن‬
َ ‫عن‬
ُ َ ّ ‫آن َوعل‬
‫مه‬ َ ‫ « َخيرك ُم َم ْن تَ َعل ّ َ َم ال ُق ْر‬: ‫وسلَّم‬َ ‫الله َعل َيْ ِه‬
ُ »
Dari Utsman bin Affan ra, Rasulullah saw bersabda : “ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya”. (HR. At-Tirmidzi).
● Dari hadits tersebut dapat digambarkan bahwa ada dua poin penting yang terkandung dalam hadits tersebut yang membuat
seseorang mulia diantara orang lain, yakni mempelajari al-Qur’an dan kemudian mengajarkannya.

● Manfaat dari hadits tersebut adalah :

○ Bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW dan bukti kebenaran ajarannya

○ Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia

○ Petunjuk mengenai akhlak yang murni

○ Petunjuk syariat dan hukum


Menjaga dan menyebarkan Al-Qur’an berarti
menegakkan agama, sehingga sangat jelas
keutamaan mempelajari dan mengajarkannya,
walaupun bentuknya berbeda-beda.
dapatlah difahami bahwa pembelajaran Al-
Qur’an merupakan kewajiban orangtua
terhadap anak-anaknya sejak mereka berada
pada usia dini. Ketika orangtua tidak memiliki
kemampuan untuk mengajarkan Al-Qur’an
kepada anak-anaknya secara langsung, maka
solusinya adalah dengan menyerahkan
pembelajaran Al-Qur’an kepada orang
lain/guru yang memiliki kemampuan
mengajarkan Al-Qur’an.
Hadits Riwayat Daramy

‫َاس َت َعل َّ ُموا‬ َ ‫« َت َعل َّ ُموا ال ِْعل َْم َو‬: -‫صلى الله عليه وسلم‬- ‫ولالل َّ ِه‬
، َ ّ ‫ع ِل ّ ُم ْو ُه الن‬ ُ ‫َاللِى َر ُس‬ َ ‫عن ابْ ُن َم ْس ُعو ٍد ق‬
َ ُ َ‫ َوال ِْعل ُْم َسيُنْتَق‬،‫وض‬
‫صوتَ ْظ َه ُر‬ ٌ ُ‫ام ُر ٌؤ َمقْب‬ ْ ‫َاس َفإِ ِن ّى‬
، َ ّ ‫علِ ّ ُم ْو ُه الن‬ َ ‫َاس تَ َعل َّ ُموا الْقُ ْر‬
َ ‫آن َو‬ ، َ ّ ‫علِ ّ ُم ْو ُه الن‬ َ َ ‫الْفَ َرا ِئ‬
َ ‫ضو‬
‫انأ َ َحدا ً يَفْ ِص ُلبَيْن َ ُهم‬ِ ‫يضةٍ ال َ يَجِ َد‬ ِ َ ‫ختَ ِل َفاثْن‬
َ ‫ان ِفى ف َِر‬ ْ َ‫ال ْ ِفتَ ُن َحتّ َى ي‬
Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulullah saw. berkata kepadaku ‘Tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada
orang lain. Tuntutlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah Alquran dan ajarkanlah kepada
orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi perbedaan
pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorang pun yang dapat
menyelesaikannya.’

Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan, dalam hadis di atas, setelah dipelajari, ia harus diajarkan
kepada orang lain. Rasulullah saw. mengkhawatirkan bila beliau telah wafat dan orang-orang tidak peduli
dengan ilmu pengetahuan, tidak ada lagi orang yang mengerti dengan agama sehingga orang akan kebingungan.
Manfaat dari hadits ini ialah, sebagai berikut :

• Perintah menuntut ilmu pengetahuan secara terus menerus

• Perintah belajar tentang ilmu Al-Qur’an

• Perintah belajar ilmu faraidh


Hadits Riwayat Baihaqi

‫ َوأ َ ْن‬,‫الر ْم َي‬


َّ ‫ َو‬,‫اح َة‬
َ َ‫السب‬ َ
ّ ِ ‫ َو‬,‫عل َى ال َْوالِ ِد أ ْن يُ َعلِ ّ َم ُه ال ْ ِكتَا بَ َة‬
َ ‫َح ُّقال َْو ل َ ِد‬
‫يُ َو ِ ّرث َ ُه َط ِيّبًا‬
Artinya : “Hak seorang anak atas orang tuanya adalah orang tua mengajarkannya menulis, berenang dan
memanah serta tidak memberinya rezeki kecuali yang baik (halal)”. HR. Baihaqi.

Kewajiban orang tua adalah mengatarkan anak-anaknya dengan cara mendidik, membekali
mereka ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun umum, untuk bekal mereka dihari dewasa. Uang
yang diberikan pada anak haruslah yang baik agar yang mengalir dalam darahnya yang baik pula,
yang mana akan terpancar dalam keseharian anak tersebut.

Manfaat dari hadis tersebut apa yang diajarkan oleh orang tuanya akan bermanfaat pada masa
anak sudah dewasa dalam menjalankan kehidupannya.
HADITS RIWAYAT ABU DAUD

َ ‫ع ْن َس َّو ٍارأ َ ِب ْي َح ْم َز َة َق‬


‫ال‬ َ ‫ااس َم ِعي ْ ُل‬ ْ َ ‫ام ي َ ْغ ِن ْي ال ْيَ ْشك ُِر َّي َح ّ َدثَن‬ ٍ ‫َح َّد ثَنَا ُم َؤ َّم ُل بْ ُن ِه َش‬
‫ع ْن‬ َ ‫ع ْم ِر َوبْ ِن ُش َعي ْ ٍب‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫الصيْ َر ِف ُّي‬ َّ ‫ادأَبُ ْو َح ْم َز َةال ُْم َز ِن ُّي‬
َ ‫أَبُ ْو َد ُاو ْد َو ُه َو َس َّو ُاربْن ُ َد ُو‬
‫الصل َا ِة َو ُه ْم‬
َّ ‫ادك َْم ِب‬ َ ‫عل َيْ ِه َو َسل َّ َم ُم ُر ْواأ َ ْو َل‬ ُ ‫الله َصلَّى‬
َ ‫الله‬ ِ ‫ع ْن َج ِ ّد ِه قَال ََر ُس ْو ُل‬ َ ‫أ َ ِبي ْ ِه‬
‫ع ْش ٍر َو َف َّرق ُْوابَيْن َ ُه ْم ِفي ال َْم َضاجِ ع‬ َ ‫اء‬ ُ َ ‫عل َيْ َه َاو ُه ْم أَبْن‬
َ ‫اض ِربُ ْو ُه ْم‬ْ ‫اء َسبْ ِع ِس ِنيْ َن َو‬ ُ َ ‫أَبْن‬
(‫) رـواـهـ اـبودـاود‬
Diceritakan Mu’mal bin Hisyam - Ya’ni al Yasykuri – Isma’il dari Suwar Abi Hamzah, Abu Daud
berkata: dia adalah Suwar bin Daud Abu Hamzah al-Muzani ash-Shairafi, dari Umar bin Syu’aib dari
ayahnya dari kakeknya, dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Serulah anak-anakmu mengerjakan
shalat ketika mereka berumur 7 (tujuh) tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau mengerjakan shalat
ketika mereka berumur 10 (sepuluh) tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka (putra dan putri).”
Jalur periwayatan hadits berdasarkan urutan sanadnya yaitu melalui Mu’ammal bin
Hisyam, Isma’il, Suwar Abi Hamzah, Umar bin Syu’aib. Suwar bin Hamzah nama lengkapnya
adalah Suwar bin Daud Abu Hamzah al-Muzani ash-Shairafi. Lambang periwayatan Suwar
bin Hamzah dan Umar bin Syu’aib menggunakan ‘an dan menggunakan lambang periwayatan
haddatsana. Dan Abu Daud tercatat bahwa ia merupakan murid dari Mu’ammal bin Hisyam
dengan menggunakan periwayatan haddatsana, maka dapat dikatakan sanadnya bersambung.

Berdasarkan hadits di atas, dapat digali pemahaman bahwa anak sudah harus dilatih
menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim sejak usia 7 tahun. Anak diberi
sanksi bila meninggalkan kewajiban-kewajibannya pada saat usianya 10 tahun. Hal ini berarti
masa pembiasaan anak melaksanakan kewajibannya selama 3 tahun, sejak usia 7 tahun sampai
usia 10 tahun. Sedangkan usia 10 tahun sampai menjelang baligh bisa dikatakan masa
pemantapan, karena anak sudah dikenai hukum mengerjakan sesuatu yang wajib dan tidak
boleh lagi meninggalkannya.
HADITS RIWAYAT BAIHAQI
 
‫علِ ِّ ّـِيبْ ِن‬ َ ‫ نا أَبُو َج ْعفَ ٍر ُم‬، ‫اضي‬
َ ‫ح ّـََّم ُد بْ ُن‬ ِ َ‫خبَ َرنَا أَبُو بَك ٍْر أ َ ْح َم ُد بْ ُن ال َْح َس ِنالْق‬ ْ َ‫أ‬
، ‫ نا أ َ ِبي‬، ‫اق بْ ِن ُمبَ َار ٍك ال َْع ّـََّط ُار‬ َ ‫ح‬ َ ‫عبَيْ ِد بْ ِن ِإ ْس‬ ُ ‫ أنا أ َ ْح َم ُد بْ ُن‬،‫الَشَّيْبَا ِن ّـُُّي‬
‫ّـ‬ ‫ُد َحيْ ٍم‬
‫ول الَل ّـَّ ِه‬ُ ‫ال َر ُس‬ َ ‫ َق‬ : ‫ال‬ َ ‫ َق‬، ‫ع َم َر‬ ُ ‫ع ِن ابْ ِن‬ َ ، ‫جا ِه ٍد‬ َ ‫ع ْن ُم‬ َ ،‫ث‬ ٍ ْ‫ع ْن ل َي‬ َ ‫س‬ ، ٌ ْ‫َح ّـََّدثَ ِني َقي‬
، ” ‫ َوال َْم ْرأ َ َة ال ِْم ْغ َز َل‬،‫اح َة َوال ّـََّر ْم َي‬ َ
َ َ ‫ع ِِّل ّـ ُموا أبْن‬
‫اءك ُُم ِّ ّـ‬
َ َ‫الِسب‬ َ  ” : ‫عل َيْ ِه َو َسَل ّـَّ َم‬
َ ‫َصَل ّـَّى الَل ّـَّ ُه‬
‫يث‬ ِ ‫عبَيْ ٌد ال َْع ّـََّط ُار ُمنْك َُر ال َْح ِد‬ ُ
Abu Bakr Ahmad bin Al Hasan Al Qadhi mengabarkan kepada kami, Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin
Duhaim Asy Syaibani mengabarkan kepada kami, Ahmad bin Ubaid bin Ishaq bin Mubarak Al ‘Athar
mengabarkan kepada kami, ayahku (Ubaid bin Ishaq) mengabarkan kepadaku, Qais menuturkan
kepadaku, dari Laits, dari Mujahid dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: “ajarkanlah anak-anak kalian renang, melempar dan ajari kaum wanita kalian
memintal”. (Al Baihaqi berkata: ) Ubaid Al Athar adalah perawi yang munkarul hadits.
Hadis di atas menjelaskan berenang dan memanah termasuk hak anak atas orang tuanya.
Definisi Hak al-walad 'ala al-wâlid adalah sesuatu yang harus diberikan orang tua terhadap
anaknya. Ada tiga aspek yang dapat diambil dari hadis Nabi mengenai kewajiban orang tua
dalam mendidik anak, yaitu al-kitabah (menulis), al-Sibâhah (berenang) dan al-Rimâyah
(memanah).
Makna kata as-Sibâhah sama dengan kata as-Sibhu yaitu berenang, ada dua hal yang bisa
dipahami dari kata as-sibâhah. Pertama, penjelajahan lautan. Bahwa hidup bukan hanya di
darat semata, itu adalah hal yang pasti. Karena itu, pemahaman tentang kelautan sekaligus
kaitannya dengan ilmu pengetahuan tidaklah sedikit. Lahirnya ilmu kelautan bisa dijadikan
contoh tentang pentingnya laut. Dengan kata lain, pendidikan bukan hanya berlangsung di satu
tempat (daratan) saja melainkan harus mampu menyebrangi samudra yang luas. Inilah mengapa
dalam hadis lain Nabi menganjurkan agar mencari ilmu ke negri China. Karena itu, memaknai
"berenang" bukan hanya mengajar terapung di air tapi bagaimana seorang anak mempunyai
keinginan untuk menyebrangi lautan sehingga menemukan kekuasaan Allah yang tak terhingga
ini.
 
Olahraga Renang, sebuah olahraga yang dilaksankan untuk melatih
pernafasan dan melatih kekuatan-kekuatan baik tangan maupun kaki, yang
akan menjadikan badan sehat dan bugar. Selain itu dari segi pendidikan,
berenang memberi gambaran bahwa seseorang harus bergerak dalam
mengarungi kehidupan ini, tanpa bergerak seseorang akan mati dan tidak
akan mendapatkan sesuatu apapaun (bekal di dunia dan akhirat).
Olahraga Memanah, adalah suatu usaha untuk menghasilkan suatu sasaran
yang memerlukan kosentrasi penuh dan berkesinambungan, Memanah
adalah simbol dari fokus atau kosentrasi dan istiqomah. Maksudnya,
bahwa dalam hidup ini harus mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas,
upaya untuk mencapainya haruslah dilakukan dengan ikhtiar sungguh-
sungguh, ikhlas dan fokus (istiqomah), fokus disini pada proses bukan
pada hasil akhir.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai