DISUSUN OLEH :
1. Alya Rahma Septiani
2. Indah Nur Wahyuni
3. Maharanisa Julia
4. Mellinda Anggraini
5. Ranty Fitrianti
6. Tansika R Sira
Melalui makalah dan presentasi ini diharapkan pembaca dapat mengetahui bagaimana pandangan
belajar menurut Gagne dan apa-apa saja yang terkait dengan teori Gagne. Pada kesempatan ini
kami kelompok 2 menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu pembimbing mata kuliah
“Pendidikan Gizi” yang telah membimbing kami hingga hasil makalah ini dapat kami
presentasikan.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dari hasil makalah ini, baik dari segi tata bahasa susunan kalimat maupun isi. Oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran yang membangun
penulis. Semoga tulisan ini memberi informasi yang berguna bagi peningkatan dan
pengembangan pemahaman kita tentang berbagai teori belajar menurut para ahli.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana isinya
merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian tentang
sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil
belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu.
Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan
setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi memgelompokkan hasil-
hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari kategori
lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi lima kategori hasil belajar.
Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran intelektual,
pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
1. Informasi verbal (Verbal information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa,
lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga menggunakan bahasa,
lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi ”cap verbal” dan ”data/fakta”.
Informasi verbal meliputi :
Cap verbal : kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek – obyek yang dihadapi,
misalnya kata ”kursi” untuk benda tertentu.
Data/fakta : kenyataan yang diketahui, misalnya ”Negara Indonesia dilalui khatulistiwa”.
Jadi yang memiliki pengetahuan tertentu, berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu
dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan pula kepada orang lain.
Mempunyai informasi verbal memegang peranan cukup penting dalam kehidupan manusia,
karena tanpa sejumlah pengetahuan orang tidak dapat mengatur kehidupan sehari-harinya dan
tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain secara berarti.
Maka, di sekolah pun siswa harus belajar memperoleh pengetahuan di berbagai bidang studi,
sehingga menjadi orang yang dapat dikatakan ”berpengetahuan”. Dalam banyak hal,
pengetahuan berkaitan satu sama lain, sehingga seseorang dapat memperoleh seperangkat
pengetahuan (body of knowledge) di berbagai bidang, baik bidang yang lebih bersifat praktis,
maupun yang lebih bersifat teoritis (bidang studi).
b. Konsep, ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri sama. Konsep
dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah
pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang
didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada
realitas dalam lingkungan hidup fisik. Misalnya, anak A adalah saudara sepupu anak B; ini
merupakan suatu kenyataan, tetapi, kenyataan itu tidak dapat diketahui dengan mengamati anak
A dan anak B saja. Kenyataan itu diberitahukan melalui penggunaan bahasa dan sekaligus,
dijelaskan apa yang dimaksud dengan “saudara sepupu”; maka konsep yang didefinisikan,
diajarkan tanpa ada kemungkinan untuk menunjukkan dua orang bersaudara sepupu hanya
dengan mengamati dua orang itu.
c. Kaidah, yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih sehingga
dapat memahami pengertiannya. Misalnya, seorang anak yang berkata “Benda yang bulat
berguling di alas miring” telah menguasai konsep “benda”, “bulat”, “alas”, “miring” dan
“berguling” dan menentukan adanya suatu relasi tetap antara kelima konsep itu. Seandainya anak
itu tidak menguasai tiga konsep dasar, maka, dengan sendirinya, dia tidak menguasai kaidah
“Benda yang bulat berguling”. Maka, memiliki kaidah mengandaikan kemampuan menguasai
konsep-konsep yang relevan, yang bersama-sama membentuk kaidan itu. Di sini nampak jelas
apa yang dimaksud dengan urutan hierarkis, sebagaimana dikatakan oleh Gagne.
d. Prinsip. Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu
kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan prinsip tersebut, seseorang
mampu memecahkan suatu permasalahan, dan kemudian menerapkan prinsip tersebut pada
permasalahan yang sejenis.
5. Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil tindakan,
apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri. Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima
atau menolak suatu obyekberdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya
atau tidak. Bila obyek dinilai “baik untuk saya”, dia mempunyai sikap positif; bila obyek
dinilai “jelek untuk saya”, dia mempunyai sikap negatif.
Misalnya, siswa yang memandang belajar di sekolah sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat
baginya, memiliki sikap yang positif terhadap belajar di sekolah; dan sebaliknya kalau ada siswa
memandang belajar di sekolah sebagai sesuatu yang tidak berguna. ”sikap” dan
”niai” (Value) kerap disamakan meskipun ada ahli psikologi yang memandang nilai sebagai
”sikap sosial”, yaitu masyarakat luas terhadap sesuatu, seperti sikap hormat terhadap
bendera nasional dan sikap menolak tindakan korupsi.
2.4 Fase-Fase Belajar
1. Fase eksternal
a. Fase Motivasi
Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan
memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan
memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau
dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.
b. Fase Pengenalan
Siswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kajian instruksional,
jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa
yang dikatakan guru, atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku teks.
c. Fase Perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran.
Informasi tidak langsung terserap dalam memori ketika disajikan, informasi itu di ubah kedalam
bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan materi yang telah ada dalam memori siswa.
d. Fase Retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka
panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi
atau lain-lainnya.
e. Fase Pemanggilan
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka-panjang.
Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah
dipelajari, untuk memangil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
f. Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana
informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasiatau transfer informasi pada situasi-situasi baru
merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan meminta para siswa untuk
menggunakan informasi dalam keadaan baru.
g. Fase Penampilan
Siswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang
tampak.
h. Fase Umpan Balik
Para siswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah
mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
2. Fase Internal
a. Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah. Pertama
timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa
tentang apa yang sudah diterimanya).
b. Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah
belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan
atau sikapnya.
c. Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan bila
diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
d. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk
digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang
disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah yang
disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang telah
dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah
dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses
belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam
proses belajar, yaitu:
1. Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah. Pertama
timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa
tentang apa yang sudah diterimanya).
3.1 Kesimpulan
Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah
tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan
yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.Sedangkan
mengajar adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga didapati
proses belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
Teori belajar Gagne pada mulanya terdiri dari delapan sistematika, namun Gagne
menyederhanakannya menjadi lima jenis belajar. Akan tetapi, diantara keduanya terdapat
hubungan, yaitu tipe belajar 1, 2, dan 6 tertampung dalam sikap, meleui aspek afektif, konatif
dan kognitif. Hasil tipe belajar 3 tertampung dalam keterampilan motorik, melalui terbentuknya
rangkaian gerak-gerik. Hasil tipe belajar 4 tertampung dalam informasi verbal, melalui
pemberian cap verbal dam terbentuknya rangkaian verbal. Hasil tipe belajar 5 dan 6 tertampung
dalam kemahiran intelektual melaui konsep, kaidah, dan prinsip. Hasil tipe belajar 7 dan 8
tretampumg dalam pengaturan kegiatan kognitif.
Dengan demikian jelaslah bahwa kedua sistematika itu tidak berdiri lepas yang satu dari yang
lain, namun “sistematika lima jenis belajar” lebih bermanfaat untuk diterapkan dalam
menganalisis proses balajar mengajar di sekolah karena dibedakan dengan tegas antara aspek
hasil dan aspek proses dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA