Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman yang sudah moderen ini, manusia ingin berpenampilan unik,

dengan cara mengikuti trend/fashion disekitarnya. Islam merupakan agama yang

sempurna sehingga dalam kehidupan sehari-hari pun sangat diperhatikan, bahkan

menuntut seorang muslim untuk berpenampilan yang baik, dari ujung kaki sampai

ujung rambut juga diatur dalam agama Islam, tidak terkecuali dalam masalah gaya

rambut. Elok dipandang dan rapi dalam berpenampilan sangat dianjurkan. Islam

sangat menentang sikap berlebih-lebihan dalam berpenampilan, seperti

memperburuk penampilan.

Salah satu akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah terkait

rambut. Rasulullah menyuruh umatnya agar memuliakan rambutnya dengan cara

merawatnya.1 Dalam beberapa riwayat disebutkan rambut Rasulullah SAW

panjangnya sampai menyentuh bahunya. Memanjangkan rambut haruslah

memuliakan dan merawatnya dengan rapi, artinya memuliakan rambut adalah

meminyakinya, menyisirnya, dan tidak mencukurnya secara sebagian saja karena

hal tersebut bertentangan dengan memuliakan rambut dan menyerupai qaza‟.

Rasulullah SAW melarang umatnya mencukur rambut dengan qaza‟

karena bukanlah model cukur rambut yang baik, justru menjadikan penampilan

menjadi semangkin buruk. qaza‟ juga termasuk budaya beberapa kelompok non

muslim. Dan berhubungan dengan itu Rasulullah SAW bersabda :


1
Abu Hamid al-Ghazali, Rahasia Bersuci, Terj. Fuad Nawawi, (Jakarta : Mizan, 2016),
Cet. Ke-1 h. 102

1
2

.( ‫شبَّوَ بَِق ْوٍم فَ ُه َو ِم ْن ُه ْم ) َرَواهُ أَبُ ْو َد ُاو َد‬


َ َ‫ َم ْن ت‬:‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َ َ‫ ق‬،‫َع ِن ابْ ِن ُع َم َر‬
ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬
Artinya : “Dari ibn Umar, Rasulullah SAW Bersabda : Barangsiapa menyerupai

suatu kaum, maka dia termasuk golongan kaum tersebut” (HR. Abu

Daud ).2

Qaza‟ ialah mencukur rambut anak kecil pada beberapa titik (secara

acak) dan membiarkannya dibeberapa titik lainnya sehingga tidak beraturan

seperti gumpalan awan. Kata qaza‟ bentuk jamak dari kata qaza‟ah artinya

segumpal awan. Rambut kepala bila sebagiannya dicukur dan sebagiannya tidak

dinamakan qaza‟, karena diserupai dengan gumpalan-gumpalan awan yang

terpisah-pisah. Menurut Ubaidillah bin Hafs beliau mengisyaratkan qaza‟ adalah

apabila seorang anak kecil dicukur dan ditinggalkan rambutnya ditempat ini dan

disini dari pada ubun-ubunnya dan kedua sisinya.3 Menurut Imam Nawawi qaza‟

adalah mencukur sebagian kepala secara total.4 Dalam hadits Rasulullah :

‫َن عُ َم َربْ َن نَافِ ٍع‬


َّ ‫ص أ‬ ِ ‫ال أَ ْخبرنِي ُعب ي ُد‬
ٍ ‫اهلل بْ ُن َح ْف‬ َْ
ِ َ َ‫ال أَ ْخبَ َرنِي َم ْخلَ ٌد ق‬
َ َ َ‫ال أَ ْخبَ َارني ابْ ُن ُج َريْ ٍج ق‬ َ َ‫َح َّدثَنِي ُم َح َّم ٌد ق‬

ِ‫اهلل صلَّى اهلل َعلَيو‬


ِ ‫ت رسو َل‬ ِ
ِ ُ ‫ضي اهلل َع ْن ُهما ي ُق‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ُ َ ُ َ ُ ‫ول َسم ْع‬ َ َ ُ َ ‫أَ ْخبَ َرهُ َع ْن نَاف ٍع َم ْولَى َع ْبد اهلل أَنْوُ َسم َع اَبْ َن ُع َم َر َر‬

َّ ‫ال أِذَا َحلَ َق‬


‫الصبِ َّي َوتَ َر َك َىا ُىنَا‬ ِ ‫ع فَأَ َشار لَنَا ُعب ي ُد‬
َ َ‫اهلل ق‬ َْ َ ُ ‫ْت َوَما الْ َق َز‬ ِ ‫ال ُعب ي ُد‬
ُ ‫اهلل قُل‬ ْ َ َ َ‫َو َسلَّ َم يَ ْن َهى َع ِن الْ َق َز ِع ق‬
ِ ِ ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ
‫ال الَ أَ ْد ِري‬ َ ‫َش َع َرةً َو َىا ُىنَا فَأَ َش َارلَنَا ُعبَ ْي ُد اهلل إِلَى نَاصيَتو َو َجانَبِي َرأْسو ق ْي َل ل ُعبَ ْيداهلل فَال‬
َ َ‫ْجا ِريَةُ َوالْغُالَ ُم ق‬

2
Tim Ahnaf Institute For Islamic Studies, Ensiklopedia Amal Shaleh : Adab-Adab
Islam, (Jakarta : Mirqat, 2010), cet. ke-1, h. 10
3
Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari, Terj. Amir Hamzah :
Fathul Baari, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), cet. Ke-1, h. 829
4
Hidayaullah.Com, “Gaya Rambut yang Dilarang Oleh Islam” artikel diakses pada
26 Januari 2018 dari https: // www.hidayatullah.Com / kajian / jendela keluarga / read / 2016
/03/18/91313/ gaya-rambut-yang-dilarang-menurut-islam.html.

2
3

ِ ‫صوُ واْل َق َفا لِ ْلغُالَِم فَالَ بأْس بِ ِهما ول‬ ِ ‫ال ُعب ي ُد‬
‫ع أَ ْن يُ ْت َر َك‬
َ ‫َك َّن الْ َق َز‬ َ َ َ َ َ َّ ‫ال أ ََّما الْ ُق‬
َ ‫اع َاو ْدتُوُ فَ َق‬
َ ‫اهلل َو‬ ْ َ َ َ‫الصبِ ُّي ق‬
َّ ‫ال‬
َ َ‫َى َك َذا ق‬

.5‫ْسو َى َذا َو َى َذا‬َ َ ِ‫َيس فِي َرأ ِْس ِو غَْي ُرهُ َوَك َذل‬
ِ ‫ك َش ُّق رأ‬ ِِ ِ ِ
َ ‫بنَاًصيَتو َش َع ٌر َول‬
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia berkata; telah
mengabarkan kepadaku Makhlad dia berkata; telah mengabarkan
kepadaku ibnu Jurayj dia berkata; telah mengabarkan kepadaku
'Ubaydullah bin Hafs bahwa Umar bin Nafi‟ mengabarkan kepadanya
dari Nafi‟ bekas budak Abdullah pernah mendengar ibn „Umar
radliallahu 'anhuma berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam melarang dari qaza' (mencukur sebagian rambut
kepala dan membiarkan sebagian yang lain)." „Ubaydullah
mengatakan; "saya bertanya; "Apakah qaza' itu" 'Ubaydullah lalu
mengisyaratkan kepada kami sambil mengatakan; "Jika rambut anak
kecil dicukur, lalu membiarkan sebagian yang ini, yang ini dan yang
ini." „Ubaydullah menunjukkan pada ubun-ubun dan samping
kepalanya." Ditanyakan kepada 'Ubaydullah; "Apakah hal itu berlaku
untuk anak laki-laki dan perempuan?" dia menjawab; "Saya tidak tahu
yang seperti ini." Penanya bertanya lagi; "Apakah khusus untuk anak
laki-laki." 'Ubaydullah mengatakan (kepada syaikhnya); "Pertanyaan
itu pernah juga aku ulangi (kepada syaikhku), lalu dia berkata; "Dan
tidak mengapa (membiarkan) rambut depan kepala dan rambut
tengkuk bagi anak-anak, akan tetapi maksud qaza' adalah membiarkan
sebagian rambut di ubun-ubun, hingga di kepala hanya tersisa itu,
begitu pula dengan memangkas rambut kepalanya ini dan ini.”

‫ َع ْن أَبِ ِيو َع ِن‬,‫ أَ ْخبَ َرنِي ُع َم ُر بْ ُن نَافِ ٍع‬,‫اهلل‬


ِ ‫ َعن ُعب ي ِد‬,‫ ح َّدثَنِي يحيى ي ْعنِي ابن س ِعي ٍد‬,‫ب‬
َْ ْ ْ َ َْ َ َْ َ
ِ
َ ٍ ‫َح َّدثَني ُزَى ُير بْ ُن َح ْر‬
‫ض‬ُ ‫يُ ْخلَ ُق بَ ْع‬: ‫ال‬َ َ‫ْت لِنَافِ ٍع َوَما الْ َق َزعُ ق‬ َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم نَ َهى َع ِن الْ َق َز ِع ق‬
ُ ‫ قُل‬:‫ال‬ ِ
َ ‫َن َر ُسو َل اهلل‬َّ ‫ابْ ِن ُع َم َرأ‬

ٌ ‫الصبِ ُّي َويُ ْت َر ُك َبع‬


6
.‫ض‬ ِ ‫َر‬
َّ ‫أس‬
Artinya : “Telah menceritakan kepadaku Zuhayr bin Harb; Telah menceritakan
kepadaku Yahya bin Sa'id dari 'Ubaydillah; Telah mengabarkan kepadaku
'Umar bin Nafi‟ dari bapaknya dari ibn 'Umar bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah melarang melakukan qaza'. Aku bertanya kepada Nafi‟;
'Apa itu qaza'? ' Nafi‟ menjawab; 'Mencukur sebagian rambut kepala anak dan
membiarkannya sebagian yang lain”.

5
Muhammad bin Isma„il Abu „Abdullah al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, juz 7
(Damaskus: Dar Tauq al-Najah, 1442), cet, ke-1, h. 163.
6
Muslim ibn al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qushairi al-Naisaburi, Sahih Muslim, juz 3
(Beirut : Dar al-Turath al-„Arabi, t.th.), cet. ke-1, h. 1675.

3
4

Menurut Ibnu Qayyim, qaza‟ memiliki beberapa karakteristik, seperti

yang dikutip Abdullah Nasih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad, sebagai berikut :

1. Mencukur tempat tempat tertentu dari kepala, terambil dari taqazzu‟ al-sahab

yang artinya awan yang menggumpal dibeberapa tempat.

2. Mencukur rambut yang ada ditengah kepala, sedangkan disisinya dibiarkan

tidak dicukur sebagaimana yang dilakukan oleh para Pendeta Kristen.

3. Mencukur pinggir-pinggirnya dan menyisakan yang tengah seperti gerombolan

penjahat dan orang-orang hina.

4. Mencukur depannya dan menyisakan bagian belakang.7

Dari keempat karakteristik qaza„ di atas, karakteristik yang kedua saja

yang memiliki subyek yang jelas, sedangkan tiga yang lain perlu adanya

penelitian dalam mencari subyeknya sebagai bentuk implementasi yang kemudian

sebagai tolok ukur apakah hadis Rasulullah tentang qaza‟, maupun

karakteristik qaza‟ menurut Ibn Qayyim akan relevan dan berlaku disetiap

kondisi dan zaman.8

Tetapi seiring perkembangan zaman, dengan cepat qaza‟ sudah mulai

diperaktekan oleh mayoritas remaja dan dewasa dengan beberapa istilah lain dan

bermacam-macam bentuknya, didukung dengan alat-alat super canggih, slah

satunya adalah dengan skin. Dahulu skin itu digunakan untuk membuat tato

dibadan. Kini lebih lagi diciptakan untuk mengukir rambut, dengan kecanggihan

7
Hamsyah Ahmad Nasrul, Implementasi Hadits Tentang Qaza' Dalam Kitab Tuhfah al-
Mawdud bi Ahkam al-Mawlud Karya Ibn Qayyim w. 751 H : Analisis Hadis Tentang Mencukur
Rambut Yang Dilarang. Undergraduate Thesis, (Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2017), h. 49
8
Ibid.

4
5

itulah sehingga masyarakat lebih mudah dalam melakukan praktik yang salah

dalam memilih gaya rambut.9

Menurut Zulkifli, banyak dari kalangan remaja-remaja memangkas

rambutnya dengan model gaya skin garis pada samping rambutnya dengan alasan

mengikuti model. Sebelumnya saya nasehati dulu sebelum mencukur model ini

pada pelanggan remaja bahwa mencukur model ini merupakan qaza‟ dan dilarang.

Karena pelanggan tersebut menginginkan model seperti ini, jadi saya tetap

mencukurnya sesuai permintaan pelanggan.10

Menurut Basrul, cukur rambut model skin garis banyak diminati oleh

remaja-remaja, ada sebagian orang tua yang melarang anaknya mencukur model

tersebut, tetapi ada juga orang tua yang membawa anaknya usia TK untuk di

cukur dengan model tersebut dengan alasan mengikuti model sekarang.11

Menurut Jepri ada sebagian anak-anak yang meminta pangkas rambut

kepadanya dengan model skin garis pada samping rambutnya, kemudian ia

menasehatinya dengan alasan nanti kamu dimarahi gurunya di sekolah, dimarahi

orang tua di rumah dan kamu juga belum bisa mencari uang sendiri dengan

nasehat seperti itu anak tersebut membatalkan niatnya untuk pangkas seperti

model qaza‟. Tetapi, pernah suatu ketika membuat model skin garis pada anak-

anak sesuai permintaan anak tersebut, namun orang tua dari anak tersebut

9
Ibid.
10
Zulkifli,Tukang Pangkas Eriko, Wawancara, Tuah Karya, 27 Januari 2018.
11
Basrul, Tukang Pangkas Melati, Wawancara, Tuah Karya, 27 Januari 2018.

5
6

menuntut, memarahi dan mengancam ingin menutup kios pangkas rambut

miliknya dengan alasan tidak pandai memangkas.12

Menurut Budi banyak dari anak-anak, remaja, serta dewasa meminta

kepadanya untuk mencukur model Pomade dengan alasan mengikuti model

zaman sekarang. Saya tahu kalau pangkas model seperti itu dilarang dalam agama,

tetapi kalau semuanya diikuti dengan agama semuanya tidak boleh termasuk

cukur rambut model ini, karena pelanggan meminta cukur model tersebut ya saya

ikuti kemauan pelanggan.13

Berdasarkan penjelasan wawancara diatas, qaza‟ dianggap sebagai

kebutuhan dalam aspek penampilan moderen. Sebenarnya qaza‟ adalah budaya

orang-orang terdahulu yang kemudian dilestarikan kembali oleh orang-orang

masa kini. Seharusnya sebagai umat Islam moderen memahami bahwa islam

mengatur sedemikian baiknya dalam segala aspek, sejak lahir sampai meninggal

dunia, baik perkara akhlak maupun penampilan14. Yang memperhatinkan adalah

dizaman moderen ini banyak umat Islam yang tidak sadar telah zalim atas dirinya

sendiri, salah satunya dengan melakukan qaza‟ sebagai style moderen.15

Dari berbagai kondisi sosial diatas, dalam hal mencukur rambut saja

menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul-Nya, dengan tidak memahami petunjuk

al-Quran dan Hadits, karena tertutup oleh fasilitas-fasilitas moderen, sehingga

12
Jepri, Tukang Pangkas Berkah, Wawancara, Tuah Karya, 27 Januari 2018.
13
Budi, Tukang Pangkas D‟bud Pomade, Wawancara, Tuah Karya, 27 Januari 2018.
14
Arifin Ilham dan Yudi Effendy, Raih Kehidupan dengan Zikir, Sabar dan Syukur,
(Jakarta : Kultum Media, 2012), cet. ke-1, h. 94.
15
Hamsyah, Ahmad Nasrul, op.cit., h. 4.

6
7

dalam memilih model cukur rambut hanya memikirkan popularitas zaman.

Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul

penelitian : PELAKSANAAN CUKUR RAMBUT MOHAWAK (QAZA’)

ALA BALOTELLI DI TINJAU MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus

pada Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota Pekanbaru).

B. Batasan Masalah

Untuk lebih fokusnya penelitian ini, maka penulis membatasi

permasalahan dengan memfokuskan kepada pelaksanaan cukur rambut mohawak

(qaza‟) ala barotelli oleh tukang pangkas di tinjau menurut hukum Islam.

C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan cukur rambut Mohawak (qaza‟ ) ala Balotelli di

Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota Pekanbaru?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan cukur rambut

mohawak (qaza‟) ala Balotelli di Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota

Pekanbaru?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui pelaksanaan pangkas rambut Mohawak (qaza‟ ) ala

Balotelli di Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota Pekanbaru?

7
8

b) Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan pangkas

rambut mohawak (qaza‟) ala Balotelli di Kelurahan Tuah Karya Kec.

Tampan Kota Pekanbaru?

2. Kegunaan Penelitian

a) Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan topik penelitian ini, yaitu pelaksanaan pangkas

rambut Mohawak (qaza‟) ala Bolatelli di tinjau menurut Hukum Islam di

Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota Pekanbaru.

b) Agar dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi Fakultas Syariah,

khususnya dalam kajian hukum Islam.

c) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach). Yaitu peneliti

melakukan survei langsung ke lapangan. Penelitian ini berdasarkan pada objek

penelitian melalui observasi dan wawancara yang dilakukan kepada tukang

pangkas guna untuk mendapatkan data primer.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tuah Karya

Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Adapun alasan dipilihnya lokasi ini yakni

8
9

dengan pertimbangan bahwa mudah dijangkau serta keramah tamahan

masyarakat yang menjadi faktor penting dalam penelitian ini.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah tukang pangkas yang ada di Kelurahan

Tuah Karya Kec. Tampan Kota Peknbaru. Sedangkan yang menjadi Objek

dalam penelitian ini adalah pelaksanaan cukur rambut Mohawak (qaza‟) ala

Balotelli di Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota Pekanbaru.

4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, berupa manusia, gejala,

benda, pola sikap, tingkah laku, dan sebagainya yang menjadi objek

penelitian.16 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tukang pangkas yang

ada di Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota Pekanbaru yang terdiri dari

60 tukang pangkas. Terdapat 45 Kios, 2 orang tukang pangkas dalam 15 kios

dan 30 orang tukang pangkas dalam 30 kios. Sedangkan Sampel adalah bagian

dari populasi. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel sebanyak 9 orang dari

keseluruhan Tukang Pangkas di Keluruhan Tuah Karya Kec. Tampan dengan

menggunakan Proposive Sampling. Proposive Sampling yaitu pengambilan

sampel secara sengaja dengan kebijakan peneliti sesuai persyaratan sampel

yang diperlukan seperti sifat-sifat, karakteristik, ciri-ciri, dan kriteria.

16
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2011), cet.
ke-1, h. 154.

9
10

5. Sumber Data

Secara garis besar sumber data dalam penelitian ini ada dua : sumber

data Primer dan sekunder.

a. Data Primer

Suatu data yang diperoleh dari lapangan atau tempat penelitian berupa

hasil wawancara secara langsung kepada tukang pangkas yang telah

ditetapkan sebagai sampel di Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota

Pekanbaru.

b. Data sekunder

Suatu data yang diambil sebagai penunjang, data sekunder dari

penelitian ini bersumber yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer, merupakan data yang mengikat diadakanya

penelitian yaitu Hadits, Kitab Sarah Sahih Muslim, kitab Tuffan al-

Mawdud bi Ahkam al-Mawlud, Fathul bari Syarah Sahih al-Bukhori.

2. Bahan hukum sekunder, merupakan bahan hukum yang menjelaskan

bahan hukum primer yaitu tafsir dan syarah.

3. Bahan hukum tertier, merupakan bahan hukum yang menjelaskan bahan

hukum sekunder yaitu segala hal yang dapat menunjang penulisan ini,

diantaranya kamus-kamus seperti Al-Munawwir: kamus Arab-Indonesia,

dan juga ensiklopedi hukum Islam.

6. Teknik Pengumpulan Data

10
11

Metode dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu :

a. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung dengan menggunakan indera

penglihatan tentang masalah yang diteliti ke lokasi penelitian di Kelurahan

Tuah Karya Kec. Tampan Kota Pekanbaru.

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan

secara langsung oleh pewawancara atau peneliti kepada responden,17 penulis

melakukan tanya jawab langsung dengan responden, tukang pangkas yang

ada di Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Pekanbaru.

c. Pustaka, yaitu sumber data yang diperoleh dari penelitian terdahulu dan

buku-buku yang terdapat pembahansannya sesuai judul penelitian.

7. Teknik Penulisan

Setelah data-data diperoleh dan dianalisa kemudian disusun dengan

menggunakan metode-metode sebagai berikut :

a. Deduktif , yaitu dengan mengemukakan data yang bersifat umum

kemudian diuraikan dan disimpulkan secara khusus.

b. Induktif , yaitu dengan mengemukakan fakta-fakta yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteiti kemudian diambil kesimpulan secara umum.

c. Deskriptif, yaitu menggambarkan dan menguraikan data sesuai dengan

fakta yang ada, kemudian dianalisa sehingga dapat disusun sebagai mana

mestinya.

8. Teknik Analisis Data.

17
Ibid.

11
12

Penelitian ini dilakukan dengan teknik analisa data Kualitatif, yaitu

penulis mengklasifikasikan data-data yang terkumpul dari lapangan.

Selanjutnya, data tersebut dianalisis dan diuraikan secara jelas, sehingga

diperoleh gambaran yang utuh tentang permasalahan yang diteliti.

F. Review Studi Terdahulu

Penelitian atau literatur yang membahas tentang qaza‟, sejauh ini belum

ditemukan yang membahas secara spesifik seperti penelitian ini. Dan beberapa

kajian tentang qaza‟ telah ditemukan dalam karya tulis yang pernah dilakukan

oleh :

1. Hadits Tentang Larangan Qaza‟,”mencukur sebagian rambut kepala”(studi

fiqh hadits). Skripsi karya Nor Syahdan IAIN Antasari, Fakultas Ushuluddin,

jurusan Tafsir Hadits tahun 2015. Dalam penelitian ini digunkan pendekatan

ilmu fiqh al-Hadits.

2. Implementasi Hadits Tentang Qaza' Dalam Kitab Tuhfah al-Mawdud bi Ahkam

al-Mawlud Karya Ibn Qayyim w. 751 H : Analisis Hadis Tentang Mencukur

Rambut Yang Dilarang. Karya Ahmad Hamsyah Nasrul, Undergraduate

Thesis, (Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2017). Dalam penelitian ini membahas

tentang qaza‟ yang dikemukakan Ibn Qayim dalam buku Tuhfah al-Mawdud bi

Ahkam al-Mawlud Karya Ibn Qayyim w. 751 H.

3. Qaza‟ Perspektif Hadits (Pendekatan Pemahaman Hadits Yusuf al-Qardawi),

Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017), karya Muhammad

Abdullah, dalam penelitian ini membahas qaza‟ perspektif pendekatan

pemahaman Yusuf al-Qardawi.

12
13

4. Ensiklopedia Adab Islam Menurut al-Quran dan Sunnah. Terbitan Pustaka

Imam Asy-Syafi‟i Jakarta, 2007. Karya Abdul Aziz Fatih. Buku ini hanya

menjelaskan bahwa model rambut qaza‟ merupakan larangan terkait adab

Islam, didalam buku tersebut hanya memberikan pelajaran hendaknya tidak

mencukur sebagian rambut dan menyisakan yang lain karena itulah yang

disebut qaza‟.

G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini pada garis besarnya terdiri dari lima bab dan setiap bab

terdiri dari beberapa bagian dengan perincian sebagai berikut :

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II : Berisikan tinjauan umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak

geografis dan demografis, sosial budaya dan adat istiadat,

kehidupan beragama, pendidikan, dan sosial ekonomi.

BAB III : Pada bab ini membahas tentang pengertian qaza‟ dan dasar

hukumnya, karakteristik qaza‟, sejarah gaya rambut qaza‟,

perkembangan gaya rambut dari masa ke masa, etika menata

Rambut, rambut dan fisik Nabi.

BAB IV : Pada bagian bab ini membahas tentang analisis. Bab ini terdiri dari

dua sub bahasan. Pertama, bagaimana pelaksanaan cukur rambut

mohawak (qaza‟)ala Balotelli di Kelurahan Tuah Karya Kec.

Tampan Kota Pekanbaru. Kedua, Tinjauan Hukum Islam terhadap

13
14

pelaksanaan cukur rambut Mohawak (qaza‟) ala Balotelli di

Kelurahan Tuah Karya Kec. Tampan Kota Pekanbaru.

BAB V : Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran.

14

Anda mungkin juga menyukai