Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEORI KONTRUSTIVISTIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar Dan Pembelajaran

Dosen Pengampu :

Ari Wibowo Kurniawan, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Diffa Afriyanti (220431604166)


Fingga Tricayanti (220431601636)
Martha Ningtyas Muji Lestari (220431609204)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufiq,
hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah
ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran di mata kuliah Belajar Dan
Pembelajaran

Makalah ini berisi tentang pembahasan yang berjudul “Teori Kontrustivistik” topik
yang akan dibahas pada makalah ini sengaja dipilih berdasarkan atas pembagian kelompok
yang telah ditentukan oleh Dosen Pengampu pada mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran
untuk bisa kami pelajari dan gali lebih dalam. Dan di dalam penyusunan makalah ini kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak yang telah membimbing kami. Dan kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.

Namun sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga di masa yang akan datang kami mampu menyusun makalah dengan
jauh lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sekali lagi atas perhatian dan dukungan dari para
pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya.Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus
dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan
pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik
berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik,mengalami
kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu
merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaranmenjadi bermakna dan
ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.Seorang guru
perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka
seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsepyang benar, bahkan dapat
memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk
meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah
konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkinkonsepsi itu salah, dan jika
ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalammengkonstruk konsepsi tersebut
biar lebih matang
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan
secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan berbagai
faktor yang berkaitan dengan itu, dengan arah agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Muara dari peningkatan mutu tidak lain adalah pecapaian tujuan
pendidikan, yang diwujudkan kemampuan yang utuh pada diri peserta didik. Proses belajar
mengajar menempati posisi yang amat penting dan menentukan. Namun, perlu dicatat
bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang bersifat manusiawi antara
pendidik dan peserta didik yang penuh mengandung ketidak pastian.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia
seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru.
Pengembangan kualitas manusia ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam memasuki
era globalisasi dewasa ini, agar generasi muda kita menjadi korban dari globalisasi itu
sendiri. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan yang
tidak bisa ditanggulangi dengan paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang cepat tidak dapat dikejar dengan cara lama yang dipakai dalam sekolah-
sekolah kita.
Teori merupakan hal yang sangat penting dalam kemajuan dunia, baik di dunia
militer maupun di dunia pendidikan. Dalam hal ini pendidikan teori menempati sangat
strategis, sebab dengan mengembangkan teori maka pengetahuan dan pengalaman semakin
berkembang. Berbicara tentang teori dalam dunia pendidikan banyak sekali teori – teori
yang cocok untuk mengembangkan dunia pendidikan, salah satunya yaitu teori
konstruktivisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori konsstruktivistik?
2. Apakah ciri – ciri teori belajar kontruktivistik?
3. Bagaimanakah prinsip teori konstruktivistik?
4. Bagaimanakah proses belajar menurut teori konstruktivistik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori konstruktivistik
2. Untuk mengetahui apa ciri – ciri teori konstruktivistik
3. Untuk mengetahui prinsip teori belajar konstruktivistik
4. Untuk mengetahui proses belajar menurut teori konstruktivistik
BAB II
PEMBAHASAN
1.4 Pengertian
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia
pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah
lebih baiknya diketahui dulu konstruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti
bersifat membangut dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu
upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Berdasarkan penjelasan
tersebut, bahwa konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun,
dari segi kemampuan, pemahaman dalam proses pembelajaran. Sebab dalam memiliki
sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan daripada siswa akan meningkat
kecerdasannya.
Menurut ”Jean Piaget’ teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget
dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivisme). Teorinya berisi
konsep konsep utama dibidang psikologi perkembangan dan perkenaan dengan
pertumbuhan intelegensi, untuk Piaget berarti kemampuan secara lebih akurat
mempresentasikan dunia dan mengerjakan oprasi oprasi logis dari representasi –
representasi konsep realitas dunia.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh
seseorang melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan
kognitif anak dapat dipahami bahwa tahap tertentu cara maupun kemampuan anak
mengkonstriksi ilmu berbeda beda bedasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini
konsekuensinya adalah siswa harus memiliki keterampilan untuk menyesuaikan diri atau
adaptasi secara tepat.

1.5 Ciri – ciri konstruktivisme


Ada beberapa ciri – ciri dalam pembelajaran model konstruktivisme yaitu
a. Mencari tahu dan menghargai titik pandang / pendapat siswa
b. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa
c. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa
d. Menyusun pembelajaran dugaan siswa
e. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari hari.
f. Siswa lebih aktif dalam proses belajar, karena fokus belajar mereka pada proses
pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dari pengalaman /
pengetahuan lama yang mereka miliki.
g. Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan siswa didorong untuk
menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.
h. Proses belajar harus mendorong adanya kerja sama tapi bukan untuk bersaing.
Proses belajar melalui kerja sama memungkinkan siswa untuk mengingat
pelajaran lebih lama
i. Kontrol kecepatan dan fokus pembelajaran ada pada siswa
j. Pendekatakan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas
dengan apa yang dialami langsung oleh siswa
1.6 Prinsip
didalam pembelajaran konstruktivisme, konstruktor pengetahuan aktif memiliki
prinsip – prinsip sebagai berikut ;
1. Belajar merupakan sebuah proses aktif, pembelajar secara aktif
mengkonstruksikan belajarnya dari berbagai macam input yang diterimanya.
Hal ini mengisyaratkan bahwa pembelajar perlu bersikap aktif dapat belajar
secara efektif.
2. Anak – anak elajar dengan paling baik dengan menyelesaikan berbagai konflik
kognitif (konflik dengan berbagai ide dan konsepsi lain) melalui pengalaman
refleksi, dan metakognisi.
3. Bagi konstruktivis belajar adalah pencarian makna pembelajaran secara aktif
mengkonstruksikan makna.
4. Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata mata.
5. Elemen lain yang barakar pada fakta bahwa pembelajar secara individual dan
kolektif mengkonstruksikan pengetahuan agar efektif guru harus memiliki
pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak dan teori belajar.
6. Disamping itu belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari
fakta fakta secara murni abstrak, tetapi selalu dalam hubungannya dengan apa
yang telah kita ketahui.
7. Belajar secara betul – betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan
secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan melihat kembali mated yang
kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah dari satu topik seperti pada
pendekatan pengajaran langsung

1.7 Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik


proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakihkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi
prosesnya daripada segi perolehan pengetahuan dari fakta fakta yang terlepas. Oleh
sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan dalam
proses gagasannya, bukan semata mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan
belajaranya bahkan pada untuk kerja / prestasi belajarnya dikaitkan dengan sistem
penghargaan dari luar seperti nilai, ijazah, dan sebagainya.
 Peran siswa (si-belajar)
Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun
konsep, dan memberi makna tentang hal hal yang harus dipelajari. Guru
harusnya dapat memberikan peluang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Namun yang menentukan terwujudnya gejala belajar adala niat belajar siswa
sendiri. Paradigma konstriktivistik memandang siswa sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut
adalah menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh
sebab itu, meskipun pengetahuan awal itu masih sederhana atau tidak sesuai
dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran
dan pembimbingan.
 Peran guru
Guru membantu siswaa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru
dituntut untuk memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat
mengeklaim bahwa satu satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai
dengan kemauannya.
 Sarana belajar
Segala sesuatu sepertiu bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas
lainnya yang disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam
mengonstruksikan pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang
dihadapinya dengan demikian siswa akan terbiasa berlatih untuk berfikir
sendiri, memecahakan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
 Evaluasi belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interprestasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktifitas aktifas
lain yang didassarkan pada pengalaman. Pandangan konstivistik
mengemukakan bahwa relitas ada pada pikiran seseorang.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai