Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“TEORI BELAJAR GAGNE”

Disusun Oleh :

1. Maeya Serang (202042025)


2. Lardo Elakemaina (201942035)
3. Marce Talapessy (202042006)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkatmya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Belajar Gagne” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen pada
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Teori Belajar Gagne bagi para pembaca terkhususnya bagi para
mahasiswa dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dosen, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan banyak orang.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
2.1 Belajar Menurut Pandangan Gagne .............................................................................................. 5
2.2 Fase-Fase Belajar Menurut Gagne ................................................................................................ 6
2.3 Tipe-tipe Belajar Menurut Gagne ............................................................................................... 10
2.4 Kapabilitas Belajar Menurut Gagne ............................................................................................ 15
2.5 Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran ............................................................................... 16
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Menurut Gagne......................................................... 18
BAB III ................................................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 20
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan berupa
”mengapa seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita
sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat
melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi,
bahkan ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang lain. Jika bayi manusia yang
baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia
tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu,
manusia disebut sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya,
sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu
memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja ia berada. Banyak
ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar tersebut adalah teori belajar
dari Robert M. Gagne, yang akan kami bahas dalam maklah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang kami buat adalah:

1. Bagaimana belajar menurut pandangan Gagne?


2. Apa saja fase-fase belajar menurut Gagne ?
3. Apa saja tipe-tipe belajar menurut Gagne ?
4. Apa saja kapabilitas belajar menurut Gagne?
5. Bagaimana implikasi dan aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori Gagne ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami belajar menurut pandangan Gagne.


2. Untuk mengetahui fase-fase belajar menurut Gagne.

3
3. Untuk mengetahui tipe-tipe belajar menurut Gagne.
4. Untuk mengetahui kapabilitas belajar menurut Gagne
5. Untuk mengetahui dan memahami implikasi dan aplikasi teori Gagne dalam
pembelajaran.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Gagne

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Belajar Menurut Pandangan Gagne


Sebagaimana tokoh-tokoh dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa
belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya
adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu seseorang meliputi lingkungan
rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang
akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan
akan menjadi apa ia nantinya.

Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat
kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan
perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan
minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya
sementara.

Kematangan menurut Gagne, bukanlah belajar sebab perubahan tingkah laku yang
terjadi dihasilkan dari pertumbuhan struktur dan diri manusia itu sendiri. Dengan demikian
belajar terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yang datangnya dari luar sedangkan
kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.

Komponen- komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan


sebagai S-R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan
garis di antaranya adalah hubungan diantara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri
seseorang yang tidak dapat kita amati yang berkaitan dengan sistem alat saraf dimana terjadi
transformasi perangsang yang diterima melalui alat indera. Stimulus ini merupakan input yang
berada di luar individu dan respon adalah outputnya yang juga berada di luar individu sebagai
hasil belajar yang dapat diamati.

Robert M. Gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku.
Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Oleh
karena itu, teori belajar yang dikemukakan Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar. Teori
5
hirarki belajar ditemukan oleh Rober M. Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-
faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk
menemukan teori pembelajaran yang efektif.

Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan


kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari halhal
yang lebih sulit atau lebih kompleks. Orton dalam Warsita Hirarki belajar menurut Gagne harus
disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan menempatkan kemampuan,
pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran
dipuncak hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau pengetahuan prasyarat
yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau
pengetahuan diatasnya. Hirarki ini juga memungkinkan prasyarat yang berbeda untuk
kemampuan yang berbeda pula.

Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,
dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga
mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-
fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

2.2 Fase-Fase Belajar Menurut Gagne


Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan informasi, Gagne
mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itu
merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa (yang belajar) atau
guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa. Dalam
gambar 2.2 menunjukkan satu Tindakan belajar menurut Gagne. Setiap fase diberi nama dan
dan di bawah masing-masing fase terlihat satu kotak yang menunjukkan proses internal utama,
yaitu kejadian belajar yang berlangsung selama fase itu.

6
Gambar 2.2: Fase-Fase Belajar Menurut Gagne

Fase-fase belajar itu akan diuraikan di bawah ini :

1. Fase motivasi (Motivation phase)

Fase motivasi adalah pemberian harapan kepada peserta didik bahwa dengan
belajar mereka akan mendapat “hadiah”. Hadiah disini adalah bahwa pelajaran yang
dipelajari dapat memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan.
Pemberian motivasi memungkinkan peserta didik berusaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pemberian motivasi ini dapat dilakukan secara instrinsik/ekstrinsik.
Motivasi instrinsik dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Misalnya seorang
siswa belajar karena ingin mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, ia akan
melakukan aktivitas belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh tanpa harus ditugaskan

7
dan didorong oleh guru. Motivasi ekstrinsik dapat mempengaruhi/membangkitkan
semangat belajar yang timbul dari luar diri siswa. Misalnya pemberian motivasi,
pengajar menarik perhatian siswa dengan menceritakan kegunaan materi ajar yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Jika pengajar mampu menarik perhatian siswa,
maka hal itu merupakan pertanda bahwa dalam diri siswa timbul motivasi atau rasa
ingin tahu untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang disajikan oleh pengajar.

2. Fase pengenalan (Apprehending phase)

Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial suatu


kejadian instruksional jika belajar akan terjadi. Misalnya siswa memperhatikan aspek-
aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru atau tentang gagasan-gagasan
utama dalam buku. Guru dapat memfokuskan perhatian terhadap informasi yang
penting dengan berkata, misalnya: “Dengarkan kedua kata yang Ibu katakana, apakah
ada perbedaanya?” Bahan-bahan tertulis dapat juga diperlukan demikian dengan
menggarisbawahi kata atau kalimat tertentu atau memberikan garis-garis besar untuk
setiap bab. Tahap berikutnya setelah perhatian adalah keluaran dari “daftar sensori”
Kegiatan mental (perhatian) yang diadopsi oleh peserta didik, menentukan aspek
stimulus eksternal yang diterima peserta didik. Ini berarti serangkaian stimulus-
stimulus yang diterima peserta didik, merupakan tanggapan yang selektif. Supaya
terjadinya tanggapan selektif itu dimungkinkan, bentuk stimulus eksternal harus
berbeda-beda. Dengan stimulus eksternal yang berbeda-beda itu peserta didik
memperhatikan adanya unsur-unsur yang penting dan relevan sehingga sangat
membantu kegaiatan belajar selanjutnya.

3. Fase perolehan (Acquisition phase)

Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, ia telah siap menerima


pelajaran. Informasi yang disajikan tidak langsung disimpan dalam memori. Informasi
itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang
telah ada dalam memori siswa. Suatu informasi dapat diubah oleh siswa menjadi
bermakna sehingga dapat dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam
ingatannya. Informasi yang tertinggal sementara dalam “ingatan jangka pendek” akan
mengalami transformasi ke dalam bentuk yang sudah siap disimpan. Proses ini disebut
pengkodean.

8
4. Fase retensi (Retention phase)

Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek (short
term memory) ke memori jangka panjang (long term memory). Ini dapat terjadi melalui
pengulangan kembali, praktik, elaborasi, atau lain-lainnya.

5. Fase pemanggilan (Recall phase)

Fase ini merupakan kemampuan mengungkap/memanggil keluar informasi


yang telah dimiliki dan disimpan dalam ingatan. Proses menggali ingatan dapat
dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Dalam proses ini, mungkin siswa akan kehilangan
kontak (hubungan) dengan informasi yang ada dalam “ingatan jangka panjang” (long
term memory). Kalau keadaannya sudah demikian, maka pengajar harus memberikan
stimulus eksternal atau memberikan teknik khusus untuk dapat mengeluarkan informasi
yang tersimpan dalam ingatan. Misalnya, memberikan informasi yang relevan
kemudian meminta siswa untuk mencari kaitannya.

6. Fase generalisasi (Generalization phase)

Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar
konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada
situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer ini dapat ditolong
dengan menyuruh siswa menggunakan informasi yang telah didapat ke dalam situasi
yang berbeda dengan situasi waktu informasi itu didapat. Jadi dalam fase generalisasi
ini peserta didik dapat belajar untuk memanfaatkan informasi yang telah didapat ke
dalam permasalahan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

7. Fase penampilan (Performance phase)

Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui
penampilan yang tampak. Misalnya setelah mempelajari operasi bentuk aljabar, para
siswa dapat menjumlahkan atau mengurangkan suku-suku sejenis dalam aljabar.

8. Fase umpan balik (Feedback phase)

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang
menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Umpan balik ini dapat memberikan reinforcement (penguatan) pada mereka untuk
penampilan yang berhasil.

9
2.3 Tipe-tipe Belajar Menurut Gagne
Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:

1. Belajar Isyarat (Signal Learning)


Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar
perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat
aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan buat berlangsungnya tipe
belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak, stimulus-stimulus
tertentu secara berulang kali. Respon yang timbul bersifat umum dan emosional,
selainnya timbulnya dengan tak sengaja dan tidak dapat dikuasai.
Beberapa ucapan kasar untuk mempermalukan, siswa yang gelisah pada saat
pelajaran matematika mungkin karena kondisi tidak suka matematika pada orang itu.
Belajar isyarat sukar dikontrol oleh siswa dan dapat mempunyai pengalaman yang
pantas dipertimbangkan pada tindakannya. konsekuensinya, seorang guru matematika,
seharusnya mencoba membangkitkan stimulus yang tidak dikondisikan yang akan
menimbulkan perasaan senang pada siswa dan berharap mereka akan mengasosiasikan
beberapa perasaan senang dengan isyarat netral pada pelajaran matematika. Apabila
perlakuan yang disenangi membangkitkan hal-hal positif, stimulus yang tidak
diharapkan mungkin gagal menimbulkan asosiasi keinginan positif dengan isyarat
netral, kecerobohan menimbulkan stimulus negatif, pada satu waktu akan merusak
keinginan siswa untuk mempelajari pelajaran yang diajarkan.

2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus-Respon Learning)


Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor
penguatan (reinforcement). Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat
penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat penguatannya.
Kemampuan tidak diperoleh dengan tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan.
Respon dapat diatur dan dikuasai. Respon bersifat spesifik, tidak umum, dan kabur.
Respon diperkuat dengan adanya imbalan atau reward. Sering gerakan motoris
merupakan komponen penting dalam respon itu.

3. Rantai atau Rangkaian hal (Chaining)


Tipe belajar ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan
keterampilan motorik. Chaining ini terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-

10
R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan
”contiguity”. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe balajar ini antara lain,
secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan satuan pola S-R, baik
psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan
reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.
Kebanyakan aktivitas dalam matematika memerlukan manipulasi dari peralatan
fisik seperti mistar, jangka, dan model geometri membutuhkan chaining. Belajar
membuat garis bagi suatu sudut dengan menggunakan jangka membutuhkan penerapan
keterampilan tipe stimulus respon yang telah dipelajari sebelumnya. Diantaranya
kemampuan menggunakan jangka untuk menarik busur dan membuat garis lurus antara
dua titik.
Ada dua karakteristik dari belajar stimulus respon dan belajar rangkaian dalam
pengajaran Matematika yaitu siswa tidak dapat menyempurnakan rangkaian stimulus
respon apabila tidak menguasai salah satu keterampilan dari rangkaian tersebut, dan
belajar stimulus respon dan rangkaian diafasilitasi dengan cara memberikan penguatan
bagi tingkah laku yang diinginkan. Meskipun memberi hukuman dapat digunakan
untuk meningkatkan belajar stimulus respon, tetapi hal tersebut dapat berakibat negatif
terhadap emosi, sikap, dan motivasi belajar.

4. Asosiasi Verbal (Verbal Association)


Asosiasi verbal adalah rangkaian dari stimulus verbal yang merupakan
hubungan dari dua atau lebih tindakan stimulus respon verbal yang telah dipelajari
sebelumnya. Tipe paling sederhana dari belajar rangkaian verbal adalah asosiasi antara
suatu objek dengan namanya yang melibatkan belajar rangkaian stimulus respon dari
tampilan objek dengan karakteristiknya dan stimulus respon dari pengamatan terhadap
suatu objek dan memberikan tanggapan dengan menyebutkan namanya.
Asosiasi verbal melibatkan proses mental yang sangat kompleks. Asosiasi
verbal yang memerlukan penggunaan rangkaian mental intervening yang berupa kode
dalam bentuk verbal, auditory atau gambar visual. Kode ini biasanya terdapat dalam
pikiran siswa dan bervariasi pada tiap siswa dan mengacu kepada penyimpanan kode-
kode mental yang unik. Contoh seseorang mungkin menggunakan kode mental verbal
”y ditentukan oleh x” sebagai petunjuk kata fungsi, orang lain mungkin memberi kode
fungsi dengan menggunakan simbol ”y=f(x)” dan orang yang lain lagi mungkin
menggunakan visualisasi diagram panah dari dua himpunan.
11
5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Discrimination learning atau belajar menmbedakan sejumlah rangkaian,
mengenal objek secara konseptual dan secara fisik. Dalam tipe ini anak didik
mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua peransang atau sejumlah stimulus yang
diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap sesuai. Kondisi utama
bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran
melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R). Contohnya: anak
dapat membedakan manusia yang satu dengan yang lain; juga tanaman, binatang, dan
lain-lain. Guru mengenal anak didik serta nama masing-masing karena mampu
mengadakan diskriminasi di antara anak-anak.
Terdapat dua macam diskriminasi yaitu diskriminasi tunggal dan diskriminasi
ganda. Contoh mengenalkan angka 2 pada anak dengan memperlihatkan 50 angka 2
pada kertas dan menggambar angka 2. Melalui stimulus respon sederhana anak belajar
mengenal (nama ”dua” untuk konsep dua). Sedangkan untuk diskriminasi ganda anak
belajar mengenal angka 0, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan membedakan angka-angka tersebut.

6. Belajar konsep (Concept Learning)


Belajar konsep adalah mengetahui sifat-sifat umum benda konkrit atau kejadian
dan mengelompokan objek-objek atau kejadian-kejadian dalam satu kelompok. Dalam
hal ini belajar konsep adalah lawan dari belajar dari diskriminasi. Belajar diskriminasi
menuntut siswa untuk membedakan objek-objek karena dalam karakteristik yang
berbeda sedangkan belajar konsep mengelompokkan objek-objek karena dalam
karakteristik umum dan pembahasan kepada sifat-sifat umum.
Dalam belajar konsep, tipe-tipe sederhana belajar dari prasyarat harus
dilibatkan. Penambahan beberapa konsep yang spesifik harus diikutkan dengan
prasyarat rangkaian stimulus respon, asosiasi verbal yag cocok, dan diskriminasi dari
karakteristik yang berbeda . Sebagai contoh, tahap pertama belajar konsep lingkaran
mungkin belajar mengucapkan kata lingkaran sebagai suatu membangkitkan sendiri
hubungan stimulus respon, sehingga siswa dapat mengulangi kata. Kemudian siswa
belajar untuk mengenali beberapa objek berbeda sebagai lingkaran melalui belajar
asosiasi verbal individu. Selanjutnya siswa mungkin belajar membedakan antara
lingkaran dan objek lingkaran lain seperti dan lingkaran. Hal tersebut penting bagi
siswa untuk menyatakan lingkaran dalam variasi yang luas. Situasi representatif

12
sehingga mereka belajar untuk mengenal lingkaran. Ketika siswa secara spontan
mengidentifikasi lingkaran dalam konteks yang lain, mereka telah memahami konsep
lingkaran. Kemampuan membuat generalisasi konsep kedalam situasi yang baru
merupakan Kemampuan yang membedakan belajar konsep dengan bentuk belajar lain.
Ketika siswa telah mempelajari suatu konsep, siswa tidak membutuhkan waktu lama
untuk mengidentifikasi dan memberikan respon terhadap hal baru dari suatu konsep,
sebagai akibatnya cara untuk menunjukkan bahwa suatu konsep telah dipelajari adalah
siswa dapat membuat generalisasi konsep kedalam situasi yang lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan suatu konsep baru kepada
siswa:
a. Memberikan variasi hal-hal yang berbeda konsep untuk menfasilitasi generalisasi.
b. Memberikan contoh-contoh perbedaan dikaitkan dengan konsep untuk membantu
diskriminasi.
c. Memberikan yang bukan contoh dari konsep untuk meningkatkan pemahaman
diskriminasi dan generalisasi.
d. Menghindari pemberian konsep yang mempunyai karakteristik umum.

7. Belajar Aturan (Rule Learning)


Belajar aturan (Rule learning) adalah kemampuan untuk merespon sejumlah
situasi (stimulus) dengan beberapa tindakan (Respon). Kebanyakan belajar matematika
adalah belajar aturan. sebagai contoh, kita ketahui bahwa 5 x 6 = 6 x 5 dan bahwa 2 x
8 = 8 x 2; akan tetapi tanpa mengetahui bahwa aturannya dapat dinyatakan dengan a x
b = b x a. Kebanyakan orang pertama belajar dan menggunakan aturan bahwa perkalian
komutatif adalah tanpa dapat menyatakan itu, dan biasanya tidak menyadari bahwa
mereka tahu dan menerapkan aturan tersebut. Untuk membahas aturan ini, harus
diberikan verbal (dengan kata-kata) atau rumus seperti “ urutan dalam perkalian tidak
memberikan jawaban yang berbeda” atau “untuk setiap bilangan a dan b, a x b = b x a.
Aturan terdiri dari sekumpulan konsep. Aturan mungkin mempunyai tipe
berbeda dan tingkat kesulitan yang berbeda. Beberapa aturan adalah definisi dan
mungkin dianggap sebagai konsep terdefinisi.
konsep terdefinisi n! = n (n – 1) (n -2). . . (2)(1) adalah aturan yang menjelaskan
bagaimana mengerjakan n! Aturan-aturan lain adalah rangkaian antar kosep yang
terhubung, seperti aturan bahwa keberadaan sejumlah operasi aritmetika seharusnya

13
dikerjakan dengan urutan x, :, +, – . Jika siswa sedang belajar aturan mereka harus
mempelajari sebelumnya rangkaian konsep yang menyusun aturan tersebut. Kondisi-
kondisi belajar aturan mulai dengan merinci perilaku yang diinginkan pada siswa.
seorang siswa telah belajar aturan apabila dapat menerapkan aturan itu dengan tepat
pada beberapa situasi yang berbeda.
Robert Gagne memberikan 5 tahap dalam mengajarkan aturan:
a. Menginformasikan pada siswa tentang bentuk perilaku yang diharapkan ketika
belajar,
b. Bertanya ke siswa dengan cara yang memerlukan pemanggilan kembali konsep
yang telah dipelajari sebelumnya yang menyusun konsep
c. Menggunakan pernyataan verbal (petunjuk) yang akan mengarahkan siswa
menyatakan aturan sebagai rangkaian konsep dalam urutan yang tepat.
d. Dengan bantuan pertanyaan, meminta siswa untuk “mendemonstrasikan” satu
contoh nyata dari aturan
e. (Bersifat pilihan, tetapi berguna untuk pengajaran selanjutnya) dengan
pertanyaan yang cocok, meminta siswa untuk membuat pernyataan verbal dari
aturan.

8. Pemecahan Masalah (Problem solving)


Tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang paling kompleks,
karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-
aturan yang disertai proses analisis dan penarikan kesimpulan. Pada tingkat ini siswa
belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap ransangan
yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik. Tipe belajar ini
memerlukan proses penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama,
tetapi dengan tipe belajar ini kemampuan penalaran siswa dapat berkembang. Dengan
demikian poses belajar yang tertinggi ini hanya mungkin dapat berlangsung apabila
proses belajar fundamental lainnya telah dimiliki dan dikuasai.
Kriteria suatu pemecahan masalah adalah siswa belum pernah sebelumnya
menyelesaikan masalah khusus tersebut,walaupun mungkin telah dipecahkan
sebelumnya oleh banyak orang. sebagai contoh pemecahan masalah, siswa yang belum
pernah sebelumnya belajar rumus kuadrat, menurunkan rumusnya untuk menentukan
penyelesaian umum persamaan ax2 + bx + c = 0. Siswa akan memilih keterampilan

14
melengkapkan kuadrat tiga suku dan menerapkan keterampilan dalam cara yang tepat
untuk menurunkan rumus kuadrat, dengan melaksanakan petunjuk dari guru.
Pemecahan masalah biasanya melibatkan lima tahap :
a. Menyatakan masalah dalam bentuk umum,
b. Menyatakan kembali masalah dalam suatu defenisi operasional,
c. Merumuskan hipotesis alternatif dan prosedur yang mungkin tepat untuk
memecahkan masalah,
d. Menguji hipotesis dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh solusi dan
e. Menentukan solusi yang tepat.

2.4 Kapabilitas Belajar Menurut Gagne


Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas tiga bersifat kognitif, satu
bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima
kategori kapabilitas sebagai berikut :

1. Informasi verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk
mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal
diperoleh secara lisan, membaca buku dan sebagainya. Informasi ini dapat
diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip, nama generalisasi. Contoh, siswa dapat
menyebutkan dalil Phytagoras yang berbunyi, “pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat
sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya.

2. Keterampilan Intelektual
Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat
memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Kemampuan-
kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas keterampilan intelektual
menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu, belajar isyarat, belajar
stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar
memperbedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, dan belajar
pemecahan masalah. Tipe belajar tersebut terurut kesukarannya dari yang paling
sederhana (belajar isyarat) sampai kepada yang paling kompleks belajar pemecahan
masalah.

15
3. Strategi Kognitif
Kapalilitas Strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta
mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.
Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan perhatian,
belajar, mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh tingkah laku akibat kapabilitas
strategi kognitif, adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah matematika.

4. Sikap Kapabilitas
Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus
atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang
terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung kepada
penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau tidak.
Contoh, seseorang memasuki toko buku yang didalamnya tersedia berbagai macam
jenis buku, bila orang tersebut memiliki sikap positif terhadap matematika, tentunya
sikap terhadap matematika yang dimiliki mempengaruhi orang tersebut dalam memilih
buku matematika atau buku yang lain selain buku matematika.

5. Keterampilan Motorik
Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita
dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otototot, serta
anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam
mendemonstrasikan alat-alat peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah
laku kapabilitas ini. Contoh lain yang lebih sederhana misalnya kemampuan
menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat tadi untuk
membagi sama panjang suatu garis lurus.

2.5 Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran


Ada beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori Gagne
dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan konsep Sembilan Kondisi Intruksional Gagne
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menerapkan teroi Gagne dalam pembelajaran:

16
1. Mengarahkan Perhatian,
Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada siswa
dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini
bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar materi yang akan
disajikan.
2. Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran
Dalam hal ini guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan tujuan
pembelajaran. Sehingga siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran yang
dipelajarinya. Ini sangat penting dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk bisa
mencapai tujuan pembelajaran.
3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari
Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan
dengan cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
4. Menyajikan stimulus
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi
pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
5. Memberikan bimbingan kepada siswa,
Pada konsep ini guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya.
Sehingga siswa dapat terarah dalam pembelajarannya.
6. Memancing Kinerja
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk
menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
7. Memberikan balikan
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid
apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
8. Menilai hasil belajar
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk
mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan
beberapa soal.
9. Mengusahakan transfer
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk
menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya
dalam situasi-situasi lain.
17
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Menurut Gagne
A. Kelebihan Teori Belajar Menurut Gagne yaitu :
1. Mendorong guru untuk merencanakan pembelajara
Teori Gagne mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran yang akan
dilakukan. Sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah dan terstruktur. Selain itu
agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi sebaik mungkin. Dimana inti dari
kegiatan pembelajaran adalah menyajikan ciri-ciri stimulis,memberikan pedoman
belajar,memunculkan kinerja,dan memberikan tanggapan dan umpan balik.
2. Memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan
Teori Gagne sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
prakrik dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan spontanitas
kelenturan refleks, dan daya tahan. menurut gagne rancangan pembelajaran untuk
keterampilan yang kompleks menyajikan peristiwa pembelajaran untuk urutan
keterampilan yang ada dalam prosedur dan hirarki belajar.
3. Cocok untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi
pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dapat dilakukan
langsung bagi siswa pendidikan dasar.
4. Dapat dikendalikan
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan,
sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya. Mulai dari identifikasi kapabilitas yang akan dipelajari,
analisis tugas atas tujuan, pemilihan peristiwa pembelajaran yang cocok, semua
dapat disusun. Sehingga pembelajaran yang diinginkan dapat dikendalikan guru
agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pada teori ini, analisis tugas merupakan
kunci bagi pengajaran yang efektif. Untuk mengajarkan tugas apapun, paling tidak
guru harus memastikan bahwa semua komponen yang diperlukan telah dipelajari,
yaitu bisa jadi mensyaratkan pengajaran-pengajaran setiap komponen
pembelajaran.

18
B. Kekurangan teori belajar menurut Gagne yaitu :
1. Pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered learning), dimana guru
bersifat otoriter.
2. Komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid.
3. Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat
kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut
bersifat menetap meskipun hanya sementara. Komponen- komponen dalam proses
belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S-R. S adalah situasi yang memberi
stimulus, R adalah respons atas stimulus itu. Gagne memiliki pandangan bahwa belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki
kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Menurut Gagne, ada tiga elemen
belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan
aksi sebagai akibat dari stimulasi.
2. Menurut Gagne, belajar melalui delapan fase yaitu: Fase motivasi (Motivation phase),
Fase pengenalan (Apprehending phase), Fase perolehan (Acquisition phase), Fase
retensi (Retention phase), Fase pemanggilan (Recall phase), Fase generalisasi
(Generalization phase), Fase penampilan (Performance phase), dan Fase umpan balik
(Feedback phase).
3. Menurut Robert M. Gagne, ada delapan tipe belajar, yaitu: belajar isyarat (signal
learning), belajar stimulus – respons (stimulus respons learning), belajar rangkaian
(chaining), asosiasi verbal (verbal assosiation), belajar diskriminasi (discrimination
learning), belajar konsep (concept learning), belajar aturan (rule learning), dan belajar
pemecahan masalah ( problem solving learning).
4. Menurut Gagne, ada lima jenis kapabilitas belajar/hasil belajar. Kelima kategori hasil
belajar tersebut adalah Informasi verbal (Verbal information), Strategi Kognitif
(cognitive strategies), sikap kapabilitas, Keterampilan Motorik (motor skill).
5. Implikasi atau penerapan teori Gagne dapat diterapkan diberbagai bidang
pembelajaran, namun untuk menerapkan teori Gagne harus memenuhi Sembilan
Kondisi Intruksional Gagne yang telah dibahas sebelumnya. Jika ada satu diantara

20
Sembilan Kondisi Instruksional Gagne yang tidak diterapkan maka teori Gagne gagal
dalam penerapannya.
6. Teori belajar menurut Gagne memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan teori
Gagne yaitu mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran, memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan, cocok untuk melatih anakanak
yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, serta dapat dikendalikan.
Sedangkan kekurangan teori belajar menurut Gagne adalah pembelajaran hanya
berpusat pada guru (teacher centered learning), komunikasi berlangsung satu arah,
hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur, serta murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

3.2 Saran
Dari materi yang telah dibahas secara rinci tersebut, kiranya diharapkan agar pemerintah,
masyarakat serta lainnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan lebih mengerti dan
memahami bagaimana terciptanya pendidikan yang baik, yaitu salah satunya dengan
menerapkan teori belajar Gagne agar peserta didik dapat menambah pemahaman mengenai
materi-materi yang diajarkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Tanwey Gerson Ratumanan. 2004. “Belajar dan Pembelajaran”, (Surabaya: Unesa


University Press)
Iwan Lukman. 2018. “Teori belajar Gagne”.
Purwoko. PengembanganPembelajaranMatematika

22

Anda mungkin juga menyukai