Anda di halaman 1dari 25

Pertemuan 3

AQIDAH & HAKIKAT TAUHID

MATERI 2 – TM 3
M ATA K U L I A H P E N D I D I K A N A G A M A I S L A M

FA K U LTA S E K O N O M I D A N B I S N I S P R O D I A K U N TA N S I
TA . 2 0 1 8 – 2 0 1 9

Dosen :
Muhammad Ridhwan, M.Ag
Pengertian Aqidah (1)

 ‘Aqidah )ُ‫ )ا َ ْلعَ ِق ْيدَة‬menurut bahasa Arab (etimologi)


berasal dari kata al-‘aqdu )ُ‫ ) ْالعَ ْقد‬yang berarti ikatan,
at-tautsiiqu )ُ‫ )الت َّ ْو ِثيْق‬yang berarti kepercayaan atau
keyakinan yang kuat, al-ihkaamu )ُ‫ )اْ ِإل ْح َكام‬yang
artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-
rabthu biquwwah )ُ‫الربْطُ ِبق َّوة‬ َّ ) yang berarti mengikat
dengan kuat.
Lihat Lisaanul ‘Arab (IX/311: )‫ )عقد‬karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t
dan Mu’jamul Wasiith (II/614: .)‫)عقد‬
Pengertian Aqidah (2)

 Bahasa. Aqidah berasal dari kata ‫‘( عقدُيعقدُعقدا‬aqada-


ya’qidu-‘aqdan) yang berarti simpul, ikatan, dan perjanjian
yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk menjadi ‫عقيدة‬
aqidatan (aqidah) berarti kepercayaan atau keyakinan.
Kaitan antara aqdan dengan ‘aqidatan adalah bahwa
keyakinan itu tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam
hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.

 Istilah. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat


diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan
dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran itu.
Pengertian Aqidah (3)

 Mengapa dikatakan “simpul/ikatan”? Karena ajaran-


ajaran yang berkenaan dengan aqidah merupakan simpul
utama ajaran Islam. Tanpa aqidah, pengamalan terhadap
ajaran Islam yang lain tak diakui. Disebut “janji” karena
aqidah berisi keyakinan yang tidak cukup hanya diyakini
secara pasif. Tapi keyakinan aktif. Keyakinan yang
mengandung konsekuensi dan janji untuk mengikuti
segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Keyakinan yang tak dibarengi dengan pemenuhan janji ini
berarti keimanan yang ingkar janji. Arti “kokoh”
mengandung pengertian bahwa keimanan ini haruslah
keimanan yang kokoh, keimanan yang kuat. Hanya
keimanan yang kokohlah yang akan membawa dampak
positif dan mempunyai arti bagi seseorang.
Pengertian Aqidah (4)
 Aqidah adalah “Keyakinan hati yang mantap
terhadap suatu kebenaran” (Ibnu Taymiah – al-
’Aqidah al-Wasithiyyah)

 Aqidah adalah “Sesuatu yang harus dibenarkan oleh


hati sehingga dengan itu jiwa menjadi tenang dan
kepercayaan menjadi bersih dari segala
kebimbangan dan keraguan” (Hassan al-Banna)
Ciri-ciri Aqidah Islam

1. Berdasarkan keyakinan hati (qalb) dan tidak


‘menuntut’ rasionalitas;
2. Sesuai dengan fitrah manusia, pelaksanaannya
menimbulkan ketenteraman hati;
3. Penuh keyakinan tanpa kebimbangan, keraguan;
4. Berdasarkan wahyu Ilahi.
Aqidah dan Keimanan

Iman adalah pembenaran ‫( تصديق‬tashdiq)


1. Pembenaran dalam hati ‫( تصديقُبالقلب‬tashdiq bil qalb)
2. Pengucapan dengan lisan ُ‫( قولُبلسان‬qaul bil lisan) –
membaca kalimat syahadat
3. Pengamalan secara fisik dengan badan ‫عملُباالركان‬
(‘amal bil arkan)
‫‪Hadits tentang Iman, Islam, Ihsan‬‬
‫صُلَّىُهللاُ َعلَ ْي ِهُ‬ ‫ُرس ْو ِلُهللاُِ َ‬ ‫سُ ِع ْندَ َ‬ ‫َحنُجل ْو ٌ‬ ‫يُهللاُ َع ْنهُأَيْضاًُقَا َلُ‪َ :‬ب ْينَ َماُن ُْ‬ ‫ض َ‬ ‫ُر ِ‬‫‪َ ‬ع ْنُع َم َر َ‬
‫ش ْع ِر‪ُ،‬الَُي َرىُ َعلَ ْي ِهُ‬ ‫س َوادُِال َُّ‬ ‫ش ِديْدُ َ‬ ‫بُ َ‬ ‫ُالث َيا ِ‬
‫اض ِ‬ ‫ش ِديْدُ َب َي ِ‬ ‫َاُرج ٌلُ َ‬ ‫طلَ َعُ َعلَ ْين َ‬ ‫اتُ َي ْومُ ِإذُْ َ‬ ‫سلَّ َمُذَ َ‬ ‫َو َ‬
‫سُ ِإلَىُالنَّ ِبيُِصلىُهللاُعليهُوسلمُفَُأ َ ْسنَدَُر ْكبَتَ ْي ِهُ‬ ‫ُمنَّاُأَ َحدٌ‪َ ُ،‬حتَّىُ َجُلَ َ‬ ‫‪ُ،‬والَُيَ ْع ِرفه ِ‬ ‫سفَ ِر َ‬ ‫أَثَرُال َّ‬
‫ُرس ْولُ‬ ‫سالَ ِم‪ُ،‬فَقَا َل َ‬ ‫ل‪ :‬يَاُم َح َّمدُأَ ْخ ِب ْرنِيُ َع ِنُاْ ِإل ُْ‬ ‫ض َعُ َكفَّ ْي ِهُ َعلَىُفَ ِخذَ ْي ِه َُ‬
‫ُوقَا َُ‬ ‫ُو َو َ‬ ‫ِإلَىُر ْكبَتَ ْي ِه َ‬
‫ُوت ِقي َْمُ‬ ‫ًاُرسُ ْولُهللاِ َ‬ ‫ُوأَ َّنُم َح َّمد َ‬ ‫سالَ ُم أَ ْنُتَ ْش َهدَُأَ ْنُالَُ ِإُلَهَُ ِإالَُّهللا َ‬ ‫هللاُِصلىُهللاُعليهُوسلمُ‪ :‬اْ ِإل ِ‬
‫س ِب ْيالًُقَا َلُ‪:‬‬
‫تُ ِإلَُ ْي ِهُ َ‬ ‫ط ْع َ‬‫ْتُ ِإ ِنُا ْستَ َ‬ ‫ضانَُ َوُت َح َّج ْ‬
‫ُال َبي َ‬ ‫ُر َم َ‬ ‫ُالزكاَة ََُوتَص ْو َم َ‬ ‫ي َّ‬ ‫صالَة ََُوتؤْ ِت َ‬ ‫ال َّ‬
‫نُتؤْ ِمنَ ُبِاهللُِ‬ ‫ان قَا َلُ‪ :‬أَ ُْ‬ ‫ل‪ :‬فَأ َ ْخبِ ْرنِيُ َع ِنُاْ ِإل ْي َم ِ‬ ‫صدِقه‪ُ،‬قَا َُ‬ ‫ُوي َ‬ ‫ت‪ُ،‬فَعَ ِج ْبنَاُلَهُيَ ْسأَله َ‬ ‫صدَ ْق َ‬ ‫َ‬
‫ت‪ُ،‬قَا َلُ‬ ‫صدَ ْق َ‬ ‫ُوش َِرُِه‪ُ .‬قَا َلُ َ‬ ‫ُوتؤْ ِمنَ ُ ِب ْالقَدَ ِرُ َخي ِْر ِه َ‬ ‫ُو ْاليَ ْو ِم ِ‬
‫ُاآلخ ِر َُ‬ ‫ُورس ِل ِه َ‬ ‫ُوكت ِب ِه َ‬ ‫َو َمالَئِ َكتِ ِه َ‬
‫ل‪:‬‬ ‫اكُ‪ .‬قَا َُ‬ ‫ل‪ :‬أَ ْنُتَ ْعبدَُهللاَُ َُكأَنَّ َكُتَ َراهُفَإِ ْنُلَ ْمُتَك ْنُتَ َُراهُفَإِنَّهُيَ َر َ‬ ‫ان‪ُ،‬قَا َُ‬ ‫س ِ‬ ‫فَأ َ ْخ ِب ْرنِيُ َع ِنُاْ ِإل ْح َ‬
‫خ ِب ْرنِيُ َع ْنُ‬ ‫ل‪ .‬قَا َلُفَأ َ ُْ‬ ‫سائِ ُِ‬ ‫ُمنَ ُال َّ‬ ‫اُال َم ْسؤ ْولُ َع ْن َُهاُ ِبأ َ ْعلَ َم ِ‬ ‫ل‪َ :‬م ْ‬ ‫سا َع ِة‪ُ،‬قَا َُ‬ ‫فَأ َ ْخ ِب ْرنِيُ َع ِنُال َّ‬
‫ط َاولُ ْونَ ُ‬ ‫اءُ َيتَ َ‬‫ش ِ‬ ‫ُر َعا َءُال َُّ‬ ‫َُال َعالَةَ ِ‬ ‫َُالع َراة ْ‬ ‫ىُالحفَاة ْ‬ ‫اُوأَ ْنُتَ َرُ ْ‬ ‫ارا ِت َها‪ُ،‬قَا َلُأَ ْنُتَ ِلدَُاْأل َ َمة َ‬
‫ُربَّتَ َه َ‬ ‫أَ َم َ‬
‫ل ؟ُق ْلتُ‪ :‬هللاُ‬ ‫طلَقَ ُفَلَبِثْتُ َم ِليًّا‪ُ،‬ثُ َّمُقَا َلُ‪ :‬يَاُع َم َرُأَتَدْ ِريُ َم ِنُال َّ‬
‫سائِ ُِ‬ ‫ان‪ُ،‬ث َّمُا ْن َ‬ ‫فِ ْ‬
‫يُالب ْنيَ ِ‬
‫ُجب ِْريْلُأَتـَاك ُْم ي َع ِلمك ْمُ ِد ْينَك ْمُ‪.‬‬ ‫َو َرس ْولهُأَ ْعلَ َمُ‪ .‬قَا َلُفَإِنَّه ِ‬
‫‪[ ‬رواهُمسلم]‬
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya
bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada
kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau
beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda
benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau
bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,
jika engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “
Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya
tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-
tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan
aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa
yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “
Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)
Islam Agama Tauhid

 Tauhid berasal dari kata: ُ‫وحدُيوحدُتوحيدا‬ wahhada-yuwahhidu-


tauhidan (tauhid) yang artinya “esa/tunggal”. Ini merujuk pada sifat Allah
yang tunggal. Mengapa merujuk pada keesaan Allah? Karena inti utama
dari ajaran ini adalah mengesakan Allah, menjadikan Allah sebagai sumber
utama segala hal. Allah adalah tujuan utama segala amal perbuatan.

 Refleksi:
QS. al Baqarah [2] : 131 – 136
QS. Ali Imran [3] : 67
Makna Tauhid

 Mengesakan Allah dalam keyakinan maupun


perbuatan;

 Meyakini bahwa Tuhan hanya satu yakni Allah;


hanya Dia yang kita sembah;

 Meyakini bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan


hanya kepadaNya kita menyembah (patuh, taat,
berharap, dst).
Makna: Lâ Ilâha Illallâh

Deklarasi untuk membebaskan


manusia dari segala bentuk
ketundukan dan penghambaan
kepada selain Allah.
Macam Tauhid (1)

1) Tauhid keyakinan (tauhid rububiyah)


 Meyakini bahwa hanya Allah Tuhan yang berhak disembah,
yang menciptakan dan memelihara alam semesta, yang Maha
Kuasa menentukan nasib segala sesuatu. Tidak ada sekutu
bagi Allah dalam kekuasaan-Nya.
 Meyakini hanya Allah lah Tuhan seluruh makhluk, pemberi
rizki mereka, pemberi musibah, pemberi manfaat/
keselamatan/kesenangan. Tidak ada yang mampu memberi
manfaat atau menolak musibah tanpa izin-Nya.
 Mentauhidkan Allah sebagai pencipta alam, mengurus,
menghidupkan, mematikan, mendatangkan manfaat,
mudarat dsb.
Macam Tauhid (2)
2) Tauhid perbuatan (tauhid uluhiyah)

 Adalah berperilaku mengesakan Allah dalam berbagai


bentuk perbuatan yang disebut ibadah.
 Menyembah, mengabdi, taat, patuh, menghamba, meminta,
bergantung hanya kepada Allah.
 Beribadah hanya kepada Allah & karena Allah.
 Minta tolong, berharap hanya kepada Allah.
 Mengkhususkan peribadatan/penyembahan hanya kpd
Allah.
 Tauhid ibadah : tauhid Allah s.w.t. pada af’al (perbuatan)
hamba-Nya spt sholat, puasa, zakat, haji, tawakkal, minta
pertolongan, takut dan harap.
Macam Tauhid (3)
3) Tauhid Asma dan Sifat

 Adalah mengesakan Allah dengan mempercayai sifat-


sifat dan nama-nama-Nya yang telah dijelaskan dalam
al-Qur’an
 Tauhid asma dan sifat: mentauhidkan Allah s.w.t.
melalui sifat-sifat dan nama-nama-Nya dalam
kehidupan keseharian individu. Jika Allah memiliki
sifat Rahman, sebagai manusia kita harus
mengimplementasikan sifat Rahman tersebut dalam
keseharian kita.
Arkanul Iman

Di samping sistematika di atas, pembahasan


aqidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul
iman (Rukun Iman), yaitu : Iman Kepada Allah,
Malaikat, Kitab-Kitab Suci, Nabi dan Rasul,
Hari Akhir, serta Qada’ dan Qadar.
Urgensi Aqidah (1)

Mengapa orang mesti mempunyai aqidah atau


keyakinan? Karena keyakinan adalah mesin yang
menggerakkan sikap dan perbuatan seseorang.
 Pertama, aqidah adalah bagian terpenting dalam
ajaran Islam. Jika ajaran Islam ini diumpamakan
jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah jantung
yang memompa darah kehidupan ke sekujur badan.
Demikian halnya dengan aqidah. Dialah yang
menjadi ruh ajaran Islam.
Urgensi Aqidah (2)

 Aqidah mempunyai manfaat yang besar dalam


kehidupan. Hidup ini sangat labil, penuh dengan
ujian dan cobaan. Untuk menghadapi situasi
semacam ini manusia memerlukan pegangan yang
kokoh, memerlukan sandaran yang kuat,
membutuhkan mental yang tahan banting.
 Orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk
Allah akan menjadi sosok tangguh yang kebal dari
rasa takut dan kesedihan (QS. al-Baqarah [2]: 38).
Atsar Tauhid dalam Kehidupan
 Akibat negatif bodoh terhadap Ilmu Tauhid:
 Tidak memiliki orientasi hidup (QS. Muhammad
[47] : 12)
 Tertipu oleh dunia yang fana.
 Merajalelanya kemaksiatan dan kerusakan (QS. al-
Rum [30] : 41).
 Atsar Tauhid dalam kehidupan:
 Memiliki orientasi hidup yang jelas.
 Tauhid melahirkan kedamaian di antara manusia.
 Membuka pintu kebaikan.
Referensi Kajian-kajian tentang Aqidah (1)
1. Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah, Dr. Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql,
cet. II/ Daarul ‘Ashimah/ th. 1419 H,
2. ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah, Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd
3. Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah, Dr. Nashir bin ‘Abdul Karim al-
‘Aql.
4. Kitaabul Iimaan, karya Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam (wafat th. 224 H),
5. Kitaabul Iimaan karya al-Hafizh Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah
(wafat th. 235 H),
6. al-Imaan karya Ibnu Mandah (wafat th. 359 H)
7. Kitabul Iman karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H), .ُ‫رحمهمُهللا‬
8. Aqiidatus Salaf Ash-haabil Hadiits karya ash-Shabuni (wafat th. 449 H),
9. Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah oleh Imam al-Lalika-i (wafat th. 418
H)
10. al-I’tiqaad oleh Imam al-Baihaqi (wafat th. 458 H), .‫رحمهمُهللا‬
11. Kitaabut Tauhiid dalam Shahiihul Bukhari karya Imam al-Bukhari (wafat th. 256 H),
12. Kitaabut Tauhiid wa Itsbaat Shifaatir Rabb karya Ibnu Khuzaimah (wafat th. 311 H),
13. Kitaab I’tiqaadit Tauhiid oleh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Khafif (wafat th. 371 H),
Referensi Kajian-kajian tentang Aqidah (2)
1. Kitaabut Tauhiid oleh Ibnu Mandah (wafat th. 359 H)
2. Kitaabut Tauhiid oleh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (wafat th. 1206 H),
3. kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal (wafat th. 241 H),
4. as-Sunnah karya ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (wafat th. 290 H),
5. as-Sunnah karya al-Khallal (wafat th. 311 H)
6. Syarhus Sunnah karya Imam al-Barba-hari (wafat th. 329 H), .‫رحمهمُهللا‬
7. kitab Ushuuluddin karya al-Baghdadi (wafat th. 429 H),
8. asy-Syarh wal Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Ibnu Baththah al-Ukbari (wafat th.
387 H)
9. al-Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Imam Abul Hasan al-Asy’ari (wafat th. 324 H),
.‫رحمهمُهللا‬
10. kitab al-Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifah rahimahullah (wafat th. 150).
11. kitab asy-Syarii’ah oleh al-Ajurri (wafat th. 360 H)
12. al-Ibaanah ‘an Syarii’atil Firqah an-Naajiyah karya Ibnu Baththah.
Semoga kita menjadi orang-orang yang
bertauhid….
Tugas Belajar

Tuliskan Essai tentang Tujuan Hidupmu


Link Google Drive Kitab Mu’jam Mufahrash

https://drive.google.com/open?id=1rsb4kGqTPRodpYZZcL0
g0zf8L2uj6Mym
 End of Session 3

Anda mungkin juga menyukai