Anda di halaman 1dari 28

i

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“Teori Belajar Kognitif”

Disusun oleh Kelompok 4 :

Pingkan Ramadhan Sailendra F1061201013


Melur Regista Cahyani F1061201031
Rafiunisa F1061201027
Dea Tiandika F1061201021
Safarianti F1061201052
M. Sindy Carolin Pratama F1062201002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FEBRUARI

2021
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam karena
berkat izin dan kehendak-Nya kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah ini
pada tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Belajar dan Pembelajaran”. Adapun materi yang di bahas dalam
makalah ini yaitu “Teori Belajar Kognitif”. Makalah ini juga bertujuan
menambah wawasan tentang pembelajaran kognitif bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rody Putra Sartika,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang yang kami tekuni.

Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan


dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan penulis mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian makalah sederhana ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang
kurang sempurna dalam pembahasan ini, oleh karena itu bagi pihak yang
membaca makalah ini bisa memberikan kritik dan saran untuk mengembangkan
serta dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi para pembaca. Akhir kata, harapan penulis semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Meskipun makalah ini
memiliki kekurangan dan kelebihan, namun penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca. Terima kasih.

Pontianak, 14 Februari 2021

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori Belajar dan Pembelajaran ...............................................
1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Pembelajaran .........................................................................
5
2.2 Pengertian Kognitivisme ..................................................................................
6
2.3 Tokoh Tokoh Kognitivisme ............................................................................. 9
2.4 Aplikasi Teori Kognitivisme ........................................................................... 16
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitivisme ................................................
17
2.6 Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar ......................................................
18
2.7 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif ...................................................
19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 20
3.2 Saran................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori Belajar dan Pembelajaran


Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum
didefinisikan sebagai proses yang menyatukan pengaruh kognitif, emosional,
dan lingkungan dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau
membuat perubahan dalam pengetahuan seseorang, keterampilan, nilai, dan
pandangan dunia. Hal ini juga dianggap sebagai cara di mana informasi diserap,
diproses, dan disimpan. “Teori Belajar” adalah hipotesis rumit yang
menggambarkan bagaimana sebenarnya prosedur ini terjadi namun teori
pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan untuk
menghasilkan hal tersebut.

Teori belajar memiliki dua nilai utama, Salah satunya adalah dalam
menyediakan kita dengan kosa kata dan kerangka kerja konseptual untuk
menafsirkan contoh pembelajaran yang kita amati. Yang lainnya adalah dalam
mengusulkan dimana kita seharusnya mencari solusi untuk masalah praktis.
Teori- teori tidak memberikan solusi, tetapi mengarahkan perhatian kita pada
variabel yang penting dalam menemukan solusi. Teori belajar merupakan suatu
teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Ada beberapa jenis teori belajar
yaitu: Muhammad Saw, Burrhus Frederick Skinner, Jean Piaget, Taksonomi
Bloom, Jonh Dewey, Vygotsky, dan Robert M. Gagne. Teori belajar berguna
untuk memudahkan seorang guru dalam proses belajar menngajar agar
membuat siswa lebih memahami pelajaran sehingga pelajaran itu lebih
bermakna dan teori belajar juga merupakan cara yang dilakukan peserta didik
dan guru dalam memperoleh
maupun menyampaikan ilmu pengetahuan melalui proses belajar atau mengajar.
1
2

Teori Belajar dan Pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan


pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung
profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama
ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa
untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan
pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan
budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam
kemampuan intelektual (Nurhadi, 2018: 3). Jerome S. Bruner, seorang
peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori
pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta
beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para
guru. Berdasarkan penelitian Jerome S. Bruner, menjelaskan bahwa dari segi
psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim dibahas
tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya
terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas
tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap
tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami
anak ketika berada di masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana
sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini
merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki
tangungjawab moral (Pahliwandari, 2016: 155-156)

Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau


menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi
atau menemukan. Aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar
stimulus atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu kegiatan
belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang
sedang belajar. Struktur mental individu tersebut berkembang sesuai dengan
tingkatan perkembangan kognitif seseorang. Semakin tinggi tingkat
perkembangan kognitif seseorang, semakin tinggi pula kemampuan dan
keterampilan dalam memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang
diterimanya dari lingkungan. Defenisi
Kognitivisme adalah Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Tokoh-tokoh
Kognitivisme yaitu Jean Piaget, Jarome Bruner, Ausebel dan Robert M. Gagne.
Aplikasi Teori Kognitivisme dalam Kegiatan Pembelajaran. Hakekat belajar
menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan
dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Kelebihan dan
Kelemahan Teori Kognitivisme.

Dalam proses pembelajaran, perlakuan terhadap individu harus didasarkan


pada perkembangan kognitifnya. kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada
kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam
proses pembelajaran guru harus mampun memberikan sesuatu yang
bermakna bagi siswa. Belajar dengan menghafal dan ceramah dapat
menemukan sesuatu yang bermakna, asal dilakukan secara sistematis,
menjelaskan dan menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep
lainnya, menguhubungkan konsep yang baru dengan konsep yang telah
dimiliki oleh siswa. Sebaliknya, belajar penemuan akan menjadi kurang
bermakna, apa bila dilakukan dengan coba-coba dan tidak sistematis. Kedua,
belajar bermakna akan berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari dalam diri
siswa. Dengan adanya motivasi intrinsik ini akan menumbuhkan minat dalam
diri individu, dan menggerakkan individu untuk mempersiapkan diri untuk
belajar, baik mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari Teori
Pembelajaran?
2. Apa pengertian Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran
?
3. Siapakah Tokoh-tokoh dalam Teori kognitivisme
?
4. Bagaimana pengaplikasi teori Kognitivisme dalam Pembelajaran
?
5. Bagaimana Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar
?
6. Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitif
?
7. Apakah Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Mampu mengerti Teori Pembelajaran.
2. Mampu mengerti Teori Kognitivisme dalam pendidikan.
3. Mampu mengetahui tokoh Kognitivisme.
4. Mampu mengetahui pengaplikasian Kognitivisme dalam Pembelajaran.
5. Mampu mengetahui Pandangan Teori Kognitivisme Tentang Belajar.
6. Mampu mengetahui Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif.

Adapun manfaat yang dapat diberikan saat membuat makalah ini adalah
sebagai berikut: :

1. Dapat berguna sebagai informasi dan wawasan kepada pembaca.


2. Pembaca dapat membedakan teori kognitif ini dengan teori yang lain
3. Dapat dijadikan sebagai sumbangsih pemikiran dan lebih meningkatkan
kualitas pengajaran agar sesuai citacita pendidikan yang relefan dengan
zaman.
4. diharapkan dapat dijadikan bahan untuk lebih mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah serta dapat menambah wawasan
betapa pentingnya peran bimbingan dalam meningkatkan kedisiplinan
anak didik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Pembelajaran


Teori adalah model atau kerangka pikiran yang menjelaskan telah
terbuktinya suatu kebenaran. Manusia membangun teori untuk menjelaskan,
meramalkan, dan menguasai suatu kejadian tertentu. Sering sekali, teori
dipandang sebagai suatu model atas kenyataan. Teori juga merupakan
seperangkat azas-azas yang tertentu tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Stimulus merupakan apa saja yang diberikan guru kepada pelajar,
sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas
(Wahyuni, 2015) .Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal
yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar
menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’
membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:
1. Teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak
kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki
siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.
2. Teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal
yang terkait dengan struktur pengetahuan:

5
6

a. struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi


yang sangat luas.
b. struktur pengetahuan tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-
hal yang baru, melebihi informasi yang telah dijelaskan.
c. struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir
siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.
3. Teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang
optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang
sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi
tersebut.
4. Yang terakhir, macam dari teori pembelajaran yang sudah ada,
diantaranya :
a) Teori Pembelajaran Deskriptif dan
Perspektif b) Teori Pembelajaran Behavioristik
c) Teori Pembelajaran
Kognitivistik d) Teori Pembelajaran
Humanistik
e) Teori Pembelajaran Konstruktivistik

2.2 Pengertian Kognitivisme


Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20
adalah teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses
berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar. Istilah “Cognitive”
berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang
luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu konsep
umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku
mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan.
Teori kognitif meliputi kegiatan-kegiatan mental yang sadar seperti
berfikir, mengetahui, memahami, dan dan kegiatan konsepsi mental seperti:
sikap,
kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan factor yang
menentukan di dalam perilaku. Di dalam teori kognitif ini terdapat suatu interes
yang kuat dalam jawaban (response) atas akibat dari perilaku yang tertutup
(Wisman, 2020).Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan
suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya
belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang
terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam
belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme,
belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi
terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak
kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali
lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah,
mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil
interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar
yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan
sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam
pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret
karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak.
Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar, yaitu:

1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi


juga melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks
2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui
proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut
psikologi kognitivistik, belajar dipandang sebagai suatu usaha
untuk
mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan baru kedalam
struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh
siswa.

Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-


aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini,
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan
situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat
ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Pada
prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati). Dalam teori ini
menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi yang terjadi dalam
proses belajar saling berhubungan secara keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan
situasi tersebut dibagi menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya
secara terpisah, maka sama halnya dengan kehilangan sesuatu.
Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun
ciri-ciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:
a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-
bagian c) Mementingkan peranan kognitif
d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan
mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di
representasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan
atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya
seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan
keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang
dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang,
orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang
bercerita, tetapi semua
tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-
kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

2.3 Tokoh-Tokoh Kognitivisme


Tokoh dari teori tersebut antara lain Jean Peaget, Bruner, dan Ausebel, Robert
M. Gagne.
1) Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.
Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang
pernah mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang
terdiri atas beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu Piaget
mengatakan bahwa
(i) anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai
bahasa ibunya;
(ii) kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh adanya
kognisi;
(iii) kognisi itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa
sejak lahir, sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan
kemampuan dan upaya individu.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan
dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
adalah Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan
dengan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic,
artinya proses yang didasarkan atas mekenisme biologis dari perkembangan
system syaraf. Semakin bertambah umur seseorang, makin komplek susunan sel
syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Sehingga ketika dewasa
seseorang akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang
menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur
kognitifnya. Piaget membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu :
a) Asimilasi
Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada.
Contoh: seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika
gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh
anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).
b) Akomodasi
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya :
siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal
perkalian.
c) Equilibrasi
Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Hal
ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah
ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka
diperlukan roses penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif
seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan
kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi yang
diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan logis.
Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian,
pengembangan dan pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur
kognitif
yang telah dimiliki seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan
konsep schema/skema (jamak = schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/
struktur kognitif yang baru tersebut akan menjadi dasar untuk kegiatan belajar
berikutnya. Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam empat tahap, yaitu :
1) Tahap sensorimotor (anak usia lahir – 2
tahun)
2) Tahap preoperational (anak usia 2 – 8
tahun)
3) Tahap operational konkret (anak usia 7/8 – 12/14
tahun)
4) Tahap operational formal (anak usia 14 tahun
lebih)
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka
semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berfikirnya. Karena itu guru
seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif aak didiknya, serta
memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap
tersebut.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang
dialami seorang anak berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu
guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya
serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan
tahapannya.

2) Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jarome Bruner.


Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia
berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang
biasanya digunakan. Sehingga, perkembangan bahasa memberi pengaruh besar
dalam perkembangan kognitif.
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu
sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan
pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya.
Dengan kata lain, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan
adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan
mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan
tingkat perkembangan kognitif mereka, artinya menuntut adanya pengulangan-
pengulangan. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan
memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian
dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan kata lain,
belajar dengan menemukan.
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah
menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah;
anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental
yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba
menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam
rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. Dari implikasi
ini dapat diketahui bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap orang
telah memiliki pengetahuan dan pengalaman didalam dirinya yang tertata dalam
bentuk struktur kognitif, yang kemudian mengalami tahap belajar sebagai
perubahan persepsi dan pemahaman dari apa yang aia temukan.
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu aturan ( termasuk konsep, teori, definisi, dsb) melalui contoh-contoh yang
menggambarkan ( mewakili ) aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini
“belajar ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu
informasi umum dan diminta untuk mencari contoh-contoh khusus dan konkrit .
Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu:
1. Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan
dengan observasi, pengalaman terhadap suatu realita.
2. Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan
visualaisasi verbal.
3. Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.
Keuntungan belajar menemukan (Free Discovery Learning):

a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi


siswa untuk menemukan jawabannya.
b. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri
dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi
informasi.

3. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel.


Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya
teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. David
Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan
subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta- fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang
telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses
pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu
mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan
dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep
baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-
emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Cara Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep :
1. Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan
3. Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling
tidak inklusif atau contoh-contoh.
4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang
paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.
5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung
sehingga menjadi sebuah peta konsep.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat
struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu
informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat
proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan
baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan
cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil,
meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat
relajar.
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena
baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat
memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam
proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori
Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan konstruktivesme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan
fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau
pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam
proses belajar itu siswa aktif.

4. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Robert M. Gagne


Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi
dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. Pengolahan otak manusia :
a) Reseptor
b) Sensory register
c) Short-term memory
d) Long-term memory
e) Response generator
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori
pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut
teori ini belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak
manusia. Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan


mengubahnya menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol
informasi yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
b. Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat
pada syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan
mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual.
Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka
pendek dan sebagian hilang dalam system.
c. Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil
pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan
untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan
informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu
penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat di
transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke
memori jangka panjang.
d. Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung
hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang
disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai
kapan saja.
e. Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi
reaksi jawaban.
2.4 Aplikasi Teori Kognitivisme
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan
benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun
materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana
kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian
perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan
beberapa petunjuk aplikasi teori pemrosesan informasi, yaitu
(a) guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa
yang dipelajari. Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat melakukan
tindakan dengan memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan atau
menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau berbicara dengan irama,
memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang membangkitkan minat
siswa terhadap topik yang dibicarakan,
(b) membantu siswa membedakan iinformasi yang penting dengan informasi
yang tidak penting untul memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan
tujuan pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi
lagi atau meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan,
(c) membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang
diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk
mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru, menggunakan
diagram atau garis untuk menunnjukkan hubungan informasi baru dengan
informasi yang dimiliki,
(d) sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi
dengan memulai pelajaran meninjau ulang pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes
pendek yang sering, membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya
jawab,
(e) sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan
pembelajaran, membuat ikhtisar atau rangkuman, dan
(f) utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan misalnya dengan
mengajarkan perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata
yang sudah dimiliki.
Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan dan
mengingatnya kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan
(a) untuk menghafal informasi yang tidak membutuhkan pemahaman, gunakan
meneumonic (pembantu ingatan, kiat, atau jembatan keledai). Misalnya
untuk menghafal kata-kata ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, keamanan nasional.
(b) rumusan kembali dengan kalimat sendiri apa yang telah dipelajari,
dan
(c) untuk mengatasi inhibisi retroaktif dapat dilakukan berbagai cara misalnya
mengajarkan konsep serupa tidak dalam waktu yang bersamaan atau
mengajarkan materi serupa dengan metode yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free
recall learning, yaitu belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan
rukun iman, rukun islam, atau berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa
dalam sejarah. Sedangkan free recall learning ialah mempelajari daftar yang tidak
perlu diurut, misalnya nama-nama nabi atau rasul, nama tumbuhan, nama organ
tubuh dan sebagainya.
Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa
cara
(a) organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun daftar informasi
yang akan dipelajari menjadi kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat,
(b) metode loci, artinya tempat. Ialah metode alat bantu mengingat dimana
seorang membuat gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-
tempat tertentu,
(c) irama, metode mengingat dalam bentuk nyanyian. Misalnya
untuk mengenalkan urutan rukun Islam atau rukun iman dengan nyanyian

2.5 Kelebihan Dan Kelemahan Teori Kognitivisme


1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan
mandiri.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif
karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi
memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-
ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih
mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa
mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya
sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain
dengan.

b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah


Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih
mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam
proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat,
memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta
Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih
mudah dipahami.
2. Kelemahan Teori Belajar kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan. b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat
lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.

2.6 Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar


Menurut teori kognitif, belajar ialah proses internal yanh tidak dapat
diamati langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk
bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu. Perubahan dalam tingkah
laku adalah refleksi dari perubahan internal.
Seperti halnya teori behavioristik, teori kognitif berpendapat bahwa
reinforcement dalam sangat penting. Hanya saja reinforcement dalam teori
behavioristik berfungsi memperkuat respon atau tingkah laku, sementara dalam
teori kognitif berfungsi sebagai sumber umpan balik. Umpan balik ini memberi
tahu tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku diulang-ulang.
Dalam
teori ini reinforcement juga berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian
yang mengarah ke pemahaman dan penguasaan.

2.7 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif


Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemproses informasi yang
aktif. Informasi merupakan sesuatu yang diterima oleh pikiran secara terus
menerus, meski demikian beberapa informasi cepat terlupakan dan sepabagian
yang lain diingat sepanjang hayat.
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada
perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk
memahami dunia. teori belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-
tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks seperti
pemecahan masalah yang tidak jelas.

Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:

1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.

2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa


yang telah mereka ketahui.

3. Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.

4. Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembeahasan yang cukup panjang diatas, maka penulis merasa perlu
untuk menyimpulkan intisari dari artikel ini, sebagai jawaban dari rumusan
masalah diatas, yaitu sebagai berikut:

1) Terminoligi Teori Pembelajaran dan Belajar. Teori pembelajaran adala h


teori yang harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan
bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar adalah teori yang
menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’
membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.

2) Defenisi Kognitivisme adalah Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.

3) Tokoh-tokoh Kognitivisme yaitu Jean Piaget, Jarome Bruner, Ausebel


dan
Robert M. Gagne.

4) Aplikasi Teori Kognitivisme dalam Kegiatan Pembelajaran. Hakekat belajar


menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan
dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.

5) Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitivisme. Kelebihannya yaitu :


menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan
belajar secara lebih mudah. Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk
semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut;
beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih
belum tuntas.

20
21

6) Implikasi Teori Balajar Psikologi Kognitif dalam Pembelajaran. Dalam


perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori
kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori kognitif Brunner dan
Teori bermakna Ausubel. Ketiga tokoh teori penting ini yang dapat
mengembangkan teori belajar kognitif. Dari ketiga macam teori diatas jelas
masing-masing mempunya implikasi yang berbeda, namun secara umum
teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif
siswa, dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka
dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana kemampuan siswanya.
Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih mengutamakan proses
pembelajarannya dibandingkan dengan hasil yang dicapai.

3.2 Saran

Teori belajar kognitif hendaknya digunakan sebagai landasan atau dasar


yang harus dipahami oleh guru ataupun calon guru pada khususnya dan
padamasyarakat pada umumnya agar apa yang di di pelajari dapat digunakan
dalamkegiatan belajar dan pembelajaran. Setiap guru hendaknya mampu memilih
model pembelajaran yang tepat bagi anak didiknya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih model pembelajaran adalah keadaan atau
kondisi siswa, bahan pelajaran, serta sumber-sumber belajar yang ada agar
penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang
keberhasilan belajar siswa. Seorang guru hendaknya juga diharapkan memiliki
motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin & Esa Wahyuni. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta:


ArRuzz Media, 2015.

Budiningsih, asri. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

CiptaPurwanto. 2009. Evaluasi Hasail Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rosyid, M. Fairuz, R. Umi Baroroh. 2019. Teori Belajar Kognitif


Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. AL-Lisan: Jurnal
Bahasa (e-Journal). Volume 5, Nomor 2

Sutarto.2017. Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal


Islamic Counseling. Volume1, No. 02

Nurhadi. 2018. Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran.


Jurnal Edukasi dan Sains. Volume 2, Nomor 1

Pahliwandari, Rovi. 2016. Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif Dalam


Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan
Olahraga. Volume 5, No. 2

Wisman, yossita. 2020. Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang Volume, 11 No.1

Anda mungkin juga menyukai