Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BENTUK GEJALA JIWA MANUSIA DAN APLIKASINYA


DALAM PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: An Nur Ami Widodo, M.Pd

Disusun oleh:

Khoridatul Bahiyah (40319003)

Siti Nur Hidayah (40319007)

Atini Khasanah (40319010)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS PERADABAN

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Bentuk Gejala Jiwa
Manusia dan Aplikasinya dalam Pendidikan”. Shalawat dan salam tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kepada kita
semua selaku umatnya yang Insya Allah selalu mengikuti ajaran sunnahnya.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga kami


dapat menyusun makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan. Dalam makalah ini membahas tentang pengantar
tentang gejala jiwa, bentuk-bentuk gejala jiwa seperti pengamatan, tanggapan dan
fantasi, ingatan, berpikir, intelegensi, emosi, dan motivasi. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan guna peningkatan
kualitas makalah ini.

Atas perhatiannya, kami sampaikan terimakasih. Semoga makalah ini dapat


bermanfat bagi diri kami sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Brebes, 2 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................1
1.4 Manfaat ......................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1 Pengertian Gejala Jiwa...............................................................................3


2.2 Bentuk-Bentuk Gejala Jiwa........................................................................3

BAB 3 PENUTUP............................................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang tingkah laku dan proses mental manusia. Ilmu psikologi adalah suatu ilmu
yang digunakan untuk mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam, gejala,
proses, maupun latar belakang kejiwaan seseorang. Psikologi menyelidiki
berbagai panca indera, pengalaman, perasaan, pikiran, dan kehendak
(W.Wundt.1892). Sedangkan psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari
penerapan teori-teori psikologi dalam bidang pendidikan. Dalam psikologi
pendidikan dibahas berbagai tingkah laku yang muncul dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Gejala jiwa pada
manusia tampak dalam perilakunya.
Ada beberapa bentuk gejala jiwa manusia yang mendasar yang banyak
muncul dalam bidang pendidikan. Diantaranya pengamatan, tanggapan dan
fantasi, ingatan, berpikir, intelegensi, emosi, dan motivasi. Bentuk-bentuk gejala
jiwa tersebut sangat mendasari dan memengaruhi berbagai perilaku manusia, baik
perilaku seorang pendidik atau guru maupun perilaku peserta didik atau siswa.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas penjelasan tentang bentuk-bentuk
gejala jiwa yang cukup mendasar dan banyak terkait dalam bidang pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu gejala jiwa dalam pendidikan?
2. Bagaimana bentuk-bentuk aplikasi gejala jiwa dalam pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami hakikat tentang gejala jiwa dalam dunia pendidikan.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk aplikasi gejala jiwa dalam dunia
pendidikan.

1.4 Manfaat

1
Guru dapat mengetahui bentuk-bentuk gejala jiwa baik pada dirinya
maupun pada peserta didiknya. Peserta didik dapat mengetahui gejala jiwa pada
dirinya maupun pada temannya. Sehingga mereka dapat saling mengetahui dan
memahami tentang gejala jiwa pada seseorang yang menjadikan mereka dapat
dengan baik menghadapi jiwa dan karakteristik setiap orang dalam lingkup kelas
khususnya. Selain itu, manfaat lain yaitu memberikan informasi kepada
mahasiswa sebagai calon guru untuk mengetahui dan memahami lebih awal
mengenai gejala jiwa dirinya sebagai calon pendidik dan gejala jiwa calon peserta
didiknya kelak guna memperlancar proses belajar mengajar nantinya.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gejala Jiwa


Gejala jiwa adalah sisi psikologis yang dimiliki setiap orang, dimana sisi
ini berdampak pada hal-hal tindakannya. Dalam pendidikan gejala manusia yang
mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan memengaruhi berbagai
perilaku manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik. Bentuk
gejala jiwa pada manusia yaitu:
 Gejala Kognitif
Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanan katanya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain
atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku
mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan.
 Gejala Afektif
Gejala afektif adalah unsur kejiwaan dari sisi emosi atau rasa. Rasa
dapat dibedakan menjadi rasa fisik dan rasa psikis. Rasa fisik yang
berhubungan dengan alat indera seperti rasa manis, rasa pedas, dan lain-
lain. Rasa psikis lebih berupa rasa seperti emosi, sikap, dan moral.
 Gejala Psikomotorik/Gejala Kehendak
Gejala psikomotorik adalah keadaan dalam pribadi manusia yang
mendorong untuk berbuat sesuatu yang mereka kehendaki.

2.2 Bentuk-Bentuk Gejala Jiwa


Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat memengaruhi perilakunya.
Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada pendidik maupun peserta didik
(dalam makalah ini hanya membahas peserta didik). Adapun bentuk-bentuk gejala
jiwa dalam pendidikan yaitu:
a. Pengamatan

3
Pengamatan adalah usaha untuk mengenal dunia sekitar dengan
menggunakan alat indra. Apabila dilihat dari sudut pandang pengamatan, Sumadi
(1990) menyatakan bahwa aspek pengaturan pengamatan dapat dibedakan
menjadi:
 Sudut pandang ruang, menurutnya arah suatu ruangan akan berpengaruh
pada hasil pengamatan (missal: atas-bawah, samping kanan-samping kiri,
jauh- dekat).
 Sudut pandang waktu, menurutnya kapan suatu stimulus akan
mempengaruhi hasil pengamatan (misal kemarin dan hari ini, saat istirahat
dan saat bekerja).
 Sudut pandang gestalt, menurutnya manusia cenderung mengamati suatu
stimulus sebagai suatu kesatuan yang utuh dibandingkan dengan sesuatu
yang detail.
 Sudut pandang arti, menurutnya stimulus yang diamati dilukiskan
berdasarkan artinya bagi kita.
Sementara itu, faktor-faktor yang memengaruhi pengamatan adalah:
 Pengetahuan, pengalaman atau wawasan seseorang.
 Kebutuhan seseorang.
 Kesenangan atau hobi seseorang.
 Kebiasaan atau pola hidup sehari-hari.
b. Tanggapan dan Fantasi
Tanggapan yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita
melakukan pengamatan. Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
 Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan
 Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan
 Tanggapan masa kini atau tanggapan representative (mengimajinasikan)

Sementara itu, perbedaan pengamatan dan tanggapan adalah:

 Pengamatan terikat pada tampat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak
terikat pada waktu dan tempat.
 Objek pengamatan sempurna dan detail, sedangkan obyek tanggapan tidak
mendetail dan kabur.

4
 Pengamatan memerlukan stinulis, sedang tanggapan tidak perlu.

Lain halnya dengan tanggapan, Fantasi dapat digambarkan sebagai fungsi


yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajinasi. Secara
garis besar, fantasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu fantasi disadari
(disengaja) dan fantasi tidak sadar (tidak disengaja).

c. Ingatan
Ingatan disebut juga dengan memori. Memori merupakan aktifitas yang
berhubungan dengan masa lalu (Walgito, 1997). Para ahli pada umumnya
memandang memori dalam tiga tahapan atau proses, yaitu memasukkan pesan
dalam ingatan , menyimpan pesan yang sudah masuk (storage), memunculkan
kembali informasi tersebut (retrieval) (Atkinson, dkk, 1997). Dengan demikian
memori sering didefinisikan sebagai kemampuan untuk memasukkan, menyimpan
dan memunculkan kembali informasi yang kita terima. Terkait dengan rentang
waktu informasi bertahan dalam otak kita, memori dibedakan menjadi memori
jangka pendek., memori kerja dan memori jangka panjang.
1) Memori jangka pendek
Memori jangka pendek disebut juga immediate memory dan short
term memory. Informasi dalam memori ini bertahan hanya beberapa detik,
rentang waktu informasi bertahan dalam memori ini sekitar 15-30 detik.
Contoh memori ini adalah ketika menghafalkan nomor telepon atau nomor
plat motor, setelah kita berhasil menghafalkan nomor tersebut dan
menggunakannya maka informasi tersebut cenderung dilupakan atau
hilang. Kapasitas memori jangka pendek berkisar antara 7 digit (7 2 digit)
(Atkinson dkk, 1997).
2) Memori Kerja
Memori kerja atau working memory dapat menyimpan informasi
dari beberapa menit hingga beberapa jam dan memberi waktu yang cukup
untuk secara sadar memproses, melakukan refleksi, dan melaksanakan
suatu kegiatan berfikir (Gunawan, A. W, 2003). Informasi yang masuk
dalam memori kerja juga memungkinkan masuk ke memori jangka
panjang jika informasi tersebut bermakna dan sering diulang. Contoh

5
memori ini adalah apabila siswa melakukan belajar dengan cara kebut
semalam. Informasi yang masuk dalam memori ini dapat bertahan cukup
lama, namun karena informasi tersebut kadang tidak berarti bagi siswa,
maka cenderung hilang apabila sudah tidak digunakan lagi.
3) Memori Jangka Panjang
Memori jangka panjang atau long term memory merupakan
kemampuan untuk menyimpan informasi cenderung menetap/permanent.
Informasi dalam memori ini dapat bertahan dalam beberapa bulan, tahun
bahkan seumur hidup. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
penyimpanan informasi jangka panjang adalah informasi yang
berhubungan dengan keselamatan hidup, informasi yang berhubungan
dengan membangkitkan emosi, dan informasi yang masuk akal dan berarti
d. Berpikir
Berfikir merupakan aktifitas kognitif manusia yang cukup kompleks.
Berpikir melibatkan berbagai berbagai bentuk gejala jiwa seperti sensasi, persepsi
maupun memori. Berpikir biasanya terjadi pada orang yang mengalami masalah
atau sedang dihadapkan pada masalah. Misalnya pada saat kehilangan uang atau
mengerjakan soal-soal ujian, aktifitas kognitif kita akan bekerja dan berusaha
menemukan pemecahan masalah untuk menemukan uang yang hilang maupun
menyelesaikan soal dengan benar. Para ahli mendefinisikan berpikir sebagai suatu
proses mental yang bertujuan memecahkan masalah, sebagaimana didefinisikan
oleh solso (1988) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses yang
menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang
melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses mental seperti
penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi dan pemecahan masalah. Dalam proses
berpikir dihasilkan suatu pengetahuan baru yang merupakan transformasi
informasi-informasi sebelumnya.
Menurut Mayer (dalam Solso, 1988) berpikir meliputi tiga komponen
pokok, yaitu : 1. Berpikir merupakan aktifitas kognitif, 2. Berpikir merupakan
proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan didalam system
kognitif 3. Berpikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan pemecahan masalah.

Berpikir Otak Kiri dan Otak Kanan

6
Hasil penelitian Roger Spery pada tahun 1960 (dalam Gunawan,2003)
menunjukkan adanya dua hemisfer otak, yaitu hemisfer kiri dan kanan yang
masing masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Karakteristik kerja
otak kiri adalah hal-hal yang berurutan, detail ke global, membaca berdasar pada
fonetik, kata-kata, symbol, dan huruf, focus pada internal, informasi yang faktual.
Sedangkan karakteristik berpikir otak kanan bersifat acak, global ke detail,
membaca menyeluruh, gambar dan grafik, melihat dulu atau mengalami sesuatu,
belajar spontan dan alamiah fokus pada eksternal. Lebih lanjut DePorter (1999)
menjelaskan bahwa karakteristik berpikir otak kiri bersifat, logis, sekuensial,
linear dan rasional. Cara berpikirnya sesuai dengan tugas-tugas teratur ekspresi
verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta,
fonetik serta simbolisme, sedangkan otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif
dan holistik. Otak kanan banyak terlibat pada kegiatan nonverbal seperti, perasaan
dan emosi, kesadaran yang terkait dengan perasaan, kesadaran spatial, pengenalan
bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Kedua
belahan mengatur aktifitas mental yang berbeda, masing-masing memiliki peran
yang berbeda-beda dalam proses belajar.

Jika guru dalam mengajar senantiasa teratur menerangkan dari definisi


hingga latihan soal, menjelaskan dari buku tiap halaman, mengerjakan soal dari
buku urut dari soal yang mudah hingga soal yang sulit, maka guru tersebut
cenderung mengasah otak kiri anak dalam berpikir. Apabila guru mengajak anak
untuk belajar dari berbagai kasus di lapangan, mengamati berbagai fenomena di
lapangan, kemudian dipelajari dari berbagai teori yang ada dibuku, maka guru
tersebut mengasah otak anak dalam berpikir. Dalam proses kerja otak manusia,
stimulasi otak bagian kiri atau kanan saja kurang sempurna, tanpa adanya
rangsangan atau dorongan dari bagian lainnya (DePorter, 1999). Dengan demikian
dalam proses pembelajaran guru dianjurkan untuk dapat menstimulasi kedua
belahan otak siswa dalam proses pembelajaran berdasar karakteristiknya masing-
masing.

Berpikir kreatif

7
Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan mental yang unik pada
manusia. Kreatifitas sering melibatkan kemampuan berpikir. Orang yang kreatif
dalam berpikir mampu memandang sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan
dapat menyelesaikan masalah yang berbeda dari orang pada umumnya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Chandra (1994) mengartikan kreatifitas sebagai
kemampuan mental yang khas pada manusia yang melahirkan pengungkapan yang
unik, berbeda orisinal, baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna.

Orang kreatif dapat memandang suatu barang dapat diciptakan menjadi


berbagai fungsi, misalnya pena atau pensil dapat digunakan untuk penggaris,
garuk-garuk, alat penunjuk, mengambil barang di lubang dan fungsi lainnya yang
tidak biasa dilakukan orang. Fungsi pena tidak sebatas pada alat untuk menulis.
Orang yang kreatif dalam berpikir berbeda dengan orang yang tidak kreatif.

Berdasar berbagai definisi tentang kreatifitas yang dikemukan para ahli,


Rhodes (dalam Munandar, 1999) menyebutkan 4 ciri kreatifitas sebagai “Four P’s
Creativity” atau empat P, yaitu:

 Person merupakan keunikan individu dalam pikiran dan ungkapannya


 Proses yaitu kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas dalam berpikir
 Press merupakan situasi kehidupan dan lingkungan social yang memberi
kemudahan dan dorongan untuk menampilkan tindakan kreatif
 Product diartikan sebagai kemampuan dalam menghasilkan karya yang
baru dan orisinil dan bermakna bagi individu dan lingkungannya.
e. Intelegensi
Para psikolog mendefinisikan inteligensi berdasar orientasi teoritis yang
dikembangkan, sehingga melahirkan pengertian inteligensi yang berbeda satu
sama lain (Anastasi, 1997). Inteligensi dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok :
1) inteligensi sebagai kemampuan, menekankan untuk memahami dan
bertindak dengan tepat pada situasi yang dihadapi, dengan demikian
inteligensi lebih terkait dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
situasi yang dihadapi.

8
2) Inteligensi sebagai kemampuan untuk belajar, Freeman (1971)
menyatakan inteligensi sebagai kemampuan untuk belajar. Flynn (dalam
Azwar, 1996) menyatakan inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir
secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Kedua teori
tersebut menekankan inteligensi sebagai kemampuan belajar . Semakin
tinggi inteligensi seseorang semakin mudah untuk dilatih dan belajar dari
pengalaman.
3) Inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir abstrak, menekankan
inteligensi sebagai kemampuan untuk memahami dan berfikir tentang ide-
ide, simbol-simbol atau hal-hal tertentu yang bersifat abstrak.
Meskipun adanya perbedaan definisi tentang inteligensi, namun para ahli
sepakat dalam memandang inteligensi sebagai kemampuan umum seseorang.
Kemampuan umum tersebut sering disebut juga dengan general factor (g factor).
Dalam pandangan ini hasil tes inteligensi menunjukkan secara umum kemampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar atau berfikir abstrak dan tidak dapat
menunjukkan bidang khusus atau kemampuan khusus apa yang cenderung
dikuasai.
Peran Intelegensi dalam Keberhasilan Belajar
Pada hakekatnya inteligensi yang diukur dengan tes IQ turut
mempengaruhi prestasi belajar, seberapa besar pengaruh inteligensi pada
keberhasilan di sekolah, para ahli menemukan besarnya persentase yang berbeda-
beda. Meskipun demikian masih banyak faktor lain yang belum terungkap dengan
tes IQ turut berpengaruh dalam keberhasilan seseorang di bidang akademik.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa inteligensi yang diukur dengan IQ
turut mempengaruhi prestasi belajar, namun bukanlah satu-satunya prediktor yang
memengaruhi keberhasilan prestasi belajar maupun kesuksesan dalam hidup.
Beberapa faktor lain yang belum terungkap dari tes inteligensi yang diukur
dengan IQ memiliki peran yang besar dalam menentukan keberhasilan dalam
bidang akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari.
f. Emosi
Emosi diartikan sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan
perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, jantung berdebar

9
(Kartono, 1987). Emosi memberi warna pada perilaku manusia sehari-hari,
dengan emosi manusia bisa merasakan senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut,
semangat, dan sebagainya. Emosi membantu berperan dalam membantu
mempercepat dan memperlambat proses pembelajaran. Emosi juga membantu
proses pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.
Ketika peserta didik belajar dalam kondisi emosi marah, sedih, ketakutan,
dan suasana emosi lain yang membuat peserta didik tertekan dan terancam, maka
kemampuan belajarnya menjadi kurang maksimal karena adanya hambatan emosi.
Sebaliknya dengan tekanan positif atau suportif, otak akan terlibat secara
emosional dan memungkinkan sel-sel saraf bekerja maksimal. Fenomena ini
dikenal dengan eustress. Pada kondisi ini otak terlibat secara emosional, dan
memungkinkan sel-sel saraf bekerja secara maksimal. Fenomena seperti ini
muncul pada kondisi senang dan semangat dalam belajar, dan kondisi demikian
akan membuat peserta didik maksimal dalam belajar. Dengan demikian suasana
emosional positif perlu dibangun dalam proses pembelajaran.
g. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada
tingkah laku tersebut. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang
tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai
kesulitan. Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa.
Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa antara lain:
1) Adanya kualitas keterlibatan peserta didik dalam belajar yang sangat
tinggi.
2) Adanya perasaan dan keterlibatan afektif peserta didik yang tinggi dalam
belajar.
3) Adanya upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara atau menjaga
agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada beberapa bentuk gejala jiwa manusia yang mendasar yang banyak
muncul dalam bidang pendidikan. Diantaranya pengamatan, tanggapan dan
fantasi, ingatan, berpikir, intelegensi, emosi, dan motivasi. Bentuk-bentuk gejala
jiwa tersebut sangat mendasari dan mempengaruhi berbagai perilaku manusia,
baik perilaku seorang pendidik maupun perilaku peserta didik.

Pengamatan adalah usaha untuk mengenal dunia sekitar dengan


menggunakan alat indra. Tanggapan yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam
ingatan setelah kita melakukan pengamatan, sementara fantasi dapat digambarkan
sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam
imajinasi. Ingatan disebut juga merupakan aktifitas yang berhubungan dengan
masa lalu. Berfikir merupakan aktifitas kognitif manusia yang cukup kompleks.
Emosi diartikan sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan
perubahanperubahan dalam tubuh. dan motivasi diartikan sebagai suatu kondisi
yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah
dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.

3.3 Saran
Dalam melakukan proses pembelajaran, seorang pendidik perlu
memahami dan mengenali bentuk-bentuk gejala jiwa pada dirinya sendiri dan
pada peserta didiknya untuk terlaksananya situasi belajar yang baik sehingga
dicapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA
1. Sugiyanto. PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAB II. Yogyakarta: UNY.
2. Hiryanto. Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/Bentuk+Gejala+Ji
wa+dalam+Pendidikan.pdf. UNY. Diakses tanggal 3 April 2021.
3. Mubasi, Ahmad. 2015. Gejala-gejala Kognisi, Perasaan atau Emosi,
Konasi, Berpikir dan Belajar. https://www.kompasiana.com/am-
19/55005015813311971ffa7567/gejala-gejala-kognisi-perasaan-atau-
emosi-konasi-berpikir-dan-belajar. Diakses tanggal 4 April 2021.

12

Anda mungkin juga menyukai