Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tidak ada keberuntungan bagi umat manusia di dunia dan akhirat kecuali
dengan Islam. Kebutuhan mereka terhadapnya melebihi kebutuhan terhadap
makanan, minuman, dan udara. Setiap manusia membutuhkan syari'at. Maka,
dia berada di antara dua gerakan,yaitu gerakan yang menarik kepada perkara
yang berguna dan gerakan yang menolak mara bahaya. Islam adalah penerang
yang menjelaskan perkara yang bermanfaat dan berbahaya.
Agama Islam ada tiga tingkatan,yaitu Iman,Islam dan ihsan.Dan setiap
tingkatanya mempunyai Rukun-rukun tertentu.

B. Perumusan Masalah
Didalam Makalah ini akan dirumuskan beberapa masalah diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan?
2. Bagaimana Hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan?
3. Apa Perbedaan antara Iman, Islam, dan Ihsan?
4. Apa Keutamaan Iman, Islam, dan Ihsan bagi manusia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Iman,Islam dan Ikhsan


Rosulullah SAW Bersabda:

َ‫ ذَات‬n ِ‫س ْو ِل هللا‬ ُ ‫س ِع ْن َد َر‬ ٌ ‫ َب ْي َن َما نَحْ ُن ُجلُ ْو‬:‫ع ْنهُ أ َ ْيضًا قَا َل‬ َ ُ‫ع َم َر َر ِض َي هللا‬ ُ ‫ع َْن‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ ََل يُ َرى‬،‫ش ْع ِر‬ َّ ‫س َوا ِد ال‬ َ ‫ش ِد ْي ُد‬
َ ٬‫ب‬ ِ ‫اض ال ِث ِّ َيا‬ ِ ‫ش ِد ْي ُد َب َي‬َ ‫علَ ْينَا َر ُج ٌل‬ َ ‫طلَ َع‬ َ ‫ ِإ ْذ‬٬‫َي ْوم‬
‫سنَ َد ُر ْكبَت َ ْي ِه إِ َلى‬ ْ َ ‫ فَأ‬n ‫س إِ َلى النَّ ِب ِِّي‬ َ َ‫ َحتَّى َجل‬،ٌ‫ َو ََل يَ ْع ِرفُهُ ِمنَّا أ َ َحد‬،‫سفَ ِر‬ َّ ‫أَث َ ُر ال‬
‫ فَقَا َل‬.‫س ََل ِم‬ ْ ‫ أ َ ْخ ِب ْرنِي ع َِن اْ ِإل‬٬‫ َيا ُم َح َّم ُد‬:‫ َوقَا َل‬٬‫ع َلى فَ ِخذَ ْي ِه‬ َ ‫ض َع َكفَّ ْي ِه‬ َ ‫ُر ْكبَت َ ْي ِه َو َو‬
٬ِ‫س ْو ُل هللا‬ ٰ
ُ ‫ش َه َد أ َ ْن ََل ِإلهَ ِإ ََّل هللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬ ْ َ ‫س ََل ُم أ َ ْن ت‬ ِ ‫ ((اْ ِإل‬:n ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫َر‬
‫ط ْعتَ ِإلَ ْي ِه‬ َ َ ‫ست‬
ْ ‫ َوت َ ُح َّج ا ْل َبيْتَ ِإ ِن ا‬٬‫ان‬ َ ‫ض‬ َ ‫ص ْو َم َر َم‬ ُ َ ‫ َوت‬٬َ‫الزكَاة‬ َّ ‫ َوت ُ ْؤ ِت َي‬٬َ‫ص ََلة‬ َّ ‫َوت ُ ِق ْي َم ال‬
.‫ان‬ ِ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْرنِي ع َِن اْ ِإل ْي َم‬:‫ قَا َل‬.ُ‫ص ِ ِّدقُه‬ َ ُ‫سأَلُهُ َوي‬ ْ َ‫ ي‬٬ُ‫ فَ َع ِج ْبنَا َله‬. َ‫ص َد ْقت‬ َ :‫س ِب ْي ًَل)) قَا َل‬ َ
‫ َوت ُ ْؤ ِم َن‬٬‫اآلخ ِر‬ ِ ُ ‫ َو ُر‬٬‫ َو ُكتُبِ ِه‬٬‫ َو َم ََلئِ َكتِ ِه‬٬ِ‫ ((أ َ ْن ت ُ ْؤ ِم َن بِالل‬:‫قَا َل‬
‫ َوا ْليَ ْو ِم‬٬‫س ِل ِه‬
‫ ((أ َ ْن‬:‫ قَا َل‬.‫ان‬ ِ ‫س‬ َ ْ‫ فَأ َ ْخ ِب ْرنِي ع َِن اْ ِإلح‬:‫ قَا َل‬. َ‫ص َد ْقت‬ َ :‫ِبا ْلقَد َِر َخ ْي ِر ِه َوش ِ َِّر ِه)) قَا َل‬
.‫ع ِة‬ َ ‫سا‬ َّ ‫ فَأ َ ْخبِ ْرنِي ع َِن ال‬:‫ قَا َل‬.)) َ‫ فَ ِإ ْن لَ ْم تَك ُْن ت َ َراهُ فَ ِإنَّهُ يَ َراك‬٬ُ‫ت َ ْعبُ َد هللاَ َكأَنَّكَ ت َ َراه‬
.‫ارا ِت َها‬ َ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْر ِني ع َْن أ َ َم‬:‫ قَا َل‬.))‫سا ِئ ِل‬ َّ ‫ع ْن َها ِبأ َ ْعلَ َم ِم َن ال‬ َ ‫سئ ُو ُل‬ ْ ‫ (( َما ا ْل َم‬:‫قَا َل‬
٬‫َّاء‬ِ ‫ َوأ َ ْن ت َ َرى ا ْل ُحفَاةَ ا ْلعُ َراةَ ا ْلعَالَةَ ِرعَا َء الش‬٬‫ ((أ َ ْن ت َ ِل َد اْأل َ َمةُ َربَّت َ َها‬:‫قَا َل‬
‫ أَتَد ِْري َم ِن‬٬‫ع َم َر‬ ُ ‫ ((يَا‬:‫ ث ُ َّم قَا َل‬،‫ فَلَبِثْتُ َم ِليًّا‬٬ َ‫ط َلق‬ َ ‫ ث ُ َّم ا ْن‬.))‫ان‬ ِ َ‫اولُ ْو َن فِي ا ْلبُ ْني‬ َ ‫ط‬ َ َ ‫يَت‬
‫ أَتـَا ُك ْم يُ َع ِلِّ ُم ُك ْم‬٬‫ ((فَ ِإنَّهُ ِج ْب ِر ْي ُل‬:‫ قَا َل‬.‫س ْولُهُ أ َ ْعلَ ُم‬ ُ ‫ هللاُ َو َر‬: ُ‫سائِ ُل؟)) قُ ْلت‬ َّ ‫ال‬
.‫ِد ْينَ ُك ْم)) رواه مسلم‬[1]
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah n suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan dan tidak ada seorangpun diantara kami
yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi, lalu kedua
lututnya disandarkan kepada lututnya Rasulullah n, dan meletakan kedua
tangannya diatas paha Nabi, kemudian dia berkata: “Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam?”, maka Rasulullah n menjawab: “Islam
adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi melainkan
hanyalah Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan
menunaikan haji jika telah mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“.

[1] Imam An-Nawawi.Syarhu Al-Arba’in An-Nawawiyah.


Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan.
Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu Nabi
menjawab: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada taqdir
yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata: “anda benar“.
Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu Nabi
menjawab: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan
engkau melihatnya, kalaupun engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia
melihat engkau”. Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku kapan terjadi
kiamat”. Nabi menjawab: “Yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang
bertanya“. Dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya”,
Nabi bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunan”. Kemudian orang itu
pergi dan aku berdiam cukup lama. Kemudian Rasulullah bertanya: “wahai
Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya?”. aku berkata: “Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang
datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“. (Riwayat
Muslim).

B. Pengertian Iman, Islam, Dan Ihsan


1. Pengertian Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja
(fi’il) ‫ امن – يؤمن – ايمانا‬yang mengandung beberapa arti yaitu percaya,
tunduk, tentram, dan tenang.[2]
Imam al-Ghazali mengartikannya dengan ‫ التصديق‬yaitu “pembenaran”.
Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi :
‫اَليمان فهو التصديق بالقلب‬
“ Iman ialah pembenaran dengan hati”.
Menurut Imam Ab Hanifah:

[2] Louis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beirt : al-Maktabah al-Katulikiyah, T.th, hlm.16
‫اَليمان هو اَلقرار والتصديق‬
“Iman ialah mengikrarkan (dengan lidah) dan membenarkan (dengan
hati)”.
Menurut Hasbi As-Shiddiqy :
‫القول باللسان والتصد يق بالجنان والعمل باَلركان‬
“Iman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan
mengerjakan dengan anggota tubuh”.
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan:
‫قول وعمل ونية وتمسك بالسنة‬
“Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dengan berpegang
teguh kepada Sunnah”.[3]

Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah


Membenarkan segala sesuatu baik berupa perkataan, hati, maupun
perbuatan.
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada
enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang
sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya.
Keenam Rukun Iman tersebut adalah:
a. Beriman kepada Allah Swt
Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah
Swt, dan beriman kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna
serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.
b. Beriman kepada Malaikat
Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh
Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-
Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi
kita dituntut untuk beriman dan mempercayai adanya Malaikat Allah
SWT.
c. Beriman kepada Kitab-kitab

[3] Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, Jakarta : Bulan Bintang, 1976,
hlm.257
Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para
Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan.
Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil
diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud,
Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt
kepada Nabi Muhammad Saw.
d. Beriman kepada para Rasul
Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama
adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu
adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan,
mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan
kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh
manusia, maka tidak ada nabi sesudahnya.
e. Beriman kepada Hari Akhirat
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah
membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat
yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih.
Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan
terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau
neraka.
f. Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah
Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua
yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya
yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu
telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan
Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.

2. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja
‫ اسالما‬- ‫ اسلم – يسلم‬Yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera,
tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung
arti: kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini,
dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian: Sejahtera, tidak
tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu
pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri
kepada Allah.[4]
Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :
a. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :
‫االسالم وهو االستسالم واالنقياد الظاهر‬
“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.
b. Ab A’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai.
Maksudnya seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga
dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah.
c. Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada
Allah SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada
Hukum-Nya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam itu


ialah tunduk dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya.

Islam di bangun diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:


‫حدثنا عبيد هللا بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن‬
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( بني اإلسَلم‬:‫ابن عمر رضي هللا عنهما قال‬
‫على خمس شهادة أن َل إله إَل هللا وأن محمدا رسول هللا وإقام الصَلة وإيتاء‬
) ‫الزكاة والحج وصوم رمضان‬
“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah
bin abi sufyan telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid
dari abi umar ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas
lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan
sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat,
memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.
Jadi,Rukun Islam itu ada Lima,yaitu:

[4] Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees, 1992, hlm.84
a. Syahadat
b. Shalat
c. Zakat
d. Puasa
e. Haji

3. Pengertian Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu :
‫ احسن – يحسن – احسا نا‬artinya : ‫ ( فعل الحسن‬Perbuatan baik ).
Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:
a. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi
oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan
islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas
karena Allah.
b. Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan
seorang hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh
khusuk, khuduk dan sebagainya.

4. Hubungan Iman, Islam, Dan Ihsan


Iman, Islam dan Ihsan satu sama lainya memiliki hubungan karena
merupakan unsur-unsur agama.
Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah.
Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima
rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara
Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.
Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan
diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi
lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga
sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa
meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.
Didalam al-qur’an juga disebutkan bahwa Iman, Islam, dan Ihsan memiliki
keterkaitan, yaitu dalam QS Al-Maidah ayat 3 dan QS Ali-Imron ayat 19
yang berbunyi :
QS Al-Maidah ayat 3 :
‫اليوم اكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي و رضبت لكم اَلسَلم دينا‬
“ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan
Aku telah menyempurnakan nikmat kepada kalian dan Aku telah meridhai
Islam adalah agama yang benar bagi kalian”.

QS Ali-Imron ayat 19 :
ٰ ‫اإل‬
‫سل ُم‬ َّ ‫إِنَّ الدِّينَ ِعن َد‬
ِ ِ‫َّللا‬
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”.

Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam selalu diikuti dengan kata
addin yang artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman,
Islam, dan Ihsan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa iman
merupakan keyakinan yang membuat seseorang ber-Islam dan
menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan menjalankan syareatnya
dan meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam.

5. Perbedaan Antara Iman, Islam, dan Ihsan


Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan
diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih
menekankan pada segi keyakinan dalam hati. Islam merupakan sikap
untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ihsan merupakan pernyataan dalam
bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal
iman dan islamnya.
Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud
dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang
lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu
rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan)
maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya.
Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum
daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia
mengandung makna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju
martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih
spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli
iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin
adalah muhsin.[5]

6. Keutamaan Iman, Islam, Dan Ihsan Bagi Manusia


Setiap pemeluk Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam (Al-Islam)
tidak sah tanpa iman (Al-Iman), dan iman tidak sempurna tanpa ihsan
(Al-Ihsan). Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga
tidak mungkin tanpa Islam.
Ali Bin Abi Thalib mengemukakan tentang keutamaan Iman,Islam dan
Ikhsan sebagai berikut:
‫ إن اإليمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى‬: ‫قال علي‬
‫يبيض القلب كله وإن النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت‬
‫حتى يسود القلب كله‬
“ Sahabat Ali Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar
yang putih, apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar
tersebut akan tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih.
Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang
melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh
dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati”.[6]

Jadi Iman,Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat


besar dalam pandangan islam ini karena bagi para pelakunya akan
diberikan Syurga oleh Allah SWT sebagaimana yang telah dijanjikan oleh
Allah SWT didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

BAB II

[5] Hasby ash-Shiddiqy. Al-Ushulu At-Tauhid. hal.31-32.


[6] Imam Ab Hanifah, Al-Fiqh al-Akbar, Hedrabad : Dairah al-Ma’arif al-‘Usman³yah, 1979, hlm.6.
INTEGRITAS ANTARA ILMU DAN AMAL

A. Pengertian Ilmu dan Amal

1. Ilmu
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat
ilmu,mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum,
artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan
pengetahuan.Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan.Dengan
pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya[1].

2. Amal
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut.Menurut istilah, amal
saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia
dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau
setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT.Dengan demikian, amal
dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam
tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama.Ilmu dalam dalam
ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama,
ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain[2].
Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka
memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya
pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktis
manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi
untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.

3. Hubungan Antara Ilmu Dan Amal


Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal.Pertama, ilmu
adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan.Amal boleh lurus dan
berkembang bila didasari dengan ilmu.Dalam semua aspek kegiatan manusia
harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan
lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal
ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu
akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak
dapat dipisahkan dalam perilaku manusia.Sebuah perpaduan yang saling
melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-Qur'an sangat kental dengan
nuansa–nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang
sangat penting dalam ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan
jadi pendorong untuk menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan
berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa
takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk
beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi
dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan
bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola
hidup yang kokoh.Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai
kehidupan bahagia.

4. Sumber Ilmu Menurut Ajaran Islam


1) Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta
isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah
swt “Qur’aniyah”
2) Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk
berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut
ayat Allah “Kauniyah”
Ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya.

5. Hubungan Antara ilmu dan Amal Dalam Kehidupan.


Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal
yang keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan
dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut
tetap, terikat dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam.
Sehingga ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang
bersifat abadi yang tingkat kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat
perolehan yang tingkat kebenarannya bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan
mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan
agama Islam agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh masyarakat.Tiga
macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:
1) Menuntut ilmu, walaupun sampai ke negeri cina.
2) Mengamalkannya
3) Mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih kasih
Sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.Allah juga
memberikan tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut ilmu itu hanya
semata-mata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari ilmu
yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT:
1) Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat
2) Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu yaitu
perintah Allah SWT.
3) Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya
telah diatur oleh Allah yang maha Bijaksana.

Menurut HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki


antara ilmu,dan amal perbuatan,sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun
dalam orang mukmin merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta
dalam mengamalkannya yang dilandasi iman karena Allah SWT”.
Hubungan ilmu dan amal dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
a. Dalam konsep ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Dalam ilmu teknologi modern merupakan penerapan praktis ilmu pengetahuan
c. Kewajiban manusia menjaga alam dari kerusakan dan fasad.
d. Mencegah kerusakan alam sebab perbuatan manusia
Karena fungsi utama manusia pada lingkungan atau alam adalah sebagai :
a. Hamba Allah adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia kepada
kebenaran dan keadilan Allah SWT.
b. Khalifah di bumi adalah manusia mempunyai tanggung jawab untk menjaga
keseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka bertempat tinggal.
Berdasarkan Hr.Muslim, “kita mengetahui begitu besar pahala orang yang
membuat teladan yang baik dan betapa besar dosa orang yang menjadi contoh
kejahatan maka kita hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk berbuat baik yang
sekiranya bermanfaat bagi masyarakat banyak dan hindari perbuatan jahat yang
merugikan diri sendiri maupun masyarakat pada umumnya”.[3]

B. HADITS YANG TERKAIT DENGAN INTEGRITA ILMU DAN AMAL

1. Buah Ilmu adalah Amal[4]


a) Al Khātib Al Baghdadi rāhimahullāhmengatakan,
‫و ليس يعدّ عالما من لم يكن بعلمه عامال‬. ‫و العمل ثمرة‬, ‫فإن العلم شجرة‬
“Sesungguhnya ilmu adalah pohon, sedangkan amal adalah buahnya. orang yang
tidak mengamalkan ilmunya tidaklah dianggap sebagai orang yang berilmu”

b) Abdullah Ibnul Mu’tazzi rāhimahullāhmengatakan,


‫علم بال عمل كشجرة بال ثمرة‬
“Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah”

c) Abu Darda’ rādhiyallāhu ‘anhu mengatakan,


!‫يا عويمر‬: ‫فيقول‬,‫إنما أخشى يوم القيامة أن يناديني ربي على رؤوس الخالئق‬
‫ما ذا عملت فيما علمت؟‬
“Sesungguhnya yang aku takutkan hanyalah ketika Rābb-ku memanggilku di
hadapan seluruh manusia di hari kiamat kelak, kemudian Dia bertanya : ‘Wahai
‘Uwaimir (Abu Darda’), apa yang telah kamu amalkan dari ilmumu?”

2. Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Mengamalkan Ilmunya.[5]


Adapun ancaman bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya
seperti di dalam Al Qur’an dan As Sunnah, Allāh dan Rasul-Nya mengancam
orang yang telah berilmu, bahkan mendakwahkannya, tetapi tidak
mengamalkannya.
a) Allāh Ta’ala berfirman,
‫َّللاِ أَ ْن تَقُولُوا‬
َّ َ‫( َكب َُر َم ْقتًا ِع ْند‬2) َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِل َم تَقُولُونَ َما َال تَ ْفعَلُون‬
َ‫َما َال تَ ْف َعلُون‬
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan sesuatu yang
tidak kalian kerjakan? Sungguh besar murka Allāh jika kalian mengatakan
sesuatu yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash Shāff : 2-3)[6]
b) Dari Usamah bin Zaid rādhiyallāhu ‘anhu, Rāsulullah shāllallāhu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ُ ‫ُور ْال ِح َم‬
‫ار‬ ُ ‫ فَت َ ْندَ ِل ُق أ َ ْقت َابُه –أي تخرج أمعاؤه –فَ َيد‬،‫ار‬
ُ ‫ُور ِب َها َك َما َيد‬ ِ َّ‫ فَي ُْلقَى فِي الن‬،‫يُجاء ِب َر ُج ِل َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬
ِ ‫أي فُ َالنُ ! َما شأنكَ ؟ أَلَ ْم ت َ ُك ْن ت َأ ْ ُم ُرنا ِب ْال َم ْع ُر‬: َ‫ فَ َيقُولُون‬،‫ار‬
‫ َوتَ ْن َهانا َع ِن ْال ُم ْنك َِر؟‬،‫وف‬ ِ َّ‫ فَ َيأتيه أ َ ْه ُل الن‬،‫الر َحى‬ َّ ‫ِب‬
‫ َوأ َ ْن َهاكم َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوآتِي ِه‬،‫وف َو َال آتِي ِه‬
ِ ‫ ُك ْنتُ آ ُم ُركم بِ ْال َم ْع ُر‬،‫بَلَى‬: ‫قال‬
“Pada hari kiamat, didatangkanlah seseorang kemudian ia dicampakkan ke
neraka. Lalu ususnya tercerai berai, dan ia berputar-putar seperti keledai yang
memutar mesin penggiling gandum. Maka penghuni neraka pun mendatanginya
dan bertanya : ‘Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dulu
memerintahkan kami untuk berbuat kebajikan dan melarang kami dari
kemungkaran?!’ Dia menjawab : ‘Betul. Dahulu aku menyuruh kalian berbuat
kebajikan sedangkan aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kalian dari
kemungkaran sedangkan aku malah melakukannya” (Muttafaqun ‘alaihi)

c) Dari Anas bin Malik rādhiyallāhu ‘anhu,


‫قرض ِشفَا ُه ُه ْم‬
ُ َ ‫أن النبي عليه الصالة و السالم رأى لَ ْيلَةَ أُس ِْر‬
ُ ‫ي بِه قَ ْوما ت‬
‫طبَا ُء ِم ْن أمتك‬ َ ‫ ه‬:‫ َم ْن َهؤ َُال ِء؟ قَالُوا‬: ‫ فقَا َل‬.‫يض ِم ْن نَار‬
َ ‫َؤُال ِء ُخ‬ ِ َ‫بِ َمق‬
َ ‫ار‬
َ ‫ َو ُه ْم يَتْلُونَ ْال ِكت‬،‫س ُه ْم‬
َ‫ أَفَ َال َي ْع ِقلُون‬،‫َاب‬ َ َّ‫يَأ ْ ُم ُرونَ الن‬,
َ ‫ َو َي ْن‬،‫اس بِ ْالبِ ِ ّر‬
َ ُ‫س ْونَ أ َ ْنف‬
“Bahwasanya Nabi shāllallāhu ‘alaihi wa sallam pada hari dimana beliau
melakukan isra melihat suatu kaum yang bibir mereka digunting dengan gunting
dari neraka. Lalu beliau bertanya : ‘Siapakah mereka?!’ Para malaikat
menjawab : ‘Mereka adalah para khāthib dari umatmu. Mereka menyuruh
manusia untuk berbuat kebajikan dan mereka melupakan diri mereka sendiri
sedangkan mereka membaca Al Kitab. Apakah mereka tidak berpikir?’ “ (HR.
Ahmad)

Itulah ancaman keras bagi orang-orang yang telah berilmu, bahkan


mendakwahkannya, namun mereka melupakan diri mereka sendiri, tidak
mengamalkan ilmu yang mereka ketahui.Orang yang tidak mengamalkan ilmunya
sebagaimana sebuah lilin. Mereka menerangi jalan manusia yang ada di sekitarnya
tetapi mereka malah membakar dirinya sendiri. Na’udzubillahi min dzalik.

3. Celaan Bagi Orang Yang Tidak Menyibukkan Diri Dengan


Beramal[7]
a) Abu Hurairah rādhiyallāhu ‘anhu berkata,
‫مثل علم ال يعمل به كمثل كنز ال ينفق في سبيل هللا عز و جل‬
“Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan seperti harta simpanan yang tidak
diinfakkan di jalan Allāh ‘Azza wa Jalla” (Diriwayatkan oleh Al Khāthib)

b) Imam Ahmad rāhimahullāh ditanya tentang seseorang yang memperbanyak


menulis hadits, beliau berkata,
‫ينبغي أن يكثر العمل به على قدر زيادته في الطلب‬
“Sepatutnya dia memperbanyak amalan berbanding lurus dengan semakin
banyaknya dia mencari hadits”

c) Al Hasan Al Bashri rāhimahullāh berkata,


‫فاتّخذ الناس تالوته عمال‬, ‫أنزل القرآن ليعمل به‬
“Al Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan. Sementara orang-orang menjadikan
sekedar membacanya sebagai amalan semata”

Ibnul Jauzy rāhimahullāh menjelaskan ucapan Al Hasan tersebut,“Yakni


mereka mencukupkan diri dengan sekedar membacanya saja dan tidak
mengamalkan kandungannya ”Seseorang berkata kepada Ibrāhim bin Adham,

Allāh Ta’ala berfirman,


‫ادْعُونِي أ َ ْست َِجبْ لَ ُك ْم‬
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya untuk kalian “(QS.
Al-Mu’min:60)

Maka bagaimana dengan kami? Kami berdo’a tetapi Allāh tidak


mengabulkannya untuk kami?” Lantas beliau menjawab, “Hal itu disebabkan 5
hal” Orang tersebut bertanya, “Apa saja itu?” Beliau menjawab:“ 1. Kalian telah
mengenal Allāh, tetapi kalian tidak menunaikan hak-Nya. 2. Kalian membaca Al
Qur’an, tetapi kalian tidak mengamalkannya. 3. Lalu kalian mengatakan : ‘Kami
mencintai Rāsul shāllallāhu ‘alaihi wa sallam’, tetapi kalian meninggalkan
sunnahnya. 4. Kalian mengatakan: ‘Kami melaknat iblis’, tetapi kalian malah
menaatinya.Yang k-5.Kalian tidak menghiraukan aib yang ada pada diri kalian,
tetapi sibuk mengurusi aib orang lain”

d) Sufyan bin ‘Uyainah rāhimahullāhmengatakan,


‫العلم إن لم ينفعك ضرك‬
“Jika ilmu tidak bermanfaat bagimu, maka ia akan membahayakanmu”

Al Khāthib menjelaskan, Maksudnya adalah jika ilmu tidak memberikan


manfaat bagi seseorang, yakni dengan mengamalkannya, maka ilmu tersebut akan
membahayakan dirinya karena akan menjadi bumerang baginya”

e) Abdullah bin Al Mu’tazzi rāhimahullāh mengatakan,


‫و علم المؤمن في عمله‬, ‫علم المنافق في لسانه‬
“Ilmunya orang munafiq itu ada di lisannya, sedangkan ilmunya orang mukmin
itu ada di amalannya”

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat
ilmu, mengetahui, dan yakin.Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum,
artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan
pengetahuan.Dan secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti
perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang
patut.Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat
kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Integritas antara ilmu dan amal:
1. Buah Ilmu adalah Amal
2. Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Mengamalkan Ilmunya
3. Celaan Bagi Orang Yang Tidak Menyibukkan Diri Dengan Beramal
Jadi kita makhluk yang paling sempurna dibumi Allah ini kita patut
mengamalhan ilmu yang kita miliki, apa gunanya jika kita memiliki ilmu tapi
tidak di amalkan. Maka dari itu kita harus pandai-pandai bersyukur atas limpahan
nikmat-Nya kepada kita.

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Iman adalah ucapan yg disertai dgn perbuatan diiringi dgn ketulusan niat
dan dilandasi dengan Sunnah.Islam adalah inisial seseorang masuk ke
dalam lingkaran ajaran Ilahi. Sedangkan Ihsan adalah adalah cara
bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah.
2. Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah.
Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima
rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara
Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.
3. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.Islam adalah
sikap aktif untuk berbuat atau beramal.Sedangkan Ihsan merupakan
perwujudan dari iman dan islam yang sekaligus merupakan cerminan dari
kadar iman dan islam itu sendiri.
4. Iman, Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar dalam
pandangan islam ini karena bagi para pelakunya akan diberikan Syurga
oleh Allah SWT sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT
didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

B. Saran
Dari pembahasan di atas, penulis hanya bisa menyarankan agar pembaca
senantiasa meningkatkan semangat keagamaandan lebih meningkatkan
keimanan dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai