Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP HAKEKAT DAN PEMBELAJARAN

Untuk memenuhi Syarat Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu : St. Nurhafsah Jalil, M.Pd

Disusun oleh :

Nurlina NIM (21.1.1.0626.001)

Prodi : PIAUD

Semester : V (lima)

PROGRAM STUDI PIAUD


INSTITUT AGAMA ISLAM IAI DDI POLMAN FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN TAHUN AKADEMIK 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Hakekat belajar dan pembelajaran” tepat
pada waktunya.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan
dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang saya
miliki cukup terbatas.Oleh karena itu, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih

Polewali, 2023

Tim penyusun
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR…………......................................................................ii

DAFTAR ISI………………………………………..……………….………....iii

BAB I

PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................1

1.3. Tujuan........................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

2.1. Hakekat Belajar...........................................................................................2

2.1. Pengertian Belajar.......................................................................................2

2.3. Tuuan Belajar..............................................................................................4

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar..................................................5

2.5. Teori Belajar................................................................................................8

2.6. Hakekat Pembelajaran................................................................................11

2.7. Tujuan Pembelajaran..................................................................................12

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran......................................12

2.9. Model-model Pembelajaran........................................................................13


BAB III

PENUTUP ........................................................................................................15

3.1. Kesimpulan..................................................................................................15

3.2. Saran...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber daya
manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan
salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun, mendidik anak sejak dini hingga
menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang
mudah. Perlu proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur era
globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus melakukan suatu proses yang
disebut belajar.

Dalam pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar
maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi suatu pembelajaran yang
akan membentuk individu yang berkualitas.

Berdasarkan uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang berjudul “ Hakikat Belajar
dan Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas pengertian dan hakikat dari belajar dan
pembelajaran itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah pengertian dari belajar dan pembelajaran?

Apakah tujuan belajar dan pembelajaran?

Apakah faktor yang memengaruhi belajar dan pembelajaran?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar dan pembelajaran.

Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan pembelajaran.

Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran.
1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Hakikat Belajar

Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan, belajar merupakan
perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi tertentu yang akan menghasilkan
perubahan perilaku atau disposisi untuk bertindak (dtindak lanjuti). Menurut kamus bahasa
Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang
berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulo, 2002: 23).

Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses
komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri
dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. belajar ada
kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya
sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar
sebagai hasil belajar sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru,
kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses
belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai
dampak pengajaran.

2.2.Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli

1. Belajar menurut Skinner

Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka

responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam
belajar ditemukan adanya hal berikut:

a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar,

Respons si pembelajar, dan


Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang
menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik
diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
(Mudjiono, 2002:9)

2. Belajar Menurut Gagne

Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar adalah


seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru.

Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi
internal, dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses
kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”. Prses kognitif tersebut menghasilkan suatu
hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.

a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk


bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan


lingkungan hidup serta memprsentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya


sendiri.

d. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam


urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap
obyek tersebut.

3. Belajar Menurut Pandangan Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Perkembangan


intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) Sensori motor (0-2 tahun), (ii) pra operasional (2-7
tahun), (iii) operasional konkret (7-11 tahun), dan (iv) operai formal (11-ke atas).

Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah :

a. Eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan


b. Pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan

gejala

c. Aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih

lanjut.

Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut.

a. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.

b. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.

c. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan

menunjang proses pemecahan masalah.

d. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan

revisi.

4. Belajar Menurut Rogers

Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan.


Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh
guru. Pembelajaran meliputi hal berikut:

a. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara

terstruktur.

b. Guru dan siswa membuat kontrak belajar.

c. Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery

learning).

d. Guru menggunakan metode simulasi.

e. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan

berpartisipasi dengan kelompok lain.

f. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.


2.3. Tujuan Belajar

Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai tujuan belajar. Sukandi, 1983
berpendapat bahwa tujuan belajar adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan.
Perbuatan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap,
pengertian, sebagai pengetahuan atau penerima dan penghargaan

Menurut Surakhmat, 1986 tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman


konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.

Demikian pula bahwa tujuan belajar itu dimaknai sebagai pernyataan mengenai keterampilan
atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran
(Slavin, 1994).

Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Belajar adalah merubah
tingkah laku dan perbuatan yang ditandai dengan kecakapan, keterampilan, kemampuan dan
sikap sehingga tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar
individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi
hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Pertama, keadaan
jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang.
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil
belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka
perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra
yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam
proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.

2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

a) Kecerdasan/inteligensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena
itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat

inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti
guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh
setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan
siswanya.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan
sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.

c) Minat

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap
materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif . Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk
menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.

e) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan
besar ia akan berhasil.

b. Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor faktor eksternal yang memengaruhi
belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.

1. Lingkungan Sosial

a. Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

b. Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau
adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

c. Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik di sekolah.

Maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki
oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan
tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
2. Lingkungan Nonsosial

a. Lingkungan alamiah

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat,
atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitasbelajar siswa. Sebaliknya, bila
kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

b. Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua,
software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain
sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2.5. Teori Belajar

1. Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik
terhadap stimulans.

Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-
Respon).

Ciri-Ciri Teori Behaviorisme adalah sebagai berikut.

a. Mementingkan faktor lingkungan

b. Menekankan pada faktor bagian

c. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode

obyektif

d. Sifatnya mekanis

e. Mementingkan masa lalu

Ada tiga jenis teori Behaviorisme:

a. Teori Belajar Respondent Conditioning

Teori ini diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau
tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Fisiolog Pavlov (1849-1936)
mengkaji stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara spontan memanggil respon.
Melalui conditioning, stimuli netral (netral spontan) memancing refleks namun sengaja dibuat
agar mampu memancing respon refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka stimuli
kedua yang tidak relevan dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan akhirnya respon tadi
muncul tanpa menghadirkan stimuli pertama.

b. Teori Belajar Operant Conditioning

B.F. Skinner sebagai tokoh teori belajar Operant Conditionioning berpendapat bahwa belajar
menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati., sedang perilaku dan belajar diubah oleh
kondisi lingkungan. Teori Skinner (1954) sering disebut Operant Conditioning yang berunsur
rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak sebagai
pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau negatif namun
keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement).

c. Teori Observation Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive Learning

(Belajar Sosio-Kognitif)

Proses belajar yang bersangkut-paut dengan peniruan disebut dengan belajar observasi
(observation learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa belajar observasi merupakan
sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau mengubah pola perilaku yang sudah dikuasai.
Belajar observasi biasa juga disebut belajar sosial (Sosial learning) karena yang menjadi obyek
observasi pada umumya perilaku belajar orang lain.

Albert Bandura (1969) mengartikan belajar sosial sebagai aktivitas meniru melalui pengamatan
(observasi). Individu yang perilakunya ditiru menjadi model pebelajar yang meniru .
istilah Modeling digunakan untuk menggambarkan proses belajar sosial. Model ini merujuk pada
seseorang yang berperilaku sebagai stimuli bagi respon pebelajar.

John W. Santrock (1981) menyebut pandangan Albert Bandura tentang teori belajar sebagai
teori belajar sosial kognitif. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa meniru perilaku model
melibatkan proses-proses psikologis yang sangat bersifat kognitif seperti perhatian (attention),
ingatan (retention), kinerja motorik (motorik reproduction), kondisi penguatan dan insentif.
Walter Mischel (1973) cenderung menggunakan instilah cognitive social-learning theory, karena
di dalamnya terkandung harapan (expectancies), strategi memproses informasi dan memaknai
stimuli secara pribadi, anutan nilai subyektif dilekatkan pada stimuli (subjective stimuli values).

2. Teori Belajar Kognitivisme

Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya menganalisis secara
ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognitif dalam aktivitas belajar.

a. Teori Perkembangan Kognitif

Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur
kognitif, peta mental, skema, atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.

b. Teori Kognisi Sosial

Teori ini dikembangkan oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya
berperan pening dalam belajar seseorang.
c. Teori Pemrosesan Informasi

Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf sistem informasi
yaitu sensory atau intake register, working memory, long-term memory.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya.

Pembelajaran konstuktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta


didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang
telah ada dalam diri mereka masing-masing.

4. Teori Belajar Humanisme

Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanisme lebih
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, daripada bidang kajian
psikologi belajar.

2.6. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran artinya suatu proses belajar yang terjadi karena adanya guru sebagai pengajar atau
pendidik dan adanya murid atau peserta didik sebagai yang diajar atau sebagai penerima ilmu
pengetahuan atau keterampilan. Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan
yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka
pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).

Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu
generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal
ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar
itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128). Maka dapat dipahami
bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan
peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik(student
of learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta
didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan
sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

2.7. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran. Segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan
tersebut.

Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin dicapai dalam suatu
kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil belajar yang maksimal.

Banyak pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran, yang

satu sma lain memiliki kesamaan disamping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang
garapannya. Robert F. Mager (1962) misalnya memberikan pengertian tujuan pembelajaran
sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi
dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian kedua dikemukakan oleh Edwar L.

Dejnozka dan David E. Kapel (1981), juga Kemp (1977) yang memandang bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambrkan hasil belajar yang
diharapakan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang samar. Definisi ke tiga dikemukakan oleh Fred
Percival dan Henry Ellington (1984) yakni tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang
jelas dan menunjukan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat
dicapai sebagai hasil belajar.

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Faktor Kecerdasan
Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan
berfikir yang bersifatnya rumit dan abstrak. Kecerdasan adalah suatu kemapuan yang dibawa
dari lahir sedangkan pendidikan tidak dapat meningkatkannya, tetapi hanya dapat
mengembangkannya.

2. Faktor Belajar

Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang dapat
memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah
yang berkaitan sehingga kurang menguasai cara-cara belajar efektif dan efisien.

3. Faktor Sikap

Sikap dapat menentukan kualitas belajar seseorang. Diantara sikap yang dimaksud di sini adalah
minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap yang positif terhadap pelajaran
merangsang cepatnya kegiatan belajar.

4. Faktor Kegiatan

Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan
keadaan fisik seseorang.

5. Faktor Emosi dan Sosial

Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja
sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada diantara faktor ini yang sifatnya
mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.

6. Faktor Lingkungan

Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar. Selain
kenyamanan tempat belajar, hubungan yang kurang serasi dengan teman juga dapat menganggu
kosentrasi dalam belajar.

7. Faktor Guru

Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar dan perhatian guru
terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Guru dapat
menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga mengendorkan keinginan belajar yang
sungguh-sungguh. Siswa yang baik berusaha mengatasi kesulitan ini dengan memusatkan
perhatian kepada bahan pelajaran, bukan kepada kepribadian gurunya.
2.9. Model-model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang

lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna
memperluas informasi materi ajar. Model pembelajaran langsung dikembangkan untuk
mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode
tertentu

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak

tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7). Menurut Slavin
(1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam
kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk

pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial dan sekitarnya.

Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks


(Ratumanan, 2002 : 123).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir
hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil
belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi,
emosional, sikap,dan yang lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta
belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan
terjadinya kegiatan belajar.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta
didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan
sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

3.2. Saran

Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi
penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara
kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan
dalam penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Gintings Abdorrakhman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora

http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-

dan-pembelajaran/

http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/30/apa-hubungan-belajar-dan-pembelajaran/

http://henpedia.blogspot.co.id/2014/10/makalah-hakikat-belajar-dan-pembelajaran.html

Gredler, Bell, Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan (terjemahan Munandir).

Jakarta: Rajawali Pers.

Rooijakkkers, Ad.. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.

http://aidas07.blogspot.co.id/2014/10/makalah-mata-kuliah-belajar-dan.html

Anda mungkin juga menyukai