Anda di halaman 1dari 9

Judul Makalah : Qiraah Sab’ah

Disusun Oleh : Shofwah An Nufus


NIM : 21031408
Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

1.PENDAHULUAN
َ ‫س م ِْعتُ ه‬
‫ِش ا َم بْنَ َح ِك ْي ِم‬ َ ُ ‫ب َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َيقُ ْول‬ ِ ‫سم ِْعتُ ُع َم َر بْنَ ا ْل َخ َّطا‬ َ َ ‫ي َأ َّن ُه َقال‬ ِ ‫الر ْح َم ِن ْب ِن َع ْب ٍد ا ْل َق‬
ِّ ‫ار‬ َّ ‫عَنْ َع ْب ِد‬
‫سلَّ َم َأ ْق َرَأنِ ْي َها َوكِدْ تُ َأنْ َأ ْع َجل َ َعلَ ْي ِه ُث َّم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْول ُ هللا‬ ُ ‫ان َعلَى َغ ْي ِر َما َأ ْق َرُؤ هَا َو َكانَ َر‬ ِ ‫س ْو َر َة ا ْلفُ ْر َق‬ ُ ‫ْب ِن ح َِز ٍام َي ْق َرُأ‬
‫س م ِْعتُ َه َذا َي ْق َرُأ َعلَى َغ ْي ِر َم ا‬ َ ‫س لَّ َم َفقُ ْلتُ ِإ ِّن ْي‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْول َ هللا‬ ُ ‫ف ُث َّم لَ َّب ْب ُت ُه بِ ِر َداِئ ِه َف ِجْئ تُ بِ ِه َر‬ َ ‫َأ ْم َه ْل ُت ُه َح َّتى ا ْن‬
َ ‫ص َر‬
‫َأ ْق َرْأ َتنِ ْي َها َف َقال َ ل ِْي َأ ْرسِ ْل ُه ُث َّم َقال َ لَ ُه ِا ْق َرْأ َف َق َرَأ َقال َ َه َك َذا ُأ ْن ِزلَتْ ُث َّم َقال َ ل ِْي ِا ْق َرْأ َف َق َرْأتُ َف َقال َ َه َك َذا ُأ ْن ِزلَتْ ِإنَّ ا ْلقُ ْرآنَ ُأ ْن ِزل َ َعلَى‬
‫َر‬ َّ ‫ا َت َي‬
‫س‬ ‫ُه َم‬ ‫ا ْق َر ُء ْوا ِم ْن‬ ‫ُرفٍ َف‬ ‫ْب َع ِة َأ ْح‬ ‫س‬
َ

Dari Abdurrahman bin Abdul Qari’ bahwa dia berkata, aku mendengar Umar bin Khathab
ra. berkata; “Aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surah Al-Furqan
dengan cara yang berbeda dari yang aku baca sebagaimana Rasulullah saw.
membacakannya kepadaku dan hampir saja aku mau bertindak terhadapnya, namun aku
biarkan sejenak hingga dia selesai membaca. Setelah itu aku ikat dia dengan kainku lalu
aku giring dia menghadap Rasulullah saw. dan aku katakan: "Aku mendengar dia
membaca Al-Qur'an tidak sama dengan aku sebagaimana engkau membacakannya
kepadaku". Maka, beliau berkata kepadaku: "Bawalah dia kemari". Kemudian beliau
berkata, kepadanya: "Bacalah". Maka dia pun membaca. Beliau kemudian bersabda:
"Begitulah memang yang diturunkan". Kemudian beliau berkata kepadaku: "Bacalah".
Maka, aku membaca. Beliau bersabda: "Begitulah memang yang diturunkan.
Sesungguhnya Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh dialek (qira’ah sab’ah), maka bacalah
oleh kalian (qira’ah) mana yang mudah" (HR. Bukhari). 1 Berdasarkan hadis tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa perbedaan pembacaan al-qur’an telah ada semenjak zaman
Rasulallah SAW. Dalam Bahasa Arab sebagaimana bahasa lainnya kenyataan munculnya
beragam dialek juga mempengaruhi gaya bahasa dan cara pembacaan al-qur’an.
Namun,karena kemukjizatan al-qur’an, pembacaan al-qur’an dalam beberapa dialek tidak
mengubah substansi secara menyeluruh. Ilmu qiraat juga mengalami perkembangan dari
generasi ke generasi sampai saat ini ilmu qiraat masih digandrungi oleh kebanyakan huffadz
atau kalangan akademisi. Penulis berharap informasi yang terdapat dalam tulisan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi mereka yang ingin mengenal sedikit tentang
ilmu qiraah sab’ah
1
https://umma.id

1
2.PEMBAHASAN
A. Pengertian Qiraah Sab’ah dan Latar Belakang Qiraah Sab’ah
Qiraah merupakan cabang ilmu tersendiri dalam ulumul Qur’an. Ilmu Qiraat Secara
bahasa qaraat adalam bentuk jamak qaraata isim masdar dari qaraa yang artinya bacaan.
secara istilah qiraah adalah bentuk pengucapan kalimat dalam membaca Al-qur’an yang
didalamnya termasuk perbedaan sumber-sumber pembacaan dari Rasulallah.Tiap-tiap qiraat
disandarkan pada seorang imam yang memiliki murid sebagai perawi. Al-Zarqani
mengatakan bahwa qiraah adalah mazhab yang dianut oleh seorang imam qiraat yang
berbeda dengan lainnya dalam pengucapan al-Qur’an serta kesepakatan riwayat-riwayat
dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf ataupun
pengucapan bentuk-bentuk. Sedangkan menurut al-Zarkasyi, qiraah adalah perbedaan
lafaz-lafaz al-Qur’an baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara-cara pengucapan
huruf-huruf tersebut, seperti takhfit, tasydid dan lain-lain.2
Hadis tentang Qiraah Sab’ah sebagai berikut; Jibril as menemui Rosulallah SAW
saat beliau berada di Ahjarul Mira`, Jibril berkata; “Sesungguhnya umatmu membaca Al-
Qur’an dengan tujuh dialek (qira’ah sab’ah), maka barangsiapa diantara mereka yang
membaca dengan satu dialek (qira’ah), hendaklah membaca seperti yang telah ia
ketahui dan tidak menghentikannya.” (HR. Ahmad)

‫ت ِإلَى ُأ َّم ٍة ُأ ِّميِّ ْينَ ِم ْنهُ ُم ْال َعجُوْ ُز‬


ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِجب ِْر ْي َل فَقَا َل يَا ِجب ِْر ْي ُل ِإنِّ ْي بُ ِع ْث‬
َ ِ‫ب قَا َل لَقِ َي َرسُوْ ُل هللا‬ ٍ ‫ع َْن ُأبَ ِّي ب ِْن َك ْع‬
‫ُأ‬ ْ ُّ ‫ْأ‬
‫َأ‬ َّ
ٍ ‫ حْ ُر‬  ٍ ‫اريَةُ َوال َّر ُج ُل ال ِذي لَ ْم يَ ْق َر ِكتَابًا قَط قَا َل يَا ُم َح َّم ُد ِإ َّن القُرْ آنَ ْن ِز َل َعلَى َس ْب َع ِة‬
‫ف‬ ِ ‫َوال َّش ْي ُخ ْال َكبِ ْي ُر َوالغُاَل ُم َوال َج‬
ْ ْ
Dari Ubay bin Ka'ab, dia berkata; Rasulullah saw. menemui Jibril as., lalu beliau
bersabda; "Wahai Jibril, sesungguhnya aku diutus untuk umat yang buta huruf, di antara
mereka ada yang lemah, tua, renta, anak kecil laki-laki dan perempuan serta orang yang
sama sekali tidak bisa membaca." Jibril as. berkata; "Wahai Muhammad saw.,
sesungguhnya Al-Qur'an diturunkan dalam tujuh dialek (qira’ah sab’ah)." (HR. Tirmidzi)

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan fokus dan objek kajian ilmu
qiraah adalah Alquran al-Karim dari segi redaksinya yakni bagaimana cara pelafalan redaksi
tersebut. Ilmu ini juga merupakan ilmu riwayah atau ilmu yang disandarkan pada penukilan
dari para imam ahli qiraah secara berkesinambungan kepada Nabi Muhammad. Oleh
karenanya metode mendapatkannya ilmu qiraah harus melalui riwayat yang bersumber dari
Rasulullah saw. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan qiraah merupakan perkara
tauqifi, tidak ada unsur ijtihad dalam ilmu ini, dikarenakan semua riwayat bacaan Alquran
disandarkan pada pengucapan perawi secara berkesinambungan.
B. Sejarah dan Sebab Pebedaan Qiraah Sab’ah
Rasulullah SAW dan para sahabat pada permulaannya memberikan perhatian
terhadap penghafal Al-Qur’an, karena Rasul SAW adalah seorang yang ummi (tidak bisa baca
tulis) diutus kepada orang-orang ummi, disebabkan oleh sarana yag tidak terlalu
mendukung. Karena itu para sahabat berusaha mendengar, menghafal, memahami, dan

2
http:///.scribd.ac.id

2
mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun demikian Rasulullah
SAW tidak menunda pengumpulan Al-Qur’an melalui tulisan. Rasulullah SAW telah memilih
sebagian sahabat sebagai penulis wahyu seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar, Utsman, Ali,
Mu’awiyah, Aban bin Sa’id, Khalid bin al-Walid, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan Tsabit bin
Qais. Ketika sebuaah ayat telah turun ayat tersebut dibacakan dan ditulis oleh sahabat yang
sudah Rosulallah tunjuk sebagai penulis dan hasil tulisan ayat dikumpulkan di rumah
Rasulullah SAW. Oleh itu, semua aya-ayat Al-Qur’an telah ditulis pada zaman Rasulullah
SAW, walaupun belum disatukan dalam satu mushaf. Selain sahabat yang diangkat oleh
Rasulullah SAW sebagai penulis wahyu, sebagian mereka menulis Al-Qur’an untuk dirinya
sendiri, sementara sebagian yang lain hanya memadakan hafalan saja.
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia dan Abu Bakar dilantik sebagai khalifah
terjadi peperangan antara kaum muslimin dengan Musailamah al-kadzdzab dan
pengikutnya. Pada peperangan ini banyak yang terbunuh dari kalangan Qurra’, sehingga
Umar bin Khattab ra menyarankan kepada Abu Bakar ra supaya dilaksanakan pengumpulan
Al-Qur’an. Pada awalnya Abu Bakar ra menolak menerima saran tersebut, tetapi setelah
Umar bin al-Khattab ra mendatangi beliau berulang kali, Allah Ta'ala membukakan hatinya,
lalu memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk melaksanakan pengumpulan Al-Qur’an dari awal
sampai akhir.
Pada zaman khilafah Utsman bin Affan ra daerah kekuasaan Islam semakin meluas
dan para sahahabat banyak yang berpindah ke daerah-daerah yang telah dikuasai kaum
muslimin. Maka penduduk setiap daerah mengambil qira’ah Al-Qur’an dari sahabat yang
lebih populer dalam bidang Al-Qur’an yang berdomisili di daerah mereka.
Penduduk Syam mengambil Qira’ah Ubay bin Ka'ab ra, penduduk Kufah mengambil
qira’ah Abdullah bin Mas’ud ra, dan penduduk daerah lain mengambil qira’ah Abu Musa al-
Asy'ari. Berdasarkan itu Qira’ah yang diajarkan pada suatu daerah terkadang berbeda
dengan qira’ah yang diajarkan pada daerah lain, karena sebagian sahabat hanya mengambil
satu huruf saja dari Rasulullah SAW, sementara yang lain ada yang mengambil dua huruf
atau beberapa huruf. Hal ini menyebabkan terjadinya pertikaian di kalangan kaum muslimin
dalam qira’ah Al-Qur’an, seperti pertikaian yang terjadi di antara para sahabat pada zaman
Rasulullah SAW sebelum mereka mengetahui bahwa Al-Qur’an turun atas 7 huruf.
Pada akhir tahun 24 H. Khalifah Utsman bin Affan ra memberi tugas kepada empat
orang sahabat terkemuka dalam bidang Al-Qur’an yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Sa’id bin al-‘Ash dan Abd ar-Rahman bin al-Harits. Kemudian Khalifah Utsman bin Affan ra
meminta Ummul Mukminin Hafshah binti Umar ra supaya mengirimkan mushaf yang

3
dikumpul pada zaman Khalifah Abu Bakar ash- Shiddiq ra Para panitia penulisan Al-Qur’an
yang telah dipilih oleh Khalifah Utsman bin Affan berhasil menuliskan mushhaf yang menjadi
panduan kepada kaum muslimin. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah mushhaf
yang ditulis. Sebagian berpendapat jumlahnya empat, satu mushhaf dikirim oleh Khalifah
Utsman ke al-Kufah, satu ke al-Bashrah, satu ke asy-Syam dan satu lagi bersama khalifah di
al-Madinah. Sedangkan yang lain berpendapat jumlahnya lima. Pendapat yang lain
mengatakan jumlahnya tujuh dengan menambah mushhaf yang di kirim ke Mesir, Yaman
dan al-Bahrain. Kemudian semua mushhaf yang ditulis pada zaman Khalifah Utsman bin
Affan tidak bertitik dan tidak berbaris, dan bentuk tulisannya memberi peluang kepada
semua qiraah.
Jika suatu kata tidak dapat memberi peluang kepada berbagai qiraah, maka salah
satu mushhaf ditulis dengan satu wajah dan mushhaf yang lain ditulis dengan wajah yang
lain. Seterusnya Khalifah Usman bin ‘Affan mengutus seorang sahabat yang qiraahnya sesuai
dengan rasam mushaf yang dikirim ke daerah itu dan diketahui bahwa bacaan al-Qur’an
diambil secara musyafahah dari seorang imam dan imam ini juga mengambil secara
musyafahah dari imam yang di atasnya, begitulah sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebab itu capaian para tabi’in, tabi’ tabiin dan para ulama qurra’ dalam qiraah berbeda
antara seorang dengan yang lain.
Ilmu qiraah semakin berkembang, di mana setiap generasi terdapat orang-orang
yang terkemuka dalam bidang qiraah Al-Qur’an. Dari kalangan Sahabat, Usman bin Affan, Ali
bin Abu Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Thabit, Abdullah bin Mas’ud, Abu ad-Darda’ dan Abu
Musa Al-Asy’ary. Dari kalangan Tabiin Ibn al-Musayyab,’Atha’, ‘Amir bin Abd al-Qais,
‘Alqamah, Al-Mughirah. Kemudian setelah zaman tabi’in banyak dari para ulama yang
bersungguh-sungguh mendalami ilmu qiraah, kemudian mereka mengembangkannya
sehingga pada akhirnya muncullah istilah qiraah sab’ah, qiraah ‘asyarah dan qiraah arbata
‘asyar.

1. Qiraah pada zaman rasulullah SAW.


Ciri-ciri periode ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber qiraah adalah Malaikat Jibril as
b. Guru yang pertama bagi Sahabat adalah Rasulullah SAW. Baginda Rasulullah
merupakan tempat rujukan bagi para sahabat yang berbeda pendapat dalam
qiraah.
c. Sebagian sahabat berperan sebagai Mu’alim qiraat dengan perintah

4
Rasulullah SAW atau dengan pengakuannya SAW.
d. Sebagian sahabat telah bersungguh-sungguh dalam menguasai ilmu qiraah. Di
antaranya: Abu Bakar, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Ubay bin Ka'ab,
Abdullah bin Mas’ud, Zaid Bin Tsabit, Abu Musa Al Asy'ari, Abu ad-Darda’ dan 70
qurra’ yang terbunuh dalam sumur ma’unah. Mereka telah menghafal Al-Qur’an
secara keseluruhannya sewaktu Rasulullah SAW masih hidup.
2. Qiraah pada zaman sahabat.
Ciri-ciri periode ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagian sahabat dan tabi’in belajar ilmu qiraah dari Imam-imam qiraah dari
kalangan sahabat.
b. Wujuh (bentuk-bentuk qiraah) yang berbeda telah mulai muncul pada periode ini
dan diajarkan melalui periwayatan
c. Khalifah Utsman mengutus seorang Qori’ yang qiraahnya sama dengan qiraah yang
dipakai di daerah tersebut.
3. Qiraah pada zaman tabi’in dan tabi’ tabiin.
Ciri-ciri qira’at pada periode ini adalah sebagai berikut;
a. Orang-orang Islam dari berbagai daerah mulai mendatangi para qurra’ untuk
menerima qiraah secara langsung.
b. Sebagian kelompok bersungguh-sungguh mempelajari ilmu qiraah sehingga mereka
menjadi imam-imam qiraah dan panutan masyarakat dalam bidang qiraah Al-
Qur’an.
4. Qiraah pada masa penulisan.
a. Para ulama memiliki perbedaan pendapat tentang orang yang pertama kalinya
menulis ilmu qiraah. Sebagian berargumen bahwa orang yang pertama menulis
tentang ilmu qira’at adalah Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (224 H). Sebagian
yang lain mengatakan Abu Hatim as-Sajistany (225 H), sementara sebagian yang lain
berpendapat adalah Yahya bin Ya’mur (90 H).
b. Orang yang mengemukakan penamaan Qira’ah Sab’ah adalah al-Imam Abu Bakar
Muhammad bin Musa bin Mujahid (324 H). Syarat-syarat qiraah yang shahih dan
ilmu yang membedakan qira’ah shahih dengan qiraah syadz telah mulai muncul
pada priode ini, dimana orang yang pertama kali menulis tentang qiraah Syadzdzah
adalah Mujahid.
c. Munculnya penggunaan dalil tata bahasa arab (ponetik, morfologi dan sintaksis)
dalam menetukan qira’ah yang shahih. Penulisan buku-buku tentang qiraah terus

5
berlanjut seperti kitab at-Tabshirah dan al-Kasyf karya Makky ibn Abi Thalib al-Qaisy,
at-Taisir fi al-Qira’at as-Saba’ karya Abu ‘Amr ad-Dany.
d. Munculnya bentuk penulisan buku qiraah seperti buku yang khusus mengkaji
tentang salah satu qira’at atau lebih dari satu qiraah.
5. Qiraah Masa Kini
Ilmu qiraah sebagaimana ilmu-ilmu islam lain yang memiliki sedikit peminat. Muslim
yang belajar ilmu qiraat terbilang hanya berapa persen dari keseluruhan jumlah muslim
diseluruh dunia. Tetapi pada zaman sekarang ilmu-ilmu keislaman termasuk ilmu Qiraah
menarik peminat para ilmuan Muslim, karangan-karangan untuk mempermudah
pengkajianIilmu Qiraah mulai muncul, sebagaimana canel-canel dan siaran-siaran yang
khusus menyiarkan Al-Qur’an dan ulumul Quran semakin banyak. Ilmu qira’at telah tersebar
di negara-negara Islam. Riwayat Hafash tersebar di Negara-negara bagian timur, riwayat
Qalun di Libya, Tunisia dan sebagian al-Jazair, riwayat Warasy di al-Jazair, Maroko,
Mauritania dan sebagian besar Negara-negara Afrika, dan riwayat ad-Dury dari abu Amr di
Sudan, Somalia dan Yaman.
Imam-imam Qiraah Sab’ah beserta perawinya;
a)‘Imam Ibnu ‘Amir
Nama lengkapnya Abdullah bin ‘Amir Al-Yahsabi. Ia mengambil qiraah dari Ustman bin ‘Affan
RA dari Rasulullah Saw. Perawinya yang terkenal antara lain : Hisyam bin ‘Ammar ad-Dimasqi
(Hisyam) serta Abu ‘Amir ‘Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Zakwan ad-Dimasqi (Ibnu
Zakwan)
b ) Imam Ibnu Katsir
Nama lengkapnya Abu Ma’bad ‘Abdullah bin Katsir al-Makki. Ia mengambil qiraah dari Ubay
bin Ka’ab dan ‘Umar bin al-Khattab RA dari Rasulullah SAW melalui Abdullah bin Sa’id al-
Makhzumi,Perawinya yang terkenal antara lain Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdullah bin
Abu Bazzah (Al-Bazzi) serta Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Muhammad al-Makhzumi
(Qunbul).
c) Imam Abu Amr
Nama lengkapny Zabban bin-‘Ala’ bin ‘Ammar. Ia mengambil qiraah dari ‘Umar bin al-
Khattab dan Ubay bin Ka’ab RA melalui Abu Ja’far Yazid bin al-Qa’qa’ dan Hasan al-Bashri.
Hasan al-Bashri mengambil qiraat dari Hathtan dan Abu ‘Aliyyah dari Umar bin Al Khattab
dan Ubay bin Ka’ab dari Rasulullah Saw. Perawinya yang terkenal antar lain Abu Umar Hafsh
bin Umar(ad-Duri) serta Abu Syua’ib Shalih bin Ziyad as-Susi.

6
d) Imam Nafi’
Nama lengkapnya Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Na’im al-Laitsi. Ia mengambil qiraah dari
banyak guru, diantaranya ‘Abdurrahman bin Hurmuz yang mengambil qiraah dari Abdullah
bin Abbas dan Abu Hurairah RA dari Ubay bin Ka’ab dari Rasulullah SAW.Perawinya yang
terkenal antara lain Abu Musa ‘Isa bin Mina (Qalun) serta Uts’man bin Sa’id al-Mishri (Warsy)
e) Imam Hamzah
Nama lengkapnya Hamzah bin Hubaib az-Zayat. Ia mengambil qiraah dari Abdullah bin
Mas’ud melalui Abu Muhammad bin Sulaiman bin Mahran al- Amasyi yang mengambil qiraat
dari Abu Muhammad Yahya al-Asadi dari al-Qamah bin Qais. Kemudian al-Qamah bin Qais
talaqqi dari Abdullah bin Mas’ud RA dari Rasulullah SAW. Perawinya yang terkenal antara
lain Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam al-Bazzaz (khalaf) serta Abu ‘Isa Khallad bin Khalid
as-Sairafi (Khallad).
f) Imam Al Kisai
Nama lengkapnya Abul Hasan ‘Ali bin Hamzah al-Kisa-I, Ia menggunakan qiraah dari Imam
Hamzah dan juga talaqqi kepada Muhammad bin Abu Laili dan Isa bin Umar. Sementara itu
Isa bin Umar mengambil qiraat dari Imam ‘Ashim. Perawi imam Al-Kisai yang mahsyur antara
lain al-Lais bin Khalid al-Baghdadi (Abu Harits ) serta Abu Umar diatas Hafsh bin Umar (ad-
Duri al-Kisai).
d) Imam ‘Ashim
Nama lengkap Abu Bakar ‘Ashim bin Nujud al-Asadi. Ia mengambil qiraah dari ‘Abdullahbin
Mas’ud, Utsman bin Affan , Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit dari
Rosulallah melalui Abu Abdurrahman bin Suliman bin Almughirah (hafsh).
Peerawinya yang terkenal antara lain Abu Bakr Syu’bah dan Abu ‘Amr Hafsh bin Sulaiman bin
Mughiroh ( Hafsh)
Perlu digaris bawahi disini bahwa Qiraah Al-Qur’an bukanlah hasil ijtihad para imam,
melainkan sebuah taufiqi dan memiiki sanad mutawattir kepada Rosulallah SAW

1. Urgensi Ilmu Ilmu Qiraah Sab’ah


a. Dengan mempelajari Ilmu qiraah kita dapat lebih memaknai Al-quran, ketika
seseorang mempelajari ilmu qiraah, maka secara tidak langsung juga
mempelajari ilmu Syariat serta perbendaharaan kata dalam bahasa arabnya
akan meningkat.
b. Melestarikan Bacaan qiraah bagi seorang pelajar al-quran. Poin ini menjadi
salah satu penyebab utama untuk mempelajari qiraah. Banyaknya peminat

7
pelajar dalam mempelajari Ilmu tentang islam, walaupun tak sedikit yang
hanya digunakan untuk berdebat dan berdalil. Sedangkan bacaan qiraah
hanya dipelajari oleh segelintir orang saja. Runtut da ketatnya pembelajaran
Ilmu Qiraah juga berdaya guna menarik minat para pelajar al-qur’an.
c. Mempermudah Bacaan Al-Qur’an
Misalkan dalam suatu daerah mengalami kesuitan dalam pembacaan al-
qur’an qiraah Imam Hafsh dan ada daerah yang lebih mudah menggunakan
qirah Imam Hafsh.
d. Menjaga Al-Qur’an dari penyimpangan dan Kerusakan
Dalam beberapa kasus kesulitan dalam pembacaan al-qur’an jika dijadikan
dalam satu bacaan akan menimbulkan banyak penyelewengan bacaan
terutama daerah yang kesulitan menggunakan dialek atau bacaan al-qur’an
tersebut.
e. Sebagai Bukti Nyata Kemukjizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai sebuah mukjizat yang agung memilki keabsahan dan
keindahan mutlak dalam segala aspek di dalamnya.

8
DAFTAR PUATAKA

Putra, Khairunnas Jamal Afriadi. Ilmu Pengantar Qiraa’t.Yogyakarta: Kalimedia 2020


Nasution, Muhammad Roihan. Khazanah Bacaan Al-Qur’an Qiraah dan Praktik :
Medan Perdana Publising: 2019
https://scribd.ac.id
https://umma.ac.id
https://azharb.48.blogspot.com/2018/09/pengaruh-qiraat-mengistimbath.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai