Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI BELAJAR ( GAGNE, PIAGET, AUSUBEL, BRUNNER )


Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD
Dosen Pengampu : Yulistina Nur DS, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2

: 21416286206097
Febby Febrianti : 21416286206030
Khansa Dhia Septiani Putri : 21416286206022
Maulidya Nabilah Rohmatilah : 21416286206029
Nurul Hijriyyah Al Hanifah : 21416286206043
Sukandar Permana : 21416286206025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa membuat para pembaca mempraktekkan ilmu yang di dapat dan
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Karawang, 01 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran dalam konteks keterampilan abad 21.........................................................3
2.2 Prinsip pokok pembelajaran abad 21................................................................................6
2.3 Model pembelajaran pada abad 21....................................................................................7
2.4 Tantangan pendidikan profesional dalam upaya mengimplementasikan pembelajaran
dan keterampilan abad 21..................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................12
3.2 Saran.................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori merupakan seperangkat dasar mengenai suatu peristiwa yang didalamnya


terdapat ide, konsep, prinsip, prosedur yang dapat dipelajari dan di analisis kebenarannya
(Marhayati et al., 2020). Sedangkan teori belajar adalah sebuah teori yang substansinya
tercantum prosedur melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) antara pendidik
dengan peserta didik serta rancangan konsep pembelajaran yang akan dilakukan di dalam
maupun di luar kelas. Teori pembelajaran adalah teori yang menghubungkan antara hal
yang ada pada saat ini dengan sesuatu yang menghasilkan hal tersebut. Teori belajar
adalah suatu teori yang menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, akan tetapi teori
pembelajaran hanya membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal
tersebut. Teori pembelajaran akan memudahkan bagi pendidik dalam menjalankan bentuk
pembelajaran yang nantinya akan di laksanakan.
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat komplek,
Proses belajar terjadi dengan mencakup pengaturan stimulus yang di terima dan
meyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan sudah terbentuk dalam diri
seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya. Belajar adalah kegiatan
yang berproses dalam menggunakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Yang berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan, bergantung pada proses belajar yang dialami
peserta didik Berikut ini beberapa definisi dari para ahli diantaranya :
 Menurut Gagne (Dahar, 2011:2) Belajar merupakan proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar itu
menyangkut perubahan dalam suatu organisme, Adapun perubahan yang
dimaksud yaitu perubahan perilaku dalam proses belajar.
 S. Nasution M.A., Mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku,
pengalaman dan Latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri
individu yang belajar. Perubahan tidak hanya mencakup sejumlah,
pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan,
sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri.
 Sardiman A.M. Belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan dan meniru.
 S. Suryabrata Belajar merupakan suatu perubahan berupa kecakapan baru
melalui suatu usaha tertentu. Adapun usaha yang dimaksud dapat diperoleh
melalui sebuah proses yang disebut dengan Pendidikan.
 Ngalim Purwanto, Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-
ulang dalam situasi tertentu, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat

1
dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon bawaan , kematangan atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang.
 M.Dalyono, Belajar itu merupakan usaha melakukan perubahan progressive
dalam tingkah laku , sikap dan perbuatan.
 Oemar Hamalik, Belajar merupakan proses penerimaan pengetahuan yang
diserap melalui lingkungan peserta didik dengan pengamatan yang dibantu
melalui panca indranya.
 Ahmad Thonthowi, Belajar merupakan tingkah laku karena proses latihan dan
pengalaman para peserta didik
Dari beberapa perspektif pengertian belajar menurut para ahli yang dijelaskan di atas
yaitu, belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang menghasilkan perubahan yang
bersifat relative konstan. Dan diharapkan melalui belajar anak diharapkan mengalami
peningkatan kepribadian yang diinginkan

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :


1. Apa saja teori belajar menurut Gagne ?
2. Apa saja teori belajar menurut Piaget ?
3. Apa saja teori belajar menurut Ausubel ?
4. Apa saja teori belajar menurut Brunner ?

1.3 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan pada makalah ini yaitu :


1. Untuk mengetahui teori belajar menurut Gagne
2. Untuk mengetahui teori belajar menurut Piaget
3. Untuk mengetahui teori belajar menurut Ausubel
4. Untuk mengetahui teori belajar menurut Brunner

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Belajar Gagne

Robert Mills Gagne (21 Agustus 1916 – 28 April 2002) adalah seorang psikolog
Pendidikan Amerika yang paling dikenal karena “Kondisi Belajar”.
Menurut Teori Belajar Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang
diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah
laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar secara kumulatif.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia. Setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri
dan keduanya saling berinteraksi.
Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah mekanisme di mana seseorang
menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi,
skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia.
Sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya
disebut kapasitas.
Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-
fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa
(yang belajar) atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam
pikiran siswa (proses internal utama). Berikut adalah 4 fase-fase belajar menurut Gagne,
yaitu:
1. Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase seseorang
memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami
stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara.
2. Stage of acquisition, fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu
kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan
informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya.
3. Storage, adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam
jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi
dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
4. Retrieval, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi
yang ada dalam memori.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu (5) Fase motivasi (6)
Fase generalisasi adalah fase transfer informasi (7) Fase penampilan (8) Fase umpan balik
MENERAPKAN TEORI GAGNE DALAM MENGAJARKAN IPA DI SD
Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut
kejadian-kejadian instruksional (instructional events), meliputi :
a) Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
b) Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
c) Mengarahkan perhatian (directing motivation)

3
d) Merangsang ingatan (stimulating recall)
e) Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
f) Meningkatkan retensi (enhancing retention)
g) Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
h) - Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance)
- Memberi umpan balik (providing feedback)

2.2 Teori Belajar Menurut Piaget

Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis,
artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar
sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Menurut Etty Ratnawati (2016) proses
belajar Piaget harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa,
yang dalam hal ini Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor
(ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap Pra-operasional (2/3 sampai 7/8 tahun),
tahap operasional konkret (7/8 sampai 12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14
tahun atau lebih). Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi
empat, yaitu sebagai berikut.

a. Tahap Sensorimotor ( umur 0-2 tahun )

Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun


Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya
yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan
dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimiliki yaitu sebagai
berikut. :
1. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di
sekitarnya.
2. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3. Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
4. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
5. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah
tempatnya
Dengan kata lain, pada usia ini individu dalam memahami sesuatu yang berada
di luar dirinya melalui gerakan, suara atau tindakan yang dapat diamati atau
dirasakan oleh alat inderanya. Selanjutnya sedikit demi sedikit individu
mengembangkan kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan
bendabenda lain.
b. Tahap Preoperasional ( 2-7 / 8 tahun )

Piaget mengatakan pada tahap di antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok
perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda,

4
dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua,
yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah
mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun
masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek.
Karakteristik tahap ini yaitu :
1. Self counter nya sangat menonjol.
2. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan
mencolok.
3. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria
yang benar.
4. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat
menjelaskan perbedaan antara deretan.
Pada usia ini individu mulai memiliki kecakapan motoric untuk melakukan
dari apa yang dilihat dan di dengar, namaun belum mampu memahami secara
mental (makna atau hakikat) terhadap apa yang dilakukannya.
c. Tahap Intuitif ( umur 4-7 atau 8 tahun )

Pada tahap intuitif, anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan


pada kesan sesuatu yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Oleh karena itu, pada usia ini, anak telah dapat
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki
pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :
1. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang
disadarinya.
2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih
kompleks.
3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti
terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya Anak
memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.

d. Tahap Operasional Konkret ( umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun )

Pada perkembangan tahap ini anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan


yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible. Anak memiliki kecakapan
berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Anak
dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah
(ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang

5
terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah bisa dikatakan maju.
Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk
menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga
ia mampu menelaah persoalan.
Inti dari tahap operasional konkret yaitu dimana setiap Individu mulai berpikir
secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat konkret. Individu sudah dapat
membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.

e. Tahap Operasional Formal ( umur 11/12-18 tahun )

Pada tahap perkembangan ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan
logis dengan menggunakan pola berpikir ‘’ kemungkinan ‘’. Model berpikir
ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak,
dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan
hipotesa. Berikut ini tahap ini kondisi berpikir anak yang sudah di dapat yaitu :
1. Bekerja secara efektif dan sistematis.
2. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua
kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat
merumuskan beberapa kemungkinan.
3. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam
proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
4. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini
mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal
operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan
penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa
bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat
melakukan formal operation.
Kecepatan perkembangan setiap individu melalui urutan, dan setiap tahap
tersebut berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap
tersebut. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan
intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang
semakin kompleks. Hal ini berarti bahwa semakin bertambah umur seseorang,
maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula
kemampuan kognitifnya. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan
kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.

2.3 Teori Belajar Menurut Ausubel

David Paul Ausubel adalah seorang psikolog Amerika yang kontribusinya


paling signifikan untuk bidang psikologi pendidikan, ilmu kognitif, dan

6
pendidikan sains. Ausubel percaya bahwa pemahaman konsep, prinsip, dan gagasan
dicapai melalui Penalaran. Ia percaya pada gagasan pembelajaran yang bermakna
dibandingkan dengan rote menghafal. Ausubel juga berpendapat bahwa terdapat
perbedaan mendasar antara belajar menghapal dengan belajar bermakna. Di dalam
belajar menghapal, siswa menghapalkan materi yang sudah diperolehnya, sedangkan
pada belajar bermakna, materi yang telah diperoleh tersebut tersebut dikembangkan
sehingga belajarnya menjadi lebih dimengerti.
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada
siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana
siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Meliputi
fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Agar terjadi
belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep
konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Dan harus memperhatikan prinsip
prinsip berikut; pengatur awal, diferensiasi progresif, belajar superordinate, dan
penyesuaian integrative.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa
dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi dalam bentuk final ataupun
dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagaian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Dalam tingkat ke dua siswa
menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah
dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga
hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengaan
pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar
hafalan.
Menurut Ausubel, prasyarat belajar bermakna ada dua, sebagai berikut: (1) Materi
yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial; dan (2) Siswa yang akan belajar
harus bertujuan untuk melaksanakan belaJar bermakna. Sesuai pendapat Ausubel, faktor
penting yang memengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui siswa. Jadi agar
terjadi belajar bermakna, konsep atau informasi batu harus dikaitkan dengan konsep-
konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Di dalam menerapkan teori
Ausubel dalam belajar, terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, sebagai berikut
1. Pengaturan awal
Pengaturan awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka
pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang
berhubungan yang dapat dipergunakan dalam membantu menanamkan
pengetahuan baru.

2. Diferensiasi Progresif
Proses penyusunan konsep dengan cara mengajarkan konsep yang
paling inklusif, kemudian konsep kurang inklusif, dan terakhir adalah hal hal
yang paling khusus

7
3. Belajar Superordinat
Belajar superordinate terjadi bila konsep konsep yang telah dipelajari
sebelumnya.

4. Penyesuaian Integratif
Untuk mencapai penyesuaian integrative, materi pelajaran hendaknya
disusun demikian rupa sehingga kita menggerakkan hierarki hierarki
konseptual keatas dan ke bawah selama informasi disajikan.

2.4 Teori Belajar Menurut Brunner


Teori Belajar Bruner lebih dikenal sebagai teori belajar penemuan Jerome S.
Bruner. Teori Belajar Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan yaitu memperoleh informasi baru, transformasi dan
informasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Jerome S. Bruner merupakan seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli
psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik.
Teori Belajar Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan yaitu memperoleh informasi baru, transformasi dan
informasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Ia juga sering menyebutkan
bahwa pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme
instrumental.
Teori Belajar Bruner memperkenalkan istilah “free discovery learning”. Menurut
teori itu proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk (konsep, teori,
definisi) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang ia jumpai dalam
kehidupannya.

A. Metode Belajar dalam Teori Belajar Brunner

Teori Belajar Bruner menyatakan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui


berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka di
anjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen
yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Pengetahuan
yang di peroleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan.

 Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat di ingat, dengan cara-
cara lain.
 Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik
daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang di jadikan milik kognitif seseorang lebih mudah di terapkan pada
situasi-situasi baru.
 Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa
dan kemempuan untuk berfikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan
melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

8
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi
pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.
Berlawanan dengan penganut teori perilaku Bruner yakin bahwa orang yang belajar
berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di
lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penyusunan makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

3.2 Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Heri MS. Teori Belajar Kognitivisme menurut Piaget, Bruner dan Ausubel beserta Prinsip
dan Implikasinya. Sariksa.com. Published October 18, 2020. Accessed March 6, 2023.
https://www.sariksa.com/2020/10/teori-belajar-kognitivisme-menurut.html

View of Kontribusi Teori Belajar Kognitivisme David P. Ausubel dan Robert M. Gagne
dalam Proses Pembelajaran. Uin-suka.ac.id. Published 2023. Accessed March 6, 2023.
https://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/JPM/article/view/4782/2360

Makalah kelompok 1 - njnknknlkn. Studocu. Published 2022. Accessed March 9, 2023.


https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-walisongo-semarang/ilmu-
komunikasi/makalah-kelompok-1-njnknknlkn/33193005

Kognitif T, Ausubel D, Bermakna B, et al

11

Anda mungkin juga menyukai