Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMAT”

KELOMPOK 11
1. AMILIO K.H IMAN 151611513056
2. WIDYA LARASATI 151611013036
3. SINDY MAULIA 151611013035
4. NUANSA PRAMESWARI 151610113029
5. DINA YULIANA 151610113028
6. SERYN NOVITA 151610113036

FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah Agama Islam yang berjudul Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat ini dapat
tersusun hingga selesai. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah agama islam
Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

Tidak lupa disampaikan terimakasih kepada Ustad Ali selaku pembimbing dalam
penyusunan makalah ini.

Semoga dengan selesainya makalah ini, dapat menambah ilmu bagi para pembacanya,
dan semoga ilmunya bermanfaat untuk ke depannya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan naskah
makalah ini.

Demikian yang dapat penyusun sampaikan. Semoga makalah yang telah dibuat dapat
memberikan manfaat.

Surabaya,11 Oktober 2016

penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
Pendahuluan .................................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Ekonomi Islam .................................................................................................... 3
2.2 Konsep Ekonomi Islam ......................................................................................................... 4
2.3 Sistem Ekonomi Islam........................................................................................................... 4
2.4 Tujuan Ekonomi Islam .......................................................................................................... 4
1. Pembelanjaan Harta (Infaqun Mal) ...................................................................................... 5
2. Pengembangan Harta (Tanmiyatun Mal) ............................................................................. 5
2.5. Ciri Ciri Ekonomi Islam ....................................................................................................... 6
a. Pendekatan Menolak (Negation) .......................................................................................... 7
2.6. Zakat ..................................................................................................................................... 8
2.7. Shadaqah ............................................................................................................................ 11
2.8. Infaq.................................................................................................................................... 12
BAB III ......................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 14
3.2. Saran ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15

ii
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak dapat terlepas dari manusia yang
lain. Interaksi yang dimaksud antara manusia satu dengan yang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya ini disebut dengan bekerja.Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt
memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105: “Dan katakanlah,
bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat
pekerjaan itu”. Ada beberapa contoh bidang pekerjaan dan salah satu bentuk pekerjaan tersebut
adalah perdagangan. Karena setiap manusia di dunia ini memiliki kebutuhannya sendiri untuk
bertahan hidup, dan bisa jadi kebutuhannya itu berada di tangan orang lain.

Perdagangan dilakukan oleh manusia adalah salah satunya agar dapat mendapatkan apa
yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidupnya. Kesejahteraan umat juga dapat dilihat dari
proses perdagangan masyarakat yang berlangsung, jika perdagangan berjalan dengan lancar,
maka dapat dipastikan bahwa kesejahteraan umat di tempat itu baik.

1.2 Lingkupan Penelitian

Pembahasan mengenai pengkorelasian perekonomian di dalam islam dan kesejahteraan


umat.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari ekonomi Islam


2. Apa saja prinsip dasar dalam ekonomi Islam

1
1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian dari ekonomi Islam


2. Untuk mengetahui secara garis besar prinsip dasar ekonomi Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah sistem perekonomian yang berdasarkan pada sistem, atau aturan-
aturan yang sudahdiatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Dalam sangkut pautnya dalam
kesejahteraan masyarakat salah satunya adalah, aturan-aturan yang jelas dalam agama Islam
yang menyangkut tentang sistem perekonomian, tidak boleh ada yang dirugikan diantara para
pelaku perekonomian yang memakai sistem ekonomi Islam.

Seperti yang disebutkan dalam berapa surat di dalam Al-Quran :

… ‫ (الزخرف‬..‫س ْخ ِريًّا‬ ُ ‫ت ِليَت َّ ِخذَ َب ْع‬


ُ ‫ض ُه ْم َب ْعضًا‬ ٍ ‫ض ُه ْم فَ ْوقَ َب ْع‬
ٍ ‫ض دَ َر َجا‬ ْ ‫س ْمنَابَ ْينَ ُه ْم َم ِعي َشتَ ُه ْم ِف‬
َ ‫يال َحيَاةِ الدُّ ْنيَ َاو َرفَ ْعنَابَ ْع‬ َ َ‫نَحْ نُ ق‬:
32)
“… Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain….” (Az-Zukhruf: 32)

Tentang pembagian harta diantara para manusia. Adapan surat lainnya adalah :

ِ َ‫ َك ْي اليَ ُكونَ د ُولَةً بَيْنَ األ ْغنِي‬: 7)


…‫ (الحشر‬.…‫اء ِم ْن ُك ْم‬
“… Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu….”
(Al-Hasyr: 7)

Tentang pemerataan harta diantara para manusia.

Adapun tujuan ekonomi islam berpedoman pada :


Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya
kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian

3
pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah
membantukesejahteraan kehidupan yang meningkatkan jiwa dan rohani manusia menuju kepada
Tuhannya selain itu juga bertujuan untuk mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu, kesejahteraan umat juga bisa dilihat dari roda perekonomian suatu
bangsa. Jika roda perekonomian yang berjalan di sebuah bangsa itu berjalan dengan baik tanpa
ada banyak masalah yang muncul, maka bisa dipastikan bahwa memang kehidupan
bermasyarakat di bangsa tersebut juga terjamin baik, atau paling tidak, masalah yang ada
hanyalah segelintir saja, dan tidak bertele-tele.

2.2 Konsep Ekonomi Islam


Ekonomi islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam sebagai siatem hidup.
Jadi ekonomi islam dapat dikatakan sebagai aktifitas agama/ibadah kita dalam

2.3 Sistem Ekonomi Islam


Sistem ekonomi islam adalah suatu konsep penyelenggaraan kegiatan kehidupan
perekonomian baik yang berhubungan produksi, distribusi atau penukaran yang berlandaskan
dengan syariat islam yaitu al qur'an dan hadis.

2.4 Tujuan Ekonomi Islam


Secara umum tujuan ekonomi islam terdiri dari :
1 Untuk meningkatkan ekonomi umat supaya lebih makmur, adil, mandiri, dan merata.
2 Mewujudkan perekonomian yang stabil namun tidak menghambat laju pertumbuhan
ekonomi masyarakat
3 Mewujudkan perekonomian yang damai dalam suasana kekeluargaan dan menghilangkan
nafsu menguasai / serakah.
4 mewujudkan perekonomian yang menjamin kemerdekaan dalam hal produksi dan
distribusi
5 Tidak membuat kerusakan di bumi karena berpegang teguh pada ekonomi islam
Ekonomi Islam juga memiliki prinsip-prinsip dasar, semua itu sudah ditentukan oleh
Allah SWT, melalui Nabiyullah Muhammad SAW.

4
Secara dasarnya , pengelolaan kepemilikan harta kekayaan di bagi menjadi 2 kegiatan,
yaitu :

1. Pembelanjaan Harta (Infaqun Mal)

Pembelanjaan harta adalah pemberian harta kekayaan yang telah dimiliki. Dalam
pembelanjaan harta milik individu Islam memberikan tuntunan bahwa harta tersebut haruslah
dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infaq fisabilillah, membayar zakat dll.
Sedangkan nafkah sunah seperti seekah, hadiah, dll.

2. Pengembangan Harta (Tanmiyatun Mal)

Pengembangan harta adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta yang telah dimiliki. Islam
telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara cara yang sah seperti jual-beli,
kerja sama,maupun perdagangan

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt
kepada manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang.
6. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Banyak pihak beranggapan mewujudkan cita-cita kesejahteraan masyarakat sebagai


manusia yang saling bersaudara dan sama-sama diciptakan oleh satu Tuhan, hanyalah sebuah
impian. Namun hal ini dapat terjadi apabila setiap manusia mau meningkatkan moral dan

5
solidaritas satu sama lain. Peningkatan moral dan solidaritas social ini tidak mungkin dapat
dilakukan tanpa adanya moral yang diberikan oleh agama. Para ahli mengakui, bahwa agama-
agama cenderung memperkuat rasa kewajiban sosial dalam diri pemeluknya daripada
menghancurkan. Sepanjang sejarah umat manusia tidak ditemukan contoh signifikan yang
menunjukkan, bahwa suatu masyarakat yang berhasil memelihara kehidupan moral tanpa
bantuan agama.

Ajaran ekonomi yang dilandaskan nilai-nilai agama akan menjadikan tujuan


kesejahteraan kehidupan yang meningkatkan jiwa dan ruhani manusia menuju kepada Tuhannya.
Menurut Yusuf Qardhawi (1994), sesungguhnya manusia jika kebutuhan hidup pribadi dan
keluarganya telah terpenuhi serta merta merasa aman terhadap diri dan rezekinya, maka mereka
akan hidup dengan penuh ketenangan, beribadah dengan khusyu’ kepada Tuhannya yang telah
memberi mereka makan, sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi keamanan kepada
mereka dari rasa takut.

Contoh yang ada di dunia zaman sekarang ini, bisa dilihat negara Brunei Darussalam.
Negara kecil yang tentram di mana hukum-hukum Islam diberlakukan. Tak banyak
permasalahan yang muncul ke permukaan dari negara yang cukup kecil tersebut. Tentu saja
ekonomi Islam di sana juga pasti diterapkan.

Sebuah contoh kecil yang nyata, bahwa dengan menggunakan perekonomian yang
berdasarkan hukum-hukum Islam dapat membantu kesejahteraan umat menuju kesejahteraan
yang lebih baik.

2.5. Ciri Ciri Ekonomi Islam


Walaupun belum ada negara yang menerapkan sistem ekonomi islam secara utuh, bahkan
di negara arap yang dimana islam diturunkan mereka belum menerapkan seutuhnya.

Akan tetapi ekonomi islam memiliki ciri ciri yang menyempurnakan sistem ekonomi
lainnya yaitu komando dan liberal. Menurut ilmu yang sudah saya pelajari ciri ciri ekonomi
islam yaitu:

6
1. Hak indifidu diakui namun diberi batasan batan.
2. Hak umum atau umat di akui dan diutamakan.
3. Hak umum harus didahului dari hak individu jika itu sangat mendesak atau doruriyah.

Pendekatan ekonomi islam dalam mengambil sebuah kebijakan sistem yang telah ada:

a. Pendekatan Menolak (Negation)

Maksudnya bahwa tidak semua paradigma ekonomi konvensional bisa diterima


masuk dalam ekonomi islam.

S ebagian paradigma ekonomi konvesional, bahkan mungkin bagian yang paling


fundamental harus ditolak dan tidak bisa dikompromikan dengan ajaran islam.

b. Pendekatan Memadukan (Integration)

Selain menolak yang tidak sesuai, islam juga megakui kebaikan-kebaikan yang
ada pada sistem lain. Ekonomi konvensional yang tidak bertentangan dengan ajaran
islam mesti diterima oleh ekonomi islam. Karena integralisme merupakan salah sau
unsur dari islamisasi.

c. Pendekatan Menambah Nilai (Value Addition)

Ekonomi islam mampu memberikan nilai tambah yang baru dan memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia.

Pada tataran ini peranan islamisasi ekonomi adalah dengan memasukkan nilai-
nilai khusus islam yang tidak ada pada ekonomi konvensional

7
2.6. Zakat

Seiring dengan perintah Allah kepada umat Islam untuk membayarkan zakat, Islam
mengatur dengan tegas dan jelas tentang pengelolaan harta zakat. Manajemen zakat yang
ditawarkan oleh Islam dapat memberikan kepastian keberhasilan dana zakat sebagai dana umat
Islam. Hal itu terlihat dalam Al-Qur’an bahwa Allah memerintahkan Rasul SAW untuk
memungut zakat (QS. At-Taubah: 103). Di samping itu, surat At-Taubah ayat 60 dengan tegas
dan jelas mengemukakan tentang yang berhak mendapatkan dana hasil zakat yang dikenal
dengan kelompok delapan asnaf. Dari kedua ayat tersebut di atas, jelas bahwa pengelolaan zakat,
mulai dari memungut, menyimpan, dan tugas mendistribusikan harta zakat berada di bawah
wewenang Rasul dan dalam konteks sekarang, zakat dikelola oleh pemerintah. Dalam
operasional zakat, Rasul SAW telah mendelegasikan tugas tersebut dengan menunjuk amil zakat.
Penunjukan amil memberikan pemahaman bahwa zakat bukan diurus oleh orang perorangan,
tetapi dikelola secara profesional dan terorganisir. Amil yang mempunyai tanggungjawab
terhadap tugasnya, memungut, menyimpan, dan mendistribusikan harta zakat kepada orang yang
berhak menerimanya. Pada masa Rasul SAW, beliau mengangkat beberapa sahabat sebagai amil
zakat. Aturan dalam At-Taubah ayat 103 dan tindakan Rasul saw tersebut mengandung makna
bahwa harta zakat dikelola oleh pemerintah. Apalagi dalam Surat At-Taubah ayat 60, terdapat
kata amil sebagai salah satu penerima zakat.

Berdasarkan ketentuan dan bukti sejarah, dalam konteks kekinian, amil tersebut dapat
berbentuk yayasan atau Badan Amil Zakat yang mendapatkan legalisasi dari pemerintah. Akhir-
akhir ini di Indonesia, selain ada Lembaga Amil Zakat yang telah dibentuk pemerintah berupa
BAZ mulai dari tingkat pusat sampai tingkat kelurahan, juga ada lembaga atau yayasan lain
seperti Dompet Dhuafa di Jakarta, Yayasan Dana Sosial Al-Falah di Surabaya, Yayasan Daarut
Tauhid di Bandung, dan Yayasan Amil Zakat di Lampung.

Bahkan sebagian yayasan tersebut sudah dapat menggalang dana umat secara profesional
dengan nominal yang sangat besar. Dan pendayagunaan zakat sudah diarahkan untuk pemberian
modal kerja, penanggulangan korban bencana, dan pembangunan fasilitas umum umat Islam.
Apalagi dengan situasi dan kondisi sekarang banyak sekali lembaga atau yayasan yang peduli

8
terhadap masalah-masalah ketidakberdayaan dan ketidakmampuan umat Islam. Ada beberapa
program yang diperuntukkan juga bagi umat Islam yang tidak mampu seperti advokasi kebijakan
publik, HAM, bantuan hukum, pemberdayaan perempuan. Semua program tersebut memerlukan
dana yang tidak sedikit, sementara itu pendanaannya tidak mungkin dibebankan kepada mereka.
Berdasarkan kenyataan tersebut, muncul pertanyaan apakah dana dari zakat dapat digunakan
untuk pelaksanaan pro-gram yayasan atau badan yang mengurus kepentingan umat Islam yang
tak mampu secara finansial, akses, ataupun pengetahuan. Mereka dengan segala keterbatasannya
juga harus dibantu. Program tersebut pun memerlukan dana operasional, bahkan mereka yang
membantu pun perlu dana. Pada satu sisi, penerima zakat telah ditetapkan secara tegas dan jelas,
yang sebagian orang memahami tidak mungkin keluar dari aturan tersebut.
Apabila asnaf yang ditetapkan dalam surat At-Taubah ayat 60 tersebut dipahami secara tekstual,
ada asnaf yang tidak dapat diaplikasikan sekarang, yaitu riqab. Riqab adalah budak Muslim yang
telah dijanjikan untuk merdeka kalau ia telah membeli dirinya. Begitu juga dengan fuqara’,
masakin, dan gharimin.

Pemahaman tekstual akan menyebabkan tujuan zakat tidak tercapai, karena pemberian
dana zakat kepada yang bersangkutan sifatnya hanya charity. Masalah krisis ekonomi yang
dihadapi sebagian umat Islam yang memerlukan bukan hanya bagaimana kebutuhan dasarnya
terpenuhi. Akan tetapi bagaimana mengatasi krisis tersebut dengan mengatasi penyebab
munculnya krisis. Dengan demikian, untuk pencapaian tujuan zakat dan hikmah pewajiban zakat,
maka pemahaman kontekstual dan komprehensif terhadap delapan asnaf penerima zakat perlu
dilakukan, sehingga kelompok yang berhak mendapatkan dana zakat dapat menerima haknya.

Manajemen zakat yang baik adalah suatu keniscayaan. Dalam Undang-Undang (UU)
No.38 Tahun 1999 dinyatakan bahwa “Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat”. Agar LPZ dapat berdaya guna, maka pengelolaan atau manajemennya
harus berjalan dengan baik.

Kualitas manajemen suatu organisasi pengelola zakat (Widodo, 2003) harus dapat diukur.
Untuk itu, ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan sebagai alat ukurnya. Pertama, amanah. Sifat

9
amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat
ini, hancurlah semua sistem yang dibangun. Kedua, sikap profesional. Sifat amanah belumlah
cukup. Harus diimbangi dengan profesionalitas pengelolaannya. Ketiga, transparan. Dengan
transparannya pengelolaan zakat, maka kita menciptakan suatu sistem kontrol yang baik, karena
tidak hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi juga akan melibatkan pihak eksternal.
Dan dengan transparansi inilah rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat
diminimalisasi.

Ketiga kata kunci ini dapat diimplementasikan apabila didukung oleh penerapan prinsip-
prinsip operasionalnya. Prinsip-prinsip operasionalisasi LPZ antara lain. Pertama, kita harus
melihat aspek kelembagaan. Dari aspek kelembagaan, sebuah LPZ seharusnya memperhatikan
berbagai faktor, yaitu : visi dan misi, kedudukan dan sifat lembaga, legalitas dan struktur
organisasi, dan aliansi strategis.

Kedua, aspek sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan aset yang paling berharga.
Sehingga pemilihan siapa yang akan menjadi amil zakat harus dilakukan dengan hati-hati. Untuk
itu perlu diperhatikan faktor perubahan paradigma bahwa amil zakat adalah sebuah profesi
dengan kualifikasi SDM yang khusus.

Ketiga, aspek sistem pengelolaan. LPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang baik,
unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah : LPZ harus memiliki sistem, prosedur dan aturan
yang jelas, memakai IT, manajemen terbuka; mempunyai activity plan; mempunyai lending
commite; memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan; diaudit; publikasi; perbaikan
terus menerus.

Setelah prinsip-prinsip operasional kita pahami, kita melangkah lebih jauh untuk
mengetahui bagaimana agar pengelolaan zakat dapat
asal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang berjalan optimal. Untuk itu, perlu dilakukan
sinergi dengan berbagai stakeholder. Pertama, para pembayar zakat (muzakki). Jika LPZ ingin
eksis, maka ia harus mampu membangun kepercayaan para muzakki. Banyak cara yang bisa
digunakan untuk mencapainya, antara lain: memberikan progress report berkala, mengundang

10
muzakki ke tempat mustahik, selalu menjalin komunikasi melalui media cetak, silaturahmi, dan
lain-lain. Kedua, para amil. Amil adalah faktor kunci keberhasilan LPZ. Untuk itu, LPZ harus
mampu merekrut para amil yang amanah dan profesional.

2.7. Shadaqah

Shadaqah beryang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya.
Adapun secara terminologi syariat shadaqah makna asalnya adalah tahqiqu syai'in bisyai'i, atau
menetapkan/menerapkan sesuatu pada sesuatu. Sikapnya sukarela dan tidak terikat pada syarat-
syarat tertentu dalam pengeluarannya baik mengenai jumlah, waktu dan kadarnya. Atau
pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-
orang miskin setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya,
sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa
yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk
menyenangkan orang lain termasuk kategori sedekah. Shadaqoh mempunyai cakupan yang
sangat luas dan digunakan Al-Qur'an untuk mencakup segala jenis sumbangan.

Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan
juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya
menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta, memberikan senyuman dan wajah
yang manis kepada saudaranya, menyalurkan syahwatnya pada istri.

Sedekah berarti memberi derma, termasuk memberikan derma untuk mematuhi hukum
dimana kata zakat digunakan didalam Al-Qur'an dan Sunnah. Zakat telah disebut pula sedekah
karena zakat merupakan sejenis derma yang diwajibkan sedangkan sedekah adalah sukarela,
zakat dikumpulkan oleh pemerintah sebagai suatu pengutan wajib, sedegkan sedekah lainnya
dibayarkan secara sukarela. Jumlah dan nisab zakat di tentukan, sedangkan jumlah sedekah yang
lainya sepenuhnya tergantung keinginan yang menyumbang.

Pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-

11
ketentuannya. Hanya saja shadaqoh mempunyai makna yang lebih luas lagi dibanding infaq. Jika
infaq berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal yang
bersifat nonmateriil.

Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan : "jika tidak mampu
bersedekah dengan harta, maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-
istri, atau melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adakah sedekah".
Dalam hadist Rasulullah memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang cemburu terhadap
orang kaya yang banyak bershadaqah dengan hartanya, beliau bersabda : "Setiap tasbih adalah
shadaqah, setiap takbir shadaqah, setiap tahmid shadaqah, setiap amar ma'ruf adalah
shadaqah, nahi munkar shadaqah dan menyalurkan syahwatnya kepada istri shadaqah". (HR.
Muslim)

2.8. Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta
atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada
nishabnya,infaq tidak mengenal nishab.

Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun
rendah, apakah ia di saat lapang maupun sempit (QS. 3:134)

Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf), maka infaq boleh diberikan
kepada siapapun. Misalnya, untuk kedua orang tua, anak-yatim, dan sebagainya (QS. 2:215)
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh rizki,
sebanyak yang ia kehendakinya. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk
menentukan jenis harta, berapa jumlah yang yang sebaiknya diserahkan.

12
Terkait dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda : ada malaikat yang senantiasa berdo'a
setiap pagi dan sore : "Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata yang
lain : "Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran". (HR. Bukhori)

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Hukum-hukum Islam, terutama perekonomian Islam ini, memang sudah sempurna karena
turun langsung dari Allah SWT, melalui Nabiyullah Muhammad SAW. Sehingga jika dilakukan
secara sebenar-benarnya, maka manfaat yang didapat adalah salah satunya kesejahteraan umat
yang berada dalam pimpinan seorang pemimpin yang menggunakan perekonomian Islam
tersebut.Oleh karena itu, dalam mencari kemakmuran dan nafkah di dunia ini, melalui kegiatan
ekonomi, umat Islam harus memperhatikan syariah yang telah digariskan Al-Quran dan Al-
Hadis.

3.2. Saran
Agar negara-negara Islam dapat menggunakan ajaran dan tuntunan hukum Islam dengan
benar dan tidak menyimpang dari apa –apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT, dan
Nabiyullah Muhammad SAW.

14
DAFTAR PUSTAKA

▪ https://perjuanganekonomiislam.wordpress.com/2012/01/11/dasar-dasar-ekonomi-
islam
▪ http://hilmanemira.blogspot.co.id/2013/05/sistem-ekonomi-islam-dan-
kesejahteraan.html
▪ http://gerakaninfaq.blogspot.co.id/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html

15

Anda mungkin juga menyukai