DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
Andrianto (201641500030)
Triana Dewi (201641500075)
Sadudah (201641500009)
Yusrani (201641500092)
Yerullyn Hayu (201741570001)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya maka makalah ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu sesuai
dengan yang diharapkan oleh Bapak/Ibu Dosen Pegampu Mata Kuliah “TEORI BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN” dengan judul: “Teori Belajar Konstruktivisme dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran”.
Penulis menyadari sesungguhnya di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kelancaran makalah yang berikutnya. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan
terima kasih atas semua pihak yang meluangkan waktunya dan memberikan sumbangan
pikiran dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata penulis tidak lupa mengucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
menuntun, melindungi dan menuntun kita semua, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, dan semoga pemikiran yang bersifat positif, baik selalu datang dari segala
arah.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan,
mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta
mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan
yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek
pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan
merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus
menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam
mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan
harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam
pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang
menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan
ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan
materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar
sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu
mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah untuk makalah ini adalah
“Bagaimanakah teori belajar konstruktivitisme pada pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar?”
D. TUJUAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui ciri-ciri dari teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui prinsip teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui proses belajar menurut teori konstruktivisme
Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui implementasi teori belajar konstruktivitisme
Untuk mengetahui hakikat teori belajar konstruktivitisme
E. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan teori belajar
konstruktivisme sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi
dunia pendidikan.
2. Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan gambaran bagi kita semua untuk
mengetahui teori belajar konstruktivitisme
BAB II
PEMBAHASAN
Peran guru
Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut
memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengeklaim bahwa
satu-satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai dengan kemauannya.
Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan
terbiasa dan terlatihuntuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya,
mandiri, kritis, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikkirannya secara
rasional.
Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain
yang didasarkan pada pengelaman. Pandangan konsrktivistik mengemukakan bahwa
relitas ada pada pikiran seseoramg. Manusia mengkonstruksi dan
menginterprestasikannya berdasarkan pengalamannya.
Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar
gagasan-gagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan
dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu
membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
3. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang
para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon
faktual yan sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan
merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan
mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat
intensif sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-
gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang
mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika
merasa nyama dan aman untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog
yang sangat bermakna akan tercipta di kelas.
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, seringkali
siswa menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan
pengalaman nyata.
2. Pembelajaran kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat
menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan kompetensi
dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai
secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan maju ke tahap berikutnya yaitu
tahap pendalaman. Apabila tahap pendalaman telah dilaksanakan, terdapat
otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai perwujudan kompetensi. Selanjutnya,
dapat diberikan tahap pengayaan agar peserta didik memperoleh variasi pengalaman
belajar. Berbagai latihan dapat digunakan untuk mendalami atau memperkaya
kompetensi.
3. Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah tuntas
dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis latihan yang
perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan, pendalaman, dan
pengayaan.
4. Pendalaman
Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah
pedagogik, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang sederhana
ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta didik perlu belajar secara
aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau membangun pengetahuannya.
Suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam mata pelajarn sebaiknya dibangn siswa
dalam bimbingan guru. Strategi pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik
untuk menemukan pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan
dan menemukan sesuatu.
5. Pengayaan
Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu rasanya
untuk meningkatkan integrasi dan aktif dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses
pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan)
diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi
melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil
interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.
Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi
B. SARAN
Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar konstruktivitisme dalam
proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran matematika.
Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang
digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang
dikembangkan dan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif mengelola kelas.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat
situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
www.academia.edu/5687187/MAKALAH_TEORI_KONSTRUKTIVISME