Anda di halaman 1dari 19

DEFINISI BELAJAR DAN MENGAJAR

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Strategi Pembelajaran Inovatif AUD

Dosen Pembimbing:
Siti Muliya Rizka, S. Pd., M.Ed

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Fatimah (2006104210050)

Fiza Tursina (2006104210035)

Rieska Nurjanah (2006104210081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH
2021-2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt karena atas rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Strategi
Pembelajaran Inovatif AUD tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam kita
curahkan kepada baginda besar Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Defenisi Belajar dan Mengajar” dapat diselesaikan


karena bantuan banyak pihak. Saya berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi
pihak yang tertarik pada AUD. Selain itu, kami juga berharap agar teman-teman
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,


terutama pada bagian isi. Saya menerima segala bentuk kritik dan saran teman-teman
semua demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, saya memohon maaf.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah tentang
Strategi Pembelajaran Inovatif Aud ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banda Aceh, 3 September 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Belajar Mengajar................................................................................................. 3

2.1.1. Belajar…………………………………………………………………………………………….3
2.1.2. Mengajar............................................................................................................................8

2.2 Belajar dan mengajar dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).......................10

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar........................................................12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 15


3.1.Kesimpulan .............................................................................................................................................. 15

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………...16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan antara guru dan murid yang bernilai
edukatif. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar bernilai
edukatif. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan guna kepentingan
pengajaran.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek
yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa
yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dua konsep tersebut terpadu menjadi
satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru siswa, siswa –siswa pada saat
pengajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai proses.
Interaksi guru siswa sebagai makna utama proses pengajaran memegang peranan
penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif.

Mengingat siswa sebagai subjek dan sekaligus objek dalam pengajaran, maka inti proses
pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan
pengajaran. Guru sebagai pembimbing atau pengatur proses belajar mengajar,
mempunyai tanggung jawab dalam pembelajaran agar tujuan dari kegiatan belajar
mengajar dapat tercapai.

3.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Belajar dan Mengajar?
2. Bagimana Belajar Mengajar di Paud?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses dan hasil dalam belajar?

3.3 Tujuan Masalah


1. Untuk Mengetahui apa itu Belajar dan Mengajar dari beberapa pandangan para
ahli
2. Untuk Mengetahui bagaimana Belajar Mengajar di Paud

1
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN
3.4Pengertian Belajar Mengajar
3.5Belajar
Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan timbulnya tau
berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan oleh kematangan dan
sesuatu hal yang bersifat sementara seberapa hasil dari terbentknya respon utama.
Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan
tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk kemampuan yang
relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat
sementara.

Perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari perbuatan belajar terjai secara
sadar, brrsifat continu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bersifat positif dan aktif,
bersifat konstan, bertujuan atau terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari perbuatan belajar tersebut
tampak dengan jelas dalam berbagai pengertian belajar menurut pandangan ahli
pendidikan dan psikologi.

1. Belajar menurut pandangan B.F Skinner

Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan penguatan


(reinforcement), sehingga individua akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar
dengan adanya ganjaran (punnishment) dan pujian (rewards) dari guru atas hasil
belajar.

Skinner membuat perincian lebih jauh dengan membedakan adanya dua macam
respons

 Respondent respnse, respon yag ditimbulkan oleh perangsang-perangsang


tertentu
 Operant response, respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforcing stimuli, karena
perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan
oleh organisme.

3
Jadi, seseorang akan menjadi lebih giat belajar apabial mendapat hadiah
sehingga responnya menjadi lebih intensif atau kuat.

Belajar menurut pandangan skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa yang


menimbukan respon belajar, baik konsekuensinya sebagi hadiah maupun teguran atau
hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif dan penggunaan
penguatan dapat merangsang individu lebih giat belajar, sehingga belajar merupakan
hubungan antara stimulus dan respon (S-R).

2. Belajar menurut pandangan Robert M. Gagne

Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus
menerus yang bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi
apabila suatu stimulasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi individu
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu kewaktu setelah ia mengambil situasi tadi.

Gagne membagi segala sesuatu yang dipelajari individu yang disebut the domains of
learning itu menjadi lima kategori.

 Keterampilan motoris ( motor skill), koordinasi dan berbagai gerakan tangan


 Informasi verbal, menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan
menggambar
 Kemampuan intelektual, menggunakan simbol-simbol dalam mengadakan
interaksi dengan dunia luar
 Strategi kognitif, belajar mengingat dan berfikir memerlukan organisasi
keterampilan yang internal
 Sikap, sikap belajar yang penting dalam proses belajar.

3. Belajar menurut pandangan jean piaget

Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berfikir pada anak-anak
sebab yakin dengan cara berfikir anak-anak akan menjawab pertanyaan-pertanyan
epistemologi. Piaget memberikan pendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam
pengembangan kognitif anak, yaitu proses assimilations dan accomodations. Proses

4
assimilatios, yaitu menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru diperoleh
dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya dan mengubahnya bia perlu.
Adapun proses Accomodations, yaitu menyusun dan membangun kembali atau
mengubah informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.

Piaget mengembangkan teori kognitif tersebut dalam konteks teori keseimbangan


yang disebut accomodation. Teori ini memberi penjelasan bahwa stuktur fungsi kognitif
dalam berubah kalau individu berhadapan dengan hal-hal baru yang tidak dapat
diorganisasikan kedalam stuktur yang telah ada (assosiation). Akomodasi menurut
Piaget adalah hasil dari yang ditambahkan dan diciptaan oleh lingkungan dan
pengamatan tidak sesuai dengan ap ayang diketahui dan dipikirkan. Piaget menjelaskan
ada tiga cara bagi anak untuk sampai pada cara mengetahui sesuatu, yaitu melalui
interaksi sosial, melalui pengetahuan fisik, dan melalui logico-mathematical.

Jelaslah bahwa Piaget memandang belajar sebagai suatu proses asimilasi dan
akomodasi dari hasil asosiasi lingkungan dan pengamatan yang tidak sesuai antara
informasi baru yang diperoleh dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya.

4. Belajar menurut pandangan Carl R. Rogers

Rogers menitikberatkan pada segi pengajaran dibanding siswa belajar dalam praktik
pendidikan yang ditandai dengan peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafal
pelajaran dengan alasan bahwa pentingnya guru memerhatikan prisip pendidikan dan
pembelajaran adalah:

1. Manusia memiliki kekuatan wajar untuk belajar sehingga siswa tidak harus
belajar tentag hal-hal yang tidak berarti
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
4. Belajar yang bermakna bagi masyarakat modern berarti tentang proses-proses
belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melaukan
pengubahan diri secara terus menerus
5. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisispasi secar bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran

5
6. Belajar mengalami (experiantal learning) dapat terjadi bila siswa mengevaluasi
dirinya sendiri
7. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-
sungguh

Belajar dalam pandangan Rogers di atas pada dasarnya bertumpu pada pinsip
kebebasan dan perbedaan individu dalam pendidikan. Dengan demikian peserta didik
akan lebih mengenal dirinya, menerima diri sebagaimana adanya, dan akhirnya merasa
bebas memilih dan berbuat menurut individualisme nya dengan penuh tanggung jawab.

5. Belajar menurut pandangan Benjamin S. Bloom

Penelitian yang dilakukan oleh Bloom dalam mengamati kecerdasan anak pada
rentang waktu tertentu menemukan bahwa pengukuran kecerdasan anak pada usia 15
tahun merupakan hasi pengembangan dari aanak usia dini. Bloom mengembangkan
taksonomi dari tujuan pendidikan dengan menyusun pengalaman-pengalaman dan
pertanyaan-pertanyaan secara meningkat dari recall sampai pada terapannya dengan
suatu keyakinan bahwa naka dapat menguasai tugas-tugasnya yang dihadapkan kepada
mereka disekolah, tetapi mengakui adanya anak yang membutuhkan waktu lebih lama
dan bimbingan yang lebih intensif dibanding teman seusianya.

Taksonomi tujuan-tujuan yang disusun Bloom disebut Taksonomi bloom yang


terdiri atas tiga kawasan (dmain), yaitu:

1. Domain kognitif, mencakup kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang


terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan penetilian.
2. Afektif, mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan
menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan secara hierarkis,
yaitu kesadaran, parsitipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dab
karakteristik diri.
3. Psikomotor, kemampuan-kemampuan motorik dalam menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerakan yang terdiri atas gerakan refleks, gerakan dasar,

6
kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan yang terlatih dan
komunikasi nondiskursif.

Domain-domain tersebut merupakan kemampuan-kemampuan yang diharapkan


dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan.

Belajar dalam pandangan bloom pada dasarnya adalah perubahan-perubahan


kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatan taraf hiduo
peserta didik, baik secara pribadi dan anggota masyarakat maupun sebagai makhluk
hidup.

6. Belajar menurut pandangan Jerume S. Brunner

Brunner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori


yang saling berkaitan sedemikian rupa hingga setiap individu mempunyai model yang
unik tentang alam dan pengembangan suatu sistem pengodean (coding). Sesuai dengan
model ini, belajar baru dapat terjadi dengan mengubah model yang terjadi melalui
perubahan-perubahan kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan
suaru cara baru, atau dengan menambahkan kategori-kategori baru.

Pendidikan menurut Brunner merupakan suatu usaha yang kompleks untuk


menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan
anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan. Pandangan
Brunner tentang belajar dapat diuraikan sebagi pendekatan kategorisasi. Semua
interaksi individu dengan alam akan senantiasa melibatkan kategori-kategori yang
dibutuhkan untuk memfungsikan manusia. Kategorisasi menyerdahakan
kekompleksitas dalam lingungan individu.

7. Belajar menurut pandangan Winkle

Winkle memberikan definisi belajar sebagai berikut: “Belajar adalah suatu proses
mental yang mengarah pada suatu penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau
sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan
tingkah laku yang progresif dan adaptif”.

Definisi di atas menekankan pengertian belajar pada aspek kognitif _disamping


behaviorisme (tingkah laku)_ yaitu belajar itu sebagai upaya memperoleh ilmu

7
pengetahuan, pemahaman, kecakapan, kebiasaan atau sikap yang semua diperoleh,
disimpan dan dilaksanakan sehingga melahirkan perubahan pengetahuan dan tingkah
laku.

8. Belajar menurut pandangan Al-Ghazali

Berbanding tebalik dengan pandangan Winkle, Al-Ghazali lebih menekankan pada


proses belajar dan pembelajaran yang mengarah kepada perubahan tingkah laku,
sebagaimana dinyatakan oleh Al-Ghazalii sebagai berikut:

a. Belajar merupakan proses jiwa


b. Belajar menuntut konsentrasi
c. Belajar harus didasari sikap tawaddu’
d. Belajar bertukar pendapat hendaknya harus mantap dasarnya
e. Belajar harus mengetahui nilai da tujuan ilmu yang sedang dipelajari
f. Belajar secara bertahap
g. Tujuan belajar adalah membentuk akhlak yang mulia

Mengacu pada uraian tentang belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan
psikologi sebelumnya, secara singkat dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
aktivitas psiko dan fisik yang menghasilkan perubahan atas pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang relatif konstan.

3.6Mengajar
Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi antara
keduanya terdapat suatu hubungan yang erat sekali. Bahkan antara keduanya terjadi
kaitan dan interaksi satu sama lain. Antara kedua kegiatan itu saling mempengaruhi dan
saling menunjang satu sama lain

Sama halnya dengan belajar, pengertian belajar akan tempak jelas melalui berbagai
pengertian mengajar menurut para ahli.

1. Mengajar menurut pandangan Al-Ghazali

Dalam perspektif pendidikan, mengajar adalah suatu kegiatan mentransfer ilmu


pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal mengajar Al-Ghazali mempunyai pandangan
sebagai berikut:

a. Memelihara anak dari perbuatan tercela

8
b. Membingbingnya agar menjadi anak shaleh
c. Menjauhkan anak dari pergaulan yang jelek
d. Mengajarkan anak cara yang benar dalam mencari rizki
e. Mengajari anak agar tidak sombong
f. Mengajarkan Al-qur’an
g. Memberikan kesempatan untuk bermain dan berolahraga untuk mengembangkan
penalaran.

Pandangan mengajar Al-Ghazali sebagaimana tersebut diatas, menekan pada aspek


pembinaan moral yang mengacu baik buruknya manusia sebagai manusia, yang berkaitan
dengan nilai-nilai susila serta berhubungan dengan larangan dan tindakan yang
membicarakan benara atau salah. Berkaitan dengan mengajar, AlGhazali membahs
kedudukan dan fungsi guru dalam pengajar. Beliau memandang guru sebagai berikut:

 Guru sebagai pengajar sekaligus pembimbing


 Mengajar adalah pekerjaan dan tugas yang mulia
 Dalam mengajar guru harus memeberikan teladan bagi murid
 Guru harus memotivasi muridnya
2. Belajar menurut pandangan Oemar Hamalik

Dalam pandangan Oemar Hamalik mengajar memiliki beberapa definisi penting, diantaranya:

a. Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di


sekolah.
b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah
c. Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan
kondisi belajar bagi siswa
d. Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada
murid
e. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga Negara
yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat
f. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari
3. Mengajar menurut pandangan kaum konstruktivis

9
Menurut pandangan kaum Konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suau kegiatan yang memungkinkan siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam
berbentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan
justifikasi. Jadi, mengajar dalam pandangan konstruktivis adalah suatu bentuk belajar sendiri.

4. Mengajar menurut pandangan Suhardan

Menurut Suhardan (2010:67), mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan akademik


yang berupa interaksi komunikasi antara pen- didik dan peserta didik. Aktivitas
mengajar merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik
dengan menggu- nakan berbagai metode.

5. Mengajar menurut pandangan Djamarah dan Zain

sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2010:39) “mengajar pada hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak
didik, sehingga dapat me- numbuhkan dan mendorong anak didik mela- kukan proses
belajar”.

Melalui beberapa pandangan para ahli di atas secara singkatnya dapat disimpulkan bahwa
mengajar adalah selain menyampaikan pengetahuan kepada anak didik guna membantu anak
didik menghadapi masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, mengajar juga
rangkaian aktivitas untuk mengatur suatu lingkungan sehingga membuat peserta didik
dapat belajar dengan baik serta mengajar itu berarti menjadi tauladan, motivator,
pembimbing, dan mengajar dengan penuh kasih sayang.

3.7 Belajar dan mengajar dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Anak-anak adalah tipe pembelajar yang pada titik tertentu unik. Erek memiliki
karakeristik unik yang tentu berpengaruh pula pada proses mereka belajar terutama
dalam belajar bahasa. Inilah yang menjadi alasan yang tepat kenapa pembelajaran anak-
anak banyak menarik perhatian para ahli untuk meneliti mereka. Anak-anak memiliki
gaya belajar yang berbeda dengan remaja atau dewasa lainnya, adapun perbedaan
tersebut terletak pada :

1. Anak usia dini merespon makna dengan cepat meskipun tidak paham kata
perkatanya (Harmer, 2002; Gusrayani, 2006)

10
2. Anak usia dini biasanya belajar secara tidak langsung , mereka mengambil
informasi dari berbagai sisi, belajar dari berbagai hal dan tidak hanya
berfokus kepada satu topik tertentu yang saat itu diajarkan
3. Pemahaman mereka akan terbangun tidak hanya oleh peneasan saja, tapi
juga dari apa-apa yang mereka lihat dan dengar
4. Pada umumnya, anak menunjykkan antusiasme untuk belajar dan
penasaran pada dunia di sekelilingnya
5. Mereka penasaran akan kosakata baru yang mereka dengar, berusaha
mengeksplorasikan dengan berulang-ulang mengucapkannya, untuk
mengetahui respon orang dewasa di sekitarnya
6. Mereka butuh perhatian intensif sebagai seorang individu, juga pengakuan
dari sang guru
7. Mereka suka membicarakan diri mereka, dan akan memberikan respon yang
positif ketika pembelajaran melibatkan diri mereka dan kehidupan sehari-
hari mereka sebagai topik utama di kelas
8. Rentang perhatian mereka sangat terbatas; artinya tidak akan selalu
memerhatikan. Mereka cepat lelah dan bosan, kecuali jika aktivitas yang
melibatkan mereka benar-benar menarik

Dengan mengetahui perbedaan belajar anak usia dini dengan anak yang lebih tua
dari mereka, jadi dalam mengajar guru pengajar anak usia dini tidak bisa menyamakan
mengajar dengan anak yang sudah memasuki usia remaja dengan anak usia dini. Akan
tetapi agar mengajar ada beberapa prinsip pembelajaran pendidikan anak usia dini
yang perlu diperhatikan. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran PAUD adalah sebagai
berikut:

a. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain


b. Berorientasi pada kebutuhan anak
c. Stimulasi terpadu
d. Berorientasi pada perkembangan anak
e. Lingkungan kondusif
f. Menggunakan pendekatan tematik
g. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
h. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar

11
Guru dalam mengajar harus berdasarkan 4 prinsip-prinsip ini agar tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

3.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar


Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di
sekolah. Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor tersebut terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu:

1. Faktor internal
a. Aspek Fisiologis
Aspek Fisiologis merupakan aspek yang berhubungan dengan kondisi
jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-
organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,
apalagi jika disertai pusing, kepala berat dapat menurunkan kualitas ranah
cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak
berbekas. Agar kondisi jasmani selalu bugar siswa dapat dianjurkan untuk
makan-makanan yang bergizi, istirahat cukup dan olahraga teratur. Keadaan
organ tubuh siswa juga memberikan andil yang besar untuk membantu siswa
menyerap pengetahuan. Siswa yang memiliki kekurangsempurnaan pada
indera penglihatan atau pendengaran dapat menyulitkan mereka menyerap
informasi, untuk mengatasi hal tersebut seorang guru dapat melakukan kiat-
kiat tertentu seperti meminta mereka untuk duduk di barisan depan.
b. Aspek psikologis
 Intelegensi siswa
Dalam situasi yang sama, siswa mempunyai tingkat yang tinggi akan
memperoleh peluang lebih mudah dalam belajar. Siswa yang
berintelegensi tinggi jika ditempatkan dalam lingkungan siswa
berintelegensi rendah akan cepat merasa bosan karena pelajaran yang
diberikan terlalu mudah, namun sebaliknya jika siswa yang
berintelegensi rendah ditempatkan dalam lingkungan siswa yang
berintelegensi tinggi maka siswa akan merasa payah dan frustasi.
Untuk mengatasi hal ini seorang guru dapat menempatkan siswa-

12
siswa tersebut ke dalam kelas-kelas yang sesuai dengan tingkat
intelegensinya.
 Bakat siswa
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan
tugas tertentu tanpa upaya pendidikan dan latihan, bakat yang ada
pada diri siswa merupakan karunia Tuhan sejak lahir dan memiliki
pengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil belajar. Sebagai seorang
guru sangat penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan
siswa belajar sesuai dengan bakatnya.
 Minat siswa
Minat dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam bidang
studi tertentu. Jika siswa memiliki minat yang besar terhadap suatu
bidang studi, maka ia akan memusatkan perhatiannya lebih banyak
daripada siswa lainnya. Dengan pemusatan perhatian yang intensif
akan memungkinkan siswa belajar lebih giat sehingga dapat mencapai
hasil belajar yang diinginkan.
 Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya
untuk bertingkah laku. Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang
timbul dari siswa sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan
dorongan yang datang dari luar siswa. Kekurang atau ketiadaan
motivasi dapat menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam
belajar.
 Kematangan
Kematangan adalah tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru.
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan sosial
 Lingkungan sekolah
Lingkungan sosial seperti guru dan teman-teman satu kelas dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa. Teman-teman satu kelas yang

13
rajin, guru yang simpatik dapat menjadi pendorang yang positif bagi
kegiatan belajar siswa.
 Lingkungan sosial msyarakat
Lingkungan sosial masyarakat yang mempengaruhi belajar
diantaranya keadaan teman bergaul serta bentuk kehidupan
masyarakat. Lingkungan sosial dalam hal ini yang memiliki andil besar
yaitu orang tua dan keluarga siswa itu sendiri, semuanya dapat
memberikan dampak yang baik atau buruk terhadap kegiatan belajar
dan hasil yang diperoleh siswa.
b. Lingkungan non-sosial
Faktor lingkungan non sosial yang dianggap turut menentukan keberhasilan
belajar siswa adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah siswa dan alat-alat
belajar, serta keadaan waktu yang digunakan oleh siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.(Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), Hlm. 132).
Faktor pendekatan belajar juga mempengaruhi taraf keberhasilan proses belajar
siswa, misalnya siswa yang belajar dengan alokasi waktu 3 jam perhari selama 5
hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi 5 jam
perhari selama 3 hari.

14
BAB III
PENUTUP
3.9Kesimpulan
1. Belajar merupakan aktivitas psiko dan fisik yang menghasilkan perubahan atas
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang relatif konstan.
2. mengajar adalah selain menyampaikan pengetahuan kepada anak didik guna
membantu anak didik menghadapi masalah yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari, mengajar juga rangkaian aktivitas untuk mengatur suatu
lingkungan sehingga membuat peserta didik dapat belajar dengan baik serta
mengajar itu berarti menjadi tauladan, motivator, pembimbing, dan mengajar
dengan penuh kasih sayang.
3. Belajar anak usia dini berbeda dengan belajar secara umum, oleh karena itu
dalam mengajar guru perlu Guru dalam mengajar harus memerhatikan 4
prinsip-prinsip ini agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan efektif dan
efisien.
4. Muhibbin Syah mengatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar peserta didik yaitu, faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Diah Gusrayani, M. (2014). Teaching English to Young Learner (Sebuah Tela'ah konsep
mengajar Bahasa Inggris Kepada Anak-Anak). Bandung: UPI PRESS.

Hanafi, M. S. (2014). Konsep Belajar dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan Jurnal Ilmu
Tarbiah dan Keguruan.

Kristiawan, R. d. (2017). Pengelolaan Pembelajaran PAUD dalam Mengembangkan


Potensi Anak Usia Dini. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan).

http://digilib.uinsby.ac.id/8712/5/bab2.pdf

Niken Herawati, A. H. (2020). Peranan Guru Dalam Efektivitas Kegiatan Belajar


Mengajar Pada PAUD Rose Jakarta. Jurnal AKRAB JUARA.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD. (2015). PAUD JATENG.

Siti Ma'rifah Setiawati, S. (2018). Tela'ah Teoritis: Apa Itu Belajar? Helper (Jurnal
Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA).

Solichin, M. M. (2006). Belajar dan Mengajar dalam Pandangan Al-Ghazali. TADRIS


Jurnal Pendidikan Islam.

16

Anda mungkin juga menyukai