Anda di halaman 1dari 23

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas :

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.

Disusun Oleh :

1. Dita Maulida Cahyani (1401419290)


2. Sayyidatus Sholihah (1401419306)
3. Nur Faridatus Solehah (1401419324)
4. Tri Wahyu Subekti (4401419071)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan karunianya
sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan begitu
banyak terima kasih atas uluran tangan dan bantuan berasal dari pihak yang telah bersedia
berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan sumbangan baik anggapan maupun materi yang
telah mereka kontribusikan.

Dan kami berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi
para pembaca. Sehingga untuk kedepannya sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatkan
isian makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman, kami percaya tetap banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun
berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 16 April 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Belajar ........................................................................................................... 3


2.2. Proses Belajar ................................................................................................................. 3
2.3. Prinsip-Prinsip Belajar .................................................................................................... 4
2.4. Tujuan Belajar ................................................................................................................ 5
2.5. Jenis-Jenis Belajar .......................................................................................................... 6
2.6. Hakikat Pembelajaran ..................................................................................................... 11
2.7. Fungsi-Fungsi Pembelajaran .......................................................................................... 12
2.8. Prinsip-Prinsip Pembelajaran.......................................................................................... 12
2.9. Cirri-Ciri Pembelajaran .................................................................................................. 15
2.10. Komponen Pembelajaran ................................................................................................ 16
2.11. Langkah-Langkah Pembelajaran .................................................................................... 18

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan ....................................................................................................................... 19
3.2.Saran ................................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Hal ini dapat berlangsung apabila ada pemahaman tentang hakikat belajar dan
pembelajaran yang baik.
Proses belajar pada hakikatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak
dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala
perubahan perilaku yang tampak. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih banyak
kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka
sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif.
Akan tetapi, tidak semua pendidik memahami tentang hakikat belajar dan
pembelajaran sehingga peserta didik belum diberi kesempatan untuk menentukan harapan
dan tujuan mereka. Perlu diketahui bahwa guru bukanlah satu-satunya orang yang paling
tahu. Maka, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik (child centered), tidak
tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual.Oleh karena itu, penulis
sebagai calon pendidik di sekolah dasar perlu membahas tentang hakikat belajar dan
pembelajaran agar calon pendidik memiliki pemahaman yang utuh sehingga nantinya
mampu menciptakan peserta didik yang berkualitas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah
dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan belajar?
2. Bagaimana proses dalam belajar?

1
3. Apa saja prinsip-prinsip belajar.
4. Apa tujuan dari belajar?
5. Apa saja jenis-jenis belajar?
6. Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran?
7. Apa saja fungsi-fungsi pembelajaran?
8. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran?
9. Apa saja ciri-ciri pembelajaran?
10. Apa saja komponen dalam pembelajaran?
11. Apa saja langkah-langkah dalam pembelajaran?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penyusunan makalah ini
adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar.
2. Mengetahui proses belajar.
3. Mengetahui prinsip-prinsip belajar.
4. Mengetahui tujuan belajar.
5. Mengetahui jenis-jenis belajar.
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran
7. Mengetahui fungsi-fungsi pembelajaran
8. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran.
9. Mengetahui cirri-ciri pembelajaran.
10. Mengetahui komponen dalam pembelajaran.
11. Mengetahui langkah-langkah dalam pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.PENGERTIAN BELAJAR
Belajar (learning) adalah salah satu topic paling penting didalam psikologi
dewasa ini, namun konsepnya sulit untuk di definisikan. American Heritage
Dictionary mendefinisikannya sebagai berikut : “To gain knowledge, comprehension, or
mastery through experience or study” (untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman,
atau penguasaan melalui pengalaman atau studi).[2]. Sedangkan Morgan menyebutkan
bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.

· Belajar adalah perubahan tingkahlaku;

· Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;

· Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup
lama

2.2.PROSES BELAJAR
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar
proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru
harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang
memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan.
Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa
berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain
pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang
belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan
mudah, artinyaguru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi
pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung
optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan
terkontrol. Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku.
Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut.

3
2.3.PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 20 Tahun 2003), seorang guru tidak saja
dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi
juga harus dapat berperan sebagai pendidik.[5] Davies dalam Thursan Hakim
mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu
memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar, khususnyai
prinsip berikut :
o Apapun yang dipelajari siswa , maka siswalah yang harus belajar, bukan orang lain.
Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;
o Setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;
o Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila memperoleh penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya terjadi;
o Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan mahasiswa akan
membuat proses belajar lebih berarti; dan
o Seorang siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabula ia diberi
tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya.

Belajar bisa melalui pengalaman melibatkan peserta didik secara langsung dalam
masalah atau isu yang dipelajari. Sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan menerima
pelajaran dengan baik. Bukan sebaliknya cepat jenuh, bosan, dan sebagainya. Belajar
aktif dan menyenangkan (biasa dikenal dengan ‘Learning/ Learning by Fun’) dapat
menstimulus kreativitas peserta didik dalam proses belajar.

M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang


dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut
Kimble belajar adalah perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relative permanent
yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbatkan ke keadaan tubuh seperti
keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.

4
2.4.TUJUAN BELAJAR
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan karena hal itu adalah suatu hal
yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Secara global tujuan dari belajar adalah terjadi perubahan pada diri seseorang menjadi
lebih baik. Maka dari pernyataan tersebut akan dijelaskan secara rinci beberapa tujuan
belajar berikut:

1) Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.
Dengan adanya kegiatan belajar maka norma yang dimiliki oleh seseorang setelah ia
melakukan kegiatan belajar akan berubah menjadi lebih baik. Dalam kegiatan ini
pendidik bisa melatih dalam pembelajaran di sekolah, ini bisa dimulai dari pemberian
contoh oleh pendidik itu sendiri. Jadi seorang pendidik harus senantiasa menjaga
sikap agar bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya, karena mengingat bahwa
tujuan yang diinginkan dalam belajar adalah bersifat positif.
2) Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari buruk menjadi baik, seperti merokok,
minum-minuman keras, keluyuran, tidur siang, bangun terlambat, bermalas-malasan
dan sebagainya. Kebiasaan tersebut harus diubah menjadi yang baik. Dalam kegiatan
di sekolah, pendidik selain memberi pengetahuan melalui pelajaran yang di
sampaikan, harus memberikan perhatian yang lebih mengenai peserta didik yang
mempunyai kebiasaan buruk. Ini bisa dilakukan dengan pemberian kesadaran bahwa
perbuatan yang dimiliki tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi diri sendiri
dan orang lain. Serta pendidik harus memberikan dorongan yang kuat untuk bisa
menghilangkan kebiasaan negatif yang dimiliki peserta didik tersebut.
3) Belajar bertujuan mengubah sikap, dari negatif menjadi positif. Misalnya seorang
anak yang tadinya selalu menentang orang tuanya, tetapi setelah ia mendengar,
mengikuti ceramah-ceramah agama, sikapnya berubah menjadi anak yang patuh,
cinta dan hormat kepada orang tuanya.
4) Belajar dapat mengubah keterampilan. Misalnya seseorang yang terampil main bulu
tangkis, bola, tinju, maupun cabang olahraga lainnya adalah berkat belajar dan latihan

5
yang sungguh-sungguh. Jadi kegiatan belajar dan latihan adalah hal yang perlu
dilakukan agar terjadi perubahan yang baik pada diri seseorang.
5) Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Dalam kaitan
hal ini pendidik lebih cenderung memperhatikan dalam penyaluran ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge). Pendidik harus memiliki kesiapan yang baik ketika ia akan
mengajar dan adanya penggunaan pendekatan, strategi maupun metode agar dalam
pembelajaran peserta didik tidak merasakan suasana yang membosankan. Pemilihan
metode harus disesuaikan dengan materi, karakteristik pendidik, sarana dan
prasarana, biaya, dan sebagainya agar pembelajaran berhasil dengan baik.

2.5.JENIS-JENIS BELAJAR
Dilihat dari tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar, para ahli
umumnya mengemukakan delapan jenis belajar berikut (Saodih & Surya, 1971; Syah
1995; Effendi & Praja, 1993).
1) Belajar Abstrak (Abstract Learning)
Belajar abstrak pada dasarnya adalah belajar dengan menggunakan cara – cara
berpikir abstrak. Tujuannya ialah memperoleh pemahaman serta pemecahan yang
tidak nyata. Dalam mempelajari hal – hal yang abstrak peranan akal atau rasio
sangatlah penting. Begitu pula penguasaan ata prinsip – prinsip dan konsep – konsep.
Termasuk dalam jenis ini, misalnya, belajar tauhid, astronomi, kosmografi, kimia, dan
amtematika.
2) Belajar Keterampilan (Skill Learning)
Belajar keterampilan merupakan proses belajar yang bertujuan memperoleh
keterampilan tertentu dengan menggunakan gerakan – gerakan motorik. Dalam
belajar jenis ini, proses pelatihan yang intensif dan teratur sangat diperlukan.
Termasuk belajar dalam jenis ini, misalkan belajar cabang – cabang olah raga,
melukis, memperbaiki benda – benda elektronik. Bentuk belajar keterampilan ini
disebut juga latihan atau training.

6
3) Belajar Sosial (Social Learning)
Belajar sosial adalah belajar yang bertujuan memperoleh keterampilan dan
pemahaman terhadap masalah – masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai – nilai
sosial dan sebagainya. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar memahami
masalah keluarga, masalah penyelesaian konflik antaretnis atau antarkelompok, dan
masalah – masalah lain yang bersifat sosial.
4) Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar untuk memperoleh
keterampilan atau kemampuan memecahkan berbagai masalah secara logis dan
rasional. Tujuannya ialah memperoleh kemampuan atau kecakapan kognitif guna
memecahkan masalah secara tuntas. Untuk itu, kemampuan individu dalam
menguasai berbagai konsep, prinsip, serta generalisasi, amat diperlukan.
5) Belajar Rasional (Rational Learning)
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara
logis atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya ialah memperoleh beragam kecakapan
menggunakan prinsip – prinsip dan konsep – konsep. Jenis belajar ini berkaitan erat
dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, individu diharapkan
memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan
masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akan sehat, logis, dan
sistematis.
6) Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan baru untuk perbaikan
kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah,
keteladanan, serta pengalaman khusus, juga menggunakan hokum dan ganjaran.
Tujuannya agar individu memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih
tepat dan lebih positif, dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu atau
bersifat kontekstual.
7) Belajar Apresiasi (Appreciation Learning)
Belajar apresiasi pada dasarnya adalah belajar mempertimbangkan nilai atau arti
penting suatu objek. Tujuannya agar individu memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (effective skills), dalam hal ini kemampuan menghargai secara

7
tepat, arti penting objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi music, dan
apresiasi seni lukis. Dalam mengapresiasi mutu karya sastra, misalnya, seorang
individu perlu mengetahui “hakikat keindahan” (estetika) di samping mengetahui hal
– hal lain, seperti bentuk ungkapan, isi ungkapan, bahasa ungkapan, dan nilai
ekspresinya. Bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat
pengembangan apresiasi individu. Misalnya dalam hal seni baca tulis Al – Quran.
8) Belajar Pengetahuan (Study)
Belajar pengetahuan dimaksudkan sebagai belajar untuk memperoleh sejumlah
pemahaman, pengertian, informasi, dan sebagainya. Belajar pengetahuan juga dapat
diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran
dengan melibatkan kegiatan investigasi atau penelitian dan eksperimen. Tujuan
belajar pengetahuan ialah agar individu memperoleh atau menambah informasi dan
pemahaman terhadap pengetahuan tertentu, yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat
– alat laboratorium dan penelitian lapangan.

Berdasarkan cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, Nasution M. A.,
seperti dikutip Effendi & Praja (1993), menyebutkan lima jenis belajar berikut:
1) Belajar Berdasarkan Pengamatan (Sensory Type of Learning)
Jenis belajar ini adalah belajar berdasarkan pengamatan sensoris terhadap objek –
objek dunia sekitar dengan berbagai alat indra untuk melihat, mendegar, meraba,
mengecap, dan sebagainya. Contoh, berkat pengamatan, seorang anak mula – mula
mengenal ibunya, kemudian anggota keluarga lainnya, alat – alat rumah tangga, dan
sebagainya. Demikian pula belajar taraf tinggi, tidak terlepas dari faktor pengamatan,
sekalipun sering juga dibantu dengan alat – alat, seperti mikroskop untuk melihat bakteri,
teleskop, dan sebagainya.
2) Belajar Berdasarkan Gerak (Motor Type of Learning)
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar motoris.
o Mengetahui tujuan dengan jelas dan yakin terhadap faedah tujuan itu baginya.
o Mempunyai tanggapan yang jelas tentang kecakapan yang dipelajari. Tanggapan
itu diperoleh melalui demonstrasi, gambaran – gambaran, atau penjelasan lisan.

8
o Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan, sebab kesalahan yang dilakukan
pada taraf permulaan belajar akan mengurangi efisiensi belajar selanjutnya “It is
Necessary to tress accuracy and speed later”.
o Latihan untuk mempertinggi kecepatan.
o Metode keseluruhan atau bagian.
o Dalam belajar motoris pada umumnya metode keseluruhan lebih efisiensi
daripada metode bagian. Misalnya belajar menulis kata – kata atau kalimat, lebih
baik ketimbang belajar menulis huruf.
o Latihan seperti dalam situasi hidup/dalam situasi sebenarnya.
o Latihan (Belajar motoris) lebih efektif bila perhatian tidak terlampai dipusatkan
pada gerakan itu sendiri. Misalnya belajar mobil, perhatian ditujukan pada
keadaan lalu lintas atau situasi jalan, tidak pada gerakan kaki atau tangan.
o Tidak banyak kritik, terutama pada proses belajar permulaan.
o Analisis kecakapan. Si pelajar harus mengetahui bentuk dan teknik pelaksanaan
yang sempurna, mengenai detail gerakan yang relative cepat.
o Bentuk dan teknik. Untuk tiap kecakapan diperlukan bentuk dan teknik tertentu
untuk melaksanakan latihan dengan efisien, dengan tidak memboroskan tenaga.
3) Belajar Berdasarkan Menghafal (Memory Type of Leaning)
Beberapa petunjuk tentang menghafal adalah berikut ini.
o Apa saja yang dihafalkan terlebih dahulu harus dipahami/dimengerti benar –
benar.
o Hal yang dihafal harus jelas kaitannya antara satu masalah dan masalah lainnya,
sehingga merupakan suatu kerangka keseluruhan.
o Menggunakan hal – hal yang dihafal secara fungsional dalam situasi tertentu.
o Menggunakan memo teknik. Misalnya: Repelita.
o Mengulangi hafalan (Aktive recall dan review).
4) Belajar Berdasarkan Pemecahan Masalah (Problem Solving Type of Learning)
Langkah – Langkah dalam problem solving, antara lain:
o Memahami masalah atau problema
o Mengumpulkan keterampilan atau data
o Merumuskan hipotesis

9
o Menilai/mengkaji hipotesis
o Mengadakan eksperimen atau percobaan
o Membentuk kesimpilan
Metode probem solving dapat digunakan untuk memecahkan berbagai
masalah/pelajaran, misalnya sejarah, biologi, ilmu alam, bahasa, ilmu pasti, dan
sebagainya.
5) Belajar Berdasarkan Emosi (Emotional Type of Leaning)
Belajar berdasarkan emosi bertujuan menanamkan aspek – aspek kepribadian,
misalnya, ketekunan, ketelitian, kebersihan, sikap yang sehat terhadap pekerjaan, minat
yang luas, dan sebagainya. Jadi, belajar tidak semata – mata dititikberatkan pada “How to
make a living”, tetapi juga “how to live”.

10
2.6.HAKIKAT PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat
perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis,
dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati. Pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta
didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik
berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang
mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara
bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu
secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan
sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu
sendiri.Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran
membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik,
dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik(student of
learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher of teaching).
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih
ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan
sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta
didik. Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari
segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan
mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini
sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan
perubahan di dalam dirinya.

11
2.7.FUNGSI-FUNGSI PEMBELAJARAN
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1) Pembelajaran sebagai sistem
Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir
antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran,
media pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan
tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).
2) Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi :
 Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan
persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara
lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.
 Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran
yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-
metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang
 penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya
terhadap siswa.
 Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran
ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan
remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.

2.8.PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
1) Perhatian dan motivasi
Bagi siswa atau peserta didik dituntut memberikan perhatian terhadap ragsangan
yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar. sedangkan bagi seorang guru
menggunakan metode yang bervariasi dn memilih bahan ajar yang diminati siswa.
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan
menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari
pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian
peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan

12
kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu
perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat. Motivasi juga mempunyai peran
penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau
keinginan untuk belajar itu timbul dari dalam dirinya (internal) dan timbul dari orang
lain (eksternal). Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal:
a. Mengetahui apa yang akan dipelajari, dan
b. Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.
Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik
untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk
berhasil
2) Keaktifan
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari
kegiatan fisik sampai pada kegiatan psikis. Dengan demikian belajar yang berhasil
harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar
menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti
membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan
sebagainya. Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala
pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa
memiliki energy sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-
kebutuhan.
3) Keterlibatan langsung
Bagi siswa dituntut agar dapat mengerjakan sendiri tugas yang diberikan oleh
gurunya. Sedangkan bagi seorang guru dapat melibatkan siswa dalam mencari
informasi dan menyimpulkan informasi. Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal
yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan
belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip
keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik. Prinsip ini
diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas
sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.

13
4) Pengulangan
Bagi siswa atau peserta didik kesadaran siswa dalam mengerjakan latihan-latihan
yang berulang-ulang, Sedangkan bagi guru merancang hal-hal yang perlu diulang.
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang dikemukakan
oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamati, menangkap, mengingat,
menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan
berkembang.
5) Proses individual
Bagi siswa atau peserta didik dapat belajar menurut tempo kecepatan masing-
masing siswa, Sedangkan bagi seorang guru dapat menentukan metode sehingga
dapat melayani seluruh siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-
sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya
seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih
juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu.
Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan
latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta
didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda.
6) Tantangan
Bagi siswa atau peserta didik diberikan suatu tanggung jawab untuk mempelajari
sendiri dengan melakukan eksprimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri
dalam menghadapi permasalahan, Sedangkan bagi guru memberikan tugas kepada
peserta didiknya memecahkan permasalahan.
7) Balikan dan penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, ditekankan
oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didik akan belajar
bersemangat apabila mengaetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha
belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada
hasil belajar selanjutnya. Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam

14
ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang
lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang
positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia
merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut
penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari
peristiwa yang tidak menyenangkan.

2.9.CIRI CIRI PEMBELAJARAN


Oemar Hamalik (1999) memaparkan tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem
pembelajaran, yaitu:
1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-
unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2) Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam
suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan
sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini
menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem
pemerintahan, semuanya memiliki tujuan.

Selanjutnya ciri-ciri pembelajaran lebih detail adalah sebagai berikut:


1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu.
2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang
direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Fokus materi ajar, terarah, dan terencana dengan baik.
4) Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungya kegiatan
pembelajaran.
5) Aktor guru yang cermat dan tepat.
6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.
7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.

15
Yang menjadi kunci untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa,
mata ajaran dan guru itu sendiri. Kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak
dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum
dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.

2.10. KOMPONEN PEMBELAJARAN


Sebagai suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen
sebagai berikut :
1) Tujuan
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita –cita yang bernilai
normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepada anak didik. Tujuan tersebut mempunyai jenjang dari yang luas
dan umum sampai pada yang sempit dan khusus. Semua tujuan itu berhubungan
antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan yang berada di bawah akan
menunjang tujuan di atasnya.
2) Bahan Pelajaran
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut
sebagai sumber belajar ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan
pengajaran. Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa
diabaikan dalam pengajaran. Karena bahan adalah salah satu inti dalam proses belajar
mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik.
3) Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan, karena akan
menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Segala sesuatu
yang diprogramkan akan dilaksanakan dan akan melibatkan semua komponen
pengajaran. Kegiatan belajar mengajar yang baik ditentukan dari baik atau tidaknya
program pengajaran yang telah dilakukan pula, karena akan berpengaruh terhadap
tujuan yang akan dicapai.
4) Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan metode bervariasi sesuai

16
dengan tujuan yang ingin dicapai. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed.,
Mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode, yaitu :
· Tujuan yang berbagai – bagai jenis dan fungsinya.
· Anak didik yang berbagai – bagai tingkat kematangannya.
· Situasi yang berbagai – bagai keadaannya.
· Fasilitas yang berbagai – bagai kualitas dan kuantitasnya.
· Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda – beda.

5) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran yang berfungsi sebagai perlengkapan, sebagai alat bantu mempermudah
usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu ala dan alat bantu. Alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan lain –
lain. Sedangkan alat bantu adalah berupa globe, papan tulis, kapur, dan lain – lain.
6) Sumber Pelajaran
Dalam mengemukakan sumber – sumber belajar ini, para ahli sepakat bahwa
segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7) Evaluasi
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentuka nilai dari sesuatu. Menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N
Sumartana, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan. Menurut Ny. Drs.
Roestiyah N.K, evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas – luasnya,
sedalam – dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui
sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan
kemampuan belajar siswa.
Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi
mempunyai fungsi sebagai barikut :
a. Untuk memberikan umpan balik kepaa guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar.

17
b. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari
setiap siswa.
c. Untuk menentukan situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
d. Untuk mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan

2.11. LANGKAH-LANGKAH PMBELAJARAN


Piaget berpendapat bahwa pengetahuan di bentuk oleh individu. Sebab individu
melakukan interaksi terus menerus dalam lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami
perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin
begrkembang.

Menurut Piaget langkah pembelajaran ada empat :

a. Menentukan topic yang di pelajari oleh anak sendiri


b. Memilih atau mengembangkan aktifitas kelas dengan topic tersebut
c. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang
menunjang proses pemecahan masalah.
d. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan
revisi.

18
BAB III

PENUTUP

3.1.Simpulan
Belajar adalah suatu aktifitas sadar yang dilakukan oleh individu melalui latihan
maupun pengalaman yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.Sedangkan Pembelajaran merupakan suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.
Pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara
guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh
peserta didik(student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher of teaching).

3.2.Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

DR. C. Asri Budiningsih.2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Prof. Dr. S. Nasution, M.A..2009.Berbgai Pendekatan dalam Belajar.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Renika Cipta

Yamin, Martinis, Belajar dan Pembeljaran, Jakarta: Gaung Persada, 2007.

Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004

20

Anda mungkin juga menyukai