Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakekatnya, belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadi pada
semua orang serta berlangsung seumur hidup. Kompleksitas belajar tersebut
melahirkan banyak teori-teori yang berkembang dan berusaha untuk menjelaskan
bagaimana proses belajar tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah.
Tiap teori belajar menitikberatkan pada tumpuan yang berbeda-beda, ada yang
lebih mementingkan proses belajar, pada hasil belajar, pada isi atau konten bahan
ajar, ada pula yang mengutamakan kepada pembentukan atau mengkonstruksi
pengetahuan, sikap atau keterampilannya sendiri
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus
berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa
bertindak secara tepat. Artinya teori-teori belajar ini diharapkan dapat
mengarahkan dalam merancang dan mealksanakan kegiatan pembelajaran.
Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah
dalam kegiatan pembelajaran, namun akan dapat memberikan arah prioritas dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu para pelaku pembelajaran baik guru,
perancang pembelajaran dan para pengembang program pembelajaran yang
profesional harus dapat memilih teori belajar yang tepat untuk digunakan dalam
desain pembelajaran yang akan dikembangkannya.
Teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne merupakan salah satu
teori belajar yang penting untuk diketahui serta diterapkan dalam belajar. Hal-hal
yang dibicarakan oleh Gagne dalam teorinya adalah mengenai peristiwa belajar,
kemampuan belajar dan tipe belajar.
Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan berupa
mengapa seseorang perlu belajar? untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita
sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan
dapat melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, begitu juga dengan manusia.
Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang lain.

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 1


Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia
dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia
tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk
sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya, sehingga belajar merupakan
kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan
melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja ia berada.
Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar
tersebut adalah teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami bahas dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud teori belajar menurut Gagne?
2. Apa saja fase-fase belajar menurut Gagne?
3. Apa saja implikasi teori Gagne dalam pembelajaran?
4. Apa saja hasil belajar menurut Gagne?
5. Apa saja kejadian-kejadian instruksional menurut Gagne?

C. Tujuan
1. Dapat memahami apa itu teori belajar menurut Gagne
2. Dapat mengetahui fase-fase belajar menurut Gagne
3. Dapat mengetahui teori Gagne dalam pembelajaran
4. Dapat mengetahui hasil belajar menurut Gagne
5. Dapat mengetahui kejadian-kejadian instruksional menurut Gagne

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Gagne


Sebagaimana tokoh-tokoh dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat
bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 2


besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu
seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan
sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari
oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut
bersifat menetap meskipun hanya sementara. Menurut Gagne, ada tiga elemen
belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang
melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulus. Selanjutnya, Gagne juga
mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis
belajar, fase-fase belajar, serta implikasi dalam pembelajaran

B. Sistematika Delapan Tipe Belajar


Menurut Robert M. Gagne, ada delapan tipe belajar, yaitu:
1. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned resons atau respons bersyarat.
Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara.
Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian
tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar
semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respon yang
dilakukan itu bersifat umum, kabur, dan emosional. Menurut Krimble (1961)
bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons
diberikan secara tidak sadar.
2. Belajar Simulus-Respons (Stimulus Respons Learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur, dan emosional.
Tipe belajar S-R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu
hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R.
Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement.
3. Belajar Rangkaian (Chaining Learning)

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 3


Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R
yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motoric, seperti gerakan
dalam mengikat sepatu, makan, minum.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Association)
Suatu kalimat unsur itu berbangun limas adalah contoh asosiasi verbal.
Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limat kalau ia mengetahui
berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi
verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu
mengikut yang lain.
5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti
membedakan bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat
tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang
belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilian,
amphibian, burung, ikan. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang
dapat melakukan diskriminasi.
7. Belajar Aturan (Rule Learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat
dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar
sudut dalam segitiga sama dengan 180. Setiap dalil atau rumus yang dipelajari
harus dipahami artinya.
8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan
pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan
berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah
diperlukan waktu, adakalanya singkat dan adakalanya juga lama. Juga seringkali
harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu,
mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah
diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba.
Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan
sendiri yang penyelesaiannya ditemukan sendiri lebih mantap dan dapat ditransfer

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 4


kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah
memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.

C. Sistematika Lima Jenis Belajar


Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar,
dimana isinya merupakan penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar.
Uraian tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar
yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah
menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan
sesuatu yang dapat memberikan prestasi tertentu. Sistematika ini mencakup semua
hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan setiap hasil belajar
atau kemampuan internal satu persatu. Akan tetapi, mengelompokkan hasil-hasil
belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari
kategori yang lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi lima
kategori hasil belajar. Lima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motoric, dan
sikap.

1. Informasi Verbal (Verbal Information)


Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan
dalam bentuk Bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari
sumber yang juga menggunakan Bahasa, lisan, maupun tertulis. Informasi verbal
meliputi cap verbal dan data/fakta. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki
seseorang untuk menunjukkan pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya kursi.
Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misalnya ibukota Negara Indonesia
adalah Jakarta.
2. Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill)
Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan
berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar).
3. Pengaturan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy)
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan
berpikirnya sendiri.

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 5


4. Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu.
5. Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam
mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

D. Fase-Fase Belajar
Fase-fase ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada empat fase
dalam proses belajar, yaitu:
1. Fase Penerimaan (Apprehending Phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2. Fase Penguasaan (Acquistion Phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum.
Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan
adanya peruahan pada kemampuan atau sikapnya.
3. Fase Pengendapan (Storage Phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga
dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan
kenangan.
4. Fase Pengungkapan Kembali (Retrieval Phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan
maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan
menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat
penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali.
Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta
mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak
berubah-ubah. Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus,
dimana terjadinya proses belajar, sedangkan pada fase ketiga dan keempat
merupakan hasil belajar.

E. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 6


1. Mengontrol perhatian siswa.
2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru
3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
4. Penyajian stimulus yang tak bhisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Memberikan umpan balik.
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah
dicapainya.
8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
9. Memberikan kesempatan untuk melakukan praktek dan penggunaan kemampuan
yang baru diberikan.

F. Hasil Belajar Menurut Gagne


Dalam mengajar, kita harus mengetahui tujuan yang harus kita capai, maka dari
itu kita harus merumuskan tujuan instruksional khusus yang didasarkan pada
taksonomi Bloom tentang tujuan-tujuan perilaku (Bloom, 1956), yang meliputi tiga
domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Gange mengemukakan lima
macam hasil belajar, tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu lagi bersifat
psikomotorik.
Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut
kemampuan (Gagne.1988). Menurut Gagne ada lima kemampuan. Ditinjau dari
segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi , kemampuan itu
perlu dibedakan karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam
penampilan manusia dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai
kemampuan itu berbeda.
1. Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungannya dengan penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.
Aktivitas belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkat pertama
sekolah dasar dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual
seseorang.
Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan intelektual yang
dipelajarioleh seseorang.Keterampilan intelektual ini, untuk bidang studi apapun,
dapat digolongkan sesuai berdasarkan kompleksitasnya. Perbedaan yang berguna

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 7


antara keterampilan-keterampilan intelektual untuk tujuan pengajaran
diperhatikan pada gambar 10.1

PEMECAHAN MASALAH

Melibatkan pembentukan

ATURAN TINGKAT TINGGI

Yang membutuhkan sebagai prasyarat-prasyarat

ATURAN

Dan

KONSEP TERDEFINISI

Yang melakukan sebagai prasyarat-prasyarat

KONSEP KONKRET

Yang memerlukan sebagai prasyarat-prasyarat

DISKRIMINASI

Belajar memengaruhi perkembangan intelektual seseorang dengan cara yang


disarankan oleh diagrampada gambar 10.1 (Gagne, 1988). Untuk memecahkan
masalah, siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi, yaitu aturan-aturan yang
kompleks.Demikian pula diperlukan aturan dan konsep yang terdefinisi. Untuk
memperoleh aturan ini,siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret dan
untuk mempelajari konsep-konsep konkret ini, siswa harus menguasai
diskriminasi.
2. Diskriminasi

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 8


Diskriminasi merupakan suatu kemampuan untuk mengadakan respon yang
berbeda terhadap stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi
fisik. Dalam kasus yang paling sederhana, seseorang memberikan respon bahwa
dua stimulus sama atau berbeda. Diskriminasi merupakan keterampilan intelektual
yang paling dasar.Pengajaran diskriminasi paling banyak diberikan kepada anak-
anak kecil dan anak-anak atau orang-orang yang cacat mental.
3. Konsep konkret
Menurut Gagne, salah satu keterampilan intelektual ialah konsep konkret dan
suatu konsep konkret menunjukan suatu sifat objek atau atribut objek (warna,
bentuk, dan lain-lain). Konsep-konsep ini disebut konkret sebab penampilan
manusia yang dibutuhkan konsep ini adalah suatu objek yang konkret.
Contoh-contoh sifat objek ialah bulat, persegi, biru, merah, dan lain-lain. Kita
dapat mengatakan bahwa orang tertentu telah mempelajari suatu konsep konkret
dengan meminta orang itu untuk menunjukan dua atau lebih anggota yang
termsuk ke dalamkelas sifat objek sama, misalnya dengan menunjukan pada suatu
uang logam, suatu ban mobil, dan bulan purnama sebagai sesuatu yang bulat.
Operasi menunjukan dapat dilakukan dengan berbagai cara dapat dengan memilih,
melingkar, atau memegang.
Macam konsep konkret yang paling penting ialah posisi objek. Ini dapat
dianggap sebagai objek sebab posisi suatu objek harus dihubungkan dengan posisi
objek lain. Contoh-contoh posisi objek ialah diatas, di bawah, di samping, di
sekitar, di kiri, di kanan, di tengah, di muka,dan lain-lain.
Kemampuan untuk menentukan konsep konkret merupakan dasar yang
penting untuk belajar yang lebih kompleks. Banyak penelitian menekankan
pentingnya belajar konkret sebagai prasyarat belajar gagasan-gagasan
abstrak, Piaget membuat perbedaan ini sebagai suatu inti gagasan dalam teorinya
mengenai perkembangan intelektual. Perolehan konsep-konsep terdefinisi (yang
akan dibahas sesudah ini) meminta siswa untuk dapat menentukan konsep-konsep
konkret yang digunakan dalam definisi-definisi itu.
4. Konsep terdefinisi
Seseorang dikatakan telah belajar suatu konsep terdefinisi bila ia dapat
mendemonstrasika arti kelas tertentu tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 9


hubungan-hubungan. Misalnya, kita perhatikan konsep asam, suatu zat yang
memerahkan lakmus biru. Seorang siswa yang telah mempelajari konsep itu akan
dapat memilih zat sesuai dengan definisi. Caranya adalah dengan memperlihatkan
bahwa jika dimasukkan kertas lakmus biru kedalam zat itu ( zat itu ditempatkan
dalam tabung reaksi), terlihat perubahan dalam kertas lakmus itu, dari biru
menjadi merah. Demonstrasi tentang arti, membedakan proses mental ini dari
proses mental yang menyangkut mengingat informasi verbal, seperti asam adalah
zat yang dapat memerahkan lakmus biru seperti telah dikemukakan terlebih
dahulu, untuk memiliki konsep terdefinisi ini, siswa itu dapat menunjukan
konsep-konsep konkret, yaitu zat merah dan kertas lakmus biru.
Banyak konsep yang hanya dapat diperoleh sebagai konsep terdefinisi dan
tidak dapat ditentukan dengan menunjuk, seperti konsep konkret, misalnya kota,
keluarga dan abstraksi-abstraksi seperti konsep keadilan, kemakmuran, dan lain-
lain. Namun, ada beberapa konsep terdefinisi yang juga berupa konsep konkret,
yaitu konsep yang mempunyai kesamaan nama dan sifat-sifat tertentu misalnya
banyak anak keci belajar dari bentuk dasar segitiga sebagai suatu konsep konkret.
Baru setelah mereka belajar geometri, mereka berhadapan dengan konsep
terdefinisi segitiga, yaitu suatu bentuk datar tertutup yang terbentuk dari tiga
segmen garis yang bersilang pada tiga titik. Arti konkret dan terdefinisi segitiga
tidak sama secara eksak, tetapi kedua macam arti itu memiliki segi-segi kesamaan.
5. Aturan
Seseorang telah belajar suatu aturan bila penampilan mempunyai semacam
keteraturan dalam berbagai situasi khusus.Banyak contoh mengenai perilaku
yang dikuasai oleh aturan.Pada kenyataannya, sebagian besar perilaku manusia
termasuk kategori perilaku ini.Misalnya dalam membuat suatu kalimat ibu
mencium adik dengan penuh kasih sayang.Kata kerja mencium ditempatkan
sesudah kata ibu, tidak sebelumnya.Demikian pula kata-kata laindalam kalimat itu
sudah mengikuti suatu aturan dalam bahasa kita. Dengan aturan yang telah kita
pelajari, kita dapat menyusun kalimat lain dengan struktur yang sama.
Prinsip yang dipelajari dalam sains ditampilkan oleh siswa sebagai perilaku
penggunaan aturan. Misalnya, kita mengharapkan para siswa yang telah

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 10


mempelajari hukum ohm : E = I x R , untuk menerapkan aturan yang tercakup
dalam pernyataan ini. Kita dapatbertanya :ada arus listrik mempunyai tahanan 12
ohm. Jika arus diperbesar dari 20 amper menjadi 30 amper, perubahan apakah
yang diperoleh teganggan?
Seorang siswa yang mempunyai kemampuan suatu aturan tidak berarti ia
dapat menyatakan aturan itu secara verbal. Sebaliknya ada pula siswa yang dapat
menyebutkan " tegangan sama dengan arus kali tahanan, tetapi ia belum tentu
dapat menerapkan aturan itu pada suatu masalah konkret khusus. Akan tetapi,
banyak contoh dimana siswa-siswa tidak dapat menyatakan suatu aturan,
walaupun penampilan mereka menunjukan bahwa mereka mengetahui aturan
itu.
Setelah kita mengenali apakah aturan itu, kita dapat menerima bahwa suatu
konsep terdefinisi seperti yang dijelaskan terdahulu pada kenyataannya tidak
berbeda denga suatu aturan dan dipelajari dengan cara yang sama. Dengan lain
perkataan, suatu konsep terdefinisi merupakan suatu bentuk khusus aturan yang
bertujuan untuk mengelompokan objek dan kejadian, konsep terdefinisi adalah
suatu aturan pengklasifikasian.
6. Aturan tingkat tinggi
Adakalanya aturan-aturan yang kita pelajari merupakan gabungan kompleks
aturan-aturan yang sederhana.Lagi pula, kerapkali aturan-aturan yang kompleks
atau aturan-aturan tinggi ini ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis
atau sekelompok masalah. Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah pada
dasarnya suatu tujuan utama proses pendidikan. Bila para siswa memecahkan
suatu masalah yang mewakili kejadian-kejadian nyata, mereka terlibat dalam
perilaku berpikir.Dengan mencapai pemecahan suatu masalah secara nyata, para
siswa juga mencapai suatu kemampuan baru. Mereka telah belajar sesuatu yang
dapat digeneralisasikan pada masalah lain yang mempunyai ciri-ciri formal yang
mirip. Ini berarti mereka telah memperoleh suatu aturan baru atau mungkin juga
set baru tentang aturan-aturan.
Suatu kondisi yang esensial yang membuat belajar aturan aturan tingkat
tinggi menjadi suatu kejadian pemecahan masalah ialah karena tidak adanya

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 11


bimbingan belajar , baik dalam bentuk komunikasi verbal maupun dalam bentuk
lain. Pemecahan masalah telah ditemukan bimbingan belajar diberikan oleh si
pemecah masalah itu sendiri, tidak oleh guru atau sumber eksternal lain. Sekali
siswa berhasil memecahkan masalah, siswa itu telah belajar aturan baru.yang
lebih kompleks dari pada aturan yang digunakan dalam gabungan. Aturan baru
yang dipelajari akan disimpan dalam memori dan digunakan lagi untuk
memecahkan masalah-masalah lain.
Aturan memegang peranan penting dalam pemecahan masalah.Tidak
mungkin siswa memperoleh semua aturan yang diperlukan untuk berbagai
situasi.Konsep dan aturan harus dipadukan jadi bentuk-bentuk kompleks yang
baru agar siswa dapat menghadapi situasi masalah yang baru.Pemecahan masalah
merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep dan aturan yang
diperoleh sebelumnya dan tidak sebagai suatu keterampilan genetik. Kemampuan
untuk memecahkan masalah matematika tidak secara otomatis pindah ke
pemecahan masalah mekanis suatu mobil.
7. Strategi kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan
tertentu bagi belajar dan berpikir disebut sebagai strategi kognitif. Dalam teori
belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu
suatu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih
dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir
(Gagne, 1985).
8. Berbagai macam strategi kognitif
Walaupun siswa menggunakan strategi-strategi khusus dalam melaksanakan
tugas-tugas belajar, untuk memudahkan, strategi kognitif dikelompokan sesuai
dengan fungsinya. Pengelompokan itu disarankan oleh Weinstein dan Mayer
(1986)
a. Strategi menghafal
Dengan pertolongan strategi ini, para siswa melakukan latihan mereka
sendiri tentang materi yang dipelajarinya.Dalam bentuk yang paling sederhana,
latihan itu berubah mengulang nama-nama dalam suatu urutan (misalnya nama-
nama pahlawan tahun-tahun dan lain-lain).Dalam mempelajari tugas yang lebih

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 12


kompleks misalnya mempelajari gagasan-gagasan yang penting, menghafal
dapat dilakukan dengan menggaris bawahi gagasan-gagasan penting itu atau
dengan menyalin bagian-bagian teks.
b. Strategi elaborasi
Dalam menggunakan teknik elaborasi, siswa mengasosiasikan hal-hal yang
akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Bila diterapkan pada
belajar teks prosa misalnya, kegitan-kegiatan elaborasi merupakan pembuatan
parafrasa, pembuatan ringkasan, pembuatan catatan, dan perumusan pertanyaan
dengan jawaban-jawaban.
c. Strategi pengaturan
Menyusun materi yang akan di pelajari kedalam suatu kerangka yang teratur
merupakan teknik dasar strategi ini. Sekumpulan kata yang akan diingat oleh
siswa menjadi kategori-kategori yang bermakna. Hubungan antara fakta-fakta
disusun menjadi tabel-tabel memungkinkan penggunaan pertolongan
penyusunan ruang untuk menghafal materi pelajaran. Cara lain ialah dengan
membuat garis-garis besar tentang gagasan utama dan menyusun organisasi baru
untuk gagasan gagasan itu.
d. Srategi metakognitif
Menurut Brown (1978), strategi mitakognitif meliputi kemampuan siswa
untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian
tujuan itu, dan memilih alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan itu.

e. Strategi afektif
Teknik ini digunakan para siswa untuk memusatkan dan mempertahankan
perhatian untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara
efektif.
f. Informasi verbal
Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal; menurut teori,
pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi (Gagne
1985). Nama lain untuk pengetahuan verbal ini ialah pengetahuan deklaratif .
Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar disekolah dan juga dari
kata-kata yang diucapkan orang, membaca dari radio, televise, dan media
lainnya.

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 13


g. Sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian, atau
makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap kita kepada
orang lain. Oleh karena itu, Gagne juga memperhatikan siswa memperoleh sika-
sikap sosial ini.
Dalam pelajaran sains misalnya, sikap sosial ini dapat dipelajari selama para
siswa melakukan percobaan dilaboratorium. Antara lain dpat disebutkan bahwa
selama memanaskan zat-zat dalam tabung reaksi,hendaknya para siswa tidak
menghadapkan mulut tabung reaksi itu pada temannya agar tidak terkena
percikan zat yang dipanaskan itu. Demikian pula bila melakukan reaksi-reaksi
dengan gas-gas yang tidak enak baunya atau berbahaya untuk kesehatan, para
siswa hendakan melakukan reaksi-reaksi itu di luar laboratorium bila tidak ada
lemari asam yang khusus di adakan untuk itu.
Adapula sikap-sikap yang sangat umum sifatnya, yang biasa disebut nilai-
nilai.Diharapkan bahwa sekolah dan institusi-institusi lainnya memupuk dan
mempengaruhi nilai-nilai ini.Sikap-sikap ini ditujukan pada perilaku social
seperti kata-kata kejujuran, dermawan dan istilah yang lebih umum
moralitasnya.
Suatu sikap mempengaruhi sekumpulan besar khusus seseorang.Oleh karena
itu ada beberapa prinsip belajar umum yang dapat diterapkan untuk memperoleh
dan mengubah sikap-sikap, tetapi pembahsannya tidak diberikan dalam buku ini.
h. Keterampilan motorik
Kegiatan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga
kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya
membaca, menulis, memainkan sebuah instrument music, atau dalam pelajaran
sains, menggunakan berbagai macam alat seperti buret dan alat destilasi dalam
pelajaran kimia.

G. Kejadian belajar
Bentuk tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan informasi, Gagne
mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 14


ini merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruksikan oleh siswa atau
guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa.
Setiap fase diberikan nama dan dibawahnya masing-masing fase terlihat satu kotak
yang menunjukan proses internal utama, yaitu kejadian belajar yang berlangsung
selama fase itu, kejadian belajar itu akan diuraikan di bawah ini:
1. Fase motivasi
Siswa harus di motivasi untuk terus belajar dengan harapan bahwa belajar akan
memperoleh hadiah. Misalnya siswa dapat mengharapkan bahwa informasi yang
di dapat akan memenuhi keinginannya merekadan akan berguna bagi meraka
atau dapat menolong mereka untuk memperoleh nilai yang lebih baik.
2. Fase pengenalan
siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial suatu
kejadian intruksional jika belajar akan terjadi. Misalnya siswa memperhatikan
aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru atau tentang gagasan-
gagasan utama dalam buku teks. Guru dapat memfokuskan perhatian terhadap
informasi yang penting dengan berkata misalnya : dengarkan kata yang ibu
katakan, apakah ada perbedaannya?. Bahan-bahan tertulis juga bisa
diperlakukan demikian dengan menggaris bawahi kata atau kalimat tertentu atau
memberi garis-garis besar untuk tiap bab.
3. Fase perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, ia telah siap menerima
pelajaran informasi yang disajikan. Seperti yang sudah dikemukakan dalam bab-
bab sebelumnya bahwa informs tidak langsung disimpan dalam memori.
Informasi Yang telah ada dalam memori siswa.Siswa dapat membentuk
gambaran mentah informasi itu atau membentuk asosiasi antara informasi baru
dan informasi lama. Guru dapat memperlancar proses ini dengan penggunaan
pengatur-pengatur awal (Ausubel, 1963), dengan membiarkan para siswa
melihat atau memanipulasi benda-benda, dengan menunjukkan hubungan-
hubungan antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.
4. Fase Retensi

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 15


Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang.Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali praktik,
elaborasi, atau lain-lainnya.
5. Fase Pemanggilan
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori
jangka panjang. Jadi, bagian penting dalam belajar ialah belajar memperoleh
hubungan dengan apa yang telah kita pelajari, untuk memanggil informasi yang
telah dipelajari sebelumnya, hubungan dengan informasi ditolong oleh
organisasi: materi yang diatur dengan baik dengan mengelompokkan menjadi
kategori-kategori atau konsep-konsep, lebih mudah dipanggil daripada materi
yang disajikan tidak teratur. Pemanggilan juga dapat ditolong dengan
memperhatikan kaitan antara konsep-konsep, khususnya antara informasi baru
dan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar
konteks dimana informasi itu dipelajari.Jadi, generalisasi atau transfer informasi
pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat
ditolong dengan meminta para siswa untuk menggunakan informasi dalam
keadaan baik, misalnya meminta para siswa menggunakan keterampilan-
keterampilan berhitung baru untuk memecahkan masalah-masalah nyata; setelah
mempelajari pemuaian zat, mereka dapat menjelaskan mengapa botol yang
berisi penuh dengan air dan tertutup menjadi retak dalam lemari es.
7. Fase Penampilan
Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui
penampilan yang tampak.Misalnya setelah mempelajari bagaimana
menggunakan mikroskop dalam pelajaran biologi, para siswa dapat mengamati
bagaimana bentuk sel dan menggambarkan sel itu; setelah mempelajari struktur
kalimat dalam bahasa, mereka dapat menyusun kalimat yang benar.
8. Fase umpan balik

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 16


Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka
yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang
diajarkan. Umpan balik ini dapat memberikan reinforcement pada mereka untuk
penampilan yang berhasil.

Fase motivasi
HARAPAN

Fase pengenalan

PERHATIAN PERSEPSI SELEKTIF

Fase perolehan

KODING, MULAI PENYIMPANAN

Fase retensi

PENYIMPANAN MEMORI

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 17


Fase pemanggilan

PEMANGGILAN

Fase generalisasi

TRANSFER

Fasa penampilan

PEMBERIAN RESPONS

Fase umpan balik

REINFORCEMENT

H. Kejadian Instruksional
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne
menyarankan kejadian-kejadian instruksional. Menurut Gagne, bukan hanya guru
yang dapat memberikan instruksi, namun kejadian-kejadian belajarnya dapat juga
ditetapkan baik pada belajar pennemuan, belajar diluar kelas, maupun belajar dalam
kelas. Akan tetapi kejadian-kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne ditujukan
pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa. Kejadian-
kejadian instruksi itu adalah:
1. Mengaktifkan motivasi;
2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar;
3. Mengarahkan perhatian;
4. Merangsang ingatan;
5. Menyediakan bimbingan belajar;
6. Meningkatkan retensi;
7. Melancarkan transfer bel;ajar;
8. Mengeluarkan penampilan: memberikan umpan balik.

Di bawah ini akan diuraikan setiap kejadian instruksi itu.


1. Mengaktifkan Motivasi

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 18


Langkah pertama dalam suatu pelajaran ialah memotivasi para siswa untuk
belajar.Kerap kali hal ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam
isi pelajaran dan mengemukakan kegunaannya. Misalnya, guru membangkitkan
perhatian para siswa dalam belajar tentang ukuran liter, serta fraksi-fraksinyadengan
membri tahu mereka bahwa informasi itu nanti akan mereka perlukan di masa yang
akan datang dan mengemukakan masalah tentang pembelian minyak goring untuk
ibu atau bensin untuk sepeda motor atau mobil.
2. Memberi tahu Tujuan Belajar
Kejadian instruksi kedua ini sangat erat hubungannya dengan kejadian instruksi
pertama. Sebagian dari mengaktifkan motivasi para siswa ialah dengan memberi tahu
mereka tentang mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang
akan mereka pelajari. Maksudnya adalah memberi tahu para siswa terhadap aspek-
aspek yang relevan tentang pelajaran.
Bagaimana merumuskan tujuan-tujuan belajar yang dikenal dengan Tujuan
Instruksional Khusus itu tidak asing lagi bagi kita semua.Dengan mengenal model
belajar Gagne, kita mempunyai dasar yang lebih kuat tentang kegunaan tujuan-tujuan
belajar ini.Selama ini kita merumuskan Tujuan Instruksional Khusus berdasarkan
Taksonomi Bloom denagn tiga domainnya, yaitu domain kognitif, domain afektif,
dan domain psikomotor. Sekarang kita sudah mengenal hasil-hasil belajar menurut
Gagne, yang telah dibahas sebelum ini,yaitu kita telah diperkenalkan pada
Taksonomi Gagne sehingga kita akan merumuskan pula tujuan-tujuan belajar sesuai
dengan gagasan Gagne. Namun, akan kita lihat bahwa perumusan itu tidak akan
banyak berbedasebab dasar penggolongan tujuan-tujuan itu sebenarnya sama.
3. Mengarahkan Perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian dimana yang satu berfungsi untuk
membuat siswa siap menerima stimulus-stimulus.Mengajar perubahan stimulus
secara tiba-tiba dapat mencapai maksud ini. Dalam pelajaran kimia hal ini dapat
dilakukan dengan guru berkata: Perhatikan perubahan warna yang terjadi, saat
guru mengajarkan kecepatan reaksi dengan metode demonstrasi.
Bentuk kedua perhatian disebut persepsi selektif. Dengan cara ini siswa memilih
informasi yang akan diteruskan ke memori jangka pendek. Dalam mengajar, seleksi
stimulus-stimulus relevan yang akan dipelajari dapat ditolong guru dengan cara

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 19


mengeraskan ucapan suatu kata selama mengajar atau menggarisbawahi suatu kata
atau beberapa kata suatu kalimat, misalnya dalam mengajarkan penulisan rumus-
rumus kimia, diminta perhatian siswa pada penulisan angka-angka sedikit di bawah
huruf-huruf (dalam menulis rumus H2SO4, angka 2 dan 4 ditulis agak di bawah huruf
H dan O).
4. Merangsang Ingatan tentang Pelajaran yang telah Lampau
Menurut Gagne, memberikan kode pada informasi yang berasal dari memori
jangka pendek yang disimpan dalam memori jangka panjang merupakan bagian yang
paling kritis dalam proses belajar. Guru dapat berusaha menolong siswa dalam
mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka
panjang itu. Cara menolong ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada para siswa. Cara tersebut merupakan suatu cara pengulangan.

5. Menyediakan Bimbingan belajar


Untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang,
diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk
mempelajari informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan denagn cara
mengaitkan informasi baru ini pada pengalaman siswa.
Dalam belajar konsep, dapat diberikan contoh dan mencontoh. Bila suatu aturan
yang akan diajarkan, siswa seharusnya sudah memahami dahulu konsep-konsep yang
merupakan komponen-komponen pembentuk aturan itu. Jadi, kalau para siswa akan
mempelajari bahwa Volume 1 mol sembarang gas pada 0C dan 76 cm Hg adalah
22,4 liter, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang setiap konsep yang
terdapat dalam aturan itu untuk mengetahui apakah para siswa telah memahami apa
yang dimaksud oleh konsep itu, yaitu konsep-konsep volume, satu mol, sembarang
gas, 0C, 76 cm Hg, dan liter. Dalam belajar poenemuan , bimbingan dapat diberikan
dalam bentuk penyediaan bahan-bahan dan isyarat-isyarat untuk membimbing para
siswa kea rah keberhasilan.
6. Melancarkan Retensi
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari (jadi tidak dilupakan) dapat
diusahakan oleh guru dan para siswa itu sendiri dengan cara sesering mungkin
mengulangi pelajaran itu. Cara lain ialah dengan member banyak contoh. Dapat pula

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 20


diusahakan penggunaan berbagai jembatan keledai. Dengan cara ini, materi
pelajaran disusun demikian rupa hingga mudah diingat. Sebaiknya siswa sendiri yang
menyusun jembatan keledai itu sebab dengan cara itu, ia akan lebih lama di ingat.
Sebagai contoh dalam pelajaran kimia misalnya, untuk mengingat apakah perubahan
warna yang dialami indicator lakmus bila dimasukkan ke dalam larutan asam atau
basa, a kalimat pendek yang diingat siswa ialah: asam memerahkan kertas lakmus
biru (m m), basa membirukan kertas lakmus merah (b b).
Selain cara-cara yang diberikan diatas, table, diagram, dan gambar pun dapat
digunakan guru untuk menolong para siswa agar tidak cepat melupakan pelajaran
yang telah diberikan (lihat belajar bermakna oleh Ausubel dan peta konsep Novak).
7. Membantu Transfer Belajar
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada
situasi baru. Ini berarti bahwa hal yang telah dipelajari itu sifatnya dibuat
umum.Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi kelompok, guru dapat
membantu transfer belajar.Untuk dapat melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan
telah menguasai fakta, konsep, dan keterampilan yang dibutuhkan. Dalam
pelajaransains misalnya, transfer belajar akan terjadi saat guru memberikan tugas
pada siswa untuk merencanakan bagaimana menanggulangi masalah pencemaran
lingkungan. Dalam hal ini para siswa pada setiap kelompok diharapkan telah
mengetahui apa saja yang terdapat dalam lingkungan yang tercemar, misalnya
macam-macam gas yang berasal dari knalpot mobil, sampah yang bertumpukdimana-
mana, dan lain-lain. Selain itu, mereka juga memiliki keterampilan untuk
meniadakan hal-hal yang menyebabkan pencemaran itu.Misalnya dengan
memisahkan pencemar-pencemar yang tidak dapat mengalami pelapukan, yaitu
plastic dan pencemar-pencemar yang dapat mengalami pelapukan, yaitu daun dan
bahan-bahan lain yang berasal dari makhluk hidup.Kemudian mereka juga harus
mengetahui cara-cara untuk memusnahkan pencemar-pencemar itu berdasarkan
sifatnya hingga tidak merugikan masyarakat disekitarnya.
Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa penguasaan fakta, konsep, serta
keterampilan harus dimiliki para siswa untuki dapat menyusun suatu rencana yang
baik.

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 21


8. Memperlihatkan Penampilan dan Memberikan Umpan Balik
Hasil belajar perlu dilihatkan melalui suatu cara agar guru dan siswa itu sendiri
mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu, sebaiknya guru-guru
tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai.Sebaiknya guru memberikan
kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka
agar dapat diberi umpan balik sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancer.
Cara-cara yang dapat digunakan guru ialah pemberian tes atau mengamati
perilaku siswa. Umpan balik, bila bersifat positif, menjadi pertanda bagi siswa bahwa
ia telah mencapai tujuan belajar sehingga harapan yang muncul pada permulaan
tindakan belajar telah dipenuhi. Dalam hal ini.Menurut Gagne umpan balik
menghasilkan reinforcement.
Perlu diingat bahwa umpan balik tidak selalu diberikan secara eksplisit dengan
cara menyetujui atau kat-kata yang membetulkan. Ada kalanya situasi belajar itu
sendiri sudah merupkan umpan balik. Kejadian instruksional dalam kelas seperti
mengaktifkan motivasi, memberi tahu tujuan-tujuan instruksional serta mengarahkan
perhatian, dapat dilakukan guru melalui metode klasik, tetapi kejadian-kejadian
instruksional yang lain meminta guru agar memperhatikan perbedaan individu para
siswa.

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 22


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1 Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu
seseorang. Bentuk tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan
informasi, Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar
(learning act).
2 Fase-fase belajar menurut Gagne :
Fase penerimaan (apprehending phase), fase penguasaan (acquistion phase), fase
pengendapan (storage phase), dan fase pengungkapan kembali (retrieval phase)
3. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran
Mengontrol perhatian siswa.
Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan
guru
Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
Penyajian stimulus yang tak bhisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
Memberikan bimbingan belajar.
Memberikan umpan balik.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang
telahdicapainya.
Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
Memberikan kesempatan untuk melakukan praktek dan penggunaan
kemampuan yang baru diberikan.
4. Hasil belajar menurut Gagne :

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 23


Keterampilan intelektual, diskriminasi, konsep konkret, konsep terdefinisi, dan
aturan

5. Kejadian-kejadian instruksi itu adalah:


Mengaktifkan motivasi, memberi tahu tujuan-tujuan belajar, mengarahkan
perhatian, merangsang ingatan, menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan
retensi, melancarkan transfer belajar, mengeluarkan penampilan: memberikan
umpan balik.

B. Saran
Teori Gagne ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita. Dimana kita sebagai
guru ataupun siswa harus tahu strategi dan metode belajar yang sesuai dengan siswa
ataupun guru sehingga dapat lebih mudah memahami suatu konsep yang di
sampaikan oleh guru ataupun informasi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 24


Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pebelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Miarso, Yusuf. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media

Ratna, Wilis Dahar. 1988. Teori-Teori Belajar. Bandung: IKIP Bandung

Suciati dan Irawan. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: PT. PAUUT

Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi

Belajar dan Pembelajaran Kimia Page 25

Anda mungkin juga menyukai