Dosen Pengajar:
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Karena hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KERUKUNAN ANTAR UMAT
BERAGAMA” dengan tepat waktu. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang
penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun penyusun berhasil
menyelesaikannya dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah. Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Drs. M. Hasan, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Jember yang
telah memberikan fasilitas kepada penyusun.
2. Bapak Agus Arifandi, M.Pd.I yang telah memberi bimbingan, jasa, dan
pemikirannya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas dengan baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat............................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
2.1 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama ................................... 4
2.3 Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Umat ...................... 5
2.4 Ukhuwah ............................................................................................ 7
2.5 Keberagaman Umat Islam dalam Kehidupan Sosial .......................... 8
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 13
Agama islam mengakui hak hidup seseorang dalam memeluk agama lain
selain islam dan membiarkan para pemeluk agama lain tersebut menjalankan
ajaran agamanya masing-masing. Islam juga tidak mengenal konsep pemaksaan
dalam beragama. Setiap insan diberi kebebasan sepenuhnya untuk memeluk
agama tertentu karena manusia telah dibekali dengan akal dan fikiran. Allah SWT
berfirman dalam QS. Yunus (10) : 99 yang artinya :
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di
muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”
Hal itulah yang menjadi dasar agama islam mengenai materi kerukunan antar
umat beragama. Akan tetapi toleransi tidak diartikan sebagai sikap masa bodoh
terhadap agamanya. Istilah toleransi sendiri tidak pernah dikatakan dalam agama
islam, tetapi kata toleransi merupakan istilah modern yang bersumber dari sejarah
meliputi berbagai aspek contohnya kondisi politi, sosial, dan budaya yang khas.
Berdasarakan uraian di atas, telah kita ketahui bahwasannya latar belakang
dari materi kerukunan antar umat beragama ialah semua golongan agama
terutama agama islam ingin mewujudkan dunia yang damai dalam persaudaraan.
Persaudaraan didapat melalui sikap toleransi atau kerukunan antar umat
beragama.
Rukun dari bahasa Arab ruknun, yang artinya asas-asas atau dasar, seperti
rukun Islam. Rukun dalam arti objektif adalah baik atau damai. Kerukunan
hidup antar umat beragama artinya hidup dalam suasana damai, tidak
bertengkar walaupun berbeda agama. Kerukunan dalam Islam diberi istilah
tasamuh atau toleransi, sehingga yang dimaksud dengan toleransi ialah
kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang akidah Islamiyah
(keimanan), karena akidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Dalam bidang akidah atau keimanan seorang muslim
hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama dan keyakinan
yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Kafirun ayat
1-6 disampaikan :
“katakanlah, “Hai orang-orang kafir! Aku tidak menyembah apa yang
kamu sembah. Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhan ysng aku sembah.
Dan aku aku bukan penyembah apa yang biasa kamu sembah. Dan kamu
bukanlah penyembah Tuhan yang aku semabah. Bagimu agamamu dan
bagiku agamaku”.
(Surat Al-Kafirun ayat 1-6).
Sementara secara harfiah kerukunan memiliki berbagai arti sesuai
sumbernya, contoh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diartikan sebagai “ kesatuan
hati” dan “bersepakat tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran.
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan
“damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati”
dan “bersepakat”.
Kerukunan (dari ruku, bahasa arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang
menopang rumah, penopang yang memberi kedamaian dan kesejahteraan
kepada penghuninya) secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan
kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku,
agama, ras, dan golongan.
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidak rukunan, serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan bersama dengan damai serta tentram. Menurut Dewan
Ensiklopedia Indonesia kerukunan dalam aspek sosial, politik adalah suatu
sikap membiarkan orang untuk memiliki keyakinan yang berbeda.
Sikap sinkritisme dalam agama yang menganggap bahwa semua agama
adalah benar, tidak sesuai dan tidak relevan dengan keimanan seorang
muslim. Meski demikian, dalam pergaulan sosial dan kemasyarakatan Islam
sangat menekankan prinsip toleransi atau kerukuan antar umat beragama.
Apabila terjadi perbedaan pendapat antara anggota masyarakat (muslim) tidak
perlu menimbulkan perpecahan umat, tetapi hendaklah kembali kepada Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Dalam sejarah kehidupan Rasulullahu`alaihi Wa
Sallam, kerukunan sosial Kemasyarakatan telah ditampakkan pada
masyarakat Madinah. Pada saat itu rasul dan kaum muslim hidup
berdampingan dengan masyarakat Madinah yang berbeda agama (Yahudi dan
Nasrani). Konflik yang terjadi kemudian disebabkan adanya penghianatan
dari orang bukan Islam (Yahudi) yang melakukan persekongkolan untuk
menghancurkan umat Islam.
2.1.2 Pengertian Kerukunan Antar Umat beragama
Kerukunan hidup beragama artinya hidup dalam suasana damai, tidak
bertengkar walaupun berbeda agama. Seperti yang telah diuraikan diatas
bahwa meskipun agama Islam tidak mengakui adanya agama lain selain
agama Islam, namun dalam ajaran agama Islam kita senantiasa ditekankan
untuk toleransi dan kerukunan antar golongan agama lain.
Kerukunan merupakan kondisi dan proses tercipta dan terpelihara pola-
pola interaksi yang beragam di antara unit-unit (unsur atau subsistem) yang
otonom. Kerukunan mencerminkan hunungan timbal balik yang ditandai oleh
sikap saling menerima, saling memercayai, saling menghormati dan
menghargai, serta sikap saling memaknai kebersamaan.
Dengan demikian, kerukunan hidup antarumat beragama artinya hidup
dalam suasana damai, tidak bertengkar, walaupun berbeda agama, atau berada
dalam keadaan selaras, tenang dan tentram, tanpa perselisihan dan
pertentangan, bersatu dalam maksud untuk saling membantu. Hal ini bukan
berarti merelatifkan agama-agama yang ada dan melebur pada satu totalitas
(sinkretisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada sebagai
mazhab dari agama totalitas itu, melainkan sebagai cara atau sarana untuk
mempertemukan,mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama
atau antara golongan umat beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Oleh karena itu, kerukunan dalam Islam diberi istilah “tasamuh” atau
toleransi. Toleransi adalah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam
bidang akudah Islamiyah (keimanan) karena akidah telah digariskan secara
jelas dan tegas dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Kerukunan umat beragama didefinisikan juga sebagai keadaan sesama
umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya
dan kerja sama dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sikap rukun dan damai dibuktikan dengan tidak adanya konflik sosial atau
pertentangan yang dapat memecah belah kesatuan (integritas) masyarakat
dalam berbangsa dan bernegara, serta adanya kerja sama yang baik dan rapi
dalam pencapaian suatu tujuan bersama yang demikian ini dikenal dengan
istilah interaksi sosial.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting. Pertama,
kesediaan untuk menerima perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok
lain.
Kedua, kesediaan membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran yang
diyakininya.
Ketiga, kemampuan untuk menerima perbedaan, yang selanjutnya
menikmati suasana kekhusyukan yang dirasakan orang lain sewaktu mereka
mengamalkan ajaran agamanya.
Oleh karena itu, kerukunan harus ditanamkan dalam kehidupan
bermasyarakat, khususnya antarumat beragama. Karena kerukunan sangat
menunjang terciptanya kehidupan yang damai, tentram, dan penuh kasih
sayang.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya. Dan janganlah kamu langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al-Baqarah:208).
Ada beberapa dimensi universal dalam ajaran Islam. Diantaranya adalah,
dimensi rahmat. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi
kehidupan manusia. Allah telah mengutus rasul-Nya, kecuali mereka
bersungguh-sungguh mencari keridaan-Nya.
Artinya : Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik
(QS. Al-Ankabut:69).
2.3 Ukhuwah
2.3.1 Makna Ukhuwah
Kata ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya, adanya perasaan simpati
dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu
kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang
maupun sedih. Jalinan perasaan ini menimbulkan sikap timbal balik untuk
saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan sikap saling
membagi kesenangan kepada pihak lain yang mengalami kesulitan, dan sikap
saling membagi kesenangan pada pihak lain bila salah satu pihak menemukan
kesenangan. Ukhuwah yang perlu kita jalin bukan hanya inter seagama saja.
Akan tetapi yang lebih penting lagi adalah antar umat beragama.
2.3.2 Macam-macam Ukhuwah
Manusia yang baik adalah manusia yang dapat menjalin dan mempererat
ukhuwah antar sesama manusia. Ada tiga macam ukhuwah yang seharusnya
dijalin dalam kegiatan kehidupan manusia, yaitu sebagai berikut :
A. Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan yang berlaku antar sesama umat islam
atau persaudaraan yang diikat oleh akidah/keimanan, tanpa membedakan
golongan. Sesame akidahnya sama (laa ilaaha illah) maka itu adalah
saudara kita dan harus kita jalin dengan sebaik-baiknya.
1). Sesama orang beriman adalah bersaudara. Sebagaimana dalam firman
Allah
SWT :
Artinya : dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhun. Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu bersatu, dan sebelumnya kamu
telah berada ddi tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat Nya kepadamu, agar
kamu mendapatkan petunjuk (QS.Al-Imron:103)
3). Hablum minallah dan Hablum minannaas atau hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia lainnya, dalam firman
Allah QS.Al-Imron ayat 112.
4). Berlaku sopan terhadap sesama orang beriman
5). Berlaku lemah lembut terhadap orang beriman dan suka bermusyawarah.
6). berkasih sayang terhadap orang beriman dan berlaku tegas terhadap orang
kafir.
B. Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah, persaudaraan yang berlaku pada semua
manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, ras, dan aspek-
aspek kekhususan lainnya. Persaudaraan yang diikat oleh jiwa
kemanusiaan. Maksudnya, kita sebagai manusia harus memanusiakan
manusia dan memposisikan atau memandang orang lain dengan melihat
kebaikannya bukan keburukannya. Ukhuwah Insaniyah ini harus dilandasi
oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah.
C. Ukhuwah Wathoniyah, persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme
/jiwa kebangsaan tanpa membedakan perbedaan agama, suku, warna kulit,
adat istiadat, budaya, dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Semua itu
adalah saudara yang perlu untuk dijalin, karena kita sama-sama satu
bangsa yaitu bangsa Indonesia.
Sebagai muslim kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk
mengaktualisasikan ketiga macam ukhuwah tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, apabila ketiganya terjadi secara bersamaan, maka yang harus
kita prioritaskan adalah ukhuwah Islamiyah, karena ukhuwah ini
menyangkut kehidupan dunia akhirat.
2.3.3 Pentingnya Ukhuwah
Ditengah-tengah kehidupan jaman modern, yang cenderung individualis
dan materialis ini, persaudaraan atau ukhuwah menjadi hal yang sangat
penting untuk demi terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai.
Pentingnya Ukhuwah itu diantaranya sebagai berikut :
A. Ukhuwah menjadi pilar kekuatan Islam.
Rasullulah Saw bersabda : “Al Islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih” artinya
islam itu agama yang tinggi/hebat tidak ada yang lebih tinggi/hebat dari
Islam. Ketinggian dan kehebatan Islam itu akan menjadi realita manakala
umat islam mampu menegakkan ukhuwah terhadap sesamanya,
memperbanyak persamaan dan memperkecil perbedaan. Jika umat islam
sering bermusuhan, islam akan lemah dan tidak punya kekuatan.
B. Ukhuwah menghadirkan cinta yang tulus diantara sesama.
C. Ukhuwah menjadikan kita memiliki visi yang sama untuk mengejar cinta
dari Tuhan-Nya.
2.4 Keberagaman Islam dalam Kehidupan Sosial
Dalam kaitannya dengan agama islam merupakan petunjuk bagi manusia
menuju jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an yang
telah diajarkan oleh nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan konteks
perubahan zaman sekarang, bagaimana Islam memandang keberagaman
/pluralitas yang ada di negeri ini, bahkan dunia. Sebagaimana yang telah
disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Islam sangat
menjunjung keberagaman/pluralitas merupakan sunatullah yang harus kita
junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya Seperti yang dikatakan dalam
Al-Qur’an :
Pustaka Setia.
Grasindo : Jakarta.